• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat

dan perkenan-Nya maka penyusunan laporan Studi Environmental Health Risk Assessment

(EHRA) Kota Bontang ini dapat diselesaikan.

Maksud dari Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah untuk

mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap

kesehatan lingkungan. Hasil dari Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA)

ini kemudian dijadikan sebagai data primer dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS)

Kota Bontang.

Keberhasilan penyusunan laporan Studi Environmental Health Risk Assessment

(EHRA) tidak terlepas dari dukungan semua pihak terkait dalam proses penyusunan.

Untuk itu Pemerintah Kota Bontang menyampaikan terima kasih kepada seluruh

masyarakat dan pihak-pihak terkait atas peran aktifnya.

Disadari bahwa penyusunan laporan Studi Environmental Health Risk Assessment

(EHRA) Kota Bontang ini masih belum sempurna, maka saran dan masukan demi

kesempurnaannya sangat diharapkan untuk perbaikan penyusunan yang akan datang.

Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan dan

penyelesaian laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kota Bontang

ini kami ucapkan terima kasih. Semoga segala upaya kita bersama dalam membangun Kota

Bontang senantiasa mendapat petunjuk serta ridho dari Allah SWT, Amien.

Bontang, November 2011

(2)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I

PENDAHULUAN ... 1

BAB II

METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA

2.1 Penentuan Target Area Survei ... 3

2.2 Penentuan Jumlah/Besar Responden ... 5

2.3 Penentuan Kelurahan Area Survei ... 6

2.4 Penentuan RT Dan Responden Di Lokasi Survei ... 7

BAB III

HASIL STUDI EHRA KOTA BONTANG

3.1 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga... 8

3.2 Pembuangan Air Limbah Domestik ... 12

3.3 Drainase Lingkungan Sekitar Rumah Dan Banjir ... 17

3.4 Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga ... 19

3.5 Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) ... 26

3.6 Kejadian Penyakit Diare ... 28

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ... 29

4.2 Saran ... 29

LAMPIRAN

(3)

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL

HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)

KOTA BONTANG

KELOMPOK KERJA AIR MINUM & PENYEHATAN

LINGKUNGAN (POKJA AMPL)

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

PERMUKIMAN (PPSP)

(4)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

1

BAB I

PENDAHULUAN

Sudi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan

Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk

memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang

dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat

kabupaten/kota sampai ke kelurahan. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi

EHRA karena :

1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat.

2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai

tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang

berbeda.

3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota

dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa.

4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor

pemerintahan secara eksklusif.

5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat

kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun

advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desa.

Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah:

1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko

terhadap kesehatan lingkungan.

2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi.

3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang

handal.

4. Menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi

Sanitasi Kota Bontang.

Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini

dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT dalam setiap Desa/Kelurahan

yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal

8 RT dan jumlah sampel per RT minimal 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per

(5)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

2

desa/kelurahan minimal adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Bapak

(Kepala Rumah Tangga) atau Ibu atau anak dan berumur antara 18 s/d 60 tahun.

(6)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

3

BAB II

METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA

2.1. PENENTUAN TARGET AREA SURVEI

Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui

proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan

sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara

random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota

populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling

yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Pengambilan sampel didasarkan pada

daerah populasi yang telah ditetapkan.

Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP

sebagai berikut:

1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap

kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat

kecamatan dan kelurahan/ desa.

2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup

representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/

desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi

jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut:

(∑ Pra-KS + ∑ KS-1)

Angka kemiskinan = --- X 100%

∑ KK

3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi atau terdapat

danau/laut dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh

masyarakat setempat

4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter

ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut.

Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kota Bontang menghasilkan katagori

klaster

sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2.1. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang

terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam

hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi

(7)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

4

area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan

merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi

EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kota Bontang.

Tabel 2.1

Katagori Klaster Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Berisiko

Katagori Klaster

Kriteria

Klaster 0

Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria

indikasi lingkungan berisiko.

Klaster 1

Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria

indikasi lingkungan berisiko

Klaster 2

Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria

indikasi lingkungan berisiko

Klaster 3

Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria

indikasi lingkungan berisiko

Klaster 4

Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria

indikasi lingkungan berisiko

Klastering wilayah di Kota Bontang menghasilkan katagori klaster sebagaimana

dipelihatkan pada Tabel 2.2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada

klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat

risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey

pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan

area survey pada klaster yang sama.

Tabel 2.2

Hasil Klastering Desa / Kelurahan Di Kota Bontang

No Klaster Jumlah Kelurahan

Nama Kelurahan

1

4

-

-

2

3

5

Berbas Tengah, Tanjung Laut, Tanjung Laut

Indah, Bontang Kuala, Guntung

3

2

5

Berbas Pantai, Bontang Baru, Api-api, Bontang

Lestari, Loktuan

4

1

4

Satimpo, Gunung Elai, Kanaan, Telihan

(8)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Hasil klastering wilayah desa/kelurahan di

menghasilkan distribusi sebegai berikut

1. Klaster 0 sebanyak 6,67%

2. Klaster 1 sebanyak 26,67%

3. Klaster 2 sebanyak 33,33%

4. Klaster 3 sebanyak 33,33%

5. Klaster 4 sebanyak 0 %

Distribusi Kelurahan

2.2. PENENTUAN JUMLAH

Berdasarkan kaidah statistik, u

kabupaten/kota digunakan “Rumus

Dimana :

• n adalah jumlah sampel

• N adalah jumlah populasi

0

1

2

3

4

5

Klaster 0

Klaster 1

1

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

desa/kelurahan di Kota Bontang yang terdiri atas 15

distribusi sebegai berikut :

Grafik 2.1

Kelurahan Per Klaster Untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA

UMLAH / BESAR RESPONDEN

Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala

Rumus Slovin”

sebagai berikut :

Klaster 1

Klaster 2

Klaster 3

Klaster 4

4

5

5

0

Jumlah Kelurahan

5

yang terdiri atas 15 Kelurahan

tudi EHRA

(9)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

6

• d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang

masih dapat ditolerir 2,5% (d = 0,025)

 Asumsi tingkat kepercayaan 97,5%

Dengan jumlah populasi rumah tangga di Kota Bontang sebanyak 45.439 KK maka jumlah

sampel yang akan disurvei adalah sebanyak 1.623 responden.

2.3. PENENTUAN KELURAHAN AREA SURVEI

Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka

selanjutnya ditentukan studi EHRA akan dilaksanakan diseluruh Kelurahan di Kota Bontang

(15 Kelurahan).

Tabel 2.3

Kecamatan Dan Kelurahan Lokasi Survei EHRA 2011 Kota Bontang

No

Klaster

Kecamatan

Kelurahan

Jumlah RT

Yang Disurvei

Jumlah

Responden

1

4

Bontang Barat

-

-

-

Bontang Utara

-

-

-

Bontang Selatan -

-

-

2

3

Bontang Barat

-

-

-

Bontang Utara

Bontang Kuala

8

72

Guntung

15

72

Bontang Selatan Berbas Tengah

39

185

Tanjung Laut

24

114

Tanjung Laut Indah

21

99

3

2

Bontang Barat

-

-

-

Bontang Utara

Bontang Baru

19

96

Api-api

25

127

Loktuan

35

175

Bontang Selatan Berbas Pantai

16

82

Bontang Lestari

12

62

4

1

Bontang Barat

Kanaan

9

48

Telihan

24

120

Bontang Utara

Gunung Elai

32

164

Bontang Selatan Satimpo

20

100

5

0

Bontang Barat

Belimbing

21

108

Bontang Utara

-

-

-

(10)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

7

2.4. PENENTUAN RT DAN RESPONDEN DI LOKASI SURVEI

Unit sampling primer (PSU =

Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu,

data RT per Kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per

Kelurahan minimal adalah 8 (delapan) RT. Rumah tangga/responden dipilih dengan

menggunakan cara acak (

random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga

memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah

itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri.

Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar

rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk

langsung.

2. Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil,

misal 5 (lima)



diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5

3. Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM),

contoh dibawah misal angka mulai 2.

(11)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

8

BAB III

HASIL STUDI EHRA KOTA BONTANG

3.1. PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA

Tabel 3.1

Resiko Kesehatan Lingkungan Dari Aspek Persampahan

No

Kelurahan

Prosentase

Pengelolaan

Sampah

Frekuensi

Pengangkutan

Ketepatan Waktu

Pengangkutan

Sampah

Pengelolaan

Sampah

Setempat

Mewadahi

Mewadahi

Tidak

Mewadahi

Mewadahi

Tidak

Tepat Waktu

Tidak Tepat

Waktu

Ya

Tidak

1

Bontang Lestari

24,2

75,8

18,3

81,7

11,7

88,3

6,5

93,5

2

Satimpo

100,0

0

96,9

3,1

92,9

7,1

0

100,0

3

Berbas Pantai

78,0

22,0

90,0

10,0

87,5

12,5

0

100,0

4

Berbas Tengah

65,5

33,5

89,3

10,7

70,2

29,8

0

100,0

5

Tanjung Laut

46,9

53,1

81,4

18,6

50,0

50,0

0,9

99,1

6

Tanjung Laut Indah

94,9

5,1

63,5

36,5

37,5

62,5

0

100,0

7

Bontang Kuala

86,1

13,9

85,7

14,3

84,3

15,7

2,8

97,2

8

Bontang Baru

87,5

12,5

80,0

20,0

82,4

17,6

0

100,0

9

Api-api

89,0

11,0

92,1

7,9

84,8

15,2

0,8

99,2

10

Gunung Elai

87,7

12,3

82,4

17,6

82,2

17,8

1,2

98,8

11

Loktuan

63,2

36,8

75,2

24,8

70,8

29,2

0,6

99,4

12

Guntung

54,2

45,8

46,3

53,7

73,3

26,7

1,4

98,6

13

Kanaan

75,0

25,0

91,1

8,9

95,6

4,4

8,3

91,7

14

Gunung Telihan

82,5

17,5

75,8

24,2

50,8

49,2

3,3

96,7

15

Belimbing

97,2

2,8

89,8

10,2

91,7

8,3

0

100,0

Rata-rata

76,5

23,5

79,2

20,8

72,2

27,8

1,2

98,8

Dari tabel 3.1 prosentase untuk pengelolaan sampah yang memadahi, frekuensi pengankutan

yang memadahi, pengangkutan sampah yang tepat waktu dan adanya pengelolaan sampah

setempat besarnya berturut-turut adalah 76,5%, 79,2%, 72,2% dan 1,2%

(12)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Kondisi Sampah Di Lingkungan Rumah

Dari grafik 3.1 diketahui bahwa kondisi sampah dilingkungan rumah sebagian besar tidak

ada masalah dengan persentase sebesar 74,06%.

Perilaku Masyarakat

Dari grafik 3.2 diketahui bahwa kebiasaan masyarakat

banyak adalah dengan cara sampah dibuang dan dikubur didalam lubang dengan persentase

0

20

40

60

80

100

Lalat

Berkembang

Biak Di

Sampah

Banyak Tikus

Dan Cacing

8,79

13,00

Kondisi Sampah Di Lingkungan Rumah (%)

0

20

40

60

80

100

Dibuang &

Dikubur

Dilubang

Diangkut

Tukang

Sampah/di

TPS

76,47

1,61

Perilaku Masyarakat Dalam Membuang Sampah (%)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Grafik 3.1

Kondisi Sampah Di Lingkungan Rumah di Kota Bontang

bahwa kondisi sampah dilingkungan rumah sebagian besar tidak

ada masalah dengan persentase sebesar 74,06%.

Grafik 3.2

Masyarakat Kota Bontang Dalam Membuang Sampah

diketahui bahwa kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah paling

banyak adalah dengan cara sampah dibuang dan dikubur didalam lubang dengan persentase

Banyak Tikus

Dan Cacing

Bau Busuk

Yang

Mengganggu

Tetangga

Saluran

Drainase

Yang

Mampet

Karena

Sampah

Lainnya

Tidak Ada

Masalah

13,00

4,89

3,47

1,67

74,06

Kondisi Sampah Di Lingkungan Rumah (%)

Diangkut

Tukang

Sampah/di

Dibakar

Dibuang Ke

Sungai

Dibuang Ke

Lahan

Kosong

Lainnya

1,61

7,66

4,88

1,24

8,15

Perilaku Masyarakat Dalam Membuang Sampah (%)

9

bahwa kondisi sampah dilingkungan rumah sebagian besar tidak

dalam membuang sampah paling

banyak adalah dengan cara sampah dibuang dan dikubur didalam lubang dengan persentase

(13)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

76,47% dan yang paling sedikit adalah dengan cara dibuang ke lahan kosong dengan

persentase sebesar 1,24%.

Perlakuan Masyarakat Kota Bontang

Dari grafik 3.3 diketahui bahwa perlakuan masyarakat

pakai paling banyak adalah dengan memberikan kepada orang l

sebesar 53,97% dan 3,97% menjawab tidak tahu.

Pemilahan / Pemisahan Sampah Sebelum Dibuang

0

20

40

60

80

100

Diberikan

Kepada Orang

Lain

Dijual

53,97

Perlakuan Untuk Barang Masih Layak Pakai (%)

0

20

40

60

80

100

Tidak Pernah

Kadang

68,13

Pemilahan / Pemisahan Sampah Sebelum Dibuang (%)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

% dan yang paling sedikit adalah dengan cara dibuang ke lahan kosong dengan

Grafik 3.3

Kota Bontang Untuk Barang Bekas Yang Masih Layak P

ahui bahwa perlakuan masyarakat untuk barang bekas yang masih layak

pakai paling banyak adalah dengan memberikan kepada orang lain dengan persentase

menjawab tidak tahu.

Grafik 3.4

Pemilahan / Pemisahan Sampah Sebelum Dibuang

Dijual

Dibuang

Lainnya

Tidak tahu

8,73

16,67

16,67

3,97

Perlakuan Untuk Barang Masih Layak Pakai (%)

Kadang-kadang

Sering

Selalu

16,33

6,77

8,76

Pemilahan / Pemisahan Sampah Sebelum Dibuang (%)

10

% dan yang paling sedikit adalah dengan cara dibuang ke lahan kosong dengan

Barang Bekas Yang Masih Layak Pakai

untuk barang bekas yang masih layak

ain dengan persentase

(14)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Dari grafik 3.4 diketahui bahwa sebanyak 68

pemilahan/pemisahan sampah sebelu

yang selalu melakukan pemisahan/pemilahan sebelum sampah dibuang.

Jenis Sampah

Dari grafik 3.5 diketahui bahwa jenis sampah yang dipilah

paling banyak adalah sampah organik / sampah basa

dan sebanyak 1,25% menjawab tidak tahu.

Frekuensi Pengangkutan Sampah Oleh Petugas

0

20

40

60

80

100

Sampah

Organik /

Sampah

Basah

Plastik

67,09

63,75

Jenis Sampah Yang Dipilah Sebelum Dibuang (%)

0

20

40

60

80

100

Setiap Hari Beberapa

Kali

Seminggu

63,06

16,12

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

diketahui bahwa sebanyak 68,13% responden tidak pernah melakukan

pemilahan/pemisahan sampah sebelum dibuang dan hanya sebanyak 8,76% rumah tangga

melakukan pemisahan/pemilahan sebelum sampah dibuang.

Grafik 3.5

Sampah Yang Dipilah/Dipisah Sebelum Dibuang

diketahui bahwa jenis sampah yang dipilah oleh masyarakat Kota Bontang

paling banyak adalah sampah organik / sampah basah dengan persentase sebesar 67,09%

% menjawab tidak tahu.

Grafik 3.6

Frekuensi Pengangkutan Sampah Oleh Petugas di Kota Bontang

Gelas /

Kaca

Kertas

Besi /

Logam

Lainnya

Tidak Tahu

46,25

28,75

18,75

3,75

1,25

Jenis Sampah Yang Dipilah Sebelum Dibuang (%)

Beberapa Seminggu

Sekali

Beberapa

Kali

Sebulan

Sebulan

Sekali

Lainnya

Tidak Tahu

1,36

0,82

0,20

8,57

9,86

Frekuensi Pengangkutan Sampah (%)

11

tidak pernah melakukan

% rumah tangga

oleh masyarakat Kota Bontang

dengan persentase sebesar 67,09%

Tidak Tahu

1,25

Tidak Tahu

9,86

(15)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

12

Dari grafik 3.6 diketahui bahwa sebanyak 63,06% rumah tangga di Kota Bontang

sampahnya diangkut oleh petugas setiap hari.

3.2. PEMBUANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Tabel 3.2

Resiko Kesehatan Lingkungan Dari Aspek Air Limbah Domestik

No

Kelurahan

Prosentase

Tangki Septik

Pencemaran Karena Air Limbah

Aman

Tidak Aman

Aman

Tidak Aman / Tercemari

1

Bontang Lestari

80,65

19,35

67,74

32,28

2

Satimpo

30,00

70,00

8,00

92,00

3

Berbas Pantai

29,27

70,73

21,95

78,05

4

Berbas Tengah

33,51

66,49

52,43

47,57

5

Tanjung Laut

39,82

60,18

15,04

84,96

6

Tanjung Laut Indah

27,55

72,45

51,02

48,98

7

Bontang Kuala

69,44

30,56

95,83

4,17

8

Bontang Baru

22,92

77,08

96,88

3,13

9

Api-api

32,28

67,72

37,01

62,99

10

Gunung Elai

40,85

59,15

63,41

36,59

11

Loktuan

45,40

54,60

75,29

24,71

12

Guntung

61,11

38,89

66,67

33,33

13

Kanaan

20,83

79,17

27,08

72,92

14

Gunung Telihan

43,33

56,67

60,83

39,17

15

Belimbing

46,30

53,70

35,19

64,81

Rata-rata

40,28

59,72

52,31

47,69

Dari tabel 3.2 dapat diketahui bahwa kondisi tangki saptik tidak aman lebih banyak daripada

tangki saptik aman dengan nilai masing-masing adalah tangki saptik tidak aman sebesar

59,72% dan tangki saptik aman sebesar 40,28%. Sedangkan untuk prosentase pencemaran

karena air limbah domestik sebesar 47,69%.

(16)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Tempat Kebiasaan

Dari grafik 3.7 dapat diketahui bahwa tempat

Bontang sebagian besar di jamban pribadi yaitu sebesar 93,95% dan hanya sebanyak 0,06% buang

air besar di selokan/parit/got.

Keluarga Yang Memiliki Jamba

0

20

40

60

80

100

93,95

3,59

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

44 95 74 168 71,0 95,0 90,2 90,8

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Grafik 3.7

Kebiasaan BAB Masyarakat Dewasa Kota Bontang

grafik 3.7 dapat diketahui bahwa tempat kebiasaan buang air besar masyarakat dewasa Kota

Bontang sebagian besar di jamban pribadi yaitu sebesar 93,95% dan hanya sebanyak 0,06% buang

Grafik 3.8

Keluarga Yang Memiliki Jamban Pribadi

0,37

1,30

0,68

0,06

0,12

0,93

0,19

Tempat BAB Masyarakat (%)

109 95 71 96 124 158 154 63 48 116 90,8 96,5 96,9 98,6 100,0 97,6 96,9 88,5 87,5 100,0

Jumlah Keluarga

Prosentase

13

kebiasaan buang air besar masyarakat dewasa Kota

Bontang sebagian besar di jamban pribadi yaitu sebesar 93,95% dan hanya sebanyak 0,06% buang

0,19

107

(17)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Dari grafik 3.8 diketahui bahwa prosentase kepemilikan jamban pribadi yang terendah berada di

Kelurahan Bontang Lestari dengan prosentase kepemilikan sebesar 71%.

Jenis Kloset Yang Dipakai Masyarakat Kota Bontang

Dari grafik 3.9 dapat diketahui bahwa jenis kloset yang paling banyak dimiliki dan dipakai

masyarakat Kota Bontang adalah kloset jongkok leher angsa dengan angka persentase sebesar

86,26% dan yang paling kecil adalah plengsengan dengan persentase sebesar 0,31%.

Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja

0

20

40

60

80

100

Kloset Jongkok

Leher Angsa

Siram Leher Angsa

86,26

Jenis Kloset Yang Dipakai Masyarakat (%)

0

20

40

60

80

100

84,48

2,23

Prosentase Tempat Buangan Akhir Tinja

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

diketahui bahwa prosentase kepemilikan jamban pribadi yang terendah berada di

Kelurahan Bontang Lestari dengan prosentase kepemilikan sebesar 71%.

Grafik 3.9

Jenis Kloset Yang Dipakai Masyarakat Kota Bontang

dapat diketahui bahwa jenis kloset yang paling banyak dimiliki dan dipakai

masyarakat Kota Bontang adalah kloset jongkok leher angsa dengan angka persentase sebesar

86,26% dan yang paling kecil adalah plengsengan dengan persentase sebesar 0,31%.

Grafik 3.10

Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja

Kloset Duduk

Siram Leher Angsa

Plengsengan

Cumplung

8,89

0,31

4,54

Jenis Kloset Yang Dipakai Masyarakat (%)

1,55

9,03

0,87

0,49

0,93

0,43

Prosentase Tempat Buangan Akhir Tinja

14

diketahui bahwa prosentase kepemilikan jamban pribadi yang terendah berada di

dapat diketahui bahwa jenis kloset yang paling banyak dimiliki dan dipakai

masyarakat Kota Bontang adalah kloset jongkok leher angsa dengan angka persentase sebesar

(18)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Dari grafik 3.10 dapat diketahui bahwa tempat

banyak menggunakan tangki saptik dengan prose

Umur Tangki Septik Masyarakat

Dari grafik 3.11 dapat diketahui bahwa

lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 35,70% dan hanya 4,52% yang berumur kurang dari 1 tahun.

Sebanyak 24,96% tidak mengetahui umur tangki septik yang dimiliki.

Terakhir Kali Pengosongan

0

20

40

60

80

100

0-12 Bulan

1-5 Tahun

4,52

0

20

40

60

80

100

0-12 Bulan

1-5 Tahun

4,20

5,19

Terakhir Kali Tangki Septik Dikosongkan (%)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

dapat diketahui bahwa tempat penyaluran buangan akhir tinja masyarakat

banyak menggunakan tangki saptik dengan prosentase terbesar yaitu 84,48%.

Grafik 3.11

Umur Tangki Septik Masyarakat Kota Bontang

dapat diketahui bahwa sebagian besar umur tangki septik masyarakat Kota Bontang

lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 35,70% dan hanya 4,52% yang berumur kurang dari 1 tahun.

Sebanyak 24,96% tidak mengetahui umur tangki septik yang dimiliki.

Grafik 3.12

Terakhir Kali Pengosongan Tangki Septik Masyarakat Kota Bontang

5 Tahun

5-10 Tahun

Lebih Dari 10

Tahun

Tidak Tahu

13,48

21,33

35,70

24,96

Umur Tangki Septik (%)

5 Tahun

5-10 Tahun

Lebih Dari

10 Tahun

Tidak Pernah Tidak Tahu

5,19

2,29

1,22

62,26

24,83

Terakhir Kali Tangki Septik Dikosongkan (%)

15

penyaluran buangan akhir tinja masyarakat sudah

sebagian besar umur tangki septik masyarakat Kota Bontang

lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 35,70% dan hanya 4,52% yang berumur kurang dari 1 tahun.

Tangki Septik Masyarakat Kota Bontang

Tidak Tahu

24,83

(19)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Dari grafik 3.12 dapat diketahui bahwa

Bontang tidak pernah menguras tangki septiknya

septik yang dimiliki masyarakat Kota Bontang dalam status tangki septik tidak aman.

Tangki Saptik Yang Aman

Dari grafik 3.13 dapat diketahui bahwa

dan prosentase keamanan terendah terdapat di Kelurahan Kanaan

sebesar 20,83%.

0

20

40

60

80

100

80,65

30,00

29,27

33,51

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

dapat diketahui bahwa sebagian besar yaitu sebesar 62,26% masyarakat Kota

Bontang tidak pernah menguras tangki septiknya. Ini dapat dijadikan indikasi bahwa banyak tangki

akat Kota Bontang dalam status tangki septik tidak aman.

Grafik 3.13

Tangki Saptik Yang Aman Tiap Kelurahan di Kota Bontang

dapat diketahui bahwa tingkat keamanan tangki saptik masyarakat masih rendah

dan prosentase keamanan terendah terdapat di Kelurahan Kanaan dengan angka persentase

33,51

39,82

27,55

69,44

22,92

32,28

40,85

45,40

61,11

20,83

43,33

Prosentase Tangki Saptik Aman

16

sebagian besar yaitu sebesar 62,26% masyarakat Kota

. Ini dapat dijadikan indikasi bahwa banyak tangki

tingkat keamanan tangki saptik masyarakat masih rendah

dengan angka persentase

(20)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Sarana Pengolah Air Limbah Selain Tinja

Dari grafik 3.14 dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat masih mebuang air limbah

(selain tinja) langsung ke parit/selokan dengan prosentase sebesar 64,11%. Sedangkan yang

dimasukkan ke sumur resapan sebesar 1,55% dan 33,

(selain tinja).

3.3. DRAINASE LINGKUNGAN

No

Kelurahan

1

Bontang Lestari

2

Satimpo

3

Berbas Pantai

4

Berbas Tengah

5

Tanjung Laut

6

Tanjung Laut Indah

7

Bontang Kuala

8

Bontang Baru

9

Api-api

10

Gunung Elai

11

Loktuan

12

Guntung

13

Kanaan

14

Gunung Telihan

15

Belimbing

Rata-rata

0

20

40

60

80

100

Parit

Sumur

Resapan

64,11

Persentase Sarana Pengolah Air Limbah Selain Tinja

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Grafik 3.14

Sarana Pengolah Air Limbah Selain Tinja Masyarakat Kota Bontang

dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat masih mebuang air limbah

(selain tinja) langsung ke parit/selokan dengan prosentase sebesar 64,11%. Sedangkan yang

dimasukkan ke sumur resapan sebesar 1,55% dan 33,60% tidak mempunyai pengolah air limbah

INGKUNGAN SEKITAR RUMAH DAN BANJIR

Tabel 3.3

Genangan Air

Kondisi

Ada Genangan Air

Tidak Ada Genangan Air

Jumlah

Prosentase

Jumlah

Prosentase

0

0,00

62

100,0

4

4,00

96

96,00

1

1,22

81

98,78

6

3,24

179

96,76

0

0,00

113

100,0

7

7,14

91

92,86

1

1,39

71

98,61

1

1,04

95

98,96

7

5,51

120

94,49

2

1,22

162

98,78

3

1,72

171

98,28

1

1,39

71

98,61

0

0,00

48

100,0

0

0,00

120

100,0

0

0,00

108

100,0

2,04

97,96

Sumur

Resapan

Lainnya

Tidak Ada

Tidak Tahu

1,55

0,68

33,60

0,06

Persentase Sarana Pengolah Air Limbah Selain Tinja

17

Masyarakat Kota Bontang

dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat masih mebuang air limbah

(selain tinja) langsung ke parit/selokan dengan prosentase sebesar 64,11%. Sedangkan yang

60% tidak mempunyai pengolah air limbah

Tidak Ada Genangan Air

Prosentase

100,0

96,00

98,78

96,76

100,0

92,86

98,61

98,96

94,49

98,78

98,28

98,61

100,0

100,0

100,0

97,96

(21)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Dari tabel 3.3 dapat diketahui halaman rumah

yang terbebas dari genangan air sebesar 97,96%.

Rumah/Pekarangan Yang Terdapat Genangan Air

Dari grafik 3.15 dapat diketahui bahwa prosentase rumah/pekarangan yang ada genangan air

yang paling besar adalah di Kelurahan Tanjung Laut Indah yaitu sebesar 7,14%.

0

2

4

6

8

10

0,00

4,00

1,22

3,24

Prosentase Rumah/Pekarangan Yang Terdapat Genangan Air

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

halaman rumah yang terdapat genangan air sebesar 2,04% dan

yang terbebas dari genangan air sebesar 97,96%.

Grafik 3.15

Rumah/Pekarangan Yang Terdapat Genangan Air

dapat diketahui bahwa prosentase rumah/pekarangan yang ada genangan air

yang paling besar adalah di Kelurahan Tanjung Laut Indah yaitu sebesar 7,14%.

3,24

0,00

7,14

1,39

1,04

5,51

1,22

1,72

1,39

0,00

0,00

Prosentase Rumah/Pekarangan Yang Terdapat Genangan Air

18

yang terdapat genangan air sebesar 2,04% dan

dapat diketahui bahwa prosentase rumah/pekarangan yang ada genangan air

yang paling besar adalah di Kelurahan Tanjung Laut Indah yaitu sebesar 7,14%.

(22)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

3.4. PENGELOLAAN AIR BERSIH

Resiko Kesehatan Lingkungan Dari

No

Kelurahan

1

Bontang Lestari

2

Satimpo

3

Berbas Pantai

4

Berbas Tengah

5

Tanjung Laut

6

Tanjung Laut Indah

7

Bontang Kuala

8

Bontang Baru

9

Api-api

10

Gunung Elai

11

Loktuan

12

Guntung

13

Kanaan

14

Gunung Telihan

15

Belimbing

Rata-rata

Dari tabel 2.3 dapat diketahui bahwa sumber air tercemar, penggunaan air tidak terlindungi

dan kelangkaan air besarnya berturut

Sumber Air Untuk M

0

20

40

60

80

100

7,74 61,80 26,05 3,34 0,99 10,51 60,68 6,99

Keperluan Minum (%)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

ERSIH RUMAH TANGGA

Tabel 2.3

Resiko Kesehatan Lingkungan Dari Aspek Persampahan

Resiko (%)

Sumber Air

Tercemar

Penggunaan Sumber

Air Tidak Terlindungi

Kelangkaan Air

0,00

51,61

14,

0,00

57,00

0

0,00

96,34

70,00

0,00

74,05

37,93

0,00

68,14

28,

0,00

25,51

33,3

0,00

70,83

0

0,00

90,63

0

0,00

75,59

25,00

0,00

75,00

28,

0,00

79,89

74,07

0,00

55,56

37,50

0,00

45,83

0

0,00

53,33

100,

0,00

63,89

10,00

0,00

67,74

37,43

Dari tabel 2.3 dapat diketahui bahwa sumber air tercemar, penggunaan air tidak terlindungi

dan kelangkaan air besarnya berturut-turut adalah 0%, 67,74% dan 37,43%.

Grafik 3.16

Sumber Air Untuk Memasak dan Minum Masyarakat Kota Bontang

1,55 0,80 2,60 0,80 0,20 0,00 0,20 0,10 0,00

6,99

2,48 2,54 5,38 1,70 0,20 0,00 0,50 0,10

Keperluan Minum (%)

Keperluan Memasak (%)

19

Kelangkaan Air

14,29

0,00

70,00

37,93

28,57

33,33

0,00

0,00

25,00

28,57

74,07

37,50

0,00

100,0

10,00

37,43

Dari tabel 2.3 dapat diketahui bahwa sumber air tercemar, penggunaan air tidak terlindungi

Masyarakat Kota Bontang

0,000,003,89 8,85

(23)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Dari grafik 3.16 dapat diketahui bahwa

Bontang untuk keperluan minum

61,80%. Sedangkan untuk keperluan memasak,

digunakan adalah air ledeng PDAM yaitu sebesar 60,80%.

Sumber Air Untuk Cuci Pakaian

Dari grafik 3.17 dapat diketahui bahwa

Bontang untuk mencuci pakaian

62,74%.

0

20

40

60

80

100

0,19

0,99

62,74

7,30

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

dapat diketahui bahwa sumber air yang digunakan masyarakat Kota

untuk keperluan minum paling banyak adalah dari air isi ulang yaitu sebesar

61,80%. Sedangkan untuk keperluan memasak, sumber air yang digunakan paling banyak

digunakan adalah air ledeng PDAM yaitu sebesar 60,80%.

Grafik 3.17

Sumber Air Untuk Cuci Pakaian Masyarakat Kota Bontang

dapat diketahui bahwa sumber air yang digunakan masyarakat Kota

mencuci pakaian paling banyak adalah dari air ledeng PDAM yaitu sebesar

7,30

1,73

3,16

10,58

3,84

0,50

0,06

1,79

0,37

0,12

Sumber Air Untuk Cuci Pakaian(%)

20

masyarakat Kota

paling banyak adalah dari air isi ulang yaitu sebesar

air yang digunakan paling banyak

masyarakat Kota

ledeng PDAM yaitu sebesar

0,12

8,04

(24)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Sumber Air Untuk

Dari grafik 3.18 dapat diketahui bahwa

Bontang untuk mencuci piring dan gelas paling

sebesar 62,49%.

Sumber Air Untuk

0

20

40

60

80

100

0,19

1,30

62,49

7,49

Sumber Air Untuk Cuci Piring dan Gelas (%)

0

20

40

60

80

100

0,43

1,86

62,92

7,36

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Grafik 3.18

Sumber Air Untuk Cuci Piring dan Gelas Masyarakat Kota Bontang

dapat diketahui bahwa sumber air yang digunakan masyarakat Kota

mencuci piring dan gelas paling banyak adalah dari air ledeng PDAM yaitu

Grafik 3.19

Sumber Air Untuk Gosok Gigi Masyarakat Kota Bontang

7,49

1,73

3,16

10,52

3,71

0,50

0,06

1,79

0,37

0,12

Sumber Air Untuk Cuci Piring dan Gelas (%)

7,36

1,73

3,16

9,28

3,53

0,50

0,06

0,93

0,37

0,12

Sumber Air Untuk Gosok Gigi (%)

21

Masyarakat Kota Bontang

masyarakat Kota

ledeng PDAM yaitu

0,12

8,29

0,12

8,42

(25)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Dari grafik 3.19 dapat diketahui bahwa

Bontang untuk keperluan gosok gigi

sebesar 62,92%.

Tempat Menyimpan Air Untuk Memasak dan Minum Masyarakat Kota Bontang

Dari grafik 3.20 dapat diketahui bahwa

Kota Bontang untuk keperluan minum

Sedangkan untuk keperluan memasak,

digunakan adalah tempayan tertutup yaitu sebesar 37,25

Tempat Menyimpan Air

0

20

40

60

80

100

Panci / Ember

Terbuka

Panci / Ember

Tertutup

1,31

20,18

3,17

Untuk Minum (%)

0

20

40

60

80

100

Panci / Ember

Terbuka

Panci / Ember

Tertutup

10,01

16,02

8,15

Untuk Cuci Piring/Gelas (%)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

dapat diketahui bahwa sumber air yang digunakan masyarakat Kota

gosok gigi paling banyak adalah dari air ledeng PDAM yaitu

Grafik 3.20

Tempat Menyimpan Air Untuk Memasak dan Minum Masyarakat Kota Bontang

dapat diketahui bahwa tempat menyimpan air yang digunakan

untuk keperluan minum paling banyak adalah galon air yaitu sebesar 53,77

untuk keperluan memasak, tempat menyimpan air yang digunakan paling banyak

tempayan tertutup yaitu sebesar 37,25%.

Grafik 3.21

Tempat Menyimpan Air Untuk Cuci Piring/Gelas dan Gosok Gigi

Masyarakat Kota Bontang

Panci / Ember

Tertutup

Tempayan

Terbuka

Tempayan

Tertutup

Galon Air

Lainnya

1,31

19,83

53,77

12,22

27,56

3,04

37,25

7,53

Untuk Minum (%)

Untuk Memasak (%)

Panci / Ember

Tertutup

Tempayan

Terbuka

Tempayan

Tertutup

Galon Air

Lainnya

14,03

25,29

0,55

41,78

16,51

13,61

25,43

1,04

Untuk Cuci Piring/Gelas (%)

Untuk Gosok Gigi (%)

22

masyarakat Kota

ledeng PDAM yaitu

Tempat Menyimpan Air Untuk Memasak dan Minum Masyarakat Kota Bontang

yang digunakan masyarakat

galon air yaitu sebesar 53,77%.

yang digunakan paling banyak

Untuk Cuci Piring/Gelas dan Gosok Gigi

Lainnya

30,80

Lainnya

(26)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Dari grafik 3.21 dapat diketahui bahwa

Kota Bontang untuk keperluan cuci piring/gelas dan gosok gigi

tempayan tertutup yaitu berturut

Cara Mengambil Air Dari Tempat Penyimpanan

Dari grafik 3.22 dapat diketahui bahwa cara mengambil air dari tempat penyimpanan

digunakan masyarakat Kota Bontang untuk keperluan minum paling banyak adalah

menggunakan gelas yaitu sebesar 56,8

paling banyak digunakan adalah dengan menggunakan gayung

Cara Mengambil Air Dari Tempat Penyimpanan Air

Untuk Cuci Piring/Gelas dan Gosok Gigi

0

20

40

60

80

100

Langsung Dari

Dispenser

48,74

2,78

Untuk Minum (%)

0

20

40

60

80

100

Langsung Dari

Dispenser

0,43

0,56

Untuk Cuci Piring/Gelas (%)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

dapat diketahui bahwa tempat menyimpan air yang digunakan

untuk keperluan cuci piring/gelas dan gosok gigi paling banyak adalah

berturut-turut sebesar 25,29% dan 25,43%.

Grafik 3.22

Cara Mengambil Air Dari Tempat Penyimpanan Air Untuk Memasak dan Minum

Masyarakat Kota Bontang

22 dapat diketahui bahwa cara mengambil air dari tempat penyimpanan

digunakan masyarakat Kota Bontang untuk keperluan minum paling banyak adalah

menggunakan gelas yaitu sebesar 56,87%. Sedangkan untuk keperluan memasak,

gunakan adalah dengan menggunakan gayung yaitu sebesar 85,32

Grafik 3.23

Cara Mengambil Air Dari Tempat Penyimpanan Air

Untuk Cuci Piring/Gelas dan Gosok Gigi Masyarakat Kota Bontang

Dengan

Menggunakan

Gayung

Dengan

Menggunakan Gelas

Lainnya

15,35

56,87

3,96

85,32

3,47

10,46

Untuk Minum (%)

Untuk Memasak (%)

Dengan

Menggunakan

Gayung

Dengan

Menggunakan Gelas

Lainnya

83,78

1,18

15,41

88,22

1,30

11,15

Untuk Cuci Piring/Gelas (%)

Untuk Gosok Gigi (%)

23

yang digunakan masyarakat

paling banyak adalah

Untuk Memasak dan Minum

22 dapat diketahui bahwa cara mengambil air dari tempat penyimpanan yang

digunakan masyarakat Kota Bontang untuk keperluan minum paling banyak adalah dengan

7%. Sedangkan untuk keperluan memasak, cara yang

ar 85,32%.

Masyarakat Kota Bontang

10,46

(27)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Dari grafik 3.23 dapat diketahui bahwa cara mengambil air dari tempat penyimpanan yang

digunakan masyarakat Kota Bontang untuk

sebagian besar menggunakan gayung dengan persentase berturut

88,22%.

Cara Mengolah Air Masyarakat Kota Bontang

Dari grafik 3.24 dapat diketahui bahwa

masyarakat Kota Bontang adalah dengan cara merebus air sebelum digunakan dengan

persentase sebesar 90,69%. Hanya 1,23% yang menggunakan cara dengan menambah

kaporit dan 5,36% dengan menggunakan filter keramik.

Tempat Menyimpan Air Yang Telah Diolah Masyarakat Kota Bontang

0

20

40

60

80

100

Direbus

Ditambah

Kaporit

90,69

0

20

40

60

80

100

Panci

Terbuka

Panci

Tertutup

0,38

22,05

Tempat Menyimpan Air Yang Telah Diolah (%)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Dari grafik 3.23 dapat diketahui bahwa cara mengambil air dari tempat penyimpanan yang

ta Bontang untuk keperluan cuci piring/gelas dan gosok gigi

sebagian besar menggunakan gayung dengan persentase berturut-turut sebesar 83,78% dan

Grafik 3.24

a Mengolah Air Masyarakat Kota Bontang

dapat diketahui bahwa cara mengolah air yang dipakai sebagian besar

masyarakat Kota Bontang adalah dengan cara merebus air sebelum digunakan dengan

persentase sebesar 90,69%. Hanya 1,23% yang menggunakan cara dengan menambah

kaporit dan 5,36% dengan menggunakan filter keramik.

Grafik 3.25

Tempat Menyimpan Air Yang Telah Diolah Masyarakat Kota Bontang

Ditambah

Kaporit

Menggunakan

Filter Keramik

Lainnya

Tidak Tahu

1,23

5,36

2,63

0,09

Cara Mengolah Air (%)

Panci

Tertutup

Teko / Ketel /

Ceret

Botol /

Termos

Galon Isi

Ulang

Lainnya

22,05

48,16

49,48

25,16

5,48

Tempat Menyimpan Air Yang Telah Diolah (%)

24

Dari grafik 3.23 dapat diketahui bahwa cara mengambil air dari tempat penyimpanan yang

dan gosok gigi

turut sebesar 83,78% dan

yang dipakai sebagian besar

masyarakat Kota Bontang adalah dengan cara merebus air sebelum digunakan dengan

persentase sebesar 90,69%. Hanya 1,23% yang menggunakan cara dengan menambah

Tempat Menyimpan Air Yang Telah Diolah Masyarakat Kota Bontang

(28)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Dari grafik 3.25 dapat diketahui bahwa

untuk menyimpan air yang telah diolah sebagian besar menggunakan Teko/Ketel/Ceret dan

Botol/Termos yaitu berturut-turut sebesar 48,16% dan 49,48%.

Penggunaan Air Yang Telah Diolah Selain Untuk Minum

Dari grafik 3.26 dapat diketahui penggunaan air yang telah diolah masyarakat Kota Bontang

selain untuk minum digunakan

bayi sebesar 22,55%, untuk menggosok gigi 11, 60% dan untuk penggunaan lainnya sebesar

25,94%.

0

20

40

60

80

100

Memasak

Gosok Gigi

52,08

Penggunaan Air Yang Telah Diolah Selain Untuk Minum (%)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

dapat diketahui bahwa tempat yang digunakan masyarakat Kota Bontang

untuk menyimpan air yang telah diolah sebagian besar menggunakan Teko/Ketel/Ceret dan

turut sebesar 48,16% dan 49,48%.

Grafik 3.26

Penggunaan Air Yang Telah Diolah Selain Untuk Minum

Masyarakat Kota Bontang

Dari grafik 3.26 dapat diketahui penggunaan air yang telah diolah masyarakat Kota Bontang

selain untuk minum digunakan untuk memasak sebesar 52,08%, menyiapkan susu formula

bayi sebesar 22,55%, untuk menggosok gigi 11, 60% dan untuk penggunaan lainnya sebesar

Gosok Gigi

Susu Formula

Bayi

Lainnya

Tidak Tahu

11,60

22,55

25,94

1,80

Penggunaan Air Yang Telah Diolah Selain Untuk Minum (%)

25

tempat yang digunakan masyarakat Kota Bontang

untuk menyimpan air yang telah diolah sebagian besar menggunakan Teko/Ketel/Ceret dan

Dari grafik 3.26 dapat diketahui penggunaan air yang telah diolah masyarakat Kota Bontang

untuk memasak sebesar 52,08%, menyiapkan susu formula

bayi sebesar 22,55%, untuk menggosok gigi 11, 60% dan untuk penggunaan lainnya sebesar

(29)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

2.5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS)

Praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Di 5

Dari grafik 3.27 dapat diketahui bahwa praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di 5

waktu penting masyarakat Kota Bontang masih relatif rendah. Nilai CPTS tertinggi ada di

Kelurahan Api-api dengan nilai seb

Bontang Kuala dengan nilai sebesar 1,77%.

0

20

40

60

80

100

4,84

10,00 12,20

9,19

Prosentase Masyarakat Yang Melaksanakan CPTS di 5 Waktu Penting

0

20

40

60

80

100

73,08

90,00

80,49

78,92

75,00

91,00

97,56

73,51

Lantai & Dinding Jamban Bebas Dari Tinja (%)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

IDUP BERSIH SEHAT (PHBS)

Grafik 3.27

Praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Di 5 Waktu Penting

dapat diketahui bahwa praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di 5

waktu penting masyarakat Kota Bontang masih relatif rendah. Nilai CPTS tertinggi ada di

api dengan nilai sebesar 31,5% dan yang terendah berada

Bontang Kuala dengan nilai sebesar 1,77%.

Grafik 3.13

Tingkat Kebersihan Jamban

9,19

1,77

10,20

1,39

18,75

31,50

15,24

7,47

18,06

2,08

16,67

Prosentase Masyarakat Yang Melaksanakan CPTS di 5 Waktu Penting

79,46

81,25 84,72

96,88

92,06

96,34

93,68

90,28

97,92

94,17

73,51

72,45

61,22

94,44

94,79

86,40

84,15

80,92

87,50

95,83

92,50

Lantai & Dinding Jamban Bebas Dari Tinja (%)

Jamban Bebas Dari Kecoa & Lalat (%)

26

dapat diketahui bahwa praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di 5

waktu penting masyarakat Kota Bontang masih relatif rendah. Nilai CPTS tertinggi ada di

di Kelurahan

16,67

8,33

94,17 98,15

92,50

98,15

(30)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Dari grafik 3.13 dapat diketahui bahwa tertinggi

bebas tinja dan jamban yang bebas kecoa dan lalat

98,15%.

Pencemaran Pada Wadah Penyimpanan dan Penanganan Air

Dari grafik 3.14 dapat diketahui bahwa tingkat pencemaran pada wadah penimpanan dan

penanganan air masyarakat Kota Bontang cukup tinggi. Prosentase tertinggi

Kelurahan Bontang Baru dengan nilai 67,71% dan terendah dengan nilai 6,12% di

Kelurahan Tanjung Laut Indah.

Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

0

20

40

60

80

100

59,68

26,00

7,32

19,46

Pencemaran Pada Wadah Penyimpanan dan Penanganan Air (%)

0

20

40

60

80

100

53,23

42,00

19,51

27,57

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

dapat diketahui bahwa tertinggi untuk lantai dan dinding

bebas tinja dan jamban yang bebas kecoa dan lalat ada di Kelurahan Belimbing

Grafik 3.14

Pencemaran Pada Wadah Penyimpanan dan Penanganan Air

apat diketahui bahwa tingkat pencemaran pada wadah penimpanan dan

masyarakat Kota Bontang cukup tinggi. Prosentase tertinggi

Kelurahan Bontang Baru dengan nilai 67,71% dan terendah dengan nilai 6,12% di

Kelurahan Tanjung Laut Indah.

Grafik 3.15

Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

19,46 21,24

6,12

13,89

67,71

30,71

51,83

18,97

27,78

56,25

40,83

Pencemaran Pada Wadah Penyimpanan dan Penanganan Air (%)

27,57

49,56

65,31

61,11

29,17

23,62

28,66

35,06

41,67

10,42

24,17

Perilaku BABS (%)

27

jamban yang

Belimbing dengan nilai

apat diketahui bahwa tingkat pencemaran pada wadah penimpanan dan

masyarakat Kota Bontang cukup tinggi. Prosentase tertinggi berada di

Kelurahan Bontang Baru dengan nilai 67,71% dan terendah dengan nilai 6,12% di

40,83

47,66

24,17

58,33

(31)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Dari grafik 3.15 dapat diketahui bahwa

masih tinggi. BABS tertinggi berada di Kelurahan Tanjung Laut Indah dengan prosentase

sebesar 65,31% dan terendah 10,42% di Kelurahan Kanaan.

2.6. KEJADIAN PENYAKIT DIARE

Dari grafik 3.15 dapat diketahui bahwa

lebih dari 6 (enam) bulan yang lalu yaitu sebesar 21,40%.

1,80%

3,10%

4,00%

4,00%

4,90%

21,40%

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

5 dapat diketahui bahwa kecenderungan BABS masyarakat Kota

masih tinggi. BABS tertinggi berada di Kelurahan Tanjung Laut Indah dengan prosentase

sebesar 65,31% dan terendah 10,42% di Kelurahan Kanaan.

KEJADIAN PENYAKIT DIARE

Grafik 3.15

Kejadian Penyakit Diare

5 dapat diketahui bahwa kejadian penyakit diare terjadi paling banyak pada

lebih dari 6 (enam) bulan yang lalu yaitu sebesar 21,40%.

60,80%

24 Jam Terakhir

1 Minggu Terakhir

1 Bulan Terakhir

3 Bulan Terakhir

6 Bulan Terakhir

Lebih Dari 6 Bulan

Tidak Ada

28

kecenderungan BABS masyarakat Kota Bontang

masih tinggi. BABS tertinggi berada di Kelurahan Tanjung Laut Indah dengan prosentase

kejadian penyakit diare terjadi paling banyak pada

24 Jam Terakhir

1 Minggu Terakhir

1 Bulan Terakhir

3 Bulan Terakhir

6 Bulan Terakhir

Lebih Dari 6 Bulan

Tidak Ada

(32)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

29

BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

• Studi EHRA dapat bermanfaat sebagai promosi sanitasi kepada masyarakat /

responden karena enumerator dilakukan oleh kader PKK, kader Posyandu, dan

petugas Dinas Kesehatan dalam rangka meningkatkan kepedulian terhadap sanitasi

lingkungan masyarakat. Diharapkan para enumerator menjadi agen perubahan

ditengah lingkungannya.

• Studi EHRA menyediakan data informasi yang valid dalam penilaian resiko

kesehatan lingkungan yang termuat dalam Buku Putih Sanitasi (BPS), dimana Buku

Putih Sanitasi (BPS) nantinya menjadi dasar dalam penyusunan Strategi Sanitasi

Kota (SSK) yang berfungsi sebagai rujukan dalam pengarusutamaan pembangunan

sanitasi.

4.2. SARAN

• Studi EHRA idealnya dilakukan secara berkala dan hasil dari hasil studi EHRA saat

(33)

Laporan Studi EHRA Kota Bontang

30

LAMPIRAN

I.

Tabel-tabel dasar hasil studi EHRA:

1)

Berdasarkan klaster

2)

Berdasarkan desa/ kelurahan di tiap lokasi studi/ survey.

II.

Organisasi dan personel pelaksana Studi EHRA

Gambar

grafik 3.7 dapat diketahui bahwa tempat kebiasaan buang air besar masyarakat dewasa Kota  Bontang sebagian besar di jamban pribadi yaitu sebesar 93,95% dan hanya sebanyak 0,06% buang
Grafik  3.15  Kejadian Penyakit Diare

Referensi

Dokumen terkait