Laporan Studi EHRA Kota Bontang
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan perkenan-Nya maka penyusunan laporan Studi Environmental Health Risk Assessment
(EHRA) Kota Bontang ini dapat diselesaikan.
Maksud dari Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) adalah untuk
mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap
kesehatan lingkungan. Hasil dari Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA)
ini kemudian dijadikan sebagai data primer dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS)
Kota Bontang.
Keberhasilan penyusunan laporan Studi Environmental Health Risk Assessment
(EHRA) tidak terlepas dari dukungan semua pihak terkait dalam proses penyusunan.
Untuk itu Pemerintah Kota Bontang menyampaikan terima kasih kepada seluruh
masyarakat dan pihak-pihak terkait atas peran aktifnya.
Disadari bahwa penyusunan laporan Studi Environmental Health Risk Assessment
(EHRA) Kota Bontang ini masih belum sempurna, maka saran dan masukan demi
kesempurnaannya sangat diharapkan untuk perbaikan penyusunan yang akan datang.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan dan
penyelesaian laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kota Bontang
ini kami ucapkan terima kasih. Semoga segala upaya kita bersama dalam membangun Kota
Bontang senantiasa mendapat petunjuk serta ridho dari Allah SWT, Amien.
Bontang, November 2011
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I
PENDAHULUAN ... 1
BAB II
METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA
2.1 Penentuan Target Area Survei ... 3
2.2 Penentuan Jumlah/Besar Responden ... 5
2.3 Penentuan Kelurahan Area Survei ... 6
2.4 Penentuan RT Dan Responden Di Lokasi Survei ... 7
BAB III
HASIL STUDI EHRA KOTA BONTANG
3.1 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga... 8
3.2 Pembuangan Air Limbah Domestik ... 12
3.3 Drainase Lingkungan Sekitar Rumah Dan Banjir ... 17
3.4 Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga ... 19
3.5 Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) ... 26
3.6 Kejadian Penyakit Diare ... 28
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ... 29
4.2 Saran ... 29
LAMPIRAN
LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL
HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)
KOTA BONTANG
KELOMPOK KERJA AIR MINUM & PENYEHATAN
LINGKUNGAN (POKJA AMPL)
PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI
PERMUKIMAN (PPSP)
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
1
BAB I
PENDAHULUAN
Sudi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan
Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk
memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat
kabupaten/kota sampai ke kelurahan. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi
EHRA karena :
1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat.
2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai
tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang
berbeda.
3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota
dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa.
4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor
pemerintahan secara eksklusif.
5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat
kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun
advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desa.
Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah:
1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko
terhadap kesehatan lingkungan.
2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi.
3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang
handal.
4. Menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi
Sanitasi Kota Bontang.
Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini
dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT dalam setiap Desa/Kelurahan
yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal
8 RT dan jumlah sampel per RT minimal 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
2
desa/kelurahan minimal adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Bapak
(Kepala Rumah Tangga) atau Ibu atau anak dan berumur antara 18 s/d 60 tahun.
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
3
BAB II
METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA
2.1. PENENTUAN TARGET AREA SURVEI
Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui
proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan
sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara
random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota
populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling
yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Pengambilan sampel didasarkan pada
daerah populasi yang telah ditetapkan.
Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP
sebagai berikut:
1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap
kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat
kecamatan dan kelurahan/ desa.
2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup
representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/
desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi
jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut:
(∑ Pra-KS + ∑ KS-1)
Angka kemiskinan = --- X 100%
∑ KK
3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi atau terdapat
danau/laut dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh
masyarakat setempat
4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter
ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut.
Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kota Bontang menghasilkan katagori
klaster
sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2.1. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang
terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam
hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
4
area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan
merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi
EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kota Bontang.
Tabel 2.1
Katagori Klaster Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Berisiko
Katagori Klaster
Kriteria
Klaster 0
Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria
indikasi lingkungan berisiko.
Klaster 1
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria
indikasi lingkungan berisiko
Klaster 2
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria
indikasi lingkungan berisiko
Klaster 3
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria
indikasi lingkungan berisiko
Klaster 4
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria
indikasi lingkungan berisiko
Klastering wilayah di Kota Bontang menghasilkan katagori klaster sebagaimana
dipelihatkan pada Tabel 2.2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada
klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat
risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey
pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan
area survey pada klaster yang sama.
Tabel 2.2
Hasil Klastering Desa / Kelurahan Di Kota Bontang
No Klaster Jumlah Kelurahan
Nama Kelurahan
1
4
-
-
2
3
5
Berbas Tengah, Tanjung Laut, Tanjung Laut
Indah, Bontang Kuala, Guntung
3
2
5
Berbas Pantai, Bontang Baru, Api-api, Bontang
Lestari, Loktuan
4
1
4
Satimpo, Gunung Elai, Kanaan, Telihan
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
Hasil klastering wilayah desa/kelurahan di
menghasilkan distribusi sebegai berikut
1. Klaster 0 sebanyak 6,67%
2. Klaster 1 sebanyak 26,67%
3. Klaster 2 sebanyak 33,33%
4. Klaster 3 sebanyak 33,33%
5. Klaster 4 sebanyak 0 %
Distribusi Kelurahan
2.2. PENENTUAN JUMLAH
Berdasarkan kaidah statistik, u
kabupaten/kota digunakan “Rumus
Dimana :
• n adalah jumlah sampel
• N adalah jumlah populasi
0
1
2
3
4
5
Klaster 0
Klaster 1
1
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
desa/kelurahan di Kota Bontang yang terdiri atas 15
distribusi sebegai berikut :
Grafik 2.1
Kelurahan Per Klaster Untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA
UMLAH / BESAR RESPONDEN
Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala
Rumus Slovin”
sebagai berikut :
Klaster 1
Klaster 2
Klaster 3
Klaster 4
4
5
5
0
Jumlah Kelurahan
5
yang terdiri atas 15 Kelurahan
tudi EHRA
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
6
• d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
masih dapat ditolerir 2,5% (d = 0,025)
Asumsi tingkat kepercayaan 97,5%
Dengan jumlah populasi rumah tangga di Kota Bontang sebanyak 45.439 KK maka jumlah
sampel yang akan disurvei adalah sebanyak 1.623 responden.
2.3. PENENTUAN KELURAHAN AREA SURVEI
Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka
selanjutnya ditentukan studi EHRA akan dilaksanakan diseluruh Kelurahan di Kota Bontang
(15 Kelurahan).
Tabel 2.3
Kecamatan Dan Kelurahan Lokasi Survei EHRA 2011 Kota Bontang
No
Klaster
Kecamatan
Kelurahan
Jumlah RT
Yang Disurvei
Jumlah
Responden
1
4
Bontang Barat
-
-
-
Bontang Utara
-
-
-
Bontang Selatan -
-
-
2
3
Bontang Barat
-
-
-
Bontang Utara
Bontang Kuala
8
72
Guntung
15
72
Bontang Selatan Berbas Tengah
39
185
Tanjung Laut
24
114
Tanjung Laut Indah
21
99
3
2
Bontang Barat
-
-
-
Bontang Utara
Bontang Baru
19
96
Api-api
25
127
Loktuan
35
175
Bontang Selatan Berbas Pantai
16
82
Bontang Lestari
12
62
4
1
Bontang Barat
Kanaan
9
48
Telihan
24
120
Bontang Utara
Gunung Elai
32
164
Bontang Selatan Satimpo
20
100
5
0
Bontang Barat
Belimbing
21
108
Bontang Utara
-
-
-
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
7
2.4. PENENTUAN RT DAN RESPONDEN DI LOKASI SURVEI
Unit sampling primer (PSU =
Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu,
data RT per Kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per
Kelurahan minimal adalah 8 (delapan) RT. Rumah tangga/responden dipilih dengan
menggunakan cara acak (
random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga
memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah
itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri.
Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar
rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk
langsung.
2. Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil,
misal 5 (lima)
diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5
3. Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM),
contoh dibawah misal angka mulai 2.
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
8
BAB III
HASIL STUDI EHRA KOTA BONTANG
3.1. PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
Tabel 3.1
Resiko Kesehatan Lingkungan Dari Aspek Persampahan
No
Kelurahan
Prosentase
Pengelolaan
Sampah
Frekuensi
Pengangkutan
Ketepatan Waktu
Pengangkutan
Sampah
Pengelolaan
Sampah
Setempat
Mewadahi
Mewadahi
Tidak
Mewadahi
Mewadahi
Tidak
Tepat Waktu
Tidak Tepat
Waktu
Ya
Tidak
1
Bontang Lestari
24,2
75,8
18,3
81,7
11,7
88,3
6,5
93,5
2
Satimpo
100,0
0
96,9
3,1
92,9
7,1
0
100,0
3
Berbas Pantai
78,0
22,0
90,0
10,0
87,5
12,5
0
100,0
4
Berbas Tengah
65,5
33,5
89,3
10,7
70,2
29,8
0
100,0
5
Tanjung Laut
46,9
53,1
81,4
18,6
50,0
50,0
0,9
99,1
6
Tanjung Laut Indah
94,9
5,1
63,5
36,5
37,5
62,5
0
100,0
7
Bontang Kuala
86,1
13,9
85,7
14,3
84,3
15,7
2,8
97,2
8
Bontang Baru
87,5
12,5
80,0
20,0
82,4
17,6
0
100,0
9
Api-api
89,0
11,0
92,1
7,9
84,8
15,2
0,8
99,2
10
Gunung Elai
87,7
12,3
82,4
17,6
82,2
17,8
1,2
98,8
11
Loktuan
63,2
36,8
75,2
24,8
70,8
29,2
0,6
99,4
12
Guntung
54,2
45,8
46,3
53,7
73,3
26,7
1,4
98,6
13
Kanaan
75,0
25,0
91,1
8,9
95,6
4,4
8,3
91,7
14
Gunung Telihan
82,5
17,5
75,8
24,2
50,8
49,2
3,3
96,7
15
Belimbing
97,2
2,8
89,8
10,2
91,7
8,3
0
100,0
Rata-rata
76,5
23,5
79,2
20,8
72,2
27,8
1,2
98,8
Dari tabel 3.1 prosentase untuk pengelolaan sampah yang memadahi, frekuensi pengankutan
yang memadahi, pengangkutan sampah yang tepat waktu dan adanya pengelolaan sampah
setempat besarnya berturut-turut adalah 76,5%, 79,2%, 72,2% dan 1,2%
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
Kondisi Sampah Di Lingkungan Rumah
Dari grafik 3.1 diketahui bahwa kondisi sampah dilingkungan rumah sebagian besar tidak
ada masalah dengan persentase sebesar 74,06%.
Perilaku Masyarakat
Dari grafik 3.2 diketahui bahwa kebiasaan masyarakat
banyak adalah dengan cara sampah dibuang dan dikubur didalam lubang dengan persentase
0
20
40
60
80
100
Lalat
Berkembang
Biak Di
Sampah
Banyak Tikus
Dan Cacing
8,79
13,00
Kondisi Sampah Di Lingkungan Rumah (%)
0
20
40
60
80
100
Dibuang &
Dikubur
Dilubang
Diangkut
Tukang
Sampah/di
TPS
76,47
1,61
Perilaku Masyarakat Dalam Membuang Sampah (%)
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
Grafik 3.1
Kondisi Sampah Di Lingkungan Rumah di Kota Bontang
bahwa kondisi sampah dilingkungan rumah sebagian besar tidak
ada masalah dengan persentase sebesar 74,06%.
Grafik 3.2
Masyarakat Kota Bontang Dalam Membuang Sampah
diketahui bahwa kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah paling
banyak adalah dengan cara sampah dibuang dan dikubur didalam lubang dengan persentase
Banyak Tikus
Dan Cacing
Bau Busuk
Yang
Mengganggu
Tetangga
Saluran
Drainase
Yang
Mampet
Karena
Sampah
Lainnya
Tidak Ada
Masalah
13,00
4,89
3,47
1,67
74,06
Kondisi Sampah Di Lingkungan Rumah (%)
Diangkut
Tukang
Sampah/di
Dibakar
Dibuang Ke
Sungai
Dibuang Ke
Lahan
Kosong
Lainnya
1,61
7,66
4,88
1,24
8,15
Perilaku Masyarakat Dalam Membuang Sampah (%)
9
bahwa kondisi sampah dilingkungan rumah sebagian besar tidak
dalam membuang sampah paling
banyak adalah dengan cara sampah dibuang dan dikubur didalam lubang dengan persentase
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
76,47% dan yang paling sedikit adalah dengan cara dibuang ke lahan kosong dengan
persentase sebesar 1,24%.
Perlakuan Masyarakat Kota Bontang
Dari grafik 3.3 diketahui bahwa perlakuan masyarakat
pakai paling banyak adalah dengan memberikan kepada orang l
sebesar 53,97% dan 3,97% menjawab tidak tahu.
Pemilahan / Pemisahan Sampah Sebelum Dibuang
0
20
40
60
80
100
Diberikan
Kepada Orang
Lain
Dijual
53,97
Perlakuan Untuk Barang Masih Layak Pakai (%)
0
20
40
60
80
100
Tidak Pernah
Kadang
68,13
Pemilahan / Pemisahan Sampah Sebelum Dibuang (%)
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
% dan yang paling sedikit adalah dengan cara dibuang ke lahan kosong dengan
Grafik 3.3
Kota Bontang Untuk Barang Bekas Yang Masih Layak P
ahui bahwa perlakuan masyarakat untuk barang bekas yang masih layak
pakai paling banyak adalah dengan memberikan kepada orang lain dengan persentase
menjawab tidak tahu.
Grafik 3.4
Pemilahan / Pemisahan Sampah Sebelum Dibuang
Dijual
Dibuang
Lainnya
Tidak tahu
8,73
16,67
16,67
3,97
Perlakuan Untuk Barang Masih Layak Pakai (%)
Kadang-kadang
Sering
Selalu
16,33
6,77
8,76
Pemilahan / Pemisahan Sampah Sebelum Dibuang (%)
10
% dan yang paling sedikit adalah dengan cara dibuang ke lahan kosong dengan
Barang Bekas Yang Masih Layak Pakai
untuk barang bekas yang masih layak
ain dengan persentase
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
Dari grafik 3.4 diketahui bahwa sebanyak 68
pemilahan/pemisahan sampah sebelu
yang selalu melakukan pemisahan/pemilahan sebelum sampah dibuang.
Jenis Sampah
Dari grafik 3.5 diketahui bahwa jenis sampah yang dipilah
paling banyak adalah sampah organik / sampah basa
dan sebanyak 1,25% menjawab tidak tahu.
Frekuensi Pengangkutan Sampah Oleh Petugas
0
20
40
60
80
100
Sampah
Organik /
Sampah
Basah
Plastik
67,09
63,75
Jenis Sampah Yang Dipilah Sebelum Dibuang (%)
0
20
40
60
80
100
Setiap Hari Beberapa
Kali
Seminggu
63,06
16,12
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
diketahui bahwa sebanyak 68,13% responden tidak pernah melakukan
pemilahan/pemisahan sampah sebelum dibuang dan hanya sebanyak 8,76% rumah tangga
melakukan pemisahan/pemilahan sebelum sampah dibuang.
Grafik 3.5
Sampah Yang Dipilah/Dipisah Sebelum Dibuang
diketahui bahwa jenis sampah yang dipilah oleh masyarakat Kota Bontang
paling banyak adalah sampah organik / sampah basah dengan persentase sebesar 67,09%
% menjawab tidak tahu.
Grafik 3.6
Frekuensi Pengangkutan Sampah Oleh Petugas di Kota Bontang
Gelas /
Kaca
Kertas
Besi /
Logam
Lainnya
Tidak Tahu
46,25
28,75
18,75
3,75
1,25
Jenis Sampah Yang Dipilah Sebelum Dibuang (%)
Beberapa Seminggu
Sekali
Beberapa
Kali
Sebulan
Sebulan
Sekali
Lainnya
Tidak Tahu
1,36
0,82
0,20
8,57
9,86
Frekuensi Pengangkutan Sampah (%)
11
tidak pernah melakukan
% rumah tangga
oleh masyarakat Kota Bontang
dengan persentase sebesar 67,09%
Tidak Tahu
1,25
Tidak Tahu
9,86
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
12
Dari grafik 3.6 diketahui bahwa sebanyak 63,06% rumah tangga di Kota Bontang
sampahnya diangkut oleh petugas setiap hari.
3.2. PEMBUANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Tabel 3.2
Resiko Kesehatan Lingkungan Dari Aspek Air Limbah Domestik
No
Kelurahan
Prosentase
Tangki Septik
Pencemaran Karena Air Limbah
Aman
Tidak Aman
Aman
Tidak Aman / Tercemari
1
Bontang Lestari
80,65
19,35
67,74
32,28
2
Satimpo
30,00
70,00
8,00
92,00
3
Berbas Pantai
29,27
70,73
21,95
78,05
4
Berbas Tengah
33,51
66,49
52,43
47,57
5
Tanjung Laut
39,82
60,18
15,04
84,96
6
Tanjung Laut Indah
27,55
72,45
51,02
48,98
7
Bontang Kuala
69,44
30,56
95,83
4,17
8
Bontang Baru
22,92
77,08
96,88
3,13
9
Api-api
32,28
67,72
37,01
62,99
10
Gunung Elai
40,85
59,15
63,41
36,59
11
Loktuan
45,40
54,60
75,29
24,71
12
Guntung
61,11
38,89
66,67
33,33
13
Kanaan
20,83
79,17
27,08
72,92
14
Gunung Telihan
43,33
56,67
60,83
39,17
15
Belimbing
46,30
53,70
35,19
64,81
Rata-rata
40,28
59,72
52,31
47,69
Dari tabel 3.2 dapat diketahui bahwa kondisi tangki saptik tidak aman lebih banyak daripada
tangki saptik aman dengan nilai masing-masing adalah tangki saptik tidak aman sebesar
59,72% dan tangki saptik aman sebesar 40,28%. Sedangkan untuk prosentase pencemaran
karena air limbah domestik sebesar 47,69%.
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
Tempat Kebiasaan
Dari grafik 3.7 dapat diketahui bahwa tempat
Bontang sebagian besar di jamban pribadi yaitu sebesar 93,95% dan hanya sebanyak 0,06% buang
air besar di selokan/parit/got.
Keluarga Yang Memiliki Jamba
0
20
40
60
80
100
93,95
3,59
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
44 95 74 168 71,0 95,0 90,2 90,8Laporan Studi EHRA Kota Bontang
Grafik 3.7
Kebiasaan BAB Masyarakat Dewasa Kota Bontang
grafik 3.7 dapat diketahui bahwa tempat kebiasaan buang air besar masyarakat dewasa Kota
Bontang sebagian besar di jamban pribadi yaitu sebesar 93,95% dan hanya sebanyak 0,06% buang
Grafik 3.8
Keluarga Yang Memiliki Jamban Pribadi
0,37
1,30
0,68
0,06
0,12
0,93
0,19
Tempat BAB Masyarakat (%)
109 95 71 96 124 158 154 63 48 116 90,8 96,5 96,9 98,6 100,0 97,6 96,9 88,5 87,5 100,0
Jumlah Keluarga
Prosentase
13
kebiasaan buang air besar masyarakat dewasa Kota
Bontang sebagian besar di jamban pribadi yaitu sebesar 93,95% dan hanya sebanyak 0,06% buang
0,19
107
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
Dari grafik 3.8 diketahui bahwa prosentase kepemilikan jamban pribadi yang terendah berada di
Kelurahan Bontang Lestari dengan prosentase kepemilikan sebesar 71%.
Jenis Kloset Yang Dipakai Masyarakat Kota Bontang
Dari grafik 3.9 dapat diketahui bahwa jenis kloset yang paling banyak dimiliki dan dipakai
masyarakat Kota Bontang adalah kloset jongkok leher angsa dengan angka persentase sebesar
86,26% dan yang paling kecil adalah plengsengan dengan persentase sebesar 0,31%.
Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja
0
20
40
60
80
100
Kloset Jongkok
Leher Angsa
Siram Leher Angsa
86,26
Jenis Kloset Yang Dipakai Masyarakat (%)
0
20
40
60
80
100
84,48
2,23
Prosentase Tempat Buangan Akhir Tinja
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
diketahui bahwa prosentase kepemilikan jamban pribadi yang terendah berada di
Kelurahan Bontang Lestari dengan prosentase kepemilikan sebesar 71%.
Grafik 3.9
Jenis Kloset Yang Dipakai Masyarakat Kota Bontang
dapat diketahui bahwa jenis kloset yang paling banyak dimiliki dan dipakai
masyarakat Kota Bontang adalah kloset jongkok leher angsa dengan angka persentase sebesar
86,26% dan yang paling kecil adalah plengsengan dengan persentase sebesar 0,31%.
Grafik 3.10
Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja
Kloset Duduk
Siram Leher Angsa
Plengsengan
Cumplung
8,89
0,31
4,54
Jenis Kloset Yang Dipakai Masyarakat (%)
1,55
9,03
0,87
0,49
0,93
0,43
Prosentase Tempat Buangan Akhir Tinja
14
diketahui bahwa prosentase kepemilikan jamban pribadi yang terendah berada di
dapat diketahui bahwa jenis kloset yang paling banyak dimiliki dan dipakai
masyarakat Kota Bontang adalah kloset jongkok leher angsa dengan angka persentase sebesar
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
Dari grafik 3.10 dapat diketahui bahwa tempat
banyak menggunakan tangki saptik dengan prose
Umur Tangki Septik Masyarakat
Dari grafik 3.11 dapat diketahui bahwa
lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 35,70% dan hanya 4,52% yang berumur kurang dari 1 tahun.
Sebanyak 24,96% tidak mengetahui umur tangki septik yang dimiliki.
Terakhir Kali Pengosongan
0
20
40
60
80
100
0-12 Bulan
1-5 Tahun
4,52
0
20
40
60
80
100
0-12 Bulan
1-5 Tahun
4,20
5,19
Terakhir Kali Tangki Septik Dikosongkan (%)
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
dapat diketahui bahwa tempat penyaluran buangan akhir tinja masyarakat
banyak menggunakan tangki saptik dengan prosentase terbesar yaitu 84,48%.
Grafik 3.11
Umur Tangki Septik Masyarakat Kota Bontang
dapat diketahui bahwa sebagian besar umur tangki septik masyarakat Kota Bontang
lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 35,70% dan hanya 4,52% yang berumur kurang dari 1 tahun.
Sebanyak 24,96% tidak mengetahui umur tangki septik yang dimiliki.
Grafik 3.12
Terakhir Kali Pengosongan Tangki Septik Masyarakat Kota Bontang
5 Tahun
5-10 Tahun
Lebih Dari 10
Tahun
Tidak Tahu
13,48
21,33
35,70
24,96
Umur Tangki Septik (%)
5 Tahun
5-10 Tahun
Lebih Dari
10 Tahun
Tidak Pernah Tidak Tahu
5,19
2,29
1,22
62,26
24,83
Terakhir Kali Tangki Septik Dikosongkan (%)
15
penyaluran buangan akhir tinja masyarakat sudah
sebagian besar umur tangki septik masyarakat Kota Bontang
lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 35,70% dan hanya 4,52% yang berumur kurang dari 1 tahun.
Tangki Septik Masyarakat Kota Bontang
Tidak Tahu
24,83
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
Dari grafik 3.12 dapat diketahui bahwa
Bontang tidak pernah menguras tangki septiknya
septik yang dimiliki masyarakat Kota Bontang dalam status tangki septik tidak aman.
Tangki Saptik Yang Aman
Dari grafik 3.13 dapat diketahui bahwa
dan prosentase keamanan terendah terdapat di Kelurahan Kanaan
sebesar 20,83%.
0
20
40
60
80
100
80,65
30,00
29,27
33,51
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
dapat diketahui bahwa sebagian besar yaitu sebesar 62,26% masyarakat Kota
Bontang tidak pernah menguras tangki septiknya. Ini dapat dijadikan indikasi bahwa banyak tangki
akat Kota Bontang dalam status tangki septik tidak aman.
Grafik 3.13
Tangki Saptik Yang Aman Tiap Kelurahan di Kota Bontang
dapat diketahui bahwa tingkat keamanan tangki saptik masyarakat masih rendah
dan prosentase keamanan terendah terdapat di Kelurahan Kanaan dengan angka persentase
33,51
39,82
27,55
69,44
22,92
32,28
40,85
45,40
61,11
20,83
43,33
Prosentase Tangki Saptik Aman
16
sebagian besar yaitu sebesar 62,26% masyarakat Kota
. Ini dapat dijadikan indikasi bahwa banyak tangki
tingkat keamanan tangki saptik masyarakat masih rendah
dengan angka persentase
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
Sarana Pengolah Air Limbah Selain Tinja
Dari grafik 3.14 dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat masih mebuang air limbah
(selain tinja) langsung ke parit/selokan dengan prosentase sebesar 64,11%. Sedangkan yang
dimasukkan ke sumur resapan sebesar 1,55% dan 33,
(selain tinja).
3.3. DRAINASE LINGKUNGAN
No
Kelurahan
1
Bontang Lestari
2
Satimpo
3
Berbas Pantai
4
Berbas Tengah
5
Tanjung Laut
6
Tanjung Laut Indah
7
Bontang Kuala
8
Bontang Baru
9
Api-api
10
Gunung Elai
11
Loktuan
12
Guntung
13
Kanaan
14
Gunung Telihan
15
Belimbing
Rata-rata
0
20
40
60
80
100
Parit
Sumur
Resapan
64,11
Persentase Sarana Pengolah Air Limbah Selain Tinja
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
Grafik 3.14
Sarana Pengolah Air Limbah Selain Tinja Masyarakat Kota Bontang
dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat masih mebuang air limbah
(selain tinja) langsung ke parit/selokan dengan prosentase sebesar 64,11%. Sedangkan yang
dimasukkan ke sumur resapan sebesar 1,55% dan 33,60% tidak mempunyai pengolah air limbah
INGKUNGAN SEKITAR RUMAH DAN BANJIR
Tabel 3.3
Genangan Air
Kondisi
Ada Genangan Air
Tidak Ada Genangan Air
Jumlah
Prosentase
Jumlah
Prosentase
0
0,00
62
100,0
4
4,00
96
96,00
1
1,22
81
98,78
6
3,24
179
96,76
0
0,00
113
100,0
7
7,14
91
92,86
1
1,39
71
98,61
1
1,04
95
98,96
7
5,51
120
94,49
2
1,22
162
98,78
3
1,72
171
98,28
1
1,39
71
98,61
0
0,00
48
100,0
0
0,00
120
100,0
0
0,00
108
100,0
2,04
97,96
Sumur
Resapan
Lainnya
Tidak Ada
Tidak Tahu
1,55
0,68
33,60
0,06
Persentase Sarana Pengolah Air Limbah Selain Tinja
17
Masyarakat Kota Bontang
dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat masih mebuang air limbah
(selain tinja) langsung ke parit/selokan dengan prosentase sebesar 64,11%. Sedangkan yang
60% tidak mempunyai pengolah air limbah
Tidak Ada Genangan Air
Prosentase
100,0
96,00
98,78
96,76
100,0
92,86
98,61
98,96
94,49
98,78
98,28
98,61
100,0
100,0
100,0
97,96
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
Dari tabel 3.3 dapat diketahui halaman rumah
yang terbebas dari genangan air sebesar 97,96%.
Rumah/Pekarangan Yang Terdapat Genangan Air
Dari grafik 3.15 dapat diketahui bahwa prosentase rumah/pekarangan yang ada genangan air
yang paling besar adalah di Kelurahan Tanjung Laut Indah yaitu sebesar 7,14%.
0
2
4
6
8
10
0,00
4,00
1,22
3,24
Prosentase Rumah/Pekarangan Yang Terdapat Genangan Air
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
halaman rumah yang terdapat genangan air sebesar 2,04% dan
yang terbebas dari genangan air sebesar 97,96%.
Grafik 3.15
Rumah/Pekarangan Yang Terdapat Genangan Air
dapat diketahui bahwa prosentase rumah/pekarangan yang ada genangan air
yang paling besar adalah di Kelurahan Tanjung Laut Indah yaitu sebesar 7,14%.
3,24
0,00
7,14
1,39
1,04
5,51
1,22
1,72
1,39
0,00
0,00
Prosentase Rumah/Pekarangan Yang Terdapat Genangan Air
18
yang terdapat genangan air sebesar 2,04% dan
dapat diketahui bahwa prosentase rumah/pekarangan yang ada genangan air
yang paling besar adalah di Kelurahan Tanjung Laut Indah yaitu sebesar 7,14%.
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
3.4. PENGELOLAAN AIR BERSIH
Resiko Kesehatan Lingkungan Dari
No
Kelurahan
1
Bontang Lestari
2
Satimpo
3
Berbas Pantai
4
Berbas Tengah
5
Tanjung Laut
6
Tanjung Laut Indah
7
Bontang Kuala
8
Bontang Baru
9
Api-api
10
Gunung Elai
11
Loktuan
12
Guntung
13
Kanaan
14
Gunung Telihan
15
Belimbing
Rata-rata
Dari tabel 2.3 dapat diketahui bahwa sumber air tercemar, penggunaan air tidak terlindungi
dan kelangkaan air besarnya berturut
Sumber Air Untuk M
0
20
40
60
80
100
7,74 61,80 26,05 3,34 0,99 10,51 60,68 6,99Keperluan Minum (%)
Laporan Studi EHRA Kota Bontang
ERSIH RUMAH TANGGA
Tabel 2.3
Resiko Kesehatan Lingkungan Dari Aspek Persampahan
Resiko (%)
Sumber Air
Tercemar
Penggunaan Sumber
Air Tidak Terlindungi
Kelangkaan Air
0,00
51,61
14,
0,00
57,00
0
0,00
96,34
70,00
0,00
74,05
37,93
0,00
68,14
28,
0,00
25,51
33,3
0,00
70,83
0
0,00
90,63
0
0,00
75,59
25,00
0,00
75,00
28,
0,00
79,89
74,07
0,00
55,56
37,50
0,00
45,83
0
0,00
53,33
100,
0,00
63,89
10,00
0,00
67,74
37,43
Dari tabel 2.3 dapat diketahui bahwa sumber air tercemar, penggunaan air tidak terlindungi
dan kelangkaan air besarnya berturut-turut adalah 0%, 67,74% dan 37,43%.
Grafik 3.16
Sumber Air Untuk Memasak dan Minum Masyarakat Kota Bontang
1,55 0,80 2,60 0,80 0,20 0,00 0,20 0,10 0,00
6,99
2,48 2,54 5,38 1,70 0,20 0,00 0,50 0,10
Keperluan Minum (%)
Keperluan Memasak (%)
19
Kelangkaan Air
14,29
0,00
70,00
37,93
28,57
33,33
0,00
0,00
25,00
28,57
74,07
37,50
0,00
100,0
10,00
37,43
Dari tabel 2.3 dapat diketahui bahwa sumber air tercemar, penggunaan air tidak terlindungi
Masyarakat Kota Bontang
0,000,003,89 8,85