AN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) APPLICATION FOR PRIORITIZING THE GREEN PRODUCTIVITY (GP) OPTIONS OF YOGYAKARTA
LEATHER TANNING SMEs
Dwi Ningsih1,3, Ono Suparno2,3,*, and Suprihatin2,3 1Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta, Indonesia.
E-mail: duinatha@gmail.com.
2Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB Bogor. Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia. Telepon/fax: +62 251 8621974.
3Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor
ABSTRACT
Analytical Hierarchy Process (AHP) is one of the most important multi criteria
decision making methods. AHP is an effective method when subjectivity exists and
suitable to solve problems where the decision criteria can be organized in a
hierarchical way. The aim of this study is to prioritize the Green Productivity (GP)
options to overcome the environmental problem in the Yogyakarta leather tanning
SMEs using the Analytical Hierarchy Process (AHP). The Green Productivity
alternatives are identified during the interview with the leather SMEs and the industry
experts. This study shows that by using AHP, the selected Green Productivity (GP)
options is to optimize process production.
Keywords: Analytical Hierarchy Process (AHP), Leather tanning SMEs, Green
PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PILIHAN PRODUKTIVITAS HIJAU DI IKM
PENYAMAKAN KULIT YOGYAKARTA
Dwi Ningsih1,3, Ono Suparno2,3,*, and Suprihatin2,3 1Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta, Indonesia.
E-mail: duinatha@gmail.com.
2Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB Bogor. Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia. Telepon/fax: +62 251 8621974.
3Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor
ABSTRAK
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode untuk menentukan
keputusan berdasarkan multi kriteria. AHP merupakan metode yang efektif digunakan ketika subjektivitas terjadi dan metode ini sangat cocok untuk menyelesaikan permasalahan dimana kriteria pemilihan keputusan dapat disusun dalam sebuah hierarki. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas pilihan produktivitas hijau untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan di IKM penyamakan kulit di Yogyakarta menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Pilihan produktivitas hijau teridentifikasi melalui wawancara dengan sejumlah perwakilan dari IKM dan ahli di bidang penyamakan kulit di Yogyakarta, Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa dengan mempertimbangkan berbagai kriteria menggunakan AHP, pilihan produktivitas hijau yang terpilih adalah optimalisasi proses produksi penyamakan kulit.
Kata kunci: Analytical Hierarchy Process (AHP), IKM penyamakan kulit,
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang penting bagi perekonomian Indonesia. Di Yogyakarta, industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri unggulan selain industri tekstil. Namun, di sisi lain industri ini berkontribusi dalam penurunan kualitas lingkungan dikarenakan dampak dari bahan-bahan kimia berbahaya yang digunakan selama proses yang belum tertangani dengan baik. Sesuai dengan data dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Yogyakarta, masih banyak industri penyamakan kulit yang memiliki pengendalian dan pengelolaan lingkungan yang kurang baik.
Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI) menyatakan bahwa 70-75% dari industri penyamakan kulit yang ada merupakan Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang memiliki keterbatasan dalam usaha pengelolaan lingkungan yang baik. Keterbatasan IKM dalam melaksanakan usaha pengelolaan lingkungan seringkali dikarenakan IKM cenderung fokus terhadap aktivitas rutin mereka setiap hari (Studer et.al. 2008) dan sumber daya yang ada terbatas untuk menjalankan bisnis utama (Biondi et al. 2000) bukan untuk pengelolaan lingkungan yang lebih baik.
Produktivitas hijau merupakan konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh Asian Productivity Organization (APO) pada tahun 1992. Konsep ini menawarkan
win-win solution bagi pelaku industri yang menganggap bahwa usaha pengelolaan
empiris yang mendukung pernyataan mereka selama ini. Untuk itulah penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi peluang perbaikan untuk meningkatkan performa lingkungan IKM kulit, dan (2) Memprioritaskan opsi produktivitas hijau yang teridentifikasi.
Perumusan Masalah
IKM penyamakan kulit memiliki keterbatasan dalam pengelolaan lingkungan yang baik sehingga memerlukan solusi untuk meningkatkan performa lingkungan yang lebih baik melalui penerapan konsep yang seimbang antara produktivitas dan keuntungan ekonomi untuk organisasi.
Tujuan
Menentukan prioritas pilihan dalam penerapan konsep produktivitas hijau di IKM penyamakan kulit
Teori
Produktivitas Hijau
Produktivitas hijau didefinisikan sebagai strategi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas lingkungan untuk pengembangan sosial dan ekonomi (APO 2002). The Asian Productivity Organization (APO) menyatakan bahwa produktivitas hijau merupakan konsep yang fokus pada pemenuhan persyaratan pelanggan terkait kualitas produk dengan tetap mempertimbangkan keseimbangan antara profit yang dicapai dan lingkungan yang terlindungi.
bahan baku proses (Singgih, Suef & Putra 2010) dan yield yang lebih tinggi tanpa mengesampingkan lingkungan (Sittichinnawing & Peerapattana 2012).
Keuntungan serupa juga dirasakan oleh industri penyamakan kulit yang menjadi proyek dari APO. Proyek ini berhasil mengidentifikasi alternatif untuk produktivitas hijau di masing-masing industri di negara yang berbeda (Tabel 1).
Tabel 1. Proyek Produktivitas Hijau di Industri Penyamakan Kulit
No GP
projects
Details data of the industry
GP options
1 TANCHEM Industries
Location: Northern part of India
Products: Nappa, oil
pull nappa and other varieties of leather used by the garment and shoe manufacturing industries.
Number of worker: 30
The experts identified 45 GP options that divided into:
1. Good housekeeping 2. Process modification 3. Material change
4. Elimination & reduction 5. Equipment modification 6. Technology change, and
7. Recycle, reuse and recovery (3R). 2 NASSAU
TANNERY Company
Location: Southern part of India
Products: suedes,
nappa, nubuck and other varieties of leather for garment and golf glove manufacture.
Number of worker: 175
The experts identified 59 GP options that divided into:
1. Good housekeeping 2. Process modification 3. Material change
4. Elimination & reduction 5. Equipment modification 6. Technology change
7. Recycle, reuse and recovery (3R) 3 SHUI-HUA
LEATHER INDUSTRI AL Co. Ltd.
Location: in Tainan
Hsein, Taiwan, ROC.
Products: all types of leathers for shoe uppers, handbags, cases and many other consumer goods.
Number of worker:
>200
The expert proposed 7 main GP options:
1. Process improvement 2. Improve housekeeping 3. Separation of waste water
streams
4. Recovery of chrome 5. Desalination
6. Resource recovery
7. Rationalization of water usage
beberapa sektor industri seperti karet dan phenol (Darmawan, Putra & Wiguna 2014; Singgih, Suef & Putra 2010). Kedua studi tersebut berhasil mengidentifikasi keuntungan produktivitas hijau dalam mengurangi dampak industri terhadap lingkungan.
Analytical Hierarchy Process (AHP)
Penentuan keputusan adalah hal penting yang tidak terpisah dari kehidupan manusia. Penentuan keputusan adalah proses menentukan pilihan di antara pilihan-pilihan yang tersedia. Komponen dalam penentuan keputusan meliputi data, model keputusan, lingkungan dalam pengambilan keputusan, dan manusia (gambar 1).
Gambar 1. Komponen dalam pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan terdapat dua metode yaitu berdasarkan intuisi (intuitive decision) dan rasional (normative decision). Pengambilan keputusan yang rasional adalah kemampuan kita untuk lebih efektif dalam menerapkan ide kita di dunia nyata dengan segala resiko dan keengganan untuk berubah. Selain itu, dalam pengambilan keputusan kita tidak hanya melihat dari faktor-faktor yang bersifat kuantitatif tetapi juga yang bersifat kualitatif. Karenanya, sangat diperlukan sebuah pendekatan dalam penentuan keputusan yang mempertimbangkan kedua variabel yaitu kualitatif dan kuantitatif yang bisa dimasukkan dalam evaluasi.
menggunakan AHP memberikan peluang penerapan data, pengalaman, insight dan intuisi dalam cara yang logis dan detail.
Gambar 2. Struktur hierarki dalam penentuan keputusan
Menurut Sharma et.al (2008), AHP didefinisikan sebagai teknik pengambilan
keputusan multi kriteria yang bisa menggambarkan permasalahan yang kompleks
kedalam multilevel struktur hierarki atas tujuan, kriteria dan alternative. Sedangkan
berdasarkan Taylor (2004), AHP adalah sebuah metode untuk mengurutkan
peringkat dari alternative yang ada dan memilih yang terbaik pada permasalahan
yang memiliki multi kriteria. Selanjutnya, Tuzmen dan Sipahi (2011) mendefinisikan
AHP sebagai metode pengambilan keputusan yang efektif terutama ketika ada
subjektivitas dan sangat cocok untuk menyelesaikan masalah dimana kriteria
pemilihan keputusan dapat disusun dalam sebuah hierarki dengan sub kritetianya.
Saaty dan Vargas (1996) menyatakan bahwa AHP digunakan untuk menentukan
prioritas dalam skala absolut dari perbandingan berpasangan dalam struktur hierarki
multi level.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini fokus pada analisa terhadap usaha pengelolaan lingkungan
BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat
Penelitian ini dilakukan selama 1 tahun dari Mei 2014 sampai Mei 2015 di IKM penyamakan kulit di Yogyakarta, Indonesia.
Metode/Cara Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratori berbasis studi kasus di sejumlah IKM penyamakan kulit di Indonesia. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan sejumlah IKM serta perwakilan dari pemerintah, pelaku bisnis dan akademisi. Data dilengkapi dengan hasil observasi lapangan.
Metode analisis data
Data dari interview diorganisir dan dikelompokkan berdasarkan daftar pertanyaan utama penelitian. Data dianalisa menggunakan pendekatan descriptive dan interpretive. Dengan menggunakan kerangka produktivitas hijau, peluang-peluang
untuk perbaikan diidentifikasi kemudian dicari opsi produktivitas terbaik dengan menggunakan AHP.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rekomendasi untuk produktivitas hijau
Penelitian ini menemukan sejumlah peluang peningkatan usaha pengelolaan lingkungan yang sesuai bagi IKM penyamakan kulit di Yogyakarta. Peluang ini diidentifikasi berdasarkan respon dari responden yang dilengkapi dengan observasi di lapangan.
a. Good Housekeeping
b. Optimalisasi proses
Krom adalah bahan kimia dalam proses penyamakan kulit yang paling berbahaya
bagi lingkungan. Optimalisasi proses dianggap sebagai salah satu cara yang bisa
meminimalisir kandungannya di dalam limbah terbuang. Kulit hanya mampu
menyerap 60-80% dari Cr2(SO4)3 dan sisanya dibuang sebagai limbah (Garg et
al. 2007, Belay 2010). Beberapa studi mempelajari teknologi yang dapat mengurangi jumlah limbah krom (Suresh et al. 2001; Morera et al. 2007).
c. Substitusi bahan baku
Krom merupakan bahan penyamak yang tidak tergantikan. Hal ini dikarenakan sifat unggul dari krom terkait dengan stabilitas terhadap suhu, karakteristik kekuatan (Ali et al. 2000). Selain itu, krom juga memiliki ketahanan mekanik yang luar biasa dan kemudahan proses pewarnaan yang sempurna (Belay 2010).
Beberapa pilihan telah disarankan, namun tidak ada peningkatan dalam praktik di
lapangan. IKM perlu difasilitasi dengan teknologi hijau yang rendah biaya yang
bisa menggantikan dominasi dari krom sebagai bahan penyamak.
d. Reduce, Reuse, and Recycle (3R)
Penelitian ini mengungkapkan bahwa IKM lemah dalam praktik 3R. IKM cenderung menolak dalam mengadopsi pelaksanaan praktik 3R tersebut dikarenakan membutuhkan biaya tambahan operasi, membutuhkan tenaga kerja terampil dan teknologi yang canggih.
e. Pengendalian penggunaan air
Proses penyamakan kulit menghasilkan limbah cair yang melimpah (45-50m3 air limbah per ton kulit mentah) (Kanagaraj 2006). Karena itu, minimalisasi penggunaan air dapat menjadi peluang yang riil untuk mengurangi biaya produksi sekaligus mengurangi jumlah limbah cair yang dihasilkan (Morera et al. 2007). Seperti yang dinyatakan oleh Dandira (2013) bahwa pengelolaan penggunaan air sangat penting bagi industri penyamakan kulit. Idealnya, praktek ini bisa mengurangi 30% atau lebih dari total air yang dibutuhkan.
Penerapan AHP untuk memilih opsi terbaik
macam kriteria. Sebuah skenario untuk meminimalisir dampak dari proses penyamakan kulit terhadap lingkungan dibuat berdasarkan pengembangan strategi menggunakan AHP (gambar 3). Perhitungan dari nilai dalam AHP dihitung dengan menggunakan Expert Choice 2000. Dari hasil perhitungan, strategi yang direkomendasikan adalah optimalisasi proses produksi dengan nilai 0.438 dibandingkan dengan alternative yang lain.
FOCUS
CRITERIA
ACTOR
GOAL
ALTERNATIVES
Gambar 3. Struktur AHP pemilihan alternative produktivitas hijau
Untuk memilih pilihan terbaik, responden memberikan penilaian pada masing-masing kriteria dengan nilai pada table 2 seperti berikut:
Strategy selection toenhance the environmental performanceof Leather SMEs in Yogyakarta based on Green Productivity (GP) approach
(1.000) Human resources competence (0.747) Knowledge and Technological capability (0.107) Financial capability (0.146) Leather SMEs (0.398) Governmen t (0.167) Research institution (0.436) Productivity improvement (0.442) Environment al protection (0.559) Raw material substitution (0.151) Minimize water usage (0.161) Good housekeeping implementation (0.101) Production process optimization (0.438)
Reduce, Reuse and Recycle (3R) implementation
Tabel 2. kriteria penilaian AHP
Nilai Arti
1 Kedua elemen sama-sama penting
3 Satu elemen cukup penting dari yang lain 5 Satu elemen sedikit lebih penting dari yang lain 7 Satu elemen lebih penting dari yang lain 9 Satu elemen sangat penting dari yang lain 2 , 4 , 6 ,
8
Nilai tengah dari nilai dimana bernilai sedikit berbeda dari standar diatas
Contoh penilaian AHP adalah sebagai berikut:
Elemen kriteria Kompetensi
SDM
Kemampuan pengetahuan dan teknologi
Kemampuan keuangan
Kompetensi SDM 7
Kemampuan pengetahuan dan teknologi
1/5
Kemampuan keuangan
Dengan menggunakan expert choice software, hasil dari perhitungan yang didapatkan dapat dilihat pada table 3 berikut:
Rasio 7:1. Berarti bahwa kompetensi SDM penting dari kemampuan pengetahuan dan
teknologi
Rasio 1:5. Berarti bahwa kemampuan keuangan sedikit
Tabel 3. Hasil perhitungan AHP per elemen
Level Elements Weight
Goal Strategy selection to enhance the environmental
performance of Leather SMEs in Yogyakarta based on Green Productivity (GP) approach
1.000
Criteria Human resources competence L: 0.747
G: 0.747 Knowledge and technological capability L: 0.107
G: 0.107
Financial capability L: 0.146
G: 0.146
Actor Leather SMEs L: 0.412
G: 0.398
Government L: 0.165
G: 0.167
Research Institution L: 0.424
G: 0.436
Focus Productivity improvement L: 0.391
G: 0.442
Environmental protection L: 0.609
G: 0.559
Alternatives Raw material substitution L: 0.132
G: 0.151
Minimize water usage L: 0.154
G: 0.161 Good housekeeping implementation L: 0.108
G: 0.101
Production process optimization L: 0.430
G: 0.438 Reduce, Reuse, Recycle (3R) program implementation L: 0.175
KESIMPULAN
Penelitian ini memetakan usaha pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan oleh IKM penyamakan kulit di Indonesia. Beberapa peluang perbaikan terkait dengan opsi produktivitas hijau telah teridentifikasi dan telah ditentukan pilihan yang paling tepat untuk diterapkan oleh IKM di industri ini. Optimalisasi proses produksi diharapkan dapat meminimalisir dampak lingkungan dari proses
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Kementerian Perindustrian Indonesia, IPB Bogor dan the University of Adelaide untuk dukungan dan fasilitas yang diberikan untuk menyelesaikan riset ini. Dan terimakasih juga kepada para responden yang telah menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam studi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, SJ, Rao, JR, & Nair, BU 2000, ‘Novel approaches to the recovery of chromium
from the chrome-containing wastewaters of the leather industry’, Green
Chemistry, 2(6), 298-302.
APO 2002, Green productivity: Training manual, viewed 20 February 2014, <http://www.apo-tokyo.org/00e-books/GP-02_TrainerManual.htm>.
Belay, AA 2010, 'Impacts of chromium from tannery effluent and evaluation of
alternative treatment options', Journal of Environmental Protection, 1(01),
53.
Biondi, V, Frey, M & Iraldo, F 2000, 'Environmental Management Systems and SMEs', Greener Management International, no. 29, Spring2000, p. 55.
Dandira, VS & Madanhire I 2013,'Design of A Cleaner Production Framework to Enhance Productivity: Case Study of Leather Company, International Journal of Science and Research (IJSR), India Online ISSN: 2319-7064 Darmawan, MA, Putra, MPIF & Wiguna, B 2014, 'Value chain analysis for green
Garg, UK, Kaur, MP, Garg, VK, & Sud, D 2007, 'Removal of hexavalent chromium
from aqueous solution by agricultural waste biomass', Journal of Hazardous
Materials, 140(1), 60-68.
Kanagaraj, J, Velappan, K, Chandra Babu, N & Sadulla, S 2006, 'Solid wastes generation in the leather industry and its utilization for cleaner environment-A review', Journal of scientific and industrial research, vol. 65, no. 7, pp. 541-548.
Logaa, S & Zailani, S 2013, 'Motives in implementing Green Productivity among EMS 14001 certified companies in Malaysia', African Journal of Business Management, vol. 7, no. 38, pp. 3914-3922.
Morera, JM, Bacardit, A, Ollé, L, Bartolí, E, & Borràs, MD 2007, 'Minimization of the
environmental impact of chrome tanning: A new process with high chrome
exhaustion', Chemosphere, 69(11), 1728-1733.
Saaty, T. J. and Vargas, L. G., (1980), Decision Makingwith the analytic Network process: economics, political, social and technological application with benefits, opportunities, costs and risks, Spring Science + Business, USA Saaty, T. L. and Vargas, L. G. (1996), Decision Making with The Analytic Network
Process, Springer, USA
Sharma, M. J., Moon, I. and Bae, H. (2008), Analytic hierarchy process to assess and optimize distribution network, Applied Mathematics and Computation, Vol. 202, pp. 256-265
Singgih, ML, Suef, M & Putra, CA 2010, 'Waste Reduction with Green Productivity Approach for Increasing Productivity (Case Study: PT Indopherin Jaya)', in The 11th Asia Pacific Industrial Engineering and Management Systems
Conference, The 14th Asia Pacific Regional Meeting of International
Foundation for Production Research.
Sittichinnawing, A & Peerapattana, P 2012, 'Green Productivity Index of Cayenne Pepper Production (Case Study in Nongkhai Province)'.
Suresh, V, Kanthimathi, M, Thanikaivelan, P, Rao, JR, & Nair, BU 2001, 'An
improved product-process for cleaner chrome tanning in leather
processing', Journal of Cleaner Production, 9(6), 483-491.
Taylor, B. W., (2004), Introduction to Management Science, Pearson Education Inc., New Jersey.