Kenapa Hukuman Mati Tidak Efektif Sebagai Ultimate/Capital Punishment
Hampir semua negara yang masih menerapkan hukuman mati berpendapat bahwa hukuman mati dapat memberikan efek jera terhadap kejahatan. Namun pendapat ini tidak dapat dipertahankan lagi setelah studi yang dilakukan oleh National Research Council of the United States National Academies yang dirilis April 2012 menyatakan tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa hukuman mati secara signifikan dapat mencegah terjadinya tindak kejahatan, bahkan laporan FBI menunjukkan bahwa negara-negara dengan hukuman mati memiliki tingkat pembunuhan 48-101% lebih tinggi dari negara-negara tanpa hukuman mati. Hood dan Hoyle, 2014 menyatakan bahwa “research juga telah gagal untuk memberikan bukti ilmiah bahwa eksekusi memiliki efek jera yang lebih besar dari hukuman penjara seumur hidup”. Perhitungan statistik dari negara-negara yang telah menghapuskan hukuman mati menunjukkan bahwa tidak adanya hukuman mati tidak menghasilkan peningkatan kejahatan.
melakukan kejahatan di mana masyarakat selalu memiliki kemungkinan berkontribusi terhadap kejahatan tersebut. Negara yang masih menerapkan hukuman mati secara tidak langsung mengajarkan bahwa perbuatan membunuh dapat diterima selama negara adalah orang yang melakukan pembunuhan.
Selain itu alasan memberikan pembalasan dendam bagi korban sering kali menjadi isu yang mendukung dilaksanakannya hukuman mati. Ketika mendiskusikan hukuman mati, sangat penting untuk membawa perspektif korban dalam perdebatan. Posisi mereka pasti membawa pengaruh moral dan politik yang penting. Beberapa korban dan anggota keluarga mereka ada yang mendukung adanya hukuman mati dan berpengaruh dalam mencari balas dendam. Namun ada pula beberapa yang berpendapat bahwa pembunuhan tidak dapat dilawan dengan pembunuhan (eye for eye). Mereka lebih fokus untuk membebaskan diri dari trauma mereka dengan memberikan pengampunan, fokus pada penyembuhan dan restoration (Šimonovi´c, 2014). Beberapa psikiatris juga menyatakan bahwa banyak anggota keluarga dan terutama dari pihak terdakwa mengalami depresi dan gejala yang berhubungan dengan gangguan stres pasca-trauma.
Hukuman mati juga dianggap lebih efektif karena lebih murah daripada hukuman seumur hidup. Hukuman mati lebih murah daripada bentuk-bentuk lain dari hukuman hanya jika tidak ada proses hukum yang kompleks dan sedikit atau tidak ada proses perlindungan menjelang pelaksanaannya. Tetapi jika jumlah perlindungan, seperti penggunaan psikolog forensik meningkat, hukuman mati menjadi semakin mahal (Johnson & Gerber, 2007). Bahkan menurut Death Penalty Information Center, biaya hukuman mati jauh lebih tinggi dari hukuman seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat yang diperbudakan, terutama di Amerika Serikat.
bersalah bebas daripada satu orang tidak bersalah menderita". Lebih dari 140 orang telah dibebaskan dan dibebaskan dari hukuman mati, setelah ditangkap hanya berdasarkan bukti DNA, dan masih banyak orang yang tidak bersalah telah dieksekusi hanya berdasarkan saksi mata, DNA, dan testimoni. Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal bergengsi dari Proceedings National Academy of Sciences (PNAS) menemukan bahwa sekitar 1 di 25 terpidana mati tidak bersalah. Ada lebih dari 3.000 orang terpidana mati di Amerika saat ini dengan demikian, sekitar 123 dari mereka tidak bersalah (Bushman, 2014).
Daftar Pustaka
Gerber, Rudolph J & Johnson, John M. (2009). The Top 10 Death Penalty Myths, pp. 165-171. Westport :Praeger (Ebook Edition in www.ohchr.org)
Hall, Freddie Lee v. Florida. (2014). No. 12-10882, Supreme Court of the United States, argued on 3 March 2014, decided on 27 May 2014,
available at
www.supremecourt.gov/opinions/13pdf/12-10882_kkg1.pdf
Hood, Roger & Hoyle, Carolyn. (2014). The Death Penalty : A Worldwide Perspective, p. 238. The fifth edition. New York : Clarendon Press (Ebook Edition in www.ohchr.org)
Nagin, Daniel S & Pepper, John V (Eds).(2012). Deterrence and the Death Penalty. Washington, DC : National Academies Press (Ebook Edition in www.ohchr.org)
Putra, Sidharta PR. (2011). Tesis : Perdebatan mengenai pidana mati dalam pembaharuan hukum indonesia. Jakarta: FH Universitas Indonesia
Šimonovi´c, Ivan (Ed.). (2014). Moving away from the death penalty: arguments, trends and perspectives. New York : United Nation Human Right (Electronic version of this publication is available at: www.ohchr.org/EN/NewYork/Pages/Resources.aspx)