• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SDN Cukil 01 Tengaran Kabupaten Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Kunjungan Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru SDN Cukil 01 Tengaran Kabupaten Semarang"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1.Kompetensi Guru

Guru sebagai pelaksana pendidikan, memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan. Hal tersebut berpengaruh terhadap meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah melalui kegiatan pembelajaran kepada siswa. Karena itu guruhendaknya memiliki perilaku dan kompetensi yang memadai untuk mengembangkan peserta didik secara utuh. Untuk melaksanakan tugas secara baik sesuai profesi yang dimilikinya. Berbagai kompetensi wajib dikembangkan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan Permendiknas RI

Nomor 16 Tahun 2007 menjelaskan standar

kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.

Sedangkan menurut Glasser (Rusman, 2012: 53) berkenaan dengan kompetensi guru, terdapat empat kompetensi yang wajib dikembangkan oleh guru yaitu sebagai berikut:

Penguasaan bahan pelajaran, mampu mendiagnosis tingkah laku siswa, mampu melaksanakan proses pembelajaran, dan mampu mengevaluasi hasil belajar siswa.

Kemampuan pokok harus dimiliki oleh setiap guru akan dijadikan tolok ukur kualitas dalam kinerja guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional. Sehingga, kompetensi guru merupakan keterpaduan antara pengetahuan, personal,

sosial dan keterampilan yang wajib untuk

(2)

2.1.1.1.Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan salah satu dari empat kompetensi yang wajib dikembangkan oleh guru. Menjadi sangat penting dikembangkan oleh guru, guna meningkatkan proses belajar mengajar di kelas sehingga berdampak pada peningkatan prestasi akademik siswa. Keberadaan kompetensi pedagogik guru sebagai pelaksana proses belajar mengajar sangat

penting dan memberikan pengaruh terhadap

pelaksanaan proses pembelajaran Panda (2012: 1); Nur (2014: 66); Rahman (2014: 1).

Panda (2012: 1) menyatakan bahwa, “kompetensi pedagogik bagian dari ilmu guru menentukan kualitas ilmu pendidikan seperti itu adalah faktor yang membantu para pelajar untuk mengerti konten ilmu pengetahuan secara efektif”. Pendapat lain dari Nur (2014: 66), “kompetensi pedagogik merupakan kompetensi yang secara khas mencirikan dan membedakan profesi guru dengan profesi lain.” Sedangkan Rahman (2014: 1) menyatakan bahwa, “kompetensi pedagogik harus dimiliki oleh setiap guru dalam rangka mencapai kesuksesan dalam belajar mengajar.”

Berdasarkan paparan tersebut diatas, pendapat mengenai kompetensi pedagogik identik dengan profesi

guru, sehingga profesi guru menjadi lebih

dihormati.Haltersebut karena kompetensi pedagogik

bagi seorang guru sangat memengaruhi yang

berdampak pada kemampuan mengelola pembelajaran kepada siswa, prestasi akademik siswa, keefektivan kinerja guru, meningkatkan keterampilan mengajar guru, dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Sehingga secara tidak langsung, kompetensi pedagogik

sebagai salah satu kompetensi yang wajib

dikembangkan guru, mempunyai dampak langsung kepada guru tersebut dan siswanya.

(3)

berbagai karakteristik siswa, selain itu berbagai permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran juga akan dialami guru. Oleh karena itu, diperlukan adanya kompetensi yang dapat meminimalisir dan mengatasi

berbagai permasalahan yang terjadi. Melalui

kompetensi pedagogik inilah berdasarkan paparan tersebut dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga prestasi siswa pun akan meningkat.

2.1.1.2.Pengukuran Kompetensi Pedagogik

Setelah pelaksanaan kompetensi pedagogik yang dilakukan oleh guru, sebaiknya terdapat juga lembar penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi pedagogik guru. Berikut merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru yang tercantum dalam Priatna dan Sukamto (2013: 36) tentang kompetensi guru mata pelajaran dan guru kelas, menyebutkan secara rinci kompetensi pedagogik yang juga dikembangkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Mengenal karakteristik peserta didik.

Guru diharapkan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik intelektual, sosial emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya. Sejalan dengan pendapat Mikarsa, dkk (2007: 3.15) menjelaskan bahwa,

“guru yang memiliki hubungan baik dengan siswa dan menerapkan disiplin otoritatif akan membangkitkan sikap positif pada diri anak, berbeda dengan sikap guru yang otoriter”.

(4)

sosial emosional peserta didik disampaikan oleh Ekosiswoyo dan Rachman (2002: 72) menjelaskan

bahwa, “pengaturan tempat duduk akan

mempengaruhi kelancaran pengaturan proses

pembelajaran.”

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

Guru diharapkan dapat menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru. Teori yang menjelaskan proses belajar disampaikan oleh Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford (dalam Ekosiswoyo dan Rachman 2002: 125) bahwa,

“belajar merupakan kegiatan pemrosesan informasi membuat penalaran, mengembangkan pemahaman, dan meningkatkan penguasaan keterampilan dalam proses pembelajaran.”

Berdasarkan penjelasan mengenai proses belajar tersebut, maka guru dapat menyusun strategi yang paling tepat untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik. Guru dapat menyusun perencanaan yang lebih menekankan pada proses atau membelajarkan siswa bagaimana belajar.

c. Mengembangkan kurikulum.

Guru dapat menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran.

Guru memilih, menyusun, dan menata materi

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. BSNP dalam pedoman penyusunan KTSP,

mengemukakan langkah untuk mengembangkan

(5)

d. Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang mendidik.

Guru menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran merupakan salah satu kemampuan guru yang harus dimiliki, pendapat dari Rusman (2012: 77)

“Kemampuan seorang guru dalam menggunakan media pembelajaran tidak hanya dapat menggunakan media yang sudah ada, misalnya media cetak, media audio dan media audio visual. Tetapi kemampuan seorang guru lebih ditekankan pada penggunaan objek nyata yang ada di sekitar lingkungan sekolah atau kelas.”

Pendapat tersebut menjelaskan mengenai

kemampuan guru dalam menggunakan media

pembelajaran, tidak hanya dapat menggunakan media yang sudah tersedia, tetapi juga berbagai media yang berada di lingkungan sekolah. Pada intinya, guru pun juga dapat mengembangkan dan menggunakan objek yang ada untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran. e. Mengembangkan potensi peserta didik.

Guru menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program pembelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka. Menurut Mikarsa, dkk (2007: 3.28) mengenai krativitas berpikir anak,

(6)

Perilaku berpikir kreatif yang ditunjukkan pada anak tidak hanya mampu mengolah barang bekas menjadi barang guna saja. Berdasarkan penjelasan tersebut, berpikir kreatif tercermin pada saat anak ingin selalu mendalami apa yang dipelajari. Sehingga terjadi keterpaduan antara kognitif dan afektif pada anak. Hal tersebut yang harus ditanamkan dalam pembelajaran di sekolah, misalnya melalui percobaan sederhana untuk materi tertentu, sehingga dapat menarik perhatian dan menumbuhkan berpikir kritis dan kreatif pada anak. f. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun

dengan peserta didik.

Guru berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif.John I Bolla (dalam Rusman, 2008: 82) menjelaskan bahwa,

“dalam proses pembelajaran setiap pertanyaan, baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntut respons siswa perlu dilakukan agar siswa memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir.”

Kemampuan guru berkomunikasi dengan siswa merupakan hal penting yang tidak dapat dipungkiri. Selama pelaksanaan pembelajaran, perlu lebih banyak guru melakukan komunikasi kepada siswa untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran. Berbagai stimulus seperti menggunakan kalimat tanya, suruhan, pernyataan dapat menuntut respons siswa. g. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi untuk

kepentingan pembelajaran.

Guru menyelenggarakan penilaian proses dan

hasil belajar secara berkesinambungan. Guru

(7)

“prinsip penilaian pembelajaran di SD/MI dimaksudkan untuk mengetahui apakah pembelajaran yang dilaksanakan benar-benar menjadi dasar pembelajaran selanjutnya.”

Prinsip penilaian pembelajaran di SD/MI lebih menekankan pada maksud dilaksanakannya penilaian, yaitu sebagai dasar pembelajaran selanjutnya. Secara operasional, penilaian dilakukan guru untuk mengukur dan mengevaluasi proses pembelajaran, namun lebih utamanya mengenai kemajuan perkembangan hasil belajar peserta didik. Tidak jarang guru harus mengumpulkan fakta berupa unjuk kerja siswa yang kemudian dianalisis.

Berdasarkan pendapat mengenai cara pengukuran kompetensi pedagogik guru yang meliputi: (a) menguasai karakteristik peserta didik; (b) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik; (c) mengembangkan kurikulum; (d)

menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang

mendidik; (e) mengembangkan potensi peserta didik; (f) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik; (g) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. Ketujuh indikator tersebut menunjukkan penekanan terdapat pada saat guru melakukan pembelajaran dan mengelola kelas. Hal tersebut mempunyai tujuan yang jelas, yaitu meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran yaitu melalui kompetensi pedagogik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2.1.2.Supervisi

(8)

Dijelaskan mengenai pentingnya peranan supervisi terhadap guru, bahwa bimbingan professional yang dilakukan oleh kepala sekolah dan juga pengawas

dapat membantu dan mendorong guru untuk

mengetahui berbagai kekurangan dan juga melakukan berbagai perbaikan dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai guru. Melalui supervisi tersebut diharapkan guru dapat meningkatkan prestasi peserta didiknya, Sagala (2010: 135).

Sedangkan Sharma, et al (2011: 1) menyatakan bahwa, “supervisi sebagai lingkup spesialis, peran kepala sekolah dan guru di supervisi pembelajaran dan

bermanfaat bagi pendidik dalam pengawasan

pembelajaran.” Pendapat lain disampaikan oleh Purwanto (2010: 76) bahwa, “supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.”

Berbagai pendapat tersebut menjelaskan masing-masing mengenai supervisi. Dipandang sebagai seperangkat kegiatan yang dirancang sedemikian rupa diberlakukan oleh pengawas dan juga kepala sekolah, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas baik kinerja maupun profesionalitas dari pekerjanya tersebut. Dalam lingkup pendidikan kegiatan supervisi dilakukan pengawas, dapat juga dilakukan oleh Kepala Sekolah terhadap guru. Guru dianggap sangat memerlukan adanya supervisi dikarenakan guru merupakan salah satu faktor penting dalam proses pendidikan. sehingga apa yang dirancang dan dilaksanakan guru akan menentukan hasil yang diperoleh. Guru akan bersentuhan langsung dengan berbagai masalah di dalam kelas yang tidak pernah terduga, oleh karena itu guru sangat memerlukan

bantuan untuk mencari jalan keluar atas

permasalahan yang terjadi.

Pendapat lain disampaikan mengenai peranan

(9)

meningkatkan efektivitas untuk guru. Potmesilova,et al (2013: 6) menyatakan bahwa sebagai berikut:

Melalui penelitian yang telah dilakukan dengan mengimplikasikan 92 pertanyaan kepada responden mengenai, “apa yang saya ketahui mengenai istilah supervisi?”. Fakta disini menunjukkan bahwa terdapat signifikansi mengenai praktik perencanaan supervisi yang dilakukan dengan praktik pedagogik sebagai guru.

Berdasarkan beberapa paparan di atas mengenai supervisi dalam pendidikan, supervisi merupakan proses pendidikan yang memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan proses belajar mengajar. Peran

utama yang dapat meningkatkan pelaksanaan

pembelajaran di dalam kelas dan melakukan berbagai perubahan sesuai dengan kondisi siswa adalah guru. Sehingga supervisi dalam pendidikan lebih ditujukan untuk guru, yang dapat berperan sebagai program bimbingan dan juga konsultasi untuk guru dalam proses pembelajaran. Selain itu, peran supervisi dalam pendidikan juga berkonstribusi pada keefektivan guru yang berhubungan dengan pelaksanaan kompetensi guru.

2.1.2.1.Supervisi Akademik

Supervisi akademik merupakan salah satu wujud supervisi dalam proses pembelajaran. Supervisi

akademik bertujuan untuk memberikan dukungan

serta meningkatkan perbaikan dalam pembelajaran dan kompetensi guru. Sehingga peran supervisor dalam pelaksanaan supervisi lebih ditekankan dalam memberi bimbingan dan teman untuk guru,Cawood and Gibbon, (1990); Gorton (1983); Beach and Reinhartz (2000) dalam (Adewale, 2014: 4) sebagai berikut:

(10)

sebagaimana kegiatan-kegiatan yang terlibat oleh individu atau kelompok yang tujuan utama adalah perbaikan dari orang, kelompok atau program” (Adewale, 2014: 4).

Berdasarkan pendapat tersebut, supervisi akademik memberikan manfaat baik bagi pemimpin yaitu mengembangkan perubahan tujuan terhadap perbaikan pendidikan, sedangkan untuk guru sendiri memberikan bimbingan, dukungan, serta evaluasi yang berkelanjutan untuk perbaikan proses pembelajaran. Semuanya itu, dapat terwujud dengan adanya suasana yang mendukung untuk terjadi supervisi akademik, seperti peran supervisor dalam pelaksanaannya.

Sedangkan menurut Wiles (1956) dalam (Sagala, 2010: 91), “supervision is an assistence in the development of a better teaching-learning situation”. Dijelaskan bahwa supervisi pendidikan merupakan bantuan dalam pengembangan dan peningkatan situasi pembelajaran (belajar-mengajar) yang lebih baik.

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh UNESCO (2007) penelitian di Sri Lanka, kepala sekolah (sample 69) dan guru (sample 181) ditanya mengenai dampak evaluasi dari supervisi. Hasilnya adalah terdapat: lebih dari 80% kepala sekolah yakin bahwa supervisi mempunyai dampak positif: 81% berpikir bahwa

kunjungan kepala; 83% kunjungan tanpa

pemberitahuan dan 87% supervisi kelompok. 60% guru

berpendapat bahwa kunjugan kantor SEALS

mempunyai dampak positif pada proses belajar mengajar dan motivasi guru. Masing-masing 76 dan 71% merasakan bahwa kunjungan kepala mempunyai dampak positif pada proses belajar mengajar dan motivasi guru. Berdasarkan penelitian tersebut, menunjukkan bahwa terdapat dampak positif baik pada kepala sekolah maupun kepada guru.

Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh

UNESCO (2007) menunjukkan bahwa supervisi

(11)

dapat berperan sebagai teman dan membimbing guru guna meningkatnya kualitas pembelajaran. Pentingnya supervisi akademik adalah berperan untuk memotivasi dan membimbing guru sebagai sutradara dalam pembelajaran untuk meningkatkan dan memperbaiki pembelajarannya.

a. Tujuan Supervisi Akademik

Pelaksanaan supervisi akademik tentunya

memiliki tujuan, terutama dalam proses pendidikan. Secara umum, tujuan dari supervisi akademik Rugaiyah (2011: 101) adalah sebagai berikut:

Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan, membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar siswa, membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar, membantu guru dalam menggunakan metode-metode dan alat-alat pembelajaran modern, membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa, membantu guru dalam hal menilai kemajuan siswa dan hasil pekerjaan guru itu sendiri, membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka, membantu guru baru di sekolah sehingga mereka senang terhadap tugas yang diperolehnya, membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat dan membantu guru agar waktu dan tenaga dapat sepenuhnya dalam pembinaan sekolah.

Pendapat lain disampaikan oleh Glickman, et al. (2007); Sergiovanni (1987) dalam (Tim Pengembang SMAN 1 Tenjo, 2010: 27), “tujuan supervisi akademik

meliputi; (1) membantu guru mengembangkan

kompetensinya; (2) mengembangkan kurikulum; dan (3)

Mengembangkan kelompok kerja guru dan

membimbing penelitian tindakan kelas.”

(12)

yang ada dalam kelasnya untuk dilaksanakan penelitian berupa penelitian tindakan. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk membantu guru dalam mempersiapkan diri dalam kegiatan pembelajaran di kelas serta memahami berbagai perkembangan peserta didiknya.

b. Metode dan Teknik Supervisi Akademik

Guna tercapainya tujuan supervisi akademik, seorang supervisor harus menggunakan berbagai teknik, alat atau metode dalam pelaksanaannya. Teknik supervisi akademik menurut Sagala (2010: 174) adalah sebagai berikut:

Terdapat teknik supervisi kelompok dengan cara pelaksanaannya dilakukan terhadap sekelompok orang yang disupervisi. Dapat dilakukan dengan (1) seminar, (2) pelatihan, (3) lokakarya, (4) rapat guru, (5) curriculum labolatory, (6) orientasi guru baru, (7) perpustakaan profesional, (8) demonstrasi mengajar, (9) field trips for staff personnels, (10) pannel or forum discussion, (11) in service training dan (12) organisasi profesional. Teknik supervisi individual dipergunakan terhada seseorang secara individual yang dapat dilakukan dengan (1) kunjungan dan observasi kelas (2) individual conference (3) kunjungan antar guru-guru (4) evaluasi diri (5) supervisory buletin (6) profesional reading (7) profesional writing.

Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat dua teknik supervisi yaitu kelompok dan individual. Jika dilihat keduanya, masing-masing memiliki sasaran dan tujuan tersendiri. Supervisi kelompok dilaksanakan lebih secara berkelompok beberapa orang dengan latar belakang yang sama guna tercapainya tujuan yang diinginkan. Sedangkan supervisi individual lebih menekankan perbaikan individu dalam pelaksanaan pendidikan guna tercapainya tujuan. Dalam penelitian

ini, peneliti memilih menggunakan teknik

individualdengan kunjungan kelas (classroom observation) untuk pelaksanaan supervisi akademik. Hal tersebut dilandasi dengan perlunya kecermatan

(13)

melakukan pengawasan pada proses pembelajaran yang lebih ditekankan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Sehingga peneliti dapat memperoleh data yang akurat dari pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara langsung.

2.1.2.2.Kunjungan Kelas (Classroom Observation)

Supervisi yang dilakukan dengan kunjungan kelas atau pengamatan pelaksanaan pengajaran sebagai salah satu teknik yang dipilih oleh peneliti. Tujuan utama dalam pelaksanaan observasi kelas ini menurut Rugaiyah (2011: 162), “lebih ditekankan untuk membina guru-guru”. Dilakukan dengan maksud mencermati situasi atau peristiwa yang sedang berlangsung di kelas dengan guru yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Sagala (2010: 188), “tujuan observasi kunjungan kelas adalah memperoleh data dan informasi secara langsung mengenai segala sesuatu yang terjadi saat proses belajar mengajar berlangsung.” Sehingga, melalui kegiatan observasi, terdapat pengamat yang akan melakukan observasi selama guru mengajar. Tantangan dalam kegiatan ini adalah, cara agar guru tidak merasa gugup saat dilaksanakan supervisi.

Dalam kegiatan supervisi melalui observasi ini, penting untuk mengetahui tujuan utamanya. Secara khusus tujuan utama dilaksanakan observasi adalah sebagai berikut: (1) mempelajari praktek-praktek mengajar/mendidik setiap guru dan mengevaluasinya; (2) menemukan kelebihan-kelebihan khusus dan sifat yang menonjol pada diri setiap guru; (3) menemukan

kebutuhan-kebutuhan guru dalam menunaikan

(14)

mempelajari perubahan-perubahan administratif yang mempengaruhi pelajaran; (10) bagi supervisor sebagai pengumpulan bahan dan pengalaman yang dapat dipergunakan untuk pengembangan diri dan perbaikan program supervisinya.

Belajar adalah suatu kegiatan yang berlangsung dalam suasana yang bebas dari gangguan dan kebingungan. Seorang guru tidak dapat dikatakan memfasilitasi belajar ketika keadaan kelasnya dalam lingkungan kacau seperti ketika siswa tidur di kelas, siswa lalai atau terlibat dalam kegiatan yang mengganggu saat aktif pelajaran. Seorang guru yang

baik harus memperhatikan perilaku ini dan

menempatkan mereka untuk mengendalikan dan pengawasan membantu guru lebihmendalam pada cara ini. Cara yang paling tepat untuk membantu guru dalam kondisi tersebut adalah melalui supervisi (pengawasan). Proses pembelajaran dan pengawasan harus berhubungan dengan rencana program akademik kelembagaan. Untuk mencapai tujuan pendidikan,

pengawas harus melibatkan rencana program

akademik. Untuk mencapai hal ini, prinsip-prinsip tertentu harus benar-benar dipatuhi.

Observasi kelas secara tataran teoritik, sudah lama diperkenalkan di kalangan pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Charles W Boardman bahwa kunjungan kelas memiliki kemampuan sangat besar

dan dapat menunjang perbaikan-perbaikan

pembelajaran secara langsung. Dapat diamati jika metode serta proses pembelajaran yang kurang memadai dilakukan oleh seorang guru, maka hal ini

akan diperbaiki secara langsung tentunya

mempergunakan prosedur perbaikan pembelajaran secara proporsional dan professional, menurutDirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (2008: 9).

(15)

ataupun yang diobservasi itu sendiri, akan tetapi hubungan yang harus dikembangkan adalah atas dasar kerjasama dan profesionalisme antara guru, kepala sekolah dan supevisor itu sendiri. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa observasi kelas hendaknya dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak dengan sebelumnya melakukan pertemuan pribadi atau paling tidak diberitahukan terlebih dahulu kisi-kisi yang akan diujikan di lapangan oleh supervisor.

Berdasarkan beberapa paparan tersebut di atas, teknik supervisi melalui kunjungan kelas (classroom observation) dilaksanakan dengan melakukan

pengamatan secara langsung terhadap proses

pengajaran yang dilakukan oleh guru. Sehingga, pengamat dapat memperoleh data atau informasi secara langsung melalui kunjungan kelas tersebut. Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas ini juga sangat efektif untuk melihat kondisi kelas secara langsung, termasuk aktivitas siswa selama pelaksanaan pembelajaran, dan juga interaksi yang dilakukan oleh guru dengan siswa. Hal yang perlu diperhatikan adalah pendekatan yang dilakukan oleh supervisor dengan guru, agar tidak terjadi kecanggungan pada guru saat melaksanakan pengajaran dan siswa juga tidak terganggu selama kegiatan berlangsung. Sehingga dapat memberikan hasil bagi guru, siswa dan juga supervisor selama kegiatan berlangsung.

Supervisi kunjungan kelas dilaksanakan melalui tahapan atau langkah-langkah tertentu agar pelaksa-naan dapat berjalan lancar dan mencapai target yang di tentukan. Langkah-langkah supervisi kunjungan kelas meliputi, (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap evaluasi, (4) tindak lanjut.

1) Tahap Persiapan (Pra Observasi)

(16)

Selanjutnya guru diberitahukan waktu akan diadakan supervisi. Perencanaan kegiatan pembelajaran yang perlu dilakukan guru menurut Rusman (2012: 76) meliputi, tujuan pembelajaran khusus/indikator, pokok materi yang akan disajikan, menyusun kegiatan pembelajaran, alternatif penggunaan media dan sumber belajar, serta alat evaluasi yang digunakan.

Pengembangan silabus sebagai salah satu perangkan pembelajaran berdasarkan BNSP (Lapono,

2008: 3.82) menjelaskan pedoman penyusunan

berdasarkan KTSP langkah-langkah perencanaan yang perlu dilakukan termasuk dalam mengembangkan silabus meluputi: 1) mengkaji SK dan KD, 2) mengidentifikasi materi pokok, 3) mengembangkan kegiatan pembelajaran, 4) merumuskan indikator pencapaian kompetensi, 5) penetapan jenis penilaian, 6) menentukan alokasi waktu, dan 7) menentukan sumber belajar. Perencanaan yang dilakukan oleh guru

pada intinya adalah mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang meliputi silabus, RPP, media, sumber belajar, beserta alat evaluasi yang akan digunakan.

2) Tahap Pelaksanaan (Observasi)

Pada tahap ini, guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai rencana pembelajaran (RP) yang telah dibuat. Selanjutnya supervisor melakukan

observasiberdasarkan instrumen atau pedoman

observasi yang telah disediakan.

Tahap pelaksanaan ini, guru melakukan kegiatan pendahuluan pembelajaran, kegiatan inti, dan kegiatan

penutup. Kegiatan pendahuluan menurutRusman

(2012: 80)

“dalam kegiatan pembukaan ini, yang perlu dilakukan oleh guru adalah menciptakan pra-kondisi bagi siswa agar mental dan perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajari, sehingga memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar.”

(17)

Untuk memulai kegiatan pendahuluan ini serta mempersiapkan fisik dan psikis siswa, berbagai kegiatan yang perlu dilakukan antara lain; memeriksa

kehadiran, kebersihan dan kesiapan siswa,

menyampaikan kompetensi yang akan dicapai,

menyampaikan indikator pencapaian kompetensi dan pengembangannya, melakukan apersepsi dan motivasi, serta melakukan pretes kepada siswa.

Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti, yang ditandai dengan keterlaksanaan rencana pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Mengelola aktivitas pembelajaran, diperlukan materi, berbagai media yang relevan, metode, sumber belajar dan berbagai faktor pendukung lainnya. Berangkat dari pendapat Rusman (2012: 117) bahwa paradigma belajar bukan hanya menghapal, tetapi dengan pembelajaran

yang harus mampu merekonstruksikan

pengetahuannya, proses internalisasi memiliki kesiapan untuk mengaktualisasikan pengalaman belajarnya dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi (life skiils). Guru harus dapat melaksanakan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah sehari-hari. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah belajar secara kontekstual dan siswa belajar mempraktikkan konsep yang mereka peroleh.

Kegiatan penutup pembelajaran merupakan

kegiatan akhir pembelajaran untuk mengakhiri. Kegiatan yang dilakukan guru meliputi, menyimpulkan pembelajaran, melakukan postes, dan memberikan tindak lanjut dapat berupa tugas. Sejalan dengan pendapat Rusman (2012: 119) bahwa, kegiatan penutup merupakan bagian integral dari pembelajaran, memiliki beberapa teknik dan cara yang harus dikuasai oleh para guru, seperti menyampaikan review, rangkuman, serta menyimpulkan.

3) Tahap Evaluasi dan balikan

(18)

observasi terhadap guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Tahap evaluasi merupakan diskusi umpan balik antara supervisor (kepala sekolah) dan guru. Suasana pertemuan penuh persahabatan, bebas dari prasangka, dan tidak bersifat mengadili. Supervisor memaparkan data secara objektif sehingga guru dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran berlangsung.

Dasar dari balikan terhadap guru adalah kesepakatan tentang item-item observasi yang

digunakan. Sehingga, guru menyadari tingkat

keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran. 4) Tindak Lanjut

Hasil supervisi perlu ditindaklanjuti agar memberikan dampak yang nyata untuk meningkatkan profesionalisme guru. Tindak lanjut dapat berupa penguatan dan penghargaan yang diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar, teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar dan guru diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan lebih lanjut.

Menurut LPPKS (2011: 17), “berbagai tindak lanjut dari supervisi akademik adalah melalui pembinaan dapat dilakukan dengan pembinaan langsung maupun pembinaan tidak langsung”. Pembinaan langsung dilakukan jika bersifat khusus dan bersifat segera

untuk diperbaiki. Sedangkan pembinaan tidak

langsung bersifat umum dan perlu adanya perhatian dan analisis dari supervisor, seperti perbaikan dalam penggunaan strategi pembelajaran.

2.1.2.3.Pengukuran Supervisi Akademik dengan Kunjungan Kelas

(19)

dilakukan dengan pendekatan supervisi klinis yang dilaksanakan secara berkesinambungan melalui tahapan (1) pra-observasi, (2) observasi pembelajaran, dan (3) pasca observasi”.

(1) Pra Observasi (TahapPersiapan)

Pada tahap ini beberaa hal yang perlu diperhatikan atau disusun untuk menuju tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut: (a) tersedianya analisis minggu efektif, prota, prosem; (b) tersedianya silabus; (c) tersedianya RPP; (d) tersedianya alat peraga/media yang relevan; (e) tersedianya daftar nilai; (f) tersedianya daftar hadir.

(2) Observasi Pembelajaran (TahapPelaksanaan)

Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan, hal yang perlu diperhatikan dalam tahap pelaksanaan ini adalah kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan ini meliputi: (a) memeriksa, kebersihan, dan kesiapan siswa; (b) menyampaikan kompetensi yang akan dicapai; (c) menyampaikan indikator pencapaian kompetensi dan pengembangannya; (d) melakukan apersepsi; (e) melakukan pretes.

Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan

pembelajaran sesuai dengan perencanaan

pembelajaran. Kegiatan inti meliputi: (a) menyampaikan materi secara kontekstual; (b) menggunakan media atau alat peraga sesuai materi; (c) menguasai materi pelajaran dan pengembangannya; (d) memberikan contoh secara kontekstual; (e) menggunakan strategi secara kontekstual; (f) mengatur penggunaan waktu dengan tepat; (g) mengatur dan memanfaatkan fasilitas yang ada; (h) memberi kesempatan siswa aktif bertanya; (i) menilai tingkat pemahaman siswa; (j) memberi penguatan.

Kegiatan penutup merupakan kegiatan akhir pembelajaran. Beberapa hal dalam kegiatan penutup

adalah: (a) menyimpulkan pembelajaran; (b)

(20)

Setelah pelaksanaan maka tahap selanjutnya adalah dilakukan tahap evaluasi dan balikan untuk mengetahui berbagai permasalahan yang terjadi sewaktu pelaksanaan. Dalam tahap hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a) Dilaksanakan segera setelah observasi;

b) Menanyakan pendapat guru mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung;

c) Menunjukkan data hasil observasi (instrumen dan catatan) –beri kesempatan guru mencermati dan menganalisisnya;

d) Diskusi secara terbuka hasil observasi, terutama pada aspek yang telah disepakati (kontrak) – Berikan penguatan terhadap penampilan guru-. Hindari kesan menyalahkan. Usahakan guru menemukan sendiri kekurangannya;

e) Memberikan dorongan moral bahwa guru mampu memperbaiki kekurangannya;

Berdasarkan paparan tersebut, maka peyusunan lembar observasi dan penilaian yang digunakan untuk pelaksanaan supervisi akademik melalui teknik kunjungan kelas (classroom observation) melalui tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tahap perencaan dilakukan dengan melakukan diskusi dengan Kepala Sekolah sebagai kolabulator dan juga guru kelas yang akan diobservasi. Karena supervisi yang dilakukan adalah mengenai pembelajaran di dalam kelas, maka persiapan yang perlu dilakukan adalah berupa rencana pembelajaran (RP) dan perangkatnya, sedangkan pelaksanaannya adalah menyangkut keterampilan dasar mengajar guru yang dilengkapi dengan catatan aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung, sedangkan evaluasi dan balikan dilakukan dengan diskusi untuk saling membahas berbagai permasalahan yang terjadi.

2.2. Penelitian Relevan

(21)

 Penelitian yang dilakukan oleh Lubis, Anhar (2010) dengan judul penelitian, “Peningkatan Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran yang Efektif Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah di SMP Negeri 01 Ranah Batahan”. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru di SMP Negeri 1 Ranah Batahan sebagai kondisi awal, ditemukan bahwa masih banyak kendala yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). Berlandaskan masalah tersebut, maka penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Hasil yang diperoleh adalah skor rata-rata perolehan dari 32 guru yang dilaksanakan selama dua minggu adalah 167,53 dan pada siklus dua meningkat menjadi 172,38. Sedangkan untuk rata-rata nilai perolehan dari siklus pertama adalah 83,77 (baik) dan meningkat pada siklus dua menjadi 86,19 (baik). Skor perolehan masing-masing guru yang ada dalam lembar obsevasi yang terdiri dari 40 butir deskriptor, masing-masing deskriptor diberi skor/nilai 1 – 5. Simpulan penelitian ini adalah kinerja guru dalam proses pembelajaran yang efektif dapat ditingkatkan melalui supervisi akademik kepala sekolah.

 Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Tim Penyusun

PTS SMPN 01 Mandalawangi dengan judul,

“Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Non

Kependidikan dalam Penyusunan Perencanaan

Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah”. Upaya perwujudan pengembangan silabus

menjadi perencanaan pembelajaran yang

implementatif memerlukan kemampuan yang

komprehensif. Berdasarkan masalah tersebut

sebagai kondisi awal, maka Tim penyusun

melakukan PTS dengan menerapkan dua siklus. Hasil penelitian ini adalah; 1) kemampuan perumusan tujuan pembelajaran pada kondisi awal diperoleh skor 40%, meningkat pada siklus pertama menjadi 60% dan siklus kedua menjadi 70%; 2)

(22)

pembelajaran dengan skor kemampuan awal adalah 65%, meningkat pada siklus 1 dengan perolehan skor 70% dan siklus kedua meningkat menjadi 80%; 3)

Komponen pemilihan strategi dan metoda

pembelajaran dengan perolehan skor awal 40%, meningkat pada siklus pertama dengan skor 60%, dan siklus kedua dengan skor 75%; 4) komponen pemilihan media dan alat pembelajaran memperoleh skor awal 60% sama dengansiklus pertama, dan meningkat pada siklus kedua 80%; 5) Komonen perencanaan evaluasi pembelajaran dengan skor pada kondisi awal adalah 40% meningkat pada siklus pertama 60% dan siklus kedua 70%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru dapat ditingkatkan melalui supervisi akademik yang dilakukan oleh Kepala Sekolah.

 Penelitian yang dilakukan oleh Ni Nengah Widyani pada tahun 2011 dengan judul, “Teknik Supervisi Kunjungan Kelas Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan dan Profesionalisme Guru SD 3 dan 10 Kesiman Denpasar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah teknik supervisi kunjungan kelas yang dilaksanakan dapat meningkatkan

kemampuan dan profesionalisme guru dalam

melaksanakan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1) untuk SD 3 Kesiman kemampuan guru awal 58,33, pada siklus I naik menjadi 73,33, dan pada siklus II naik menjadi 95,00. Profesionalisme guru awal masih pada kategori D, pada siklus I naik menjadi C, dan pada siklus II naik menjadi A; 2) untuk SD No 10, kemampuan guru awal 56,66, pada siklus I naik menjadi 71,66, dan pada siklus II naik menjadi 90,00. Sedangkan profesionalisme guru awal masih kategori D, pada siklus I naik menjadi C, dan pada siklus II naik menjadi A. Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah supervisi kunjungan kelas

dapat meningkatkan keterampilan dan

(23)

Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Provinsi Bali.

 Penelitian mengenai supervisi jugadilakukan oleh Fred C. Lunenburg, 2010 dengan judul, “The Principal as Instructional Leader”. Masalah yang dikaji

adalah bagaimana kepala sekolah dapat

menghasilkan tujuan dengan fokus pada

pembelajaran, mendorong kerjasama (kolaburasi), menganalisis hasil, memberikan dukungan, dan menyelaraskan kurikulum, pembelajaran, beserta penilaiannya. Simpulan dari penelitian ini dijelaskan guna mencapai tujuan sekolah, maka yang perlu dilakukan adalah fokus pada pembelajaran. Kepala sekolah bisa mencapainya dengan (1) berfokus pada belajar, (2) mendorong kolaborasi, (3) menggunakan data untuk meningkatkan belajar, (4) memberikan dukungan, dan (5) menyelaraskan kurikulum, pembelajaran dan penilaian. Diambil bersama-sama, lima dimensi ini memberi kesan yang menarik

dengan menyediakan kerangka kerja untuk

mencapai berkelanjutan kemakmuran daerah bagi semua anak.

 Penelitian selanjutnya mengenai kompetensi pedagogik yang dilakukan oleh Karin Apelgren dan Birgitta Giertz, 2010 dengan judul penelitian, “Pedagogical Competence – A Key to Pedagogikal Development and Quality in Higher Education”. Dalam penelitian ini merupakan bekerja dengan strategi pengembangan pedagogik di Universitas Uppsala. Pada penelitian ini, peneliti bertujuan untuk

perkembangan dalam pekerjaannya berkenaan

dengan kompetensi pedagogik untuk menambah, menciptakan kualifikasi dan penilaian yang lebih teliti mengenai kompetensi pedagogik yang berhubungan dengan jabatan dan kemajuan. Secara deskriptif penelitian ini ingin meningkatkan

kompetensi pedagogik, namun masih dalam

(24)

dalam Proses Pembelajaran yang Efektif Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah di SMP Negeri 01 Ranah Batahan”. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Tim Penyusun PTS SMPN 01 Mandalawangi dengan judul, “Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Non

Kependidikan dalam Penyusunan Perencanaan

Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik Kepala Sekolah”. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Nengah Widyani pada tahun 2011 dengan judul, “Teknik

Supervisi Kunjungan Kelas Sebagai Upaya

Meningkatkan Kemampuan dan Profesionalisme Guru SD 3 dan 10 Kesiman Denpasar”.Ketiga penelitian tersebut merupakan penelitian tindakan sekolah

dengan menerapkan supervisi akademik untuk

meningkatkan kompetensi guru dan kinerja guru. Masing-masing penelitian menggunakan siklus dalam melaksanakan penelitiannya, yaitu dua siklus untuk setiap penelitian. Hasil menunjukkan peningkatan pada setiap siklusnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui supervisi akademik dapat meningkatkan kompetensi dan kinerja guru.

(25)

pedagogik yang berhubungan dengan jabatan dan kemajuan.

Berbagai penelitian tersebut menambah informasi dan sebagai data pendukung bagi peneliti. Pada penelitian yang akan dilakukan ini, penulis

menerapkan supervisi akademik dengan teknik

kunjungan kelas dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik pada guru Sekolah Dasar Negeri Cukil 01, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Melalui penelitian tindakan sekolah peneliti berharap dapat mengangkat supervisi sebagai salah satu alat bantu dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Telah diketahui dari beberapa penelitian tersebut, baik supervisi maupun kompetensi pedagogik guru memiliki dampak positif terhadap proses pembelajaran dan keefektivan guru yang berdampak pada peningkatan prestasi akademik siswa. Sehingga, perbedaan dalam penelitian ini adalah mengambil hal positif dari masing-masing penelitian sehingga akan dilaksanakan supervisi kunjungan kelas untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru kelas yang ada di salah satu Sekolah Dasar.

2.3. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori sebagai dasar dan penelitian relevan sebagai pendukung peneliti, guru dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai fasilitator, evaluator, motivator, dan informator. Sehingga perannya sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan siswanya yang dapat dijadikan tolok ukur kualitas pendidikan di instansi tersebut. Peran guru yang sangat penting dalam proses pendidikan tersebut, perlu adanya peran seorang pemimpin yang dapat memacu motivasi profesionalitas guru. Salah satunya adalah peran pemimpin sebagai supervisor yang melakukan supervisi terhadap guru-gurunya. Melalui kegiatan supervisi tersebut diharapkan dapat menumbuhkan sikap saling terbuka dan memberikan

motivasi kepada guru-guru, sehingga dapat

(26)

melaksanakan tugasnya. Secara tidak langsung maka kompetensi pedagogik guru pun meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mencari pemecahan masalah melalui penerapan supervisi kunjungan kelas untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru SDN Cukil 01. Alur pikir digambarkan dalam bagan kerangka berpikir sebagai berikut:

Bagan 2.1. Bagan Alur Berpikir

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dipaparkan maka diambil hipotesis tindakan dengan menerapkan supervisi akademik, kompetensi pedagogik guru SDN Cukil 01 meningkat.

Kepala Sekolah sebagai Supervisor

a. Menciptakan suasana akrab dengan guru

b. Membahas persiapan yang dibuat guru

c. Menyepakati instrumen observasi yang akan digunakan

d. Pengamatan sesuai instrumen yang disepakati

e. Catatan observasi sesuai perilaku guru

f. Tidak mengganggu proses pembelajaran

g. Menanyakan pendapat guru terhadap observasi yang dilaksanakan

h. Diskusi terbuka hasil observasi i. Memberikan dorongan moral

(27)

Referensi

Dokumen terkait

Buchimgae atau Jeon adalah jenis kudapan yang dibuat dari kimchi atau makanan laut yang dicampur dengan adonan tepung dan digoreng menjadi seperti

Mengubah masyarakat secara revolusioner (perubahan secara cepat) harus berakhir dengan kemenangan kaum proletar. Sehingga pada gilirannya pemerintahan negara harus

Definisi dari ideologi adalah: Aterm used for any group of ideas concerning various political and aconomic issues and social philosophies often applied to a systematic scheme of

Juga menarik untuk diketahui ada tidaknya perbedaan antara niat beli ulang pada konsumen keduanya.Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan dengan judul

Mengubah masyarakat secara revolusioner (perubahan secara cepat) harus berakhir dengan kemenangan kaum proletar. Sehingga pada gilirannya pemerintahan

membantu perusahaan tersebut untuk memposisikan diri mereka dipasar dan juga dalam mempertahankan konsumen.Hal ini dikarenakan karena konsumen sering mengartikan produk yang

3. Tentang watak pengetahuan manusia. Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu

Di sisi lain, kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok besar yang terdiri atas banyak orang, antara dengan siapa hubungannya tida perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi