INVENTARISASI DAN KEPARAHAN PENYAKIT PADA BEBERAPA POPULASI F1
UBI KAYU DI BANDAR LAMPUNG
INVENTARISATION AND DISEASE SEVERITY OF SEVERAL F1 POPULATION OF
CASSAVA IN BANDAR LAMPUNG
Titik Nur Aeny1*, Rini Ayu Prameswari2, Setyo Dwi Utomo3, dan Suskandini Ratih1
1Dosen Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 3Dosen Jurusan Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
Jln. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145. *Email: titik.nuraeny@fp.unila.ac.id
.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi penyakit pada berbagai klon ubi kayu hasil seleksi dan menduga keragaman keparahan beberapa penyakit yang ditemukan pada populasi F1 half-sib. Benih botani yang digunakan dipanen dari Sekincau, Lampung Barat pada tahun 2015 dan disemai dalam polibeg. Selanjutnya pada Maret 2016 bibit ditanam di lahan Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung. Pada akhir Februari 2017 tanaman ubi kayu dipotong hingga tersisa batangnya setinggi 50 cm dari atas permukaan tanah. Pengamatan gejala penyakit dilakukan terhadap 75 klon ubi kayu F1 yang berasal dari 15 tetua betina. Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali selama dua bulan dimulai sejak 7 bulan setelah pemotongan. Gejala penyakit yang ditemukan pada setiap klon ubi kayu dicatat dan dihitung keparahannya. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang tidak menggunakan rancangan maupun ulangan. Sebaran data keparahan setiap penyakit yang ditemukan diketahui dari box and whisker plot dengan menggunakan program SAS (The SAS System for Windows 9.0). Data keparahan penyakit dianalisis untuk menduga nilai tengah, kisaran, dan ragam antar klon ubi kayu.Hasil pengamatan menunjukkan adanya tiga penyakit pada tanaman ubi kayu yaitu penyakit bercak daun coklat (Cercospora henningsii), bercak daun baur (Cercospora viscosae), dan hawar daun bakteri (Xanthomonas campestris). Keparahan penyakit bercak daun coklat yang tertinggi terdapat pada populasi F1 CMM 25-27-122 (36,67%) dengan keragaman luas, sedangkan populasi F1 UJ3 memiliki keparahan terendah (2,50%) dengan keragaman sempit. Keparahan penyakit bercak daun baur yang tertinggi terdapat pada populasi F1 BL5-1 (68%) sedangkan populasi F1 BL4 memiliki keparahan terendah (3,10%), keduanya mempunyai keragaman luas. Keparahan penyakit hawar daun bakteri yang tertinggi terdapat pada populasi F1 BL5-1 (38,30%) sedangkan populasi F1 UJ3 memiliki intensitas terendah (1,70%) dengan keragaman luas.
Kata kunci: keparahan penyakit, ketahanan, keragaman, klon ubi kayu.
ABSTRACT
This study aims to inventory various diseases of cassava clones from the selection and to assess the disease severity of 75 cassava clones found in the F1 population half-sib. The seeds used were harvested from Sekincau, West Lampung in 2015 and sown in polybags. During March 2016 the seeds were planted on the Integrated Field Laboratory of the University of Lampung. At the end of February 2017 the cassava plant was cut until the remaining stems were as high as 50 cm above the soil surface. Observation of disease symptoms was carried out on 75 F1 cassava clones from 15 female elders. Observations were carried out every two weeks for two months starting 7 months after cutting. Disease symptoms found in each cassava clone were recorded to determine the disease severity. This research was carried out using a survey method that did not use experimental design or replication. Data distribution of the severity of each disease found was known from the box and whisker plot using the SAS program (The SAS System for Windows 9.0). Disease severity data were analyzed to estimate the mean, range, and variety between cassava clones. The results showed three diseases, namely brown leaf spot disease (Cercospora henningsii), diffuse leaf spot (Cercospora viscosae), and bacterial leaf blight (Xanthomonas campestris). The highest severity of brown leaf spot disease was found in F1 CMM population 25-27-122 (36.67%) with wide diversity, while F1 UJ3 population had the lowest severity (2.50%) with narrow diversity. The highest severity of diffuse leaf spot disease was found in the F1 BL5-1 population (68%) while the F1 BL4 population had the lowest severity (3.10%), both of which had wide diversity. The highest severity of bacterial leaf blight was found in F1 BL5-1 population (38.30%) while F1 UJ3 population had the lowest intensity (1.70%) with wide diversity.
1.
PENDAHULUAN
Pada tahun 2015 Provinsi Lampung
menduduki peringkat pertama penghasil
ubi kayu terbesar di Indonesia, namun
pada tahun 2016 luas areal pertanaman
dan total produksi ubi kayu menurun (BPS,
2016). Salah satu penyebab penurunan
total produksi ubi kayu diduga terkait
dengan serangan organisme pengganggu
tanaman (OPT) khususnya patogen. Untuk
mempertahankan produksi dan mencegah
kerugian akibat OPT dapat dilakukan
melalui penanaman klon ubi kayu yang
unggul dan tahan terhadap penyakit.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui
penyakit-penyakit yang terdapat pada 75
klon ubi kayu hasil seleksi dari 15 tetua
betina dan menduga keragaman intensitas
beberapa penyakit yang ditemukan pada
populasi F1
half-sib
.
2. MATERIAL DAN METODE
Penelitian ini dilakukan dengan metode
survei lapang dan tidak menggunakan
rancangan percobaan maupun ulangan.
Sebaran data karakter kuantitatif yaitu
keparahan penyakit diketahui dari
Box and
Whisker Plot
(
The SAS System for Windows
9.0.). Pengamatan terhadap berbagai gejala
penyakit tanaman ubi kayu dilakukan
untuk
menginventarisir
penyakit-penyakitnya.
Inventarisasi
penyakit
dilakukan terhadap 75 klon tanaman ubi
kayu yang berasal dari 15 tetua betina
(Cimanggu, BL 4, Kasesat ungu, Kasesat,
CMM 25-27-57, CMM 25-27-145, BL 8, BL 5,
UJ 3, CMM 227-122, Malang 6, UJ 5, BL
5-1, Mulyo, dan Mulyo 3.
Pengamatan
gejala
penyakit
dilakukan dengan memperhatikan gejala
secara visual pada setiap klon ubi kayu
yang diteliti. Hasil pengamatan terhadap
gejala yang ditemukan pada tanaman ubi
kayu di lahan percobaan selanjutnya
dikelompokkan menjadi penyakit bercak
daun, penyakit bercak daun baur, dan
penyakit bercak daun bakteri. Berdasarkan
gejala yang diamati kemudian dilakukan
skoring dan penghitungan keparahan
setiap penyakit (Ginting, 2013):
Keterangan:
KP : keparahan penyakit
n : jumlah bagian tanaman yang memiliki
kategori skala kerusakan yang sama
v : skor kerusakan dari tiap katagori
serangan
Z : skor kerusakan tertinggi
N : jumlah tanaman yang diamati
Data keparahan penyakit dianalisis untuk
menduga nilai tengah, kisaran, dan ragam
antar klon keturunan atau tetua betina ubi
kayu. Rumus yang digunakan untuk
mengukur karakter kuantitatif adalah
sebagai berikut (Walpole, 2005):
Kisaran = nilai maksimum
–
nilai minimum
a.
Nilai tengah = µ =
b.
Ragam =
2=
c.
Interquartile Range
(IQR) = Kuartil
3-Kuartil 1
Keragaman akan dikatakan luas apabila
nilai kisaran lebih besar daripada dua kali
kisaran dalam kuartil (IQR), sebaliknya
jika kisaran total lebih kecil daripada 2x
IQR maka keragaman akan dikatakan
sempit.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan tanaman ubi
kayu di lapang ditemukan beberapa gejala
penyakit pada bagian daun. Berdasarkan
deskripsi gejalanya, terdapat tiga penyakit
pada tanaman ubi kayu yang diamati yaitu
penyakit bercak daun coklat, penyakit
bercak daun baur, dan penyakit hawar
daun bakteri. Berikut ini merupakan hasil
pengamatan penyakit pada tanaman ubi
kayu di lapang.
Penyakit Bercak Daun Coklat
Gejala
pertama
yang
banyak
ditemukan pada daun ubi kayu yaitu
berupa bercak berbentuk bulat tidak
berwarna kecoklatan (Gambar 1). Pada
gejala
lanjut
ukuran
bercak
akan
membesar.
Gambar 1. Gejala penyakit bercak daun coklat.
Intensitas penyakit bercak daun coklat
yang tertinggi terdapat pada populasi F1
CMM 25-27-122 (36,67%) sedangkan
populasi F1 UJ3 memiliki intensitas
penyakit terendah (2,50%), keduanya
mempunyai keragaman sempit (Tabel 1).
Penyakit bercak daun cokat termasuk ke
dalam kategori moderat tahan karena
jumlah paling banyak terdapat pada
keparahan penyakit 11-20%.
Penyakit Bercak Daun Baur
Gejala
yang
ditemukan
pada
tanaman ubi kayu di lapangan diawali
dengan bercak berwarna kuning kemudian
menjadi coklat mengering tanpa batas yang
jelas. Bercak ini sering berada pada ujung
daun dan berbentuk seperti huruf V
terbalik. Pada gejala lanjut, bercak dapat
berukuran besar yang bisa mencapai
seperlima luas daun (Gambar 2).
Gambar 2. Gejala penyakit bercak daun baur.
Intensitas penyakit bercak daun
baur yang tertinggi terdapat pada populasi
F1 BL 5-1 (68%) yang memiliki keragaman
luas, sedangkan populasi F1 BL 4 (3,10%)
memiliki
intensitas
terendah
dengan
keragaman luas (Tabel 2). Penyakit bercak
daun baur masuk kedalam kategori tahan
karena jumlah paling banyak terdapat pada
keparahan penyakit 0,1-10%. Populasi F1
yang memiliki keragaman luas terbanyak
yaitu terdapat pada pengamatan ke-4.
Penyakit Hawar Daun Bakteri
Gejala yang ditemukan pada daun yaitu
berupa bercak kebasah-basahan berbentuk
bulat dengan tepian tidak teratur tetapi
berbatas jelas. Pada gejala lanjut bercak
meluas dan menjadi berwarna coklat,
selanjutnya daun layu kemudian rontok
(Gambar 3). Gejala seperti ini menurut
Semangun
(2008)
merupakan
gejala
penyakit
hawar
daun
bakteri
yang
disebabkan oleh
Xanthomonas campestris.
Gambar 3. Gejala penyakit hawar daun bakteri.
Intensitas penyakit hawar daun bakteri
yang tertinggi terdapat pada populasi F1
BL 5-1 (38,30%) yang memiliki keragaman
luas, sedangkan populasi F1 UJ3 (1,70%)
memiliki
intensitas
terendah
dengan
keragaman luas (Tabel 3). Penyakit hawar
daun bakteri termasuk dalam kategori
tahan
karena
jumlah
paling
banyak
terdapat pada keparahan penyakit
0,1-10%. Populasi F1 yang yang memiliki
keragaman luas terbanyak terdapat pada
pengamatan ke-4.
4. KESIMPULAN
Intensitas penyakit bercak daun coklat
yang tertinggi terdapat pada populasi F1
CMM 25-27-122 (36,67%) yang memiliki
keragaman luas pada pengamatan pertama.
Sedangkan populasi F1 UJ3 (2,50%)
memiliki
intensitas
terendah
dengan
keragaman
sempit
pada
pengamatan
F1 BL 5-1 (68%) yang memiliki keragaman
luas pada pengamatan pertama. Sedangkan
populasi F1 BL 4 (3,10%) memiliki
intensitas terendah dengan keragaman luas
pada pengamatan pertama. Intensitas
penyakit hawar daun bakteri yang tertinggi
terdapat pada populasi F1 BL 5-1 (38,30%)
yang memiliki keragaman luas pada
pengamatan pertama. Sedangkan populasi
F1
UJ3 (1,70%)
memiliki
intensitas
terendah dengan keragaman luas pada
pengamatan pertama.
4. KESIMPULAN
Penyakit-penyakit yang terdapat pada
berbagai klon ubi kayu yaitu penyakit
bercak daun coklat (
C. henningsii
), bercak
daun baur (
C.
viscosae
), dan hawar daun
bakteri (
X. campestris
). Intensitas penyakit
bercak daun coklat yang tertinggi terdapat
pada
populasi
F1
CMM
25-27-122
(36,67%) yang memiliki keragaman luas,
sedangkan populasi F1 UJ3 (2,50%)
memiliki
intensitas
terendah
dengan
keragaman sempit. Intensitas penyakit
bercak daun baur yang tertinggi terdapat
pada populasi F1 BL 5-1 (68%) yang
memiliki
keragaman
luas,
sedangkan
populasi F1 BL 4 (3,10%) memiliki
intensitas terendah dengan keragaman
luas. Intensitas penyakit hawar daun
bakteri yang tertinggi terdapat pada
populasi F1 BL 5-1 (38,30%) yang memiliki
keragaman luas, sedangkan populasi F1 UJ3
(1,70%) memiliki intensitas terendah
dengan keragaman luas.
Kesimpulan berisikan intisari dan
jawaban secara lugas terhadap tujuan
penelitian yang telah dikemukakan pada
bagian awal. Penulisan menggunakan
cambria 11.
DAFTAR PUSTAKA
Amandari, S. 2011. Hama dan Penyakit Tanaman Nanas (Ananas comosus L.Merr) di Kecamatan Ngancar, Kediri. Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 55 hlm.
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistic Indonesia). 2016. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Ubi Kayu Seluruh Provinsi.
Http://Bps.Go.Id/Tnmn_Pgn.Php?Kat=3. Diakses Pada Tanggal 11 Maret 2017.
Baihaki, A. 2000. Teknik Rancang dan Analisis Penelitian dan Pemuliaan. Bandung : Diktat Universitas Padjajaran. 91 hlm.
Barnett, H.I., and B.B. Hunter. 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi, Third
Edition Bur Geus Publishing Company New York. 218 pp.
Bensch, K. Mycobank Cercospora henningsii. Http ://www.mycobank.org/Biolomics.aspx?Table= Mycobank&MycoBankNr_=2442. Diakses pada tanggal 10 Mei 2018. dan Aplikasi. Lembaga Peneitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 203 hlm.
Hardaningsih, S. Nasir, S. Muslikul, H. 2011. Identifikasi penyakit ubi kayu di Provinsi Lampung. Prosiding. Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, tanggal 15 November 2011. pp: 604-609.
Laksmana, D.M. 2015. Evaluasi Karakter Agronomi 114 Klon F1 Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz) Keturunan Tetua Betina Uj3 di Kebun Percobaan Bptp Natar Lampung Selatan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Ningsih, C. 2017. Penyakit Penting pada berbagai Klon Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) Hasil Seleksi, di Kebun Percobaan Universitas Lampung (skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Nirwanto, Hery. 2010. Teori dan Aplikasi Ketahanan Populasi Tanaman Terhadap Epidemi Penyakit. UPN Veteran. Jawa Timur. 68 hlm.
Ohunyon, P.U. and Ogio-Okirika, J.A. 1979.. Eradication of Cassava Bacterial Blight/Cassava Improvement in the Niger Delta of Nigeria. In: Cassava Bacterial Blight in Africa: Past, Present and Future. Report Interdisciplinary Workshop. IITA, Ibadan, Nigeria, pp 55–57.
Poespodarsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas IPB. Bogor. 163 hlm.
Kayu. Pusat Data Dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian. Jakarta.
Putri, D.I., Sunyoto, E. Yuliadi, dan S.D. Utomo. 2013. Keragaman Karakter Agronomi Klon-Klon F1 Ubikayu (Manihot Esculenta Crantz) Keturunan Tetua Betina Uj-3, Cmm 25-27, Dan Mentik Urang. Jurnal Agrotek Tropika. 1 (1): 1-7.
Rais, S. A. T., S. Silitonga, S. G. Budiarti, N. Zuraida, M. Sudjadi. 2001. Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Tanaman Pangan terhadap Cekaman Beberapa Faktor Biotik (Hama dan Penyakit). Prosiding. Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman. pp: 163-174.
Roja, Atman. 2009. UbiKayu : Varietas dan Teknologi Budidaya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Sumatera Barat.
Rukmana, R. 1997. Budidaya dan Pascapanen
Ubikayu. Kanisius. Jakarta.
Rukmana, R. 2002. Usaha Tani Ubi Kayu. Kanisius.
Jogjakarta.
Saleh, N., Mudji, R., Sri, W, I., Budhi, S., Sri, W. 2013. Hama, penyakit, dan gulma pada tanaman ubi kayu : Identifikasi dan pengendaliannya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 85 hlm.
Saleh, N., Didik, H. I. Made, J, N. 2016. Penyakit-penyakit penting pada ubikayu : deskripsi, bioekologi dan pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Malang. 168 hlm.
Semangun, H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Yogyakarta : UGM Press.
Semangun, H. 2008. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Yogyakarta : UGM Press.
Takatsu, A., Fukuda, S., Hahn, S.K. and Caveness, F.E. 1990. Integrated pest management for tropical rootandtuber crops. In:Hahn,S.K.andCaveness, F.E. (eds) Proceedings of the Workshop on the Global Status and of Prospects for IPM of Root and Tuber Crops, Ibadan, Nigeria, 25–30
October 1987. IITA, Ibadan, Nigeria, pp. 127– 131.
Thamrin, M., A. Mardiyah, dan S.E Marpaung. 2013. Analisis Usahatani Ubi Kayu (Manihot utillisima). Jurnal Agrium 1(18): 57-64. USU. Medan.
Theberge, R.I. 1985.Common African Pests andDiseases of Cassava, Yam, Sweet Potato andCocoyam. IITA, Ibadan, Nigeria.
Utomo, S., Erwin, Y., Yafizham, Akary, E. 2015. Proposal Penelitian Strategis Nasional : Perakitan Varietas Unggul Ubikayu
Berdaya Hasil Tinggi
dan Sesuai Untuk Produksi Bioetanol Melalui Hibridisasi, Seleksi dan Uji Daya Hasil. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Utomo, S.D., R. Sari, A. Edy, K. Setiawan, and E. Yuliadi. 2017. Variation of morphological and agronomic characters of eight F1 half-sib
populatıons of cassava. Paper International Conference on Root and Tuber Crops for Food Sustainability. Malang. Pp: 1-9.
Walpole, E. R. 2005. Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Wargiono, J., A. Hasanuddin, dan Suyamto.2006. Teknologi Produksi Ubikayu Mendukung Industri Bioethanol. Puslitbangtan Bogor. 42 hlm.
Wijandi, S. 1976. Ilmu Pengetahuan Umbi-umbian. Departemen Teknologi Hasil Pertanian IPB. Bogor.
Tabel 1. Keparahan penyakit bercak daun coklat
No Tetua Betina Nilai min. Nilai maks Kisaran IQR 2 x IQR Keragaman
1 Cimanggu 1,54 18,33 16,79 11,11 22,22 Sempit
2 BL 4 5,80 20,70 14,90 6,53 13,06 Luas
3 Kasesat Ungu 0,00 11,90 11,90 3,80 7,60 Luas
4 Kasesat 5,00 10,30 5,30 2,20 4,40 Luas
5 CMM 252757 3,60 19,20 15,60 8,20 16,40 Sempit 6 CMM 2527145 0,00 12,40 12,40 3,70 7,40 Luas
7 BL 8 4,90 20,00 15,10 2,70 5,40 Luas
8 BL 5 5,10 14,40 9,30 8,20 16,40 Sempit
9 UJ 3 1,38 5,20 3,82 1,33 2,66 Luas
10 CMM 2527122 3,57 36,67 33,10 5,45 10,90 Luas
11 Malang 6 9,80 17,60 7,80 4,07 8,14 Sempit
12 UJ 5 Kasesat 0,00 3,33 3,33 0,68 1,36 Luas
13 BL 5-1 0,00 9,09 9,09 4,60 9,20 Sempit
14 Mulyo 0,00 20,00 20,00 6,13 12,26 Luas
15 Mulyo 3 0,00 25,38 25,38 11,78 23,56 Luas
Tabel 2. Keparahan penyakit bercak daun baur
No. Tetua betina Nilai min. Nilai maks. Kisaran IQR 2x IQR Keragaman
1 Cimanggu 4,40 15,60 11,20 3,70 7,40 Luas
2 BL 4 2,00 3,10 1,10 0,30 0,60 Luas
3 Kasesat Ungu 0,00 8,60 8,60 4,30 8,60 Sempit
4 Kasesat 0,90 4,10 3,20 2,80 5,60 Sempit
5 CMM 252757 0,90 8,60 7,70 7,50 15,00 Sempit
6 CMM 2527145 0,00 7,10 7,10 5,50 11,00 Sempit
7 BL 8 0,40 22,50 22,10 4,40 8,80 Luas
8 BL 5 1,20 5,80 4,60 1,30 2,60 Luas
9 UJ 3 2,60 8,80 6,20 3,00 6,00 Luas
10 CMM 2527122 2,10 10,00 7,90 2,60 5,20 Luas
11 Malang 6 0,00 15,20 15,20 8,80 17,60 Sempit
12 UJ 5 Kasesat 0,00 4,60 4,60 2,20 4,40 Luas
13 BL 5-1 1,30 68,00 66,70 17,2
0 34,40 Luas
14 Mulyo 0,00 15,40 15,40 3,60 7,20 Luas
15 Mulyo 3 1,50 10,40 8,90 3,90 7,80 Luas
Tabel 3. Keparahan penyakit hawar daun bakteri
No
. Tetua betina Nilai min. Nilai maks. Kisaran IQR 2x IQR Keragaman
1 Cimanggu 0,00 5,60 5,60 3,60 7,20 Sempit
2 BL 4 2,20 18,00 15,80 2,00 4,00 Luas
3 Kasesat Ungu 0 8,10 8,10 4,80 9,60 Sempit
4 Kasesat 0,00 3,00 3,00 0,90 1,80 Luas
5 CMM 252757 2,70 16,20 13,50 3,70 7,40 Luas
7 BL 8 0,00 2,20 2,20 0,70 1,40 Luas
8 BL 5 0,00 2,20 2,20 0,50 1,00 Luas
9 UJ 3 0,00 1,70 1,70 0,80 1,60 Luas
10 CMM 2527122 0,00 3,90 3,90 1,60 3,20 Luas
11 Malang 6 2,90 5,00 2,10 1,20 2,40 Sempit
12 UJ 5 Kasesat 0,00 5,30 5,30 1,70 3,40 Luas
13 BL 5-1 0,00 38,30 38,30 1,60 3,20 Luas
14 Mulyo 0,00 6,40 6,40 3,10 6,20 Luas
15 Mulyo 3 0,00 6,80 6,80 3,90 7,80 Sempit