• Tidak ada hasil yang ditemukan

INVENTARISASI DAN KEPARAHAN PENYAKIT PADA BEBERAPA POPULASI F1 UBI KAYU DI BANDAR LAMPUNG INVENTARISATION AND DISEASE SEVERITY OF SEVERAL F1 POPULATION OF CASSAVA IN BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "INVENTARISASI DAN KEPARAHAN PENYAKIT PADA BEBERAPA POPULASI F1 UBI KAYU DI BANDAR LAMPUNG INVENTARISATION AND DISEASE SEVERITY OF SEVERAL F1 POPULATION OF CASSAVA IN BANDAR LAMPUNG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI DAN KEPARAHAN PENYAKIT PADA BEBERAPA POPULASI F1

UBI KAYU DI BANDAR LAMPUNG

INVENTARISATION AND DISEASE SEVERITY OF SEVERAL F1 POPULATION OF

CASSAVA IN BANDAR LAMPUNG

Titik Nur Aeny1*, Rini Ayu Prameswari2, Setyo Dwi Utomo3, dan Suskandini Ratih1

1Dosen Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2Mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 3Dosen Jurusan Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Jln. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145. *Email: titik.nuraeny@fp.unila.ac.id

.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi penyakit pada berbagai klon ubi kayu hasil seleksi dan menduga keragaman keparahan beberapa penyakit yang ditemukan pada populasi F1 half-sib. Benih botani yang digunakan dipanen dari Sekincau, Lampung Barat pada tahun 2015 dan disemai dalam polibeg. Selanjutnya pada Maret 2016 bibit ditanam di lahan Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung. Pada akhir Februari 2017 tanaman ubi kayu dipotong hingga tersisa batangnya setinggi 50 cm dari atas permukaan tanah. Pengamatan gejala penyakit dilakukan terhadap 75 klon ubi kayu F1 yang berasal dari 15 tetua betina. Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali selama dua bulan dimulai sejak 7 bulan setelah pemotongan. Gejala penyakit yang ditemukan pada setiap klon ubi kayu dicatat dan dihitung keparahannya. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang tidak menggunakan rancangan maupun ulangan. Sebaran data keparahan setiap penyakit yang ditemukan diketahui dari box and whisker plot dengan menggunakan program SAS (The SAS System for Windows 9.0). Data keparahan penyakit dianalisis untuk menduga nilai tengah, kisaran, dan ragam antar klon ubi kayu.Hasil pengamatan menunjukkan adanya tiga penyakit pada tanaman ubi kayu yaitu penyakit bercak daun coklat (Cercospora henningsii), bercak daun baur (Cercospora viscosae), dan hawar daun bakteri (Xanthomonas campestris). Keparahan penyakit bercak daun coklat yang tertinggi terdapat pada populasi F1 CMM 25-27-122 (36,67%) dengan keragaman luas, sedangkan populasi F1 UJ3 memiliki keparahan terendah (2,50%) dengan keragaman sempit. Keparahan penyakit bercak daun baur yang tertinggi terdapat pada populasi F1 BL5-1 (68%) sedangkan populasi F1 BL4 memiliki keparahan terendah (3,10%), keduanya mempunyai keragaman luas. Keparahan penyakit hawar daun bakteri yang tertinggi terdapat pada populasi F1 BL5-1 (38,30%) sedangkan populasi F1 UJ3 memiliki intensitas terendah (1,70%) dengan keragaman luas.

Kata kunci: keparahan penyakit, ketahanan, keragaman, klon ubi kayu.

ABSTRACT

This study aims to inventory various diseases of cassava clones from the selection and to assess the disease severity of 75 cassava clones found in the F1 population half-sib. The seeds used were harvested from Sekincau, West Lampung in 2015 and sown in polybags. During March 2016 the seeds were planted on the Integrated Field Laboratory of the University of Lampung. At the end of February 2017 the cassava plant was cut until the remaining stems were as high as 50 cm above the soil surface. Observation of disease symptoms was carried out on 75 F1 cassava clones from 15 female elders. Observations were carried out every two weeks for two months starting 7 months after cutting. Disease symptoms found in each cassava clone were recorded to determine the disease severity. This research was carried out using a survey method that did not use experimental design or replication. Data distribution of the severity of each disease found was known from the box and whisker plot using the SAS program (The SAS System for Windows 9.0). Disease severity data were analyzed to estimate the mean, range, and variety between cassava clones. The results showed three diseases, namely brown leaf spot disease (Cercospora henningsii), diffuse leaf spot (Cercospora viscosae), and bacterial leaf blight (Xanthomonas campestris). The highest severity of brown leaf spot disease was found in F1 CMM population 25-27-122 (36.67%) with wide diversity, while F1 UJ3 population had the lowest severity (2.50%) with narrow diversity. The highest severity of diffuse leaf spot disease was found in the F1 BL5-1 population (68%) while the F1 BL4 population had the lowest severity (3.10%), both of which had wide diversity. The highest severity of bacterial leaf blight was found in F1 BL5-1 population (38.30%) while F1 UJ3 population had the lowest intensity (1.70%) with wide diversity.

(2)

1.

PENDAHULUAN

Pada tahun 2015 Provinsi Lampung

menduduki peringkat pertama penghasil

ubi kayu terbesar di Indonesia, namun

pada tahun 2016 luas areal pertanaman

dan total produksi ubi kayu menurun (BPS,

2016). Salah satu penyebab penurunan

total produksi ubi kayu diduga terkait

dengan serangan organisme pengganggu

tanaman (OPT) khususnya patogen. Untuk

mempertahankan produksi dan mencegah

kerugian akibat OPT dapat dilakukan

melalui penanaman klon ubi kayu yang

unggul dan tahan terhadap penyakit.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui

penyakit-penyakit yang terdapat pada 75

klon ubi kayu hasil seleksi dari 15 tetua

betina dan menduga keragaman intensitas

beberapa penyakit yang ditemukan pada

populasi F1

half-sib

.

2. MATERIAL DAN METODE

Penelitian ini dilakukan dengan metode

survei lapang dan tidak menggunakan

rancangan percobaan maupun ulangan.

Sebaran data karakter kuantitatif yaitu

keparahan penyakit diketahui dari

Box and

Whisker Plot

(

The SAS System for Windows

9.0.). Pengamatan terhadap berbagai gejala

penyakit tanaman ubi kayu dilakukan

untuk

menginventarisir

penyakit-penyakitnya.

Inventarisasi

penyakit

dilakukan terhadap 75 klon tanaman ubi

kayu yang berasal dari 15 tetua betina

(Cimanggu, BL 4, Kasesat ungu, Kasesat,

CMM 25-27-57, CMM 25-27-145, BL 8, BL 5,

UJ 3, CMM 227-122, Malang 6, UJ 5, BL

5-1, Mulyo, dan Mulyo 3.

Pengamatan

gejala

penyakit

dilakukan dengan memperhatikan gejala

secara visual pada setiap klon ubi kayu

yang diteliti. Hasil pengamatan terhadap

gejala yang ditemukan pada tanaman ubi

kayu di lahan percobaan selanjutnya

dikelompokkan menjadi penyakit bercak

daun, penyakit bercak daun baur, dan

penyakit bercak daun bakteri. Berdasarkan

gejala yang diamati kemudian dilakukan

skoring dan penghitungan keparahan

setiap penyakit (Ginting, 2013):

Keterangan:

KP : keparahan penyakit

n : jumlah bagian tanaman yang memiliki

kategori skala kerusakan yang sama

v : skor kerusakan dari tiap katagori

serangan

Z : skor kerusakan tertinggi

N : jumlah tanaman yang diamati

Data keparahan penyakit dianalisis untuk

menduga nilai tengah, kisaran, dan ragam

antar klon keturunan atau tetua betina ubi

kayu. Rumus yang digunakan untuk

mengukur karakter kuantitatif adalah

sebagai berikut (Walpole, 2005):

Kisaran = nilai maksimum

nilai minimum

a.

Nilai tengah = µ =

b.

Ragam =

2

=

c.

Interquartile Range

(IQR) = Kuartil

3-Kuartil 1

Keragaman akan dikatakan luas apabila

nilai kisaran lebih besar daripada dua kali

kisaran dalam kuartil (IQR), sebaliknya

jika kisaran total lebih kecil daripada 2x

IQR maka keragaman akan dikatakan

sempit.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan tanaman ubi

kayu di lapang ditemukan beberapa gejala

penyakit pada bagian daun. Berdasarkan

deskripsi gejalanya, terdapat tiga penyakit

pada tanaman ubi kayu yang diamati yaitu

penyakit bercak daun coklat, penyakit

bercak daun baur, dan penyakit hawar

daun bakteri. Berikut ini merupakan hasil

pengamatan penyakit pada tanaman ubi

kayu di lapang.

Penyakit Bercak Daun Coklat

Gejala

pertama

yang

banyak

ditemukan pada daun ubi kayu yaitu

berupa bercak berbentuk bulat tidak

(3)

berwarna kecoklatan (Gambar 1). Pada

gejala

lanjut

ukuran

bercak

akan

membesar.

Gambar 1. Gejala penyakit bercak daun coklat.

Intensitas penyakit bercak daun coklat

yang tertinggi terdapat pada populasi F1

CMM 25-27-122 (36,67%) sedangkan

populasi F1 UJ3 memiliki intensitas

penyakit terendah (2,50%), keduanya

mempunyai keragaman sempit (Tabel 1).

Penyakit bercak daun cokat termasuk ke

dalam kategori moderat tahan karena

jumlah paling banyak terdapat pada

keparahan penyakit 11-20%.

Penyakit Bercak Daun Baur

Gejala

yang

ditemukan

pada

tanaman ubi kayu di lapangan diawali

dengan bercak berwarna kuning kemudian

menjadi coklat mengering tanpa batas yang

jelas. Bercak ini sering berada pada ujung

daun dan berbentuk seperti huruf V

terbalik. Pada gejala lanjut, bercak dapat

berukuran besar yang bisa mencapai

seperlima luas daun (Gambar 2).

Gambar 2. Gejala penyakit bercak daun baur.

Intensitas penyakit bercak daun

baur yang tertinggi terdapat pada populasi

F1 BL 5-1 (68%) yang memiliki keragaman

luas, sedangkan populasi F1 BL 4 (3,10%)

memiliki

intensitas

terendah

dengan

keragaman luas (Tabel 2). Penyakit bercak

daun baur masuk kedalam kategori tahan

karena jumlah paling banyak terdapat pada

keparahan penyakit 0,1-10%. Populasi F1

yang memiliki keragaman luas terbanyak

yaitu terdapat pada pengamatan ke-4.

Penyakit Hawar Daun Bakteri

Gejala yang ditemukan pada daun yaitu

berupa bercak kebasah-basahan berbentuk

bulat dengan tepian tidak teratur tetapi

berbatas jelas. Pada gejala lanjut bercak

meluas dan menjadi berwarna coklat,

selanjutnya daun layu kemudian rontok

(Gambar 3). Gejala seperti ini menurut

Semangun

(2008)

merupakan

gejala

penyakit

hawar

daun

bakteri

yang

disebabkan oleh

Xanthomonas campestris.

Gambar 3. Gejala penyakit hawar daun bakteri.

Intensitas penyakit hawar daun bakteri

yang tertinggi terdapat pada populasi F1

BL 5-1 (38,30%) yang memiliki keragaman

luas, sedangkan populasi F1 UJ3 (1,70%)

memiliki

intensitas

terendah

dengan

keragaman luas (Tabel 3). Penyakit hawar

daun bakteri termasuk dalam kategori

tahan

karena

jumlah

paling

banyak

terdapat pada keparahan penyakit

0,1-10%. Populasi F1 yang yang memiliki

keragaman luas terbanyak terdapat pada

pengamatan ke-4.

4. KESIMPULAN

Intensitas penyakit bercak daun coklat

yang tertinggi terdapat pada populasi F1

CMM 25-27-122 (36,67%) yang memiliki

keragaman luas pada pengamatan pertama.

Sedangkan populasi F1 UJ3 (2,50%)

memiliki

intensitas

terendah

dengan

keragaman

sempit

pada

pengamatan

(4)

F1 BL 5-1 (68%) yang memiliki keragaman

luas pada pengamatan pertama. Sedangkan

populasi F1 BL 4 (3,10%) memiliki

intensitas terendah dengan keragaman luas

pada pengamatan pertama. Intensitas

penyakit hawar daun bakteri yang tertinggi

terdapat pada populasi F1 BL 5-1 (38,30%)

yang memiliki keragaman luas pada

pengamatan pertama. Sedangkan populasi

F1

UJ3 (1,70%)

memiliki

intensitas

terendah dengan keragaman luas pada

pengamatan pertama.

4. KESIMPULAN

Penyakit-penyakit yang terdapat pada

berbagai klon ubi kayu yaitu penyakit

bercak daun coklat (

C. henningsii

), bercak

daun baur (

C.

viscosae

), dan hawar daun

bakteri (

X. campestris

). Intensitas penyakit

bercak daun coklat yang tertinggi terdapat

pada

populasi

F1

CMM

25-27-122

(36,67%) yang memiliki keragaman luas,

sedangkan populasi F1 UJ3 (2,50%)

memiliki

intensitas

terendah

dengan

keragaman sempit. Intensitas penyakit

bercak daun baur yang tertinggi terdapat

pada populasi F1 BL 5-1 (68%) yang

memiliki

keragaman

luas,

sedangkan

populasi F1 BL 4 (3,10%) memiliki

intensitas terendah dengan keragaman

luas. Intensitas penyakit hawar daun

bakteri yang tertinggi terdapat pada

populasi F1 BL 5-1 (38,30%) yang memiliki

keragaman luas, sedangkan populasi F1 UJ3

(1,70%) memiliki intensitas terendah

dengan keragaman luas.

Kesimpulan berisikan intisari dan

jawaban secara lugas terhadap tujuan

penelitian yang telah dikemukakan pada

bagian awal. Penulisan menggunakan

cambria 11.

DAFTAR PUSTAKA

Amandari, S. 2011. Hama dan Penyakit Tanaman Nanas (Ananas comosus L.Merr) di Kecamatan Ngancar, Kediri. Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 55 hlm.

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistic Indonesia). 2016. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Tanaman Ubi Kayu Seluruh Provinsi.

Http://Bps.Go.Id/Tnmn_Pgn.Php?Kat=3. Diakses Pada Tanggal 11 Maret 2017.

Baihaki, A. 2000. Teknik Rancang dan Analisis Penelitian dan Pemuliaan. Bandung : Diktat Universitas Padjajaran. 91 hlm.

Barnett, H.I., and B.B. Hunter. 1972. Illustrated Genera of Imperfect Fungi, Third

Edition Bur Geus Publishing Company New York. 218 pp.

Bensch, K. Mycobank Cercospora henningsii. Http ://www.mycobank.org/Biolomics.aspx?Table= Mycobank&MycoBankNr_=2442. Diakses pada tanggal 10 Mei 2018. dan Aplikasi. Lembaga Peneitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 203 hlm.

Hardaningsih, S. Nasir, S. Muslikul, H. 2011. Identifikasi penyakit ubi kayu di Provinsi Lampung. Prosiding. Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, tanggal 15 November 2011. pp: 604-609.

Laksmana, D.M. 2015. Evaluasi Karakter Agronomi 114 Klon F1 Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz) Keturunan Tetua Betina Uj3 di Kebun Percobaan Bptp Natar Lampung Selatan. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Ningsih, C. 2017. Penyakit Penting pada berbagai Klon Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) Hasil Seleksi, di Kebun Percobaan Universitas Lampung (skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Nirwanto, Hery. 2010. Teori dan Aplikasi Ketahanan Populasi Tanaman Terhadap Epidemi Penyakit. UPN Veteran. Jawa Timur. 68 hlm.

Ohunyon, P.U. and Ogio-Okirika, J.A. 1979.. Eradication of Cassava Bacterial Blight/Cassava Improvement in the Niger Delta of Nigeria. In: Cassava Bacterial Blight in Africa: Past, Present and Future. Report Interdisciplinary Workshop. IITA, Ibadan, Nigeria, pp 55–57.

Poespodarsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas IPB. Bogor. 163 hlm.

(5)

Kayu. Pusat Data Dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian. Jakarta.

Putri, D.I., Sunyoto, E. Yuliadi, dan S.D. Utomo. 2013. Keragaman Karakter Agronomi Klon-Klon F1 Ubikayu (Manihot Esculenta Crantz) Keturunan Tetua Betina Uj-3, Cmm 25-27, Dan Mentik Urang. Jurnal Agrotek Tropika. 1 (1): 1-7.

Rais, S. A. T., S. Silitonga, S. G. Budiarti, N. Zuraida, M. Sudjadi. 2001. Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Tanaman Pangan terhadap Cekaman Beberapa Faktor Biotik (Hama dan Penyakit). Prosiding. Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman. pp: 163-174.

Roja, Atman. 2009. UbiKayu : Varietas dan Teknologi Budidaya. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Sumatera Barat.

Rukmana, R. 1997. Budidaya dan Pascapanen

Ubikayu. Kanisius. Jakarta.

Rukmana, R. 2002. Usaha Tani Ubi Kayu. Kanisius.

Jogjakarta.

Saleh, N., Mudji, R., Sri, W, I., Budhi, S., Sri, W. 2013. Hama, penyakit, dan gulma pada tanaman ubi kayu : Identifikasi dan pengendaliannya. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 85 hlm.

Saleh, N., Didik, H. I. Made, J, N. 2016. Penyakit-penyakit penting pada ubikayu : deskripsi, bioekologi dan pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Malang. 168 hlm.

Semangun, H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Yogyakarta : UGM Press.

Semangun, H. 2008. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Yogyakarta : UGM Press.

Takatsu, A., Fukuda, S., Hahn, S.K. and Caveness, F.E. 1990. Integrated pest management for tropical rootandtuber crops. In:Hahn,S.K.andCaveness, F.E. (eds) Proceedings of the Workshop on the Global Status and of Prospects for IPM of Root and Tuber Crops, Ibadan, Nigeria, 25–30

October 1987. IITA, Ibadan, Nigeria, pp. 127– 131.

Thamrin, M., A. Mardiyah, dan S.E Marpaung. 2013. Analisis Usahatani Ubi Kayu (Manihot utillisima). Jurnal Agrium 1(18): 57-64. USU. Medan.

Theberge, R.I. 1985.Common African Pests andDiseases of Cassava, Yam, Sweet Potato andCocoyam. IITA, Ibadan, Nigeria.

Utomo, S., Erwin, Y., Yafizham, Akary, E. 2015. Proposal Penelitian Strategis Nasional : Perakitan Varietas Unggul Ubikayu

Berdaya Hasil Tinggi

dan Sesuai Untuk Produksi Bioetanol Melalui Hibridisasi, Seleksi dan Uji Daya Hasil. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Utomo, S.D., R. Sari, A. Edy, K. Setiawan, and E. Yuliadi. 2017. Variation of morphological and agronomic characters of eight F1 half-sib

populatıons of cassava. Paper International Conference on Root and Tuber Crops for Food Sustainability. Malang. Pp: 1-9.

Walpole, E. R. 2005. Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wargiono, J., A. Hasanuddin, dan Suyamto.2006. Teknologi Produksi Ubikayu Mendukung Industri Bioethanol. Puslitbangtan Bogor. 42 hlm.

Wijandi, S. 1976. Ilmu Pengetahuan Umbi-umbian. Departemen Teknologi Hasil Pertanian IPB. Bogor.

(6)

Tabel 1. Keparahan penyakit bercak daun coklat

No Tetua Betina Nilai min. Nilai maks Kisaran IQR 2 x IQR Keragaman

1 Cimanggu 1,54 18,33 16,79 11,11 22,22 Sempit

2 BL 4 5,80 20,70 14,90 6,53 13,06 Luas

3 Kasesat Ungu 0,00 11,90 11,90 3,80 7,60 Luas

4 Kasesat 5,00 10,30 5,30 2,20 4,40 Luas

5 CMM 252757 3,60 19,20 15,60 8,20 16,40 Sempit 6 CMM 2527145 0,00 12,40 12,40 3,70 7,40 Luas

7 BL 8 4,90 20,00 15,10 2,70 5,40 Luas

8 BL 5 5,10 14,40 9,30 8,20 16,40 Sempit

9 UJ 3 1,38 5,20 3,82 1,33 2,66 Luas

10 CMM 2527122 3,57 36,67 33,10 5,45 10,90 Luas

11 Malang 6 9,80 17,60 7,80 4,07 8,14 Sempit

12 UJ 5 Kasesat 0,00 3,33 3,33 0,68 1,36 Luas

13 BL 5-1 0,00 9,09 9,09 4,60 9,20 Sempit

14 Mulyo 0,00 20,00 20,00 6,13 12,26 Luas

15 Mulyo 3 0,00 25,38 25,38 11,78 23,56 Luas

Tabel 2. Keparahan penyakit bercak daun baur

No. Tetua betina Nilai min. Nilai maks. Kisaran IQR 2x IQR Keragaman

1 Cimanggu 4,40 15,60 11,20 3,70 7,40 Luas

2 BL 4 2,00 3,10 1,10 0,30 0,60 Luas

3 Kasesat Ungu 0,00 8,60 8,60 4,30 8,60 Sempit

4 Kasesat 0,90 4,10 3,20 2,80 5,60 Sempit

5 CMM 252757 0,90 8,60 7,70 7,50 15,00 Sempit

6 CMM 2527145 0,00 7,10 7,10 5,50 11,00 Sempit

7 BL 8 0,40 22,50 22,10 4,40 8,80 Luas

8 BL 5 1,20 5,80 4,60 1,30 2,60 Luas

9 UJ 3 2,60 8,80 6,20 3,00 6,00 Luas

10 CMM 2527122 2,10 10,00 7,90 2,60 5,20 Luas

11 Malang 6 0,00 15,20 15,20 8,80 17,60 Sempit

12 UJ 5 Kasesat 0,00 4,60 4,60 2,20 4,40 Luas

13 BL 5-1 1,30 68,00 66,70 17,2

0 34,40 Luas

14 Mulyo 0,00 15,40 15,40 3,60 7,20 Luas

15 Mulyo 3 1,50 10,40 8,90 3,90 7,80 Luas

Tabel 3. Keparahan penyakit hawar daun bakteri

No

. Tetua betina Nilai min. Nilai maks. Kisaran IQR 2x IQR Keragaman

1 Cimanggu 0,00 5,60 5,60 3,60 7,20 Sempit

2 BL 4 2,20 18,00 15,80 2,00 4,00 Luas

3 Kasesat Ungu 0 8,10 8,10 4,80 9,60 Sempit

4 Kasesat 0,00 3,00 3,00 0,90 1,80 Luas

5 CMM 252757 2,70 16,20 13,50 3,70 7,40 Luas

(7)

7 BL 8 0,00 2,20 2,20 0,70 1,40 Luas

8 BL 5 0,00 2,20 2,20 0,50 1,00 Luas

9 UJ 3 0,00 1,70 1,70 0,80 1,60 Luas

10 CMM 2527122 0,00 3,90 3,90 1,60 3,20 Luas

11 Malang 6 2,90 5,00 2,10 1,20 2,40 Sempit

12 UJ 5 Kasesat 0,00 5,30 5,30 1,70 3,40 Luas

13 BL 5-1 0,00 38,30 38,30 1,60 3,20 Luas

14 Mulyo 0,00 6,40 6,40 3,10 6,20 Luas

15 Mulyo 3 0,00 6,80 6,80 3,90 7,80 Sempit

Gambar

Gambar 1.  Gejala penyakit bercak daun coklat.
Tabel 2. Keparahan penyakit bercak daun baur

Referensi

Dokumen terkait