• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSOLUTISME RELATIF DAN KEMUNGKINAN DIALOG: SEBUAH EKSPLORASI TENTANG ALTERNATIF CARA PANDANG KATOLIK TERHADAP PLURALISME RELIGIUS SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ABSOLUTISME RELATIF DAN KEMUNGKINAN DIALOG: SEBUAH EKSPLORASI TENTANG ALTERNATIF CARA PANDANG KATOLIK TERHADAP PLURALISME RELIGIUS SKRIPSI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

FAKULTAS FILSAFAT

PROGRAM STUDI FILSAFAT

Terakreditasi Berdasarkan Keputusan BAN-PT DEPDIKNAS-RI No. 468/SK/BAN-PT/Akred/S/XII/2014

ABSOLUTISME RELATIF DAN KEMUNGKINAN DIALOG: SEBUAH

EKSPLORASI TENTANG ALTERNATIF CARA PANDANG KATOLIK

TERHADAP PLURALISME RELIGIUS

SKRIPSI

Oleh

Hendrikus Aditia Wika Kurnia NPM: 2013510008

Pembimbing

Dr. Hadrianus Tedjoworo OSC, S.Ag, S.T.L.

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kasih-Nya kepada saya terutama dalam menyusun karya tulis ini. Skripsi yang saya susun ini berjudul “ABSOLUTISME RELATIF DAN KEMUNGKINAN DIALOG: SEBUAH ALTERNATIF CARA PANDANG KATOLIK TERHADAP PLURALISME RELIGIUS”. Skripsi yang saya susun ini sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Dalam proses penyusunan skripsi ini, saya mengalami kesulitan dan hambatan, baik dalam metodologi maupun proses penulisan skripsi. Selain itu, saya juga menerima bantuan dari sebagian orang. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menyumbangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu saya menyelesaikan skripsi ini, sehingga saya dapat menyelesaikannya.

(3)

juga mengucapkan terima kasih kepada Paskalis Dimas, Palti Manalu, Maria Mia, Maria Kirana Rucitra, RP. Agustinus Seran OSC, Mas Guntur, Felisitas Sri Avianty, Odilia Herni, Christianus UU Sukaji, dan Adrianus Adi.

Akhirnya, saya berharap bahwa skripsi saya dapat bermanfaat bagi para pembaca. Saya juga berharap bahwa tulisan saya ini dapat membantu umat Katolik, khususnya para katekis untuk selalu terbuka dan membangun dialog dengan Gereja-Gereja dan agama-agama lain, karena dengan demikian, identitas kekatolikannya dapat dimurnikan berkat perjumpaan dan dialog dengan yang lain. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, saya tetap terbuka pada kritik dan masukan yang berguna bagi penyempurnaan skripsi ini.

Bandung, Mei 2018

Penulis

(4)

 

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

FAKULTAS FILSAFAT PROGRAM STUDI FILSAFAT

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Hendrikus Aditia Wika Kurnia NPM : 2013510008

Fakultas : Filsafat Program Studi : Ilmu Filsafat

Judul : ABSOLUTISME RELATIF DAN KEMUNGKINAN DIALOG: SEBUAH EKSPLORASI TENTANG ALTERNATIF CARA PANDANG KATOLIK TERHADAP PLURALISME RELIGIUS

Bandung, Mei 2018

Mengetahui, Menyetujui,

C. Harimanto Suryanugraha, Drs, SLL Dr. Hadrianus Tedjoworo S.Ag, STL

(5)

Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Absolutisme Relatif dan Kemungkinan Dialog: Sebuah Eksplorasi Tentang Alternatif Cara Pandang Katolik Terhadap Pluralisme Religius ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Dengan pernyataan ini, saya siap menanggung risiko dan sanksi yang dijatuhkan kepada saya, apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau jika ada tuntutan formal dan tidak formal dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Mei 2018 Yang membuat pernyataan,

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

DAFTAR ISI... v

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1  Latar Belakang Masalah ... 1 

1.2  Tujuan Penulisan ... 2 

1.3  Ruang Lingkup Bahasan dan Metode Penulisan ... 3 

1.5  Sistematika Penulisan ... 4 

BAB II POSISI GEREJA KATOLIK DI TENGAH PLURALISME RELIGIUS ... 7

2.1. Pemikiran Gereja Katolik Mengenai Pluralisme Religius Pada Zaman Patristik ... 7 

2.1.1. Pemikiran Bapa-Bapa Gereja Sebelum Edikta Milan ... 7

2.1.2. Pemikiran Bapa-Bapa Gereja Setelah Edikta Milan ... 10

2.2.   Pandangan Gereja Katolik Mengenai Pluralisme Agama Prakonsili Vatikan II ... 12 

2.3.  Pandangan Gereja Katolik Mengenai Pluralisme Agama Berdasarkan Dokumen Konsili Vatikan II ... 14 

(7)

2.3.2. Unitatis Redintegratio (21 November 1964) ... 17

2.3.3. Ad Gentes (7 Desember 1965) ... 19

2.3.4. Nostra Aetate (28 Oktober 1965) ... 20

BAB III ABSOLUTISME RELATIF SEBAGAI SEBUAH ALTERNATIF CARA PANDANG KATOLIK ... 23

3.1.  Riwayat Hidup Hans Küng ... 23 

3.2.  Absolutisme Relatif Sebagai Sebuah Alternatif ... 24 

3.3.  Kritik Terhadap Pemikiran Hans Küng ... 29 

3.3.1. Kritik Karl Rahner ... 29

3.3.2. Kritik Joseph Cardinal Ratzinger ... 31

BAB IV ALTERNATIF METODOLOGIS DEMI KEMUNGKINAN DIALOG DI TENGAH PLURALISME RELIGIUS ... 35

4.1.  Kemungkinan Dialog Dengan Gereja-Gereja Lain ... 35 

4.1.1. Pemulihan Kesatuan Sebagai Usaha Ekumenis ... 36

4.1.2. Otokritik Didasarkan Pada Kasih dan Persaudaraan ... 42

4.1.3 Membangun Teologi Ekumenis ... 44

4.2.  Kemungkinan Dialog Dengan Agama-agama Lain ... 47 

4.2.1. Menemukan Hal-Hal yang Komplementer dan Inklusif ... 48

4.2.2. Kehidupan yang Dihayati Sebagai Pola Dasar ... 50

(8)

BAB V SIMPULAN ... 56

5.1.  Simpulan ... 56 

5.2.  Pandangan ke Depan Tentang Kemungkinan Dialog di Tengah Pluralisme ... 60 

Daftar Pustaka ... 64

(9)

ABSTRAK

Pluralisme religius adalah kenyataan. Setiap orang menghadapinya, termasuk umat Gereja Katolik. Gereja Katolik memiliki pandangan sendiri mengenai pluralisme religius yang berkembang seiring dengan sejarah perkembangan Gereja. Di sisi lain, para teolog juga memiliki pandangan sendiri yang dapat dijadikan sebagai alternatif cara pandang katolik terhadap pluralisme religius. Salah satu alternatif itu adalah konsep absolutisme relatif yang pernah dijelaskan oleh seorang teolog yang bernama Hans Küng. Pemikiran Küng tentang absolutisme relatif tidak mengurangi identitas katolik, namun membuatnya menjadi semakin otentik. Hal ini

dapat menjadi alternatif cara pandang yang inspiratif bagi umat Katolik terhadap pluralisme

religius. Alternatif dari Küng ini akan dikoreksi dan dilengkapi oleh pemikiran Karl Rahner dan

Joseph Cardinal Ratzinger. Terinspirasi oleh absolutisme relatif dari Küng, umat Katolik dapat

mendorong dan mempromosikan usaha untuk memulihkan kesatuan di anatar Gereja-Gereja dan

membangun dialog dengan umat dari agama-agama lain. Identitas kekatolikan umat dimurnikan

melalui otokritik melalui dialog dan perjumpaan dengan yang lain. melalui otokritik, identitas

katolik dapat menjadi lebih otentik. Dengan demikian, umat Katolik tidak akan kehilangan

identitas kekatolikan mereka, melainkan bisa mendapatkan identitas yang lebih besar sebagai

seorang Katolik.

(10)
(11)

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia hidup dalam dunia yang sangat plural. Agama yang dianut masyarakat dunia pun beraneka ragam. Di satu sisi, dalam hidup beragama dan bermasyarakat, terkadang salah satu agama memaksakan ajaran agamanya sendiri kepada pemeluk agama lain. Kadang-kadang ajaran agama tertentu dibuat mendesakkan bagi pemeluk-pemeluk agama lain. Di sisi lain, agama memiliki tanggung jawab secara moral bagi perdamaian dunia.1 Setiap agama memiliki

dimensi moral karena agama berurusan tidak hanya dengan satu orang saja, melainkan dengan banyak orang, bahkan dengan orang-orang yang berbeda keyakinan sekalipun. Dengan mengabsolutkan beberapa aturan keagamaan kepada pemeluk agama lain, sebuah agama melampaui batas-batas beragama. Tindakan karena sikap absolutis ini menghambat perdamaian antaragama dan antarnegara. Perdamaian di antara negara-negara tidak akan tercipta jika tidak ada perdamaian di antara agama-agama, dan perdamaian di antara agama-agama tidak akan tercipta jika tidak ada dialog di antara mereka.2 Dialog antaragama menjadi sangat penting,

mengingat perdamaian dunia berawal dari perdamaian antaragama dan maraknya tindakan-tindakan yang disebabkan oleh sikap absolutis yang intoleran, merusak kerukunan dan perdamaian di antara agama-agama.

Dialog di antara agama-agama di tengah absolutisme yang terjadi sekarang ini sangatlah penting dan memiliki urgensi yang utama. Di satu sisi, aturan-aturan agama harus bersifat       

(12)

absolut agar kelestarian agama dan keasliannya tetap dipertahankan oleh para pemeluknya. Namun, absolutisasi suatu agama tidak perlu dipaksakan pada pemeluk agama-agama lain karena selain mereka juga memiliki aturan agama yang mutlak, tindakan ini malah akan menghambat perdamaian di antara agama-agama.

Gereja Katolik memiliki dogma dan doktrin yang mutlak yang harus diakui dan dijalankan oleh setiap orang Katolik. Namun, Gereja Katolik juga berada di tengah dunia dengan beragam agama. Sejak Konsili Vatikan II, Gereja Katolik berusaha membuka diri pada dunia. Gereja Katolik pun mengakui dan menerima hal-hal yang baik dan benar dalam agama-agama lain maupun Gereja-Gereja lain.3 Akan tetapi, pengakuan secara teoretis bahwa keselamatan juga

ada dalam agama dan kepercayaan lain tidak cukup karena Gereja Katolik perlu berdialog dengan mereka secara langsung. Oleh karena itu, Gereja memerlukan sebuah pencarian alternatif terhadap pluralisme religius untuk menciptakan kemungkinan bagi dialog-dialog dengan agama-agama lain. Dengan demikian, Gereja Katolik berusaha bertanggung jawab atas perdamaian dunia.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari skripsi yang berjudul “Absolutisme Relatif dan Kemungkinan Dialog: Sebuah Eksplorasi Cara Pandang Katolik Terhadap Pluralisme Religius” adalah sebagai berikut. Pertama, untuk mengeksplorasi sebuah rekomendasi dan alternatif sikap Gereja Katolik terhadap pluralisme religius untuk menciptakan kemungkinan dialog-dialog dengan agama-agama lain. Tulisan ini bermaksud mengeksplorasi alternatif sikap Katolik terhadap pluralisme religius di tengah absolutisme agar Gereja Katolik dapat menemukan kemungkinan-      

(13)

kemungkinan untuk berdialog dengan gereja dan agama lain. Kedua adalah untuk memberikan rekomendasi panduan bagi para katekis ketika mengajar di dalam Gereja dan ketika berhadapan secara langsung dengan agama lain dalam sebuah dialog. Tulisan ini bermaksud memberika rekomendasi bagi para katekis dalam berdialog agar tidak jatuh pada sikap absolutis yang menghambat dialog dengan agama lain. Ketiga, skripsi ini ditulis sebagai pemenuhan syarat mencapai gelar sarjana di Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

1.3 Ruang Lingkup Bahasan dan Metode Penulisan

Skripsi yang saya susun ini berjudul “Absolutisme Relatif dan Kemungkinan Dialog: Sebuah Eksplorasi Cara Pandang Katolik Terhadap Pluralisme Religius”. Fokus pembahasan tulisan ini adalah mengeksplorasi alternatif cara pandang religius dan menemukan alternatif sikap yang relevan dan inspiratif dalam kultur Gereja Katolik serta kontekstual bagi Gereja Katolik untuk menciptakan kemungkinan dialog dengan agama-agama yang lain. Ruang lingkup kajian tulisan ini termasuk dalam kategori kajian teologis yang bersifat eksploratif. Kajian ini akan didukung dengan studi pustaka.

Tulisan ini akan diawali dengan pembahasan mengenai pandangan Gereja Katolik terhadap agama-agama lain sebelum Konsili Vatikan II dan setelah Konsili Vatikan II. Dalam bagian selanjutnya akan dijelaskan mengenai alternatif sikap Katolik dan kemungkinan-kemungkinan dialog yang dapat dilakukan dengan agama-agama tertentu secara partikular.

(14)

antara ajaran Gereja dan apa yang dihayati oleh orang Katolik dalam masyarakat dan berusaha menerjemahkan Magisterium kepada umat agar mereka dapat menemukan inspirasi dalam bertindak di tengah masyarakat yang plural.

1.4 Perumusan Masalah dan Sumber Data

Berdasarkan latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup pembahasan dan metode penulisan, masalah yang menjadi fokus adalah adanya kecenderungan memaklumkan kebenaran religius terhadap pemeluk agama lain yang mengakibatkan munculnya tindakan-tindakan intoleran da menghambat terciptanya perdamaian antarnegara. Masalah ini akan dibahas melalui tiga pertanyaan:

1. Bagaimana pandangan Gereja Katolik terhadap gereja-gereja dan agama-agama lain? 2. Bagaimana Gereja Katolik dapat menemukan sebuah alternatif cara pandang religius

terhadap pluralisme agama untuk menciptakan kemungkinan dialog dengan agama lain?

3. Apa saja kemungkinan-kemungkinan dialog yang mungkin dilakukan Gereja Katolik dengan agama lain.

1.5 Sistematika Penulisan

(15)

berdasarkan latar belakang masalah yang telah disusun. Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, tujuan penulisan, perumusan masalah, dan sistematika penulisan.

Pada bab II akan dipaparkan mengenai pendangan-pandangan Gereja Katolik terhadap gereja dan agama lain. Pada bab ini akan dibahas pandangan Gereja Katolik tentang pluralisme religius pada zaman patristik, prakonsili Vatikan II, dan pascakonsili Vatikan II. Bab ini akan menjelaskan perkembangan pandangan Gereja Katolik pra dan pasca Konsili Vatikan II mengenai pluralisme religius. Pandangan Gereja Katolik mengenai pluralisme religius pada zaman patristik meliputi pemikiran para bapa Gereja sebelum dan sesudah Edikta Milan. Pada masa prakonsili Vatikan II, pemikiran Gereja tentang pluralisme religius diwakili beberapa dokumen konsili-konsili. Pada subbab III dijelaskan perkembangan pemikiran Gereja Katolik pada masa pascakonsili Vatikan II. Pada bagian ini dibahas tiga dokumen Konsili Vatikan II yang mewakili pandangan Gereja mengenai pluralisme religius, yaitu Lumen Gentium, Unitatis

Redintegratio, dan Ad Gentes.

Pada bab III akan menjelaskan sebuah alternatif sikap katolik yang dapat digunakan untuk menciptakan kemungkinan-kemungkinan dialog dengan agama-agama lain. Saya ingin mengangkat pemikiran Hans Küng mengenai absolutisme relatif sebagai sebuah alternatif sikap Katolik terhadap pluralisme agama. Absolutisme relatif mengandaikan adanya otokritik terhadap Gereja Katolik dalam terang agama-agama lain dan adanya kritik membangun bagi agama-agama lain dalam terang Injil.4 Pada bagian ini akan dijelaskan pula pengertian agama

yang dipahami oleh Küng sebagai sebuah komunitas yang memiliki dimensi sosial. Selain itu, akan disajikan pula kritik yang komplementer atas pemikiran Küng tentang absolutisme relatif

yang didasarkan pada pemikiran dua teolog, Karl Rahner dan Joseph Cardinal Ratzinger.

(16)

Pada Bab IV akan dibahas mengenai kemungkinan-kemungkinan dialog yang dapat dilakukan oleh Gereja Katolik dengan agama-agama lain. Bab ini akan membahas dua kemungkinan dialog, yaitu dialog dengan Gereja-Gereja lain dan dialog dengan agama-agama lain. Alternatif metodologis untuk membuka kemungkinan dialog antara Gereja Katolik dengan Gereja-Gereja lain terdiri dari tiga usaha, yaitu pemulihan kesatuan sebagai usaha ekumenis, otokritik yang didasarkan pada kasih dan persaudaraan, dan membangun sebuah teologi ekumenis. Sedangkan alternatif metodologis untuk membuka kemungkinan dialog antara Gereja Katolik dengan agama-agama lain terdiri dari tiga hal berbeda, yaitu menemukan hal-hal yang komplementer dan inklusif, kehidupan yang dihayati sebagai pola dasar, dan kesaksian hidup sebagai praktik yang benar.

Referensi

Dokumen terkait