• Tidak ada hasil yang ditemukan

JACKRY OCTORA TOBING NIM: 100707027

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JACKRY OCTORA TOBING NIM: 100707027"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN ORGANOLOGIS ALAT MUSIK GAMBUS BUATAN

BAPAK SYAHRIAL FELANI

Skripsi Sarjana

Dikerjakan

O

L

E

H

JACKRY OCTORA TOBING

NIM: 100707027

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN

(2)

ii

KAJIAN ORGANOLOGIS ALAT MUSIK GAMBUS BUATAN

BAPAK SYAHRIAL FELANI

Skripsi Sarjana

Dikerjakan

O

L

E

H

JACKRY OCTORA TOBING

NIM: 100707027

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembibing II

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. Drs. Fadlin, M.A

NIP 196512211991031001 NIP196102201989031003

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN

(3)

iii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Kajian Organologi Alat Musik Gambus Melayu Buatan Bapak Syahrial Felani.” Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui struktur, proses, teknik pembuatan, teknik memainkan, fungsi dari gambus, serta menjadi karya tulis bagi Etnomusikologi. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan penelitian dan terlibat dalam pembuatan gambus. Lalu penulis melakukan wawancara kepada narasumber yang dianggap paham oleh masyarakat pendukung kebudayaan tersebut, juga melakukan rekaman yang dianggap penting untuk mempermudah mengingat hasil wawancara kedalam tulisan tersebut. Gambus adalah salah satu alat musik tradisional Melayu yang masuk dalam klasifikasi kordofon yaitu bunyi yang dihasilkannya melalui senar (dawai) yang digetarkan dengan cara dipetik. Alat musik ini terbuat dari batang pohon (biasanya pohon nangka) dan memiliki lubang resonator yang dilapisi berupa membrane yang terbuat dari kulit sapi/kambing.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Segala pujian dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, atas kasih dan kemurahanNya yang begitu besar untuk semua umat manusia. Penulis berterimakasih atas segala berkat, kekuatan, penghiburan, pertolongan dan perlindungan Tuhan yang tidak pernah berhenti dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih karena Engkau selalu ada ketika saya membutuhkan sahabat untuk berbagi suka dan duka.

Skripsi ini berjudul “Kajian Organologi Alat Musik Gambus Melayu Buatan Bapak Syahrial Felani”. Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak hambatan yang penulis rasakan. Begitu juga dengan kejenuhan yang membuat penulis bosan dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun, berkat orang-orang yang ada di sekitar penulis, membuat penulis kembali semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

(5)

v

Lona Br Tobing, Hendrik Tobing, Ganda Simanjuntak, Andika Sembiring. Terimakasih buat doa dan semangat yang kalian berikan kepada saya.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D, sebagai Ketua Jurusan Etnomusikologi. Kepada yang terhormat Ibu Drs. Heristina Dewi, M.Pd selaku sekretaris Jurusan Etnomusikologi.

Kepada yang terhormat Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D. dosen pembimbing I saya, sekali gus dosen pembimbing akademik, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk nasehat-nasehat, ilmu serta pengalaman yang telah bapak berikan selama saya berkuliah. Kiranya Tuhan selalu membalas semua kebaikan yang bapak berikan.

Kepada yang terhormat Bapak Drs. Fadlin, M.A. dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimkasih untuk perhatian, ilmu dan semua kebaikan yang bapak berikan. Kiranya Tuhan membalas semua kebaikan bapak.

(6)

vi

saya dapatkan dari bapak-ibu sekalian bisa saya aplikasikan dalam kehidupan dan pendidikan selanjutnya. Biarlah Tuhan membalaskan semua jasa-jasa bapak-ibu sekalian.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Syahrial Felani dan keluarga yang banyak memberikan informasi dalam tulisan skripsi ini serta bersedia menjadi informan kunci, sehingga data yang diperoleh mendukung penulisan skripsi ini, dan kepada Bapak Retno Ayumi dan Bapak Nazri Effas yang telah memberikan banyak informasi dan saran yang membangun selama penulis melakukan penelitian.

Terimakasih juga penulis sampaikan teman-teman sekampung saya yang selalu memberikan nasihat-nasihat baik kepada penulis sehingga membuat penulis semakin semangat dalam pengerjaan tulisan skripsi ini, serta menjadi teman dalam suka maupun duka.

Kepada teman-teman seangkatan penulis yakni Etno ‘010, Tribudi Purba, Ayu Triana Matondang, Riska Pricilia, Kezia Purba, Chandra Marbun, Rican Sianturi, Lido Hutagalung, Luhut Simarmata, Benny Yogi Purba, Andi Farhan, Khairil Amri, Supriadi Tampubolon, Tumpak Sinaga, Fendri Marbun, Agus Tampubolon, Bang Mario 08, Bobby Situmorang, dan teman-teman yang lain yang tak bisa penulis jabarkan satu-satu, terimakasih telah menjadi bagian hidup penulis, kebersamaan yang kita jalin selama ini menjadi memori indah yang tak terlupakan bagi penulis. Terimakasih teman-teman.

(7)

vii

(8)

viii

1.4Konsep dan Teori yang digunakan ... 7

1.4.1 Konsep yang digunakan ... 7

1.4.2 Teori yang digunakan ... 8

1.5Metode Penelitian... 12

1.5.1 Studi Kepustakaan ... 13

1.5.2 Kerja Lapangan (Field Work) ... 13

1.5.3 Wawancara ... 13

1.5.4 Kerja Laboratorium ... 14

1.5.5 Lokasi Penelitian ... 14

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN, BIOGRAFI RINGKAS SYAHRIAL FELANI SEBAGAI WARGA MASYARAKAT MELAYU DAN SENIMAN MUSIK MELAYU ... 16

2.1Sejarah Berdirinya Kabupaten Deli Serdang ... 16

2.1.1 Letak Geografis Kabupaten Deli Serdang ... 18

2.1.2 Letak Lokasi Penelitian... 19

2.2 Latar Belakang Budaya Melayu ... 20

2.2.1 Agama ... 20

3.2Sejarah Singkat Masuknya Gambus DiIndonesia ... 46

(9)

ix

3.5.1.2Bahan Pembuat Tutup Gambus ... 54

(10)

x

3.7.4.3 ProsesPembuatan Lubang Suara ... 87

3.7.4.4 Tahap Akhir ... 88

BAB IV KAJIAN FUNGSIONAL GAMBUS ... 91

4.1Proses Belajar... 91

4.2Posisi Tubuh Dalam Memainkan Gambus ... 95

4.3Teknik Memainkan Gambus ... 97

4.4Penyajian Gambus Yang Baik... 97

4.5Perawatan Gambus ... 97

4.6Nada Yang Dihasilkan Gambus ... 98

4.7Wilayah Nada ... 98

4.8Ekstensi Alat Musik Gambus Melayu Di Deli Serdang ... 101

4.9Fungsi Musik Gambus ... 105

4.9.1 Fungsi Pengungkapan Emosional ... !06

4.9.2 Fungsi Hiburan ... 107

4.9.3 Fungsi Per lambangan ... 107

4.9.4 Fungsi Kesinambungan Budaya ... 107

4.9.5 Fungsi Reaksi Jasmani ... 108

4.9.6 Fungsi Penghayatan Estetis ... 108

4.10 Nilai Ekonomi Pada Alat musik Gambus ... 108

BAB V PENUTUP ... 110

5.1Kesimpulan ... 110

(11)
(12)

xii

TABEL I. Tahapan Pengerjaan ... 66

LAMPIRAN I ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Melayu merupakan salah satu kelompok etnik (ras) besar di dunia. Berdasarkan penyebaran dan perpindahannya, asal mula penduduk sebagian besar di Asia Tenggara dan Polinesia adalah Melayu. Ini dapat ditinjau dari sejarah persebarannya yang disebut Proto Melayu (Melayu Tua) dan Deutro Melayu (Melayu Muda). Etnik Melayu mendiami beberapa negara, seperti Malaysia, Filipina (bagian selatan), Singapura, Pattani Thailand, Myanmar, Brunei Darussalam, dan Indonesia (Muhamamad Husein, 2011:2).

Di Indonesia, etnik Melayu terdapat dibeberapa daerah, yaitu: daerah Tamiang di Nanggroe Aceh Darussalam, Pesisir Timur Sumatera Utara, Riau Kalimantan Barat, Jambi, dan Sumatera Selatan. Di Pesisir Sumatera Utara, dahulu masuk wilayah Timur, wilayah budaya etnik Melayu berdasarkan pemekarannya meliputi kabupaten/kota: Langkat, Binjai, Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai, Batubara, Labuhan Batu (termasuk Labuhan Batu Utara dan Labuhan Batun Selatan), dan Siak Sri Indrapura (Muhammad Husein, 2011: 3).

(14)

2

di sisi lain, musik juga di bangun oleh dimensi waktu, yang terdiri dari: metrum atau birama, nilai not (panjang pendeknya durasi not), kecepatan (seperti lambat, sedang, cepat, sangat cepat). Kedua dimensi pendukung musik ini, kadang juga berhubungan dengan seni tari yang diiringinya. Dalam konteks budaya Melayu sendiri, integrasi musik dengan tari terwujud dalam konsep begitu begitu pula tarinya. Dengan demikian, budaya musik menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan kebudayaan Melayu pada umumnya (Muhammad Takari dan Heristina Dewi, 2008:113).

Dalam suatu ensambel musik Melayu, biasanya alat-alat musik atau instrumen yang digunakan ialah gendang (gendang anak, gendang induk), marwas, biola, akordion, tamburin, rebana, dan gambus. Dalam tulisan ini penulis berfokus mengkaji aspek organologis alat musik gambus. Alat musik gambus Melayu ini biasa dimainkan untuk mengiringi pertunjukan zapin, yang secara fungsional musi adalah sebagai pembawa melodi. Gambus Melayu ini merupakan alat musik petik yang masuk dalam klasifikasi kordofon (salah satu klasifikasi alat musik yang proses bunyinya berasal dari getaran senar atau dawai).Alat musik ini juga termasuk pula ke dalam kelompok lute berleher panjang karena alat musik gambus ini mempunyai leher yang panjang dan bentuk badannya seperti buah pir yang dibelah dua.

(15)

3 bernama Bapak Syahrial Felani. Ketika penulis mengemukakan maksud akan mengkaji organologis gambus buatan beliau, maka ia sangat menyambut niat baik penulis.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa teman beliau, termasuk ia sendiri, Syahrial Felani juga mahir memainkan gambus, gendang ronggeng, menarikan tarian Melayu juga tarian Minangkabau. Hingga sampai saat ini Bapak Syahrial Felani masih aktif di dalam dunia kesenian Melayu. Salah satunya ia menjadi pengelola seni dan seniman pada sanggar tari yang bernama Tamora 88 yang berlokasi di alamat rumahnya.

Pada saat itu penulis banyak berbincang tentang alat musik gambus, seperti bagaimana struktur organologis gambus yang dibuat oleh Bapak Syahrial Felani. Menurut sejarahnya, beliaumengatakan masuknya gambus di Sumatera Utara melalui penyebaran Islam oleh orang-orang Arab di Sumatera Utara di pesisir pantai timur. Salah satunya adalah dengan melalui media kesenian yang datangnya dari luar, khususnya zapin, telah banyak mempengaruhi masyarakatnya seperti salah satu alat musik yaitu gambus. Alat musik gambus yang berasal dari Arab ini dikenal dengan nama ‘ud.Tetapi, gambus Melayu ini lebih dikenal dengan gambus belalang karena berbentuk seperti belalang.

(16)

4

belajar memulai memainkannya serta ditahun 1986 berdasarkan pengamatannya saja, ia tertarik untuk mencoba membuat sendiri alat musik gambus tersebut dengan apa adanya. Ternyata hasil karyanya memiliki ciri khas dari mulai bentuk dan ukuran maupun suara yang dihasilkannya. Bapak Syahrial Felani mengatakan1 bahwa gambus Melayu biasanya memiliki 7 senar tetapi dengan didasari faktor kreativitas, gambus yang dibuatnya memiliki 9 senar. Rinciannya adalah dengan susunan 5 baris, posisi senar 1 hingga 4 berlapis dua, dan senar kelima tidak berlapis.

Terdapat ukiran yang dihasilkannya adalah hasil idenya sendiri yang mempunyai arti simbol yang menandakan hasil karyanya, penuh dengan makna-makna dalam budaya Melayu. Seperti ukiran berbentuk bunga adalah simbol dari alam dalam budaya Melayu. Demikian pula pucuk rebung, simbol dari kehidupan, dan lain-lainnya.

Sampai saat ini, Bapak Syahrial Felani sudah membuat gambus lebih kurang sebanyak 300 buah hingga tahun 2014 berdasarkan kebutuhan permintaan pemesanan. Menurut informasi yang penulis dapatkan, ada beberapa pemain gambus di Sumatera Utara, seperti: Nasri Effas, Hendrik Perangin-angin, Rubino, dan lain-lain. Mereka adalah orang-orang yang telah memakai gambus buatan Bapak Syahrial Felani. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Rubino bahwa gambus yang di buat oleh Syahrial Felani memiliki kualitas yang baik. Apalagi gambus buatan Syahrial Felani memiliki 9 senar untuk mempermudah memainkannya pada nada yang tinggi. Bapak Rubino juga mengatakan bahwa Syahrial Felani sudah menjadi penyalur alat musik gambus di kota Medan. Gambus yang ia gunakan, sudah dimainkannya hingga ke beberapa wilayah Asia Tenggara seperti, Singapura, Thailand, Australia, hingga Eropa seperti Prancis dan Inggris. Bahan

1

(17)

5

utama untuk membuat alat musik gambus adalah kayu nangka (Artocarpus Integra Sp.). Dipilih kayu tersebut karena tekstur kayu yang lebih lunak dan

mudah dipahat, selain itu juga jenis kayu tersebut cukup kuat,bobotnya yang relative ringan, dan tidak berubah bentuk atau retak ketika kering. Dibutuhkan kayu nangka yang berusia rata-rata 20 tahun dan memiliki ukuran berdiameter 36 cm. Selanjutnya, kayu tersebut dipotong dengan ukuran panjang 99 cm dan dibelah menjadi 2 bagian. Gambus juga memiliki lubang resonator, dibuat dengan cara melakukan pemahatan dan dibutuhkan kulit kambing untuk melapisi atau menutup pada bagian depan lubang resonator.

Gambus ini menurut wawancara saya dengan beliau, dalam proses pembuatannya dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan keuletan tangan dan dikerjakan dengan peralatan yang sederhana, seperti gergaji, kampak, martil, serta berbagai alat pahat dari ukuran kecil hingga besar, juga chinshaw (geraji mesin) untuk mempermudah pemotongan atau membelah kayu.

(18)

6

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, pokok permasalaan yang menjadi topik bahasan didalam tulisan ini adalah sebagai berikut ini.

1. Bagaimana struktur organologis gambus Melayu buatan Bapak Syahrial Felani baik dari segi struktural maupun fungsional?

2. Bagaimana proses pembuatan gambus Melayu buatan Bapak Syahrial Felani?

1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian alat musik gambus adalah:

1. Untuk mengetahui dengan cara meneliti langsung di lapangan dan mendeskripsikan bagaimana struktur organologis gambus Melayubuatan Bapak Syahrial Felani baik dari segi struktur maupun fungsi (musikal). 2. Untuk menganalisis dan memahami proses pembuatan gambus Melayu

buatan Bapak Syahrial Felani.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terhadap aspek organologis alat musik gambus Melayu buatan Bapak Syahrial Felani adalah sebagai berikut.

1. Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah refrensi mengenai gambus di Departemen Etnomusikologi

(19)

7

3. Sebagai suatu proses pengaplikasian ilmu yang di peroleh penulis selama perkuliahan di Departemen etnomusikologi.

4. Memberikan informasi tentang alat musik gambus kepada masyarakat umum khususnya Melayu diSumatera Utara.

5. Untuk memenuhi syarat memnyelesaikan studi progam S-1 di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya USU.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Ada beberapa konsep dan teori yang dibutuhkan dalam membicarakan permasalahan terhadap objek penelitian ini, studi organologi yang dimaksud adalah sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Mantle Hood (1982:124), bahwa organologi yang digunakan adalah berhubungan dengan alat musik. Istilah tersebut mempunyai tendensi untuk dijadikan batasan dalam mendeskripsikan penampilan fisik, properti akustik, dan sejarah alat musik. Selanjutnya menurut beliau organologi adalah ilmu pengetahuan alat musik, yang tidak hanya meliputi sejarah dan deskripsi alat musik, akan tetapi sama pentingnya dengan “ilmu pengetahuan’’ dari alat musik itu sendiri antara lain: teknik pertunjukan, fungsi musikal, dekoratif, dan variasi dari sosial budaya.

Dari konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa kajian organologis gambus di Tanjung Morawa buatan Bapak Syahrial Felani, adalah penelitian secara mendalam mengenai sejarah dan deskripsi instrumen, juga mengenai teknik-teknik pembuatan, cara memainkan, dan fungsi dari alat musik gambus tersebut.

(20)

8

(klasifikasi alat musik oleh Curt Sachs dan Hornbostel, 1961). Berdasarkan konsep di atas, maka dalam tulisan ini penulis mengkaji mengenai proses pembuatan instrumen gambus Melayu, termasuk juga teknik pembuatan, proses pembuatannya, di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang tepatnya di Desa Tanjung Morawa B, juga mengenai teknik-teknik dalam memainkan, fungsi musik, ornamentasi (hiasan yang dibedakan dengan konstruksi),dan beberapa pendekatan sosial budayanya.

1.4.2 Teori

Teori mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian dapat meningkatkan arti dari penemuan penelitian. Tanpa teori, penemuan tersebut akan menjadi keterangan-keterangan empiris yang berpencar (Moh. Nazir, 1983:22-25) Dalam tulisan ini, penulis membahas tentang pendeskripsian alat musik gambus Melayu yang mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Susumu Khasima di dalam APTA (Asia Performing Traditional Art, 1978 :74), yaitu dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk membahas alat musik, yakni teori struktural dan fungsional. Secara struktural yaitu: aspek fisik instrumen musik,

(21)

9

Menurut teori yang dikemukakan oleh Curt Sachs dan Hornbostel (1961) yaitu sistem pengklasifikasian alat musik berdasarkan sumber penggetar utama bunyinya. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yaitu:

1. Idiofon, penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri,

2. Aerofon, penggetar utama bunyinya adalah udara,

3. Membranofon, penggetar utama bunyinya adalah membran atau kulit,

4. Kordofon, penggetar utama bunyinya adalah senar atau dawai.

Mengacu pada teori tersebut, maka gambus Melayu adalah instrumen musik kordofon dimana penggetar utama bunyinya melalui senar atau dawai. Untuk gambus digolongkan kepada jenis lute, pada prinsipnya berarti gambus menggunakan kotak resonator suara. Selain itu jenis lute mempunyai leher (neck) yang berfungsi sebagai papan jari (fingerboard)atau juga sebagai penyangga dawai (string bearer).

Dalam tulisan ini juga dibahas mengenai gambus yang merupakan proses hasil perkembangan secara akulturasi dalam Dunia Islam. Oleh karena itu, maka penulis mengacu pada teori akulturasi dalam kebudayaan, seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1986:247).

Akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

(22)

10

pengaruh ajaran Islam yang disampaikan melaui permainan gambus adalah merupakan proses difusi. Penulis mengacu pada teori difusi yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1986:244), yaitu: difusi adalah penyebaran dan migrasi kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan ke seluruh penjuru dunia.

Kajian organologi atau kebudayaan material musik dalam etnomusikologi telah dikemukakan oleh Merriam (1964) sebagai berikut. Wilayah ini meliputi kajian terhadap alat musik yang disusun oleh peneliti dengan klasifikasi yang biasa digunakan, yaitu: idiofon, membranofon, aerofon, dan kordofon. Selain itu pula, setiap alat musik harus diukur, dideskripsikan, dan digambar dengan skala atau difoto; prinsip-prinsip pembuatan, bahan yang digunakan, motif dekorasi, metode dan teknik pertunjukan, menentukan nada-nada yang dihasilkan, dan masalah teoretis perlu pula dicatat. Selain masalah deskripsi alatmusik, masih ada sejumlah masalah analitis lain yang dapat menjadi sasaran penelitian lapangan etnomusikologi. Apakah ada konsep untuk memperlakukan secara khusus alat-alat musik tertentu di dalam suatu masyarakat? Adakah alat-alat musik yang dikeramatkan? Adakah alat-alat musik yang melambangkan jenis-jenis aktivitas budaya atau sosial alain selain musik? Apakah alat-alat musik tertentu merupakan pertanda bagi pesan-pesan tertentu pada masyarakat luas? Apakah suara-suara atau bentuk-bentuk alat musik tertentu berhubungan dengan emosi-emosi khusus, keberadaan manusia, upacara-upacara, atau tanda-tanda tertentu?

(23)

11

apa pun, produksi alat musik merupakan bagian dari kegiatan ekonomi di dalam masyarakatnya secara luas. Alat musik mungkin dianggap sebagai lambang kekayaan; mungkin dimiliki perorangan; jika memilikinya mungkin diakui secara individual akan tetapi untuk kepentingan praktis diabaikan; atau mungkin alat-alat musik ini menjadi lambang kekayaan suku bangsa atau desa tertentu. Penyebaran alat musik mempunyai makna yang sangat penting di dalam kajian-kajian difusi dan di dalam rekonstruksi sejarah kebudayaan, dan kadang-kadang dapat memberi petunjuk atau menetukan perpindahan penduuduk melalui studi alatmusik.

(24)

12

1.5 Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1997:16). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif (Kirk dan Miller dalam Moleong,1990:3) yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentudalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasanyadan dalam peristilahannya. Untuk memahami permasalahan yang terdapat dalam pembuatanalat musik gambus Melayu diperlukan tahap-tahap, yaitu tahap sebelum kelapangan (pra lapangan), tahap kerja lapangan, analisis data, dan penulisan laporan(Maleong, 2002:109). Di samping itu, untuk mendukung metode penelitian yangdikemukakan oleh Moleong, penulis juga menggunakan metode penelitian lainnya, yaitu kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (laboratory work). Hasil dari keduadisiplin ini kemudian digabungkan menjadi satu hasil akhir (a final study) (Meriam, 1964 :37).

(25)

13

1.5.1 Studi Kepustakaan

Pada tahap sebelum ke lapangan (pra-lapangan), dan sebelum mengerjakan penelitian, penulis terlebih dahulu mencari dan membaca serta mempelajari buku-buku, tulisan-tulisan ilmiah, literatur, majalah, situs internet, dan catatan-catatan yang berkaitan dengan objek penelitian. Studi pustaka ini diperlukan untuk mendapatkan konsep-konsep dan teori juga informasi yang dapat digunakan sebagai pendukung penelitian pada saat melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.

1.5.2 Kerja Lapangan

Dalam hal ini, penulis langsung ke lokasi penelitian untuk melakukan tiga hal yang telah diketahui sebelumnya yaitu, observasi, wawancara, dan pemotretan (pengambilan gambar) dan langsung melakukan wawancara bebas dan juga wawancara mendalam antara penulis dengan informan yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, walaupun saat melakukan penelitian terdapat juga hal-hal baru, yang menjadi bahan pertanyaan yang dianggap mendukung dalam proses penelitian ini, semua ini dilakukan untuk tetap memperoleh keterangan-keterangan dan data-data yang dibutuhkan dan data yang benar, untuk mendukung proses penelitian.

1.5.3 Wawancara

(26)

14

Dalam hal ini penulis terlebih dahulu menyiapkan daftar pertanyaan yang akan ditanyakan saat wawancara, pertanyaan yang penulis ajukan bisa beralih dari satu topik ke topik lain secara bebas. Sedangkan data yang terkumpul dalam suatu wawancara bebas sangat beraneka ragam, tetapi tetap materinya berkaitan dengan topik penelitian. Menurut Harja W. Bachtiar (1985:155), wawancara adalah untuk mencatat keterangan-keterangan yang dibutuhkan dengan maksud agar data atau keterangan tidak ada yang hilang. Untuk pemotretan dan perekaman wawancara penulis menggunakan kamera dan handphone bermerk blackberry sebagai alat rekam Sedangkan untuk pengambilan gambar (foto) digunakan kamera digital bermerk Canon x-3s, di samping tulisan atas setiap keterangan yang diberikan oleh informan.

1.5.4 Kerja Laboratorium

Keseluruhan data yang telah terkumpul dari lapangan, selanjutnya diproses dalam kerja laboratorium. Data-data yang bersifat analisis disusun dengan sistematika penulisan ilmiah. Data-data berupa gambar dan rekaman diteliti kembali sesuai ukuran yang telah ditentukan kemudian dianalisis seperlunya. Semua hasil pengolahan data tersebut disusun dalam satu laporan hasil penelitian berbentuk skripsi (Meriam, 1995:85).

1.5.5 Lokasi Penelitian

(27)

15

(28)

16

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN, BIOGRAFI RINGKAS

SYAHRIAL FELANI SEBAGAI WARGA MASYARAKAT MELAYU

DAN SENIMAN MUSIK MELAYU

Pada bab ini penulis akan menjelaskan gambaran umum tentang lokasi penelitian dan biografi ringkas tentang beliau, yang menyatakan dirinya sebagai orang Melayu, yang pada dasarnya secara keturunan (darah) beliau adalah keturunan Jawa dan Mandailing. Ini juga menjadi salah satu fenomena menarik tentang identitas etnik di dalam kebudayaan Melayu. Beliau, karena lama berada dilingkungan masyarakat Melayu mulai dari bahasa, adat istiadat dan apalagi berbagai kesenian yang Beliau pelajari dari tari-tariannya, membuat instrumen musik, dan memainkan lat musik tersebut.

2.1 Sejarah Berdirinya Kabupaten Deli Serdang

(29)

17

Sumatera Timur menentang Kongres Rakyat Sumatera Timur yang dibentuk oleh Front Nasional. Negara-negara bagian dan daerah-daerah istimewa lain di Indonesia kemudian bergabung dengan Negara Republik Indonesia (NRI), sedangkan Negara Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur (NST) tidak bersedia. Akhirnya Pemerintah NRI meminta kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk mencari kata sepakat dan mendapat mandat penuh dari NST dan NIT untuk bermusyawarah dengan NRI tentang pembentukan Negara Kesatuan dengan hasil antara lain Undang-Undang Dasar Sementara Kesatuan yang berasal dari UUD RIS diubah sehingga sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

Atas dasar tersebut terbentuklah Kabupaten Deli Serdang seperti tercatat dalam sejarah bahwa Sumatera Timur dibagi atas 5 (lima) afdeling, salah satu di antaranya adalah Deli en Serdang. Afdeling ini dipimpin oleh seorang Asisten Residen beribukota di Medan serta terbagi atas 4 (empat) Onder Afdeling yaitu Beneden Deli beribukota Medan, Bovan Deli beribukota Pancur Batu, Serdang beribukota Lubuk Pakam, dan Padang Bedagei beribukota Tebing Tinggi. Masing-masing afdeling ini dipimpim oleh seorang kontelir.

(30)

18

Pada tanggal 14 November 1956, Kabupaten Deli dan Serdang ditetapkan menjadi Daerah Otonom dan namanya berubah menjadi Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 1948 yaitu Undang-undang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dengan Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956. Untuk merealisasinya dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Dewan Pertimbangan Daerah (DPD). Namun, tahun demi tahun terus berlalu merubah perjalanan sejarah dan setelah melalui berbagai usaha penelitian dan seminar-seminar oleh para pakar sejarah dan pejabat Pemerintah Daerah Tingkat II Deli Serdang pada waktu itu (sekarang Pemerintah Kabupaten Deli Serdang), akhirnya disepakati penetapan Hari Jadi Kabupaten Deli Serdang tanggal 1 Juli 1946.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1984, ibukota Kabupaten Deli Serdang dipindahkan dari Kota Medan ke Lubuk Pakam dengan lokasi perkantoran di Tanjung Garbus yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara tanggal 23 Desember 1986.

2.1.1 Letak Geografis Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang secara geografis, terletak diantara 2°57’ - 3°16’ Lintang Utara dan antara 98°33’ - 99°27’ Bujur Timur, merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,72 km2. Dari luas Propinsi Sumatera Utara, dengan batas sebagai berikut:

(a) Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera, (b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo,

(31)

19

(d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.

Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, secara administratif terdapat dua puluh dua (22) Kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang salah satunya adalah Kecamatan Tanjung Morawa.

Berdasarkan hasil sensus penduduk 2013, penduduk Kabupaten Deli Serdang mayoritas bersuku bangsa Jawa (51,77 %), Karo (10,84 %), Toba (10,78 %), Mandailing (6,71%), Melayu (6,22 %), Minangkabau (2,91%) Simalungun (1,68 %), dan lain lain (1,24 %). Sedangkan Agama yang dianut oleh masyarakat Deli Serdang beragama Islam paling besar (78,22%), Kristen (19,30 %), Budha (2,03 %), Hindu (0,17 %), dan lainnya (0,29 %).

2.1.2 Letak Lokasi Penelitian

(32)

20

2. 2 Latar Belakang Budaya Melayu

Deskripsi Melayu bisa dilihat kedekatannya dengan agama Islam. Melayu memang sangat erat hubungannya dengan Islam, sehingga adapun sebuah ungkapan ataupun gagasan adat yang bersendikan syarak syarak besendikan kitabbulah, yang artinya asas kebudayaan Melayu adalah hukum Islam (syarak).

Sehinnga untuk menjadi orang Melayu harus mengikuti adat isriadat Melayu dan beragama Islam (Takari dan Fadlin, 2009).

Syahrial Felani adalah seorang seniman Melayu yang asalnya bukan dari Melayu asli. Beliau adalah keturunan Jawa dan Mandailing, akan tetapi dia menyatakan bahwa dirinya adalah orang Melayu, dengan kemampuannya bisa berbahasa Melayu, beradat istiadat Melayu dan beragama Islam.

Di samping itu identitas Melayu juga dapat dilihat melalui unsur-unsur kebudayaan Melayu. Secara antropologis, unsur-unsur mencakup : agama, bahasa, organisasi, mata pencaharian hidup, kesenian, pendidikan, dan teknologi. Di bawah ini terdapat tujuh unsur berikut.

2.2.1 Agama

(33)

21

musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahien. Pada abad IV di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Budha, yaitu kerajaan Taruma Negara yang dilanjutkan dengan kerajaan Sunda sampai abad XVI (Luckman Sinar, 1986).

Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abad VII hingga abad XIV,kerajaan Budha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatera. Hal ini di deskripsikan oleh seorang penjelajah Tiongkok yang bernama I-Tsing, yang mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada saat puncak kejayaannya Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah, dan Kamboja (Luckman Sinar, 1986:65).

Di abad XIV juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, yaitu Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dari Wiracarita Ramayana(sejarah dari Ramayana).

Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke XII, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorakan Islam, seperti Samudra Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit sekaligus menandai akhir dari era ini (Takari dan Fadlin 2009).

(34)

22

dakwah Islam dimulai pada abad II Hijriah, yaitu para pedagang Islam melakukan perdagangan dengan sailan atau Srilangka. Pendapat yang sama juga dikemukakanoleh Burger dan Prajudi (2004). Mansur menambahkan Van leur dalam bukunya Indonesian Trade and Society (2003), menyatakan pada 674 di pantai Barat Sumatera telah terdapat perkampungan (koloni) Arab Islam.

Perkampungan perdagangan ini dimulai dibicarakan lagi pada 618 dan 626. Tahun-tahun berikutnya perkembangan perdagangan ini dimulai mempraktekan ajaran agama Islam. Hal ini mempengaruhi pula perkampungan Arab yang terdapat disepanjang jalan perdagangan di Asia Tenggara. Mansur juga mengkritik keras adanya upaya sebagian sejarawan yang menyatakan bahwa Islam baru masuk ke Indonesia setelah runtuhnya Kerajaan Hindu Majapahit (1478) dan ditandai berdirinya kerajaan Demak.

Pada umumnya keruntuhan Kerajaan Hindu Majapahit sering didongengkan akibat serangan dari kerajaan Islam Demak. Pada hal realitas sejarahnya yang benar adalah Kerajaan Hindu Majaphit runtuh akibat serangan raja Girindrawirdhana dari kerajaan Hindu Kediri pada tahun 1478 M. al-Atts mengatakan sarjana Barat melangsungkan penelitian ilmiah terhadap sejarah dan kebudayaan Kepulauan Melayu-Indonesia telah lama menyebarkan bahwa masyarakat kepulauan ini seolah-olah merupakan masyarakat penyaring, penapis, serta penyatu unsur-unsur berbagai kebudayaan.

(35)

23

Sebagaimana kegelapan lenyap dipancari sinar surya yang membuat setiap umat Islamselalu mencari kebenaran berdasarkan akal. Demikian juga kedatangan Islam dikepulauan Melayu di Indonesia yang membawa Rasionalisme dan pengetahuan akhlakserta menegaskan suatu sistem masyarakat yang terdiri rari individu-individu. Jadi Islam membawa peradaban yang mudah diterima, intelektualitasme, dan ketinggian budi insane ditanah Melayu. Al-Attas juga menunjukan bukti bahwa dari tangan ulama-ulama Islam lahirlah budaya sastra, tulisan, falsafah, buku, dan lain-lain,yang tidak dibawa peradaban sebelumnya. Islam memang tidak meninggalkan kebudayaan patung (candi) sebagaimana kebudayaan Pra-Islam (sumber: www.wikipedia.com).

Disisi lain ada juga disebut dengan ras Proto-Melayu pedalaman, yaitu orang Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, yang memiliki kepercayaan adat istiadat sendiri. Memang pada dasarnya orang luar mengenal sebagian orang Asia itu adalah orang Melayu, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan lain sebagainya. Tetapi pada kenyataannya mereka tidak mengatakannya mereka sebagai orang Melayu, karena mereka memiliki agama, bahasa dan kebudayaan yang tidak sama dengan konsep kebudayaan Melayu.

(36)

24

istiadat Melayu, beragama Islam, dan juga paham betul tentang kesenian budaya Melayu.

2. 2.2 Bahasa

Bahasa Melayu menjadi bahasa nasional dan bahasa pengantar di semua lembaga publik di sebagian Asia, seperti Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Bahasa Melayu yang menjadi lingua franca penduduk Nusantara sejak sekian lama. Bahasa Melayu juaga telah dipergunakan oleh mayarakat Indonesia, termasuk etnik Melayu.

Akan tetapi dalam kebudayaan Melayu penggunaan bahasa khususnya dialek memiliki perbedaan dari lima kabupaten, jika orang Melayu di pesisir Timur, Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai bahasa Melayu dengan mengalihkan huruf vokal “o” di ujung kosa-kosa kata yang baku menggunakan vocal “a,” sebagai contoh kemano (kemana), siapo (siapa). Di Langkat dan di Deli mengalihkan hurufvokal “a” menjadi “e” di ujung kosa-kosa katanya, seperti contoh, kemane (kemana), siape (siapa).

Dari sini kita bisa melihat meskipun akar kebudayaan etnik Melayu itu satu rumpun, namun ada juga perbedaan-perbedaan kecil yang membedakan etnik Melayu. Adapun perbedaan-perbedaan tersebut dikarenakan adanya kebiasaan yang sudah dibawa dari nenek moyang yang pada saat itu mereka memiliki satu pengelompokan yang berbeda-beda (Zein, 1975:89).

(37)

25

selalu menggunakan bahasa Melayu dialek Deli dan Serdang, terutama untuk pertunjukan teater.

2.2.3 Mata Pencaharian

Bagi orang Melayu yang tingal di desa, mayoritas mereka menjalankan aktivitas pertanian. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran (mixed farming). Dikawasan pesisir pantai, umumnya orang Melayu bekerja sebagai nelayan, yaitu menangkap ikan dilaut dengan menggunakan alat-alat penangkap ikan. Orang Melayu yang tinggal di kota kebanyakannya bekerja dalam sektor dinas, sebagai pekerja disektor perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan lain-lain.

Penguasaan ekonomi dikalangan orang Melayu perkotaan relatif masih rendah dibandingkan dengan penguasaan ekonomi oleh penduduk non-pribumi, terutama orang Tionghoa. Banyak yang tinggal di kota-kota besar dan mampu hidup berkecukupan. Selain itu banyak orang Melayu yang mempunyai pendidikan yang tinggi, seperti di universitaas di dalam maupun di luar negeri.

(38)

26

membantu semua orang. Bagi sebahagian besar orang Melayu, mereka mengamalkan ajaran agama Islam untuk terus mencari ilmu, yang sangat berharga yang tidak bisa hilang sampai mati.

Syahrial Felani sebelumnya pernah terjun ke dunia transportasi sebagai supir ataupun kernek. Namun pada saat ini, mata pencaharian Syahrial Felani adalah seorang musisi, selain seorang musisi beliau juga mengajar sebagai guru tari di Binjai, pembuat alat musik gambus, dan menjual beberapa asesoris seperti pakaian perlengkapan pertunjukan kesenian Melayu.

2.2.4 Pendidikan

Sebelum penjajahan Belanda, orang Melayu mendapat pendidikan Agama. Selama penjajahan, peluang pendidikan ala Eropa terbatas untuk orang Melayu di pedesaan, dan terpusat di daerah perkotaan, Pendidikan gaya Eropa sendiri hanya di kembangkan setelah Indonesia merdeka.

Orang Melayu mengalami sebuah perkembangan yang pesat dalam dunia pendidikan. Karena seperti kita ketahui, orang Melayu sangat menjunjung tinggi yang namanya pendidikan ataupun ilmu. Inilah yang mereka bisa maju ke depan lebik baik, karena mereka juga ingin di hormati bukan dilecehkan.

(39)

27 hanphone yang lazim digunakan semua masyarakat di Indonesia termasuk suku Melayu.

Kemudian ada lampu sebagai alat penerang dirumah, kebanyakan mereka tidak menggunakan lampu teplok yang digunakan pada zaman dahulu untuk menerangi rumahnya. Kemudian ada komputer sebaagai alat untuk mempermudah dalam menyimpan data, dan terkadang laptop juga dipakai atau alat yang lebih canggih di bandingkan dengan komputer dipergunakan pada saat bersekolah, karena alat ini mudah untuk di bawa.

Kendaraan juga sebagai teknologi yang sudah ada pada masyarakat Melayu. Untuk mempermudah perjalanan seperti sepeda motor, yang dulunya mereka menggunakan sepeda sebagai alat kendaraan untuk mencapai tujuan. Tetapi sekarang mereka sudah beralih ke sepeda motor atau yang lebih dikenal dengan “kereta,’’ bahkan ada juga yang menggunakan transportasi kendaraan mobil yang mempermudah perjalanan serta memiliki fasilitas yang baik untuk menepuh perjalanan jauh.

(40)

28

Jika musisi Melayu sudah dari dulu diperkenalkan alat rekam, seperti merekam suara penyanyi, bunyi instrument musik Melayu, Syarial Felani sudah menggunakan teknologi yang cukup canggih. Beliau menggunakan laptop untuk mengolah untuk mencoba hal-hal yang baru dalam proses pembahaasan lagu-lagu. Beliau juga membuat suatu alat bantu seperti spull guitar untuk membantunya agar suara yang dihasilkannya cukup kuat untuk didengar. Karena suara alat musik gambus yang begitu lembut, sulit untuk didengar jika tidak menggunakan alat bantu. Pada saat proses pembuataan alat musik gambus, dulunya beliau menggunakan gergaji manual untuk pemotongan pada kayu. Akan tetapi, sekarang ini beliau sudah menggunakan gergaji mesin (senso, chinshaw) untuk mempermudah pemotongan kayu. Jika dilihat kondisi saat ini

beliau sudah mengikuti perkembangan zaman dan sudah menikmati teknologi yang sudah ada untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari serta alat-alat rekaman yang digunakannya untuk kepentingannya sebagai seniman Melayu.

2.2.6 Kesenian

Kesenian yaitu sebuah hasil karya yang diciptakan oleh penciptanya sendiri untuk menghasilkan sebuah keindahan. Adapun seni musik yaitu salah satu media ungkapan hati (sumber: www. wikipedia.com). Untuk itu kesenian ini menjadi warisan yang diturunkan secara turun-temurun, agar masyarakat Melayu dapat dikenal dan memiliki identitas untuk diperkenalkan pada masyarakat lain.

(41)

29

Melayu Sumatera Utara. Pertunjukan musik tradisisonal megikuti aturan-aturan tradisional. Pertunjukan ini, selalu berkaitan dengan penguasaan alam, mantera (jampi) yang tujuannya menjauhkan bencana, mengusir hantu atau setan. Musik tradisi Melayu berkembang secara improvisasi berdasarkan transmisi.

Berdasarkan sistem klasifikasi yang ditawarkan oleh Curt Sachs dan Eric M. Von Horn bostel (1914), maka keseluruhan alat-alat musik Melayu Sumatera Utara dapat dikelompokan kedalam klasifikasi (1) idiofon penggetar utamanya badannya sendiri, (2) membranofon, penggetar utamanya membrane, (3) kordofon, penggetar utamanya senar, (4) aerofon, penggetar utamanya kolom udara. Instrument musik Melayu itu sendiri ialah gendang ronggeng, gendang rebana (hadrah, taar), kompang, gendang silat (gendang dua muka),

gedombak, tabla, dan baya (membranofon). Tetawak, gong, canang, calempong,

ceracap (kesi), dan gambang (idiofon). Ud, Gambus, biola, dan rebab

(42)

30

2.2.7 Sistem Organisasi

Sistem politik Melayu adalah musyawarah, yang dijalankan konteks kebudayaan. Musyawarah yang dijalankan, biasanya membahas mengenai berbagai hal seperti pengelolaan sistem tanah adat berdasarkan budaya dan adat setempat. Sehingga sistem musyawarah yang dijalankan akan memiliki corak dan karakter yang berbeda antara daerah yang lain. Di sini kita dapat Musyawarah juga merupakan sarana, dimana rakyat dapat diposisikan untuk membangun aturan-aturan dasar dalam kehidupannya yang bersumber kepada adat hukum setempat.

Sama halnya dengan organisasi ataupun perkumpulan yang sudah dibuat oleh orang Melayu itu sendiri. Mereka selalu mengutamakan yang namanya musyawarah yang bertujuan untuk menghargai adanya pendapat-pendapat, dan masukan-masukan yang ingin disampaikan oleh anggota-anggota dalam organisasi tersebut. Salah satu organisasi yang dibentuk oleh masyarakat Melayu adalah MABMI yaitu Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia.

(43)

31

sungkan-sungkan mengeluarkan biaya sebesar apapun yang namanya melestarikan kebudayaan.

2.3 Pengertian Biografi

Dalam disiplin sejarah biografi dapat didefinisikan sebagai sebuah riwayat hidup seseorang. Sebuah tulisan biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa tulisan yang lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta kehidupan seseorang dan peranan pentingnya dalam masyarakat. Sedangkan biografi yang lengkap biasanya memuat dan mengkaji informasi-informasi penting, yang dipaparkan lebih detail dan tentu saja dituliskan dengan penulisan yang baik dan jelas.

Sebuah biografi biasanya menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian pada hidup seorang tokoh yang menjadi objek pembahasannya. Dengan membaca bografi, pembaca akan menemukan hubungan keterangan dari tindakan yang dilakukan dalam kehidupan seseorang tersebut, juga mengenai cerita-ceritaatau pengalaman-pengalaman selama hidupnya.

Suatu karya biografi biasanya bercerita tentang kehidupan orang terkenal dan orang tidak terkenal, dan biasanya biografi tentang orang yang tidak terkenal akan menjadikan orang tersebut dikenal secara luas, jika didalam biografinya terdapat sesuatu yang menarik untuk disimak oleh pembacanya. Namun demikian biasanya biografi hanya berfokus pada orang-orang atau tokoh-tokoh terkenal saja.

(44)

32

hidup. Banyak biografi yang ditulis secara kronologis atau memiliki suatu alur tertentu, misalnya memulai dengan menceritakan masa anak-anak sampai masa dewasa, namun ada juaga beberapa biografi yang lebih berfokus pada suatu topik-topik pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung, bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, kliping atau Koran. Sedangkan bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku, refrensi atau sejarah yang memaparkan peranan subjek biografi tertentu.

Beberapa aspek yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain sebagai berikut. (a) Pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu; (d) Pikirkan, hal apalagi yang perlu anda ketahui mengenai orang tersebut, bagian mana dari cerita tentang beliau yang ingin lebih banyak anda utarakan dan tuliskan.

(45)

33

denagn beliauakan menjadi lebih buruk atau lebih baik jika orang tersebut hidup ataupun tidak hidup, bagaimana, dan mengapa demikian.

Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari studi perpustakaanatau internet untuk membantu penulis dalam menjawab serta menulis dalam menjawab serta menulis biografi orang tersebut dan supaya tulisan si peneliti dapat dipertanggungjawabkan, lengkapdanmenarik(terjemahanAry(2007) pada (www.Infoplease.com/homework/wsbiography.html).

2.3.1 Alasan Dipilihnya Syahrial Felani sebagai Fokus Kajian

Dalam tulusan ini, penulis memilih Syahrial Felani sebagai objek penelitian, dikarenakan beliau mampu memiankan dan membuat alat musik gambus Melayu, diantaranya adalah sebagai berikut/

a. Beliau adalah salah-satu dari segelintir orang Melayu di Sumatera yang dapat membuat alat musik gambus.

b. Selain itu, menurut keterangan para informan, beliau dapat memiankan alat musik gambus dengan sangat baik, beliau juga dapat menari tari-tarian Melayu dan tarian Minangkabau dengan bukti hingga saat ini beliau masih mengelolah seni yang bernama Tamora 88 yang berada di alamat rumahnya. c. Gambus hasil buatan Bapak Syahrial Felani banyak dipakai oleh para musisi

pemain alat musik gambus yang berada diSumatera Utara.

d. Hasil karya beliau juga dikirim kedaerah luar Sumatera Utara seperti Riau dan Kepulauan Riau.

(46)

34

Hal-hal tersebut penulis ketahui dari hasil percakapan dan wawancara dengan Bapak Syahrial Felani. Peranan dan pengalaman beliau yang banyak ini menjadi alasan ketertarikan penulis menemukan fakta-fakta mengenai kenidupan beliau, dalam hal ini penulis lebih fokus kepada kehidupan beliau sebagai pembuat alat musik dan lebih dikhususkan instrumen musik gambus buatan beliau.

Melalui wawancara penulis akan mencatat kehidupannya berdasarkan dimensi waktu, ide-ide kreatif beliau dalam pembuatan instrumen musik tradisional Melayu, dalam hal ini gambus adalah salah satu instrumen musik Melayu. Penulis juga membahas bagaimana pengalaman hidup beliau, tanggapan masyarakat khususnya masyarakat Melayu mengenai bentuk instrument musik Melayu yang dibuat oleh beliau.

2. 4 Biografi Syahrial Felani

Biografi Syahrial Felani yang akan dideskripsikan dalam tulisan ini, mencakup aspek-aspek latar belakang keluarga, pendidikan beliau, kehidupan sebagai pemusik, dan kehidupan sebagai pembuat alat musik.

2. 4. 1 Latar Belakang Keluarga

(47)

35

pindah tugas ke kompleks perumahan PJKA (Titi Gantung/ Lapangan Merdeka, yang berada di kawasan pusat kota medan. Ibu beliau berprofesi sebagai guru ngaji di daerah tersebut dikenal dengan nama Wak Idah. Di kawasan itulah keluarga beliau sangat di kenal karena profesi Ibu beliau sebagai guru ngaji.

Beliau sering duduk bersama di bawah pohon dengan sahabat karibnya, di gang buntu namanya, sambil bermain gitar dan temannya yang bernyanyi. Di situlah jiwa seni beliau mulai tertuangkan dan awal mula ketertarikannya dalam dunia seni.

Syahrial Felani merupakan anak ke 5 (lima) dari 9 (sembilan) bersaudara, yang masing–masing adalah sebagai berikut:

1. Zulkarnain(laki-laki) 2. Suyitno(laki-laki) 3. Zuraidah (perempuan) 4. Dahlan Efendi (laki-laki)

5. Syahrial Felani (laki-laki) sebagai Informan 6. Masrin (perempuan)

7. Masrun (laki-laki) 8. Masita (perempuan) 9. Maswan (laki-laki)

2. 4. 2 Latar Belakang Pendidikan

(48)

saudara-36

saudaranya bisa melanjutkan pendidikannya yang lebih tinggi dibandingkan dengan beliau. Jadi beliau hanya sampai disitu saja. Diantara ke-9 saudaranya, hanya kakak tertuanya lah yang menempuh pendidikan tertinggi pada tingkat SMA. Ketika itu kakaknya sedang melanjutkan ke Perguruan Tinggi ternyata tidak dapat menyelesaikan studinya alasan karena terkena gangguan jiwa.

2. 4. 3 Keluarga Syahrial Felani

Syahrial Felani berumah tangga pada tanggal 6 bulan Mei tahun 1990 dengan istrinya yang bernama Rida Safitri di Tanjung Morawa. Rida Safitri juga seorang seniman, dimasa mudanya ia adalah seorang penari. Saat ini Rida Safitri berstatus sebagai guru, ia mengajar di Sekolah Dasar (SD) yang berada di Tanjung Morawa. Beliau dikaruniakan seorang anak perempuan bernama Ferita, lahir pada tanggal 12 Februari 1991.

Di masa kecilnya, anak beliau telah mengeluarkan bakat seni yang terlahir dari darah kedua orang tuanya, prestasi yang di sumbangkannya telah banyak Ia hasilkan mulai dari menyanyi, menari, teater dan lain-lain. Pada tanggal 10 Januari di tahun 2010 anak perempuan beliau menikah dengan seorang laki-laki yang bernama Rudi Prawira.

2. 4. 4 Latar Belakang Syahrial Felani Sebagai Seniman Melayu

(49)

37

Budaya Medan pada Tahun 1976. Di Taman Budaya tersebut beliau menggeluti berbagai kesenian dibidang musik, teater,dan tari.

Pada tahun 1977 beliau mengikuti pertunjukan di Malaysia dalam bidang kesenian dalam acara silat, orkes, dan menari. Disaat itulah beliau pertamakali melakukan perjalanan ke luar negeri. Hingga sampai tahun 1981 beliau masih melakukan berbagai kegiatan kesenian yang berada di Taman Budaya Medan.

Di tahun 1982 beliau dikirim dari Taman Budaya untuk bergabung dan belajar lagi di Lembaga Studi Tari Patria (LSTP) dengan Yose Rizal Firdaus, S.H., di Perbaungan (dulunya Deli Serdang sekarang Serdang Bedagai). Di sinilah beliau mulai sangat di khususkan untuk belajar kesenian Melayu walaupun di Taman Budaya juga sudah belajar.

Melalui lembaga inilah beliau banyak mengikuti segala kegiatan acara yang diadakan oleh berbagai daerah seperti di Binjai, Langkat, Asahan dan Deli Serdang karena lembaga studi ini mempunyai dana yang besar. Jadi segala bentuk tarian Melayu sudah dilatih dan siap dipertunjukan dalam kegiatan acara apapun, seperti kegiatan acara Pesta Budaya Melayu. Melalui lembaga inilah beliau untuk pertama kali berangkat ke Jakarta pada tahun 1984 mengikuti festival dalam acara pertunjukan Nusantara yang di ikuti 27 provinsi, dikirim 2 grup secara seleksi yaitu Grup Deli Serdang dan Group Asahan kemudian digabung menjadi satu.

(50)

38

Pada tahun 1988 beliau mendirikan sanggar tari yang bernama Tamora 88 yang beralamatkan di Tanjung Mulia dan hingga tahun 1996 sudah membuat karya tari seperti tari Zapin Nguncah I dan II.

Tahun 2000 Hijrah ke Jakarta bergabung dengan Rizaldi Siagian dengan kelompok Grenek yang dipimpin Rinto Harahap mengisi acara ulang tahun TVRI (Televisi Republik Indonesia). Tahun 2001 bersama Grenek mengisi acara Salam Mesra Ramadhan di Rajawali Citra Televisi Indonesia(RCTI) sebagai pemain

musik (perkusi). Beliau juga bergabung dengan para seniman di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), dan ikut diberbagai event dan komunitas musik.

Selanjutnya, tahun 2005 ikut acara merayakan Ulang Tahun Kompas ke-40 yang bertajuk “Megalitikum Kuantum” di Jakarta Convention Center (JCC) pada tanggal 28 sampai 29 Juni 2005. Pada tahun 2010 sebagai penata musik unggulan Parade Tari Mas Merah Zapin Nusantaradi Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

(51)

39 Gambar 1.

Pertunjukan Musik di Singapura sebagai Pemain Rebab Melayu (Dokumentasi:Syahrial Felani, 2010)

Gambar2:

Piala-piala Penghargaan Bidang Seni Untuk Syahrial Felani

(52)

40 Gambar3:

Piagam Penghargaan di Tahun 2010 Dari Taman Mini Indonesia Indah (Dokumentasi: Syahrial Felani, 2010)

Gambar 4.

(53)

41

2.4.5 Syahrial Felani Sebagai Pembuat alat Musik

Awal mulanya ketertarikan beliau dengan alat musik gambus pada tahun 1982, ada seorang musisi pemain alat musik gambus bernama Bapak Hasan. Bapak Hasan adalah seorang musisi pemain orkes yang berasal dari Binjai. Ketika itu, Bapak Hasan sedang memainkan alat musik gambusnya. Permainan yang dilakukan beliau membuat Syahrial Felani jatuh hati mulai dari bentuk dan suara yang dihasilkannya. Setiap beliau memainkan alat musik gambus, Syahrial Felani mulai tertarik untuk belajar memainkannya, dengan cara memperhatikan teknik-teknik yang dimainkan beliau. Bapak Hasan inilah yang menjadi inspirasi Syahrial Felani untuk menjadi seorang musisi pemain gambus.

Hingga beberapa tahun kemudian Syahrial Felani belajar bagaimana memainkan alat musik gambus. Di saat itulah Syahrial Felani merasa jiwanya sudah menjadi seorang Melayu, karena kehidupannya yang selalu berada didalam masyarakat Melayu mulai dari bahasa, makanan hingga kebudayaan yang dijalankan oleh masyarakat Melayu. Padahal Syahrial Felani adalah seorang yang berketurunan Jawa.

Setelah beliau memahami bagaimana cara memainkan gambus, beliau sudah berani mencoba dan untuk pertamakali mempertunjukaannya di Taman Budaya Medan di tahun 1986. Inilah sebagai langkah pertama ia menjejakkan diri sebagai musisi alat music gambus dalam kehidupannya.

(54)

42

dihasilkannya dengan apa adanya. Gambus ini dibuat atas dasar kreativitasnya untuk mengikuti suatu program dalam bentuk ujian di Lembaga Studi Tari Patria, karya tari bernama tari Nguncah. Beliau disitu mempunyai posisi sebagai pemain musik gambus. Alat musik gambus yang dimainkan beliau adalah gambus yang telah beliau ciptakan sendiri dengan apa adanya.

(55)

43 Gambar5:

Beberapa Koleksi Alat-alatMusik Syahrial Felani (Dokumentasi:Penulis, 2014

Gambar6:

(56)

44

BAB III

KAJIAN ORGANOLOGIS GAMBUS

3. 1 Klasifikasi Gambus

Curt Sachs dan Erich Von Hornbostel adalah dua ahli organologi alat musik (instrumentenkunde) berkebangsaan Jerman, yang telah mengembangkan satu sistem pengklasifikasian atau penggolongan alat-alat musik. Sistem penggolongan alat musik Sahcs dan Hornbostel berdasarkan pada sumber penggetar utama dari bunyi yang dihasilkan oleh sebuah alat musik. Selanjutnya Sahcs-Hornbostel menggolongkan berbagai alat musik atas empat golongan besar, yaitu:

A. Kordofon, di mana penggetar utama penghasil bunyi adalah dawai yang direngangkan. Contoh adalah gitar dan biola.

B. Aerofon, di mana penggetar utama penghasil bunyi adalah udara. Sebagai contoh adalah suling, terompet, atau saksofon.

C. Membranofon, di mana pengetar utama penghasil bunyi adalah membrane atau kulit. Contoh adalah gendang dan drum.

(57)

45

Berdasarkan jenis karakteristik yang terdapat pada gambus dapat digolongkan kedalam jenis chordophone, maka penulis akan melihat dari fisik alat musik tersebut, sehingga gambus tersebut diklasifikasikan menjadi:

1. Chordophone, one or more strings are stretched between fixed points

Kordopon yang memiliki satu senar atau lebih yang direnggangkan antara dua bidang batas yang sudah ditentukan.

2. Composite chordophone, a string bearer and a resonator are organically

united and can not be separted without destroying the instrument.

Kordopon gabungan yang memiliki sebuah tempat senar dan sebuah resonator yang secara organologis disatukan dan tidak dapat dipisahkan tanpa merusak alat musiknya.

3. Lutes, yaitu rancangan senarnya paralel ataupun sejajar dengan kotak suaranya.

4. Handle lute, yaitu lute yang dipegang. Gambus ini dimainkan dengan menggunakan tangan.

5. Long neck lute, yaitu lute yang berleher. Secara fisik gambus ini memiliki leher panjang, dimana leher sebagai papan jari (finger board) dengan letak senarnya sejajar dengan kotak resonatornya.

6. Plucked instrument, yaitu alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik dan secara teknis dipetik dengan menggunakan jari tangan kanan dan terkadang menggunakan claver.

(58)

46

3.2 Sejarah Singkat Masuknya Gambus di Indonesia

Dari beberapa informasi yang telah penulis temukan diantanranya adalah bapak Syahrial Felani (pembuat gambus), beberapa refrensi berupa buku, dan media internet bahwa asal usul alat musik gambus berasal dari negeri Timur Tengah. Melalui proses penyebaran agama Islam memberikan pengaruh terhadap bentuk keseniannya. Menurut Hamka (1963:87-88, dalam Hasjmy, 1990:3), Agama Islam masuk ke Indonesia secara berangsur- angsur dan dimulai pada abad ketujuh Masehi. Agama Islam datang ke Indonesia dengan dibawa oleh saudagar-saudagar Islam. Saudagar-saudagar-saudagar tersebut bukan hanya dari Arab saja, melainkan ada yang berasal dari Persia dan Gujarat.

Islam yang masuk ke Asia Tenggara diperkirakan melalui baik langsung dari orang-orang Arab atau India. Msuknya Islam yang beridentitas padat ke Asia Tenggara yang tercatat adalah pada abad ke tiga belas. Marcopolo mencatat bahwa tahun 1292 di Sumatera Utara telah berdiri kerajaan bernama Perlak (Hill 1963). Dalam abad-abad ini Islam menyebar ke daerah lainnya. Pada awal abad ke lima belas kerajaan Aru dipesisir Timur Sumatera Utara merupakan suatu kerajaan merupakan suatu kerajaan yang rakyatnya sebagian besar beragama Islam (Coedes 1968:235), sehingga Islam berpengaruh kuat sejak saat ini.

(59)

47

Sinar,1986:67). Kemungkinan besar seni zapin masuk di era kesultanan-kesultanan Islam di pesisir Timur Sumatera Utara ini. Bagaimana pun selain ajaran Islam, masyarakat Melayu juga menerima seni-seni Islam seperti zapin, yang diperkenalkan oleh para penyiar agama Islam sebagai sarana dakwah jadi abad ke- 17 ini kemungkinan berdasar fakta sejarah masuknya seni-seni Islam dikawasan Sumatera Timur.

Pengaruh yang diberikan Islam kepada masyarakat, memberikan keterangan dan memiliki sifat asasi insan itu ialah akal, dan unsur hakikat inilah yang menjadi perhubungan antara dia dan hakikat semesta. Demikian juga kedatangan Islam dikepulauan Melayu di Indonesia yang membawa rasionalisme dan pengetahuan akhlak serta menegaskan suatu system masyarakat yang terdiri dari individu-individu. Jadi Islam membawa peradaban yang mudah diterima, intelektualitasme, dan ketinggian budi insan di Tanah Melayu.

(60)

48

3.3 Konstruksi Gambus

Untuk membahas bagian konstruksi ini, penulis mengacu pada gambus buatan Syahrial Felani. Instrumen ini memiliki bagian-bagian yang mempunyai fungsi masing-masing, antara lain sebagai berikut.

Gambar7: Konstruksi Gambus (Dokumentasi Penulis, 2014)

Keterangan:

1. Kepala gambus adalah bagian paling atas tempat telinga gambus/penutup bagian depan. Bentuk kepala inilah yang melambangkan bahwa gambus tersebut berbentuk seperti belalang.

2. Telinga gambus adalah bagian untuk pengatur nada senar gambus pada gambus buatan beliau memiliki 9 telinga gambus, karena gambus buatannya memiliki 9 senar.

3. Leher gambus adalah bagian yang digunakan untuk memainkan nada

(61)

49

4. Lubang suara berfungsi menyerap suara dari petikan gambus dan

memantulkan suara dari bagian kulit gambus yang terbuat dari kulit kambing.Bentuk, jumlah maupun ukuran lubang berdasarkan buatan beliau.

5. Kulit merupakan bahan penutup bagian depan yang terbuat dari kulit kambing, mempunyai lebar 25 cm dan panjang 29 cm.

6. Cedak/kuda-kuda merupakan penyangga senar bagian bawah. Berguna

untuk mengatur posisi senar supaya berada diatas kulit kambing, sehingga senar gambus dapat diatur ketegangannya.

7. Ekor merupakan bagian paling ujung bagian gambus untuk mengikat senar-senar gambus.

8. Perut merupakan bagian tempat beradanya lubang resonator.

3.4 Ukuran Bagian-bagian Gambus

(62)

50 Gambar 8:

Ukuran Panjang Gambus (Dokumentasi Penulis, 2014)

3.4.1 Bagian Kepala

Bagian kepala memiliki panjang 26 cm, pada bagian penutup kepalanya mempunyai panjang 21 cm, lebar 7,5 cm dan ketebalannya 1 cm. untuk bagian kepala (dilihat dari samping) ketinggiannya memiliki variasi yang berbeda seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 9:

(63)

51

3.4.2 Bagian Leher

Pada bagian leher terdapat papan jari (finger board) seperti pada bagian gitar, hanya saja yang membedakan pada papan jari gambus tidak terdapat fret yaitu jarak nada dan terdapat lubang suara di papan jari (finger board). Untuk ukuran papan jari dari pada permukaan dan ketebalan bagian atas hingga ke bawah memiliki ukuran yang berbeda seperti yang terlihat pada gambar.

Gambar10: Ukuran Bagian Leher (Dokumentasi Penulis, 2014)

3.4.3 Bagian Perut

Bagian perut gambus memiliki ukuran panjang 29 cm dan lebar 25 cm yang dilapisi oleh kulit kambing dan tinggi perut mempunyai panjang 15 cm. Pada bagian tengah terdapat cedak yang berfungsi sebagai penyangga senar bagian bawah.

(64)

52

3.4.4 Bagian Ekor

Bagian ekor adalah bagian yang paling bawah yang terdapat pada gambus ini. Pada bagian ekor beliau membentuknya seperti bentuk kubah rumah ibadah (mesjid). Ukuran ekor buatan beliau memiliki panjang 9 cm, lebar 8 cm dan ketebalannya 2 cm.

Gambar 12: Ukuran Bagian Ekor (Dokumentasi Penulis, 2014)

3.4.5 Jarak Senar

Pada bagian senar mempunyai jarak yang berbeda dalam penyusunannya. Terdapat 5 baris senar. Untuk bagian atas jarak senar memiliki jarak masing-masing 1 cm, dan untuk ukuran 4 senar yang berlapis memiliki jarak 0,3 cm.

(65)

53 Gambar 13: Ukuran Jarak Senar (Dokumentasi Penulis, 2014)

3.5 Teknik Pembuatan Gambus

Pembuatan gambus seluruhnya dilakukan dengan cara buatan tangan (hand made), meskipun seiring perkembangan waktu dan tentunya perkembangan teknologi yang semakin maju saat ini sudah menggunakan beberapa peralatan mesin untuk membantu meringankan dalam proses pembuatannya agar lebih cepat dan efesien dalam waktu pengerjaannya. Berikut ini akan dijelaskan mengenai bahan bahan, peralatan, dan teknik pembuatan gambus tersebut.

3.5.1 Bahan Baku yang Digunakan

3.5.1.1 Bahan Pembuat Badan gambus

(66)

54

tersebut sulit dalam pengerjaannya. Dibutuhkan usia kayu nangka yang berusia rata-rata 20 tahun dan sudah berdiameter 36 cm. Beliau peroleh dengan cara memesan/membeli kepada orang yang biasa menjual kayu. Biasanya kayu yang beliau pesan sudah mempunyai ukuran untuk membuat gambus dengan potongan yang berukuran panjang 1 meter dan berdiameter 36 cm. kayu yang mempunyai ukaran tersebut dibelah menjadi dua dan bisa membuat 2 alat musik gambus.

Proses pengeringan kayu terjadi secara alami (dikeringkan dalam ruang terbuka atau diletakan didalam gudang). Tetapi, kayu tersebut memiliki kelemahan jika terlalu kering dibiarkan lama akan memperlambat dalam proses pengerjaannya, kayu akan semakin keras. Kira-kira jika sudah kelihatan kering sebaiknya bahan langsung dikerjakan.

Gambar 14: Batang Kayu Nangka (Dokumentasi: Penulis, 2014)

3.5.1.2 Bahan Pembuat Tutup Gambus

(67)

55

resonator pada badan gambus dibutuhkan bahan penutupnya memakai kulit Kambing dan lubang resonator pada bagian leher gambus bisa juga menggunakan bahan kayu yang sama atau kayu tersebut adalah sisa potongan yang bisa digunakan untuk membuat penutupnya.

Gambar 15: Bahan Penutup Lubang,

Kulit kambing

(Dokumentasi: Penulis, 2014)

Gambar 17:

(68)

56

3.5.1.3 Bahan pembuat setelan (tuning peg)

Bahan ini terbuat dari kayu, dibentuk berdasarkan ciri khas yang dimiliki gambus, yang dapat dibedakan dengan tuning peg pada gitar. Alat ini berfungsi untuk menyetel senar tinggi rendahnya senar gambus yang dipasang.

Gambar18: Kupingan (Setelan) (Dokumentasi:Penulis, 2014)

3.5.1.4 Bahan Pembuat Senar

Bahan ini dahulunya terbuat usus kambing, tetapi sekarang menggunakan senar nilon, seperti yang ada pada senar gitar.

Gambar 19:

(69)

57

3.5.1.5 Bahan pembuat pick

Bahan ini terbuat dari bahan plastik yang berfungsi untuk mempermudah memetik senar pada gambus.

Gambar 20: Pick

(Dokumentasi: Penulis, 2014)

3.5.2. Bahan Tambahan

3.5.2.1 Lem Kayu

Lem kayu ini berfungsi sebagai alat perekat, yang akan menempelkan bahan penutup pada permukaan bagian depan gambus.

Gambar21: Lem kayu

(70)

58

3.5.2.2 Melamin dan Thiner

Bahan ini digunakan untuk menutup bagian pori-pori yang terdapat pada kayu dan memperkuat kayu agar dapat bertahan lama.

Gambar 22: Melamin dan Thiner (Dokumentasi: Penulis, 2014)

3.5.2.3 Cat Pilox

Cat ini sebagai pemberian warna pada gambus, agar gambus terlihat lebih menarik, digunakan cat semprot agar cepat kering dan tidak memerlukan waktu yang lama.

Gambar22: Cat Pylox

(71)

59

3.6 Peralatan yang Digunakan

3.6.1 Senso atau Gergaji Mesin

Digunakan untuk memotong pohon nangka yang akan digunakan untuk bahan pembuatan gambus. Senso ini digunakan dalam tahap kasar, dimana kondisi kayu nangka dalam keadaan masih berbentuk gelondongan/bulat.

Gambar 23: Senso

( Dokumentasi Penulis)

3.6.2 Pahat

Pahat adalah alat berupa bilah besi yang tajam pada ujungnya untuk melubangi resonator. Untuk melubangi lubang yang kecil dibutuhkan pahat yang berbentuk lurus.

Gambar 24: Pahat

Gambar

Gambar 1. Pertunjukan Musik di Singapura
Gambar 4.     Sertifikat penghargaan  Tahun 2010 di Singapura
Gambar 9: Ukuran Bagian Kepala Gambus
Gambar 12: Ukuran Bagian Ekor
+7

Referensi

Dokumen terkait