• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEGAL OPINION PENDAPAT HUKUM Tentang Kas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LEGAL OPINION PENDAPAT HUKUM Tentang Kas"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LEGAL OPINION ( PENDAPAT HUKUM) Tentang Kasus Penganiayaan Taruna AKPOL A. PENDAHULUAN

1. Kronologi Kasus

Pada hari rabu tanggal 17 Mei 2017 pukul 21.00 WIB Taruna Akpol tingkat II dan tingkat III melakukan kegiatan Apel malam dan selesai pada pukul 23.00 WIB. Setelah apel malam di depan ruang makan BRIGDATAR MKL diberitahu oleh BRIGTUTAR RLW untuk beberapa Taruna tingkat II berkumpul di Flat A Graha Taruna Detasemen Tingkat III. Pukul 00.00 WIB. Para Taruna Tingkat II kumpul di Flat D Graha Taruna Tingkat II, selanjutnya berangkat menuju Flat A, di tangga bawah belakang melalui tebing di belakang kantor Detasemen Taruna Tingkat III. Pukul 00.45 WIB. Sekitar pukul 00.45 WIB, mereka diberi tindakan fsik oleh Taruna Tingkat III, disertai dengan tindakan kekerasan berupa

pemukulan, baik dengan

2 tangan kosong maupun menggunakan alat, kepada Taruna Tingkat II yang ada di dalam Gudang. Pada pukul 01.30 WIB. BRIGTUTAR CAS memanggil korban (BRIGDATAR MA). Selanjutnya BRIGDATAR MA diberi tindakan sendiri oleh BRIGTUTAR CAS dengan cara dipukul menggunakan tangan kosong sebanyak satu kali ke arah dada/ulu hati, korban (posisi berlutut) hingga korban menunduk dan mengeluh kesakitan sambil memegang dada dengan kedua tangannya, namun korban tetap dipukul hingga lebih dari 5 kali sampai korban jatuh tersungkur di lantai 5.

Setelah tersungkur korban ditelentangkan oleh BRIGTUTAR CAS untuk dicek kondisi kesehatanya. Korban sempat diguyur mukanya menggunakan air mineral, namun korban tetap tidak sadarkan diri, selanjutnya korban dibawa keluar gudang, yang dibantu BRIGTUTAR lainnya ke luar gudang, agar mendapatkan udara segar, namun korban tetap tidak sadarkan diri. Kemudian korban dibawa ke salah satu kamar A.3 melalui kamar mandi untuk diberikan pertolongan dengan cara dada ditekan menggunakan kedua tangan 30 kali kemudian ditiup mulut 2 kali, hal itu diulangi dengan cara yang sama, akan tetapi korban tetap tidak sadarkan diri. Sekitar Pukul 02.20 WIB, BRIGTUTAR CAS menghadap dan melaporkan kejadian ke Pawas AKP Agung Basuni, S.H untuk selanjutnya dilaporkan ke Pawasden Taruna Tingkat III AKP CFR S.Sos, S.I.K untuk mengecek kesehatanya. Pukul 02.30 WIB. Korban dibawa ke RS Akpol untuk mendapat tindakan medis. Sesampai di RS Akpol, oleh dr WINA yang bersangkutan dinyatakan meninggal dunia.

2. Isu Hukum

(2)

pendidikan telah menimbulkan berbagai permasalahan dan tindakan yang melanggara hukum juga pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Sangat perihatin bahwa pendidikan untuk menuntut ilmu dijadikan ajang penganiayaan dan dalih hormat kepada senior. Dalam hal ini pelaku penganiayaan telah melanggar Pasal 170 subsider 351 ayat 3 juncto pasal 55 dan 56 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara. Dan juga UU No. 39 Tahun 1999 pasal 1 ayat 4 dan 6, pasal 3 ayat 2 dan pasal 4 tentang Hak Asasi Manusia.

B. Analisi Aturan Hukum B.1 Dasar Hukum

Pasal 170 subsider 351 ayat 3 juncto pasal 55 dan 56 KUHP:  Pasal 170 KUHP :

(1)Barangsiapa dengan terang-terangan dan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana paling lama lima tahun enam bulan.

(2)Yang bersalah diancam :

1. Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka;

2. Dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat;

3. Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.

(3)Pasal 89 tidak diterapkan.

 Pasal 351 ayat 3 KUHP : Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun

 Pasal 55 KUHP :

(1)Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:

1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan;

2. Mereka yang dengan memeberi atau menjajikan sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.

(2)Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.

 Pasal 56 KUHP :

Dipidana sebagai pembantu kejahatan :

1. Mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan;

2. Mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan.

(3)

 Pasal 1 ayat 4 : Penyiksaan adalah setiap perbuatan yangt dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, pada didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan itu ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan pejabat publik.  Pasal 1 ayat 6 : Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap

perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik sengaja ataupun tidak disengaja, atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang ini dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

 Pasal 3 ayat 2 : Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama didepan hukum.

 Pasal 4 : Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.

B.2 Analisis

(4)

kekerasan yang berakibatkan pada kematian korban. Penganjur dalam melakukan perbuatan hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang di perhitungkan, beserta akibat-akibatnya. Termasuk juga pembantu dalam kejahatan yang memberi bantuan waktu kejahatan dilakukan serta memberi kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan sesuai pasal 55 dan 56 KUHP.

Tidak hanya melanggar KUHP para pelaku tindak kekerasan terhadap Taruna Tingkat II juga melanggar UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Di sebutkan dalam pasal 1 ayat 4 dan 6 juga pasal 3 ayat 2 bahwa penyiksaaan terhadap jasmani maupun rohani menimbulkan rasa sakit atas hasutan orang lain dan juga atas perbuatan seseorang ataupun kelompok membatasi atau menhalangi seseorang untuk memperoleh penyelesaian hukum yang adil. Dalam kasus ini taruna tingkat II tidak di beri kesempatan dalam mengetahui apa kesalahannya ssehingga mendapatkan perlakuan tindak kekerasan oleh senior.

Dan yang lebih utama adalah Pasal 4 tentang Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun. Taruna Tingkat III telah melakukan tindak kekerasan yang berakibatkan pada Taruna Tingkat II bernama Muhamad Adam kehilangan nyawanya atas tindakan tersebut.

C. Uji Syarat

Pasal 170 subsider 351 ayat 3 juncto pasal 55 dan 56 KUHP:  Pasal 170 KUHP :

(1)Barangsiapa dengan terang-terangan dan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana paling lama lima tahun enam bulan.

(2)Yang bersalah diancam :

1. Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka;

2. Dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat;

3. Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.

4. Pasal 89 tidak diterapkan

 Pasal 351 ayat 3 KUHP : Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun

(5)

Dan diancam juga dengan pasal penyertaan dalam tindak pidana:

 Pasal 55 KUHP :

(1)Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:

1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan;

2. Mereka yang dengan memeberi atau menjajikan sesuatu dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.

(2)Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.

 Pasal 56 KUHP :

Dipidana sebagai pembantu kejahatan :

1. Mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan;

2. Mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan.

Dalam pasal ini pelaku telah memenuhi syarat penyertaann dalam tindak pidana sesuai pasal 55 : mereka yang melakukan, yang menyuruh, dan yang turut serta melakukan perbuatan dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum . Dan mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan serta memberi kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan. Taruna Tingkat III telah memenuhi unsur-unsur dalam pasal 55 dan 56 dengan melakukan penyertaan dalam tindak pidana sehingga dapat diancam karena telah melakukan perbuatan yang melawan hukum.

 Pasal 1 ayat 4 : Penyiksaan adalah setiap perbuatan yangt dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, pada didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan itu ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan pejabat publik.  Pasal 1 ayat 6 : Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap

(6)

dijamin oleh Undang-undang ini dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

 Pasal 3 ayat 2 : Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama didepan hukum.

Tindakan kekerasan yang berujung pada kematian salah satu Taruna tingkat II yang bernama Muhammad Adam telah memenuhi unsur tindakan yang melanggar UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 1 ayat 4 dan 6, Pasal 4 dan Pasal 6. Di sebutkan dalam pasal 1 ayat 4 dan 6 juga pasal 3 ayat 2 bahwa penyiksaaan terhadap jasmani maupun rohani menimbulkan rasa sakit atas hasutan orang lain dan juga atas perbuatan seseorang ataupun kelompok membatasi atau menhalangi seseorang untuk memperoleh penyelesaian hukum yang adil. Dalam kasus ini taruna tingkat II tidak di beri kesempatan dalam mengetahui apa kesalahannya ssehingga mendapatkan perlakuan tindak kekerasan oleh senior.

Hak asasi manusia yang seharusnya dijunjung tinggi dalam instansi pendidikan sekarang malah terabaikan dengan dalih kedisplinan.

 Pasal 4 : Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.

Dan yang lebih utama adalah Pasal 4 tentang Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun. Taruna Tingkat III telah melakukan tindak kekerasan yang berakibatkan pada Taruna Tingkat II bernama Muhamad Adam kehilangan nyawanya atas tindakan tersebut. Hal ini sangat memprihatinkan karena tindakan Taruna Tingkat III yang talah mengakibatkan kematian seseorang atas perbuatan yang dilakukan bersama-sama atas nama kedisplinan.

D. Kesimpulan

(7)
(8)

Daftar Pustaka

Muladi. 2009. HAK ASASI MANUSIA: Hakekat, Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat. Bandung: PT Refka Aditama. Mulyatno. 1983. Hukum Pidana: Delik-Delik Percobaan Delik-Delik Penyertaan. Jakarta: Bina Aksara

Sudarto. 2009. Hukum Pidana 1 : Edisi Revisi. Semarang: Yayasan Sudarto

Referensi

Dokumen terkait