Percobaan 4.
TEKHNIK PREPARASI SAMPEL PADA ANALISA ZAT
WARNA DALAM MINUMAN ISOTONIK
I. TUJUAN
Melakukan teknik preparasi sampel pada analisa zat warna dalam minuman isotonik
II. PRINSIP
Preparasi sampel pada zat warna dalam minuman isotonik dilakukan dengan menyerap zat warna menggunakan benang wool.
Sampel minuman isotonik diasamkan dengan penambahan asam asetat,sehingga ikatan molekul zat warna dapat terlepas dari ikatan lainnya yang kemudian dapat diserap oleh benang wool. zat warna yang telah terserap dilarutkan dalam larutan amonia (basa), dan larutan siap untuk dianalisis zat warnanya.
III. DASAR TEORI
Secara luas aditif pangan telah ada lebih dari 2.500 jenis yang digunakan untuk preservative (pengawet) dan pewarna (dye). Zat-zat aditif ini digunakan untuk mempertinggi nilai pangan (Mautinho et al, 2007) sebagai konsekuensi dari industrialisasi dan perkembangan proses teknologi pangan.
III.1. Definisi Minuman Isotonik
Isotonik terdiri dari dua kata, yaitu Iso artinya sama dan tonik artinya tekanan. Tekanan yang sama artinya cairan di dalam minuman isotonik harus mempunyai tekanan yang sama dengan tekanan yang terdapat di dalam sel tubuh dan dinding pembuluh darah. Hal tersebut dikarenakan apabila cairan di dalam minuman lebih besar dari cairan dalam sel tubuh dan darah, maka dapat menyebabkan peristiwa masuknya cairan ke dalam sel tubuh dan dapat menyebabkan pembengkakan sel tubuh bahkan terpecahnya sel darah yang disebut peristiwa hemolisis yang disebabkan lingkungan hipotonik dalam tubuh.
hanya 6%-7% per 100 mL-nya. Gula dalam hal ini dibutuhkan untuk membantu mempercepat penyerapan elektrolit. Kandungan yang terbanyak dalam minuman isotonik adalah air. Selain itu terdapat pula BTP seperti pemanis, pewarna, dan pengawet.
1. Elektrolit
a. Definisi Elektrolit
Elektrolit merupakan gabungan dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion) yang berguna untuk membantu kelancaran fungsi cairan tubuh.
b. Kandungan Larutan Elektrolit dalam Minuman Isotonik
Dalam komposisi minuman isotonik terdapat ion yang dapat mengganti elektrolit tubuh yang hilang, yaitu Natrium Klorida, kalium Fosfat, Magnesium Sitrat, dan Kalsium Laktat.
2. Zat Pewarna
Warna merupakan daya tarik terbesar untuk menikmati makanan setelah aroma. Pewarna dalam pangan dapat meningkatkan penerimaan konsumen terhadap suatu produk (Dixit et al, 1995). Jenis pewarna yang sering ditemukan dalam beberapa produk pangan diantaranya adalah Sunset Yellow dan Tartrazine.
Tartrazine dan Sunset Yellow secara komersial digunakan sebagai zat aditif makanan, dalam pengobatan dan kosmetika yang sangat menguntungkan karena dapat dengan mudah dicampurkan untuk mendapatkan warna yang ideal dan juga biaya yang rendah dibandingkan
dengan pewarna alami (Pedro et al, 1997).
Di samping itu terdapat pula pewarna sintetis Rhodamin B ditemukan dalam produk pangan yang seharusnya digunakan untuk pewarna tekstil. Walaupun memiliki toksisitas yang rendah, namun pengkonsumsian dalam jumlah yang besar maupun berulang-ulang menyebabkan sifat kumulatif yaitu iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan hati (Trestiati, 2003).
a. Pewarna Pangan
yang tidak memberika efek yang membahayakan sehingga mereka dapat digunakan dalam beberapa pangan dalam jumlah tertentu.
2.1. Bahan Tambahan Pangan (BTP) Pengawet. a. Definisi BTP Pengawet
BTP Pengawet adalah bahan tambahan pangan pengawet yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan mikroorganisme.
b. BTP Pengawet yang Diijinkan
Pengawet yang diijinkan digunakan untuk pangan tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Pangan Pangan, mencakup:
1. Asam Benzoat 22. Natrium Nitrat
2. Asam Propionat 23. Natrium Nitrit
3. Asam Sorbat 24. Natrium Propionat
4. Belerang Oksida 25. Natrium Sulfit
5. Etil p-Hidroksida Benzoat 26. Nisin
6. Kalium Benzoat 27. Propil p-hidroksi Benzoat
7. Kalium Bisulfit
8. Kalium Meta Bisulfit
9. Kalium Nitrat
10. Kalium Nitrit
11. Kalium Propionat
13. Kalium Sulfit
14. Kalsium Benzoat
15. Kalsium Propionat
16. Kasium Sorbat
17. Natrium Benzoat
18. Metiil p-Hidroksi Benzoat
19. Natrium Bisulfit
20. Natrium Meta Bisulfit
IV. CARA KERJA
IV.1. Peralatan dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah piala gelas 250 mL, gelas Ukur 100 ml, Bunsen, kaki tiga, kasa asbes, batang pengaduk, dan labu semprot.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu minuman isotonik berupa larutan berwarna kuning kehijauan cerah, asam asetat 10%, ammonia 4N, dan benang wool yang bebas lemak (terbuat dari bulu domba Australia).
IV.2. Prosedur kerja
dan direndam ke dalam larutan ammonia 4N yang tadi sudah disiapkan. Benang wool dipanaskan sampai warna yang tertarik pada benang wool luntur kembali, dan larut dalam ammonia. Maka larutan telah siap untuk dianalisis zat warnanya.
V. DATA PENGAMATAN
A. Deskripsi bahan dan Contoh Uji
1. Nama Contoh Uji : Minuman Isotonik
2. Deskripsi Contoh Uji : Larutan Isotonik berwarna kuning kehijauan 3. Warna benang wool : Putih
B. Hasil percobaan
Proses Pengamatan
sampel isotonik 100mL + Asam Asetat 10% + benang wool
kemudian dipanaskan selama 10 menit
Larutan berwarna kuning jernih + benang wool berwarna kuning
Benang Wool berwarna kuning dicuci dan dibilas dengan aquadest
+ larutan Ammonia 4N 100 mL
Benang wool berwarna kuning
Benang wool di rendam dengan larutan ammonia kemudian dipanaskan beberapa
lama
Benang wool berwarna putih + larutan kuning jernih
Larutan Asam Asetat yang dibutuhkan adalah 10%, namun yang tersedia adalah 25%. Sehingga harus dilakukan pengenceran.
Diketahui : V2 = 5mL Ditanyakan : V1 =…… C2 = 10%
V1 x C1 = V2 x C2
V1 = V2 x C2 C1
= 5mL x 10 % 25%
= 2 mL
Maka, Asam Asetat yang diambil sebanyak 2 mL
VII. PEMBAHASAN
Secara luas aditif pangan telah ada lebih dari 2.500 jenis yang digunakan untuk preservative (pengawet) dan pewarna (dye). Zat-zat aditif ini digunakan untuk mempertinggi nilai pangan (Mautinho et al, 2007) sebagai konsekuensi dari industrialisasi dan perkembangan proses teknologi pangan.
Warna merupakan daya tarik terbesar untuk menikmati makanan setelah aroma. Pewarna dalam pangan dapat meningkatkan penerimaan konsumen terhadap suatu produk (Dixit et al, 1995).
Pewarna kimia didefinisikan sebagai bahan kimia aktif karena itu memerlukan perhatian yang lebih besar daripada aditif lunak (bland) seperti emulsifier. Pewarna pangan alami adalah diekstraksi dan diisolasi dari tanaman dan hewan yang berbeda yang tidak memberika efek yang membahayakan sehingga mereka dapat digunakan dalam beberapa pangan dalam jumlah tertentu.
Warna makanan memegang peranan utama dalam penampilan makanan, karena meskipun makanan tersebut lezat, tetapi penampilannya tidak menarik waktu disajikan, akan mengakibatkan selera orang yang akan memakannya menjadi hilang (Moehyi,1992).
sebuah minuman, agar minuman tersebut dapat diuji dan dianalisis zat warnanya, apakah menggunakan zat pewarna sintetik atau alami.
Adapun sampel yang kami gunakan pada praktikum kami ini yaitu minuman isotonik berupa larutan kuning kehijauan. Pertama yang dilakukan yaitu sampel minuman isotonik diambil 100 mL ke dalam gelas piala 250 mL, kemudian ditambahkan asam asetat 10% sebanyak 5 mL. Kemudian, benang wool pun dimasukkan dan direndamkan ke dalam larutan tersebut (minuman isotonik + asam asetat) sambil dipanaskan selama 10 menit. Penambahan asam asetat ini selain untuk memberikan suasana asam juga berfungsi untuk melepaskan ikatan Zat Warna yang terikat pada zat-zat lain dalam minuman isotonik tersebut, dengan bantuan pemanasan, zat warna dapat terpisahkan yang kemudian diserap oleh benang wool, maka benang wool pun berubah menjadi kuning.
Benang wool menjadi kuning, disebabkan gugus polar yang terdapat dalam benang wool berinteraksi dengan molekul zat warna pada sampel, sehingga lama kelamaan warna benang wool berubah dari berwarna putih menjadi kuning. Selain itu warna dari minuman isotonik setelah proses diatas, berubah warna dari kuning kehijauan menjadi kuning cerah.
Benang wool pun diangkat, kemudian dicuci dan dibilas dengan aquadest, kemudian benang wool dimasukkan dan direndam ke dalam larutan NH4OH 4N sebanyak 25 mL kemudian dipanaskan, sampai warna kuning yang terdapat dalam benang wool larut, maka benang wool dari yang berwarna kunging menjadi putih kembali. Hal ini disebabkan Ammonia menarik zat warna yang terdapat dalam benang wool sehingga benang wool kembali berwarna putih. Secara kualitatif, jika warna dalam minuman sampel tersebut dapat ditarik oleh benang wool dan dapat larut kembali dalam larutan Ammonia, maka zat warna yang digunakan dalam minuman tersebut menggunakan Zat Pewarna Sintetik, jika warna pada benang wool tidak dapat ditarik kembali dalam larutan Ammonia maka zar warna yang digunakan merupakan zat warna alami. Zat warna yang telah larut dalam Ammonia, siap untuk diuji zat warnanya dengan instrument.
VIII. KESIMPULAN
pemanasan dan suasana asam, Zat warna dalam benang wool dapat larut dalam ammonia, karena ammoia menarik kembali zat-zat warna dalam benang wool tersebut, Zat warna dalam minuman isotonik yang tertarik dengan benang wool kemudian larut dalam suasana basa (Ammonia) menandakan zat warna yang digunakan adalah zat warna sintetik.
IX.
DAFTAR PUSTAKA
La Ode, Sumarlin. Identifikasi Pewarna Sintetis Pada Produk Pangan Yang Beredar di Jakarta dan Ciputat. Jakarta : Program Studi Kimia FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta.
Muchtadi, D & N.L.P.Nienaber. 1997. Toksisitas Bahan Terlarang Untuk digunakan Dalam Makanan dan Minuman. Makalah disampaikan pada Temu Karya Penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) oleh Industri pangan. 25 Februari. Jakarta : Kerjasama Kantor Menteri Negara Urusan Pangan dengan Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. FATETA-IPB.
SNI, 01-2895-1992. CaraUji Pewarna Tambahan Makanan.