• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ibadah Terhadap Kesalehan Sosia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Ibadah Terhadap Kesalehan Sosia"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Umat islam merupakan mayoritas penduduk Asia Tenggara, khususnya di negara Indonesia, Malaysia, Thailand selatan, dan Brunei. Proses konversi massal masyarakat dunia melayu ke dalam islam berlangsung secara damai. Konversi ke dalam Islam merupakan proses panjang, yang masih terus berlangsung sampai sekarang. Di Asia Tenggara, Islam merupakan kekuatan sosial yang patut diperhitungkan, karena hampir seluruh negara yang yang ada di Asia Tenggara penduduknya baik mayoritas ataupun minoritas memeluk agama Islam. Misalnya Islam menjadi agama resmi Negara Federasi Malaysia, kerajaan Brunei Darussalam, negara Indonesia (penduduknya mayoritas atau sekitar 90% beragama Islam), Burma (sebagian kecil penduduknya beragama Islam) dan seperti negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Asia tenggara dianggap sebagai wilayah yang paling banyak pemeluk agama Islam. Termasuk wilayah ini adalah pulau-pulau yang terletak di sebelah timur India sampai lautan Cina dan mencangkup Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Sejarah masuknya islam di asia tenggara sampai saat ini merupakan polemik panjang yang menimbulkan pro dan kontra antara sejarawan agamawan, arkeolog dan intelektual. Namun yang menjadi referensi umum masuknya islam di Asia tenggara adalah melalui proses perdagangan internasional yang berpusat diselat malaka melalui para pedagang muslim Persia dan Arab.

Namun proses masuknya islam di negara-negara bagian Asia Tenggara tidak sepenuhnya sama. Semuanya memiliki karakteristik masing-masing budaya yang sama sekali berbeda. Ada juga Negara yang sudah menggunakan tradisi islam ala Persia dan Islam ala Arab. Oleh karena itu muncullah beberapa hal yang melatarbelakangi proses berkembangnya Islam di Asia Tenggara yang sangat penting untuk ita ketahui. Islam berkembang di Asia Tenggara melalui beberapa proses saluran, diantaranya saluran perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, seni, dan politik.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, diantaranya ialah :

1. Kapan mulai masuk dan berkembangnya agama Islam di Asia Tenggara? 2. Bagaimana proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Asia Tenggara? 3. Bagaimana pengaruh islam di asia tenggara?

4. Negara apa saja yang mempunyai peradaban Islam di Asia Tenggara? C. Tujuan

Adapun tujuan yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Mengetahui teori tentang kedatangan Islam di Asia Tenggara, berbagai saluran yang digunakan dalam penyebaran Islam, dan pengaruh Islam dalam kebudayaan.

2. Mengetahui proses berkembangnya agama Islam di Asia Tenggara. 3. Mengetahui pengaruh Islam di Asia Tenggara.

4. Mengetahui negara-negara Islam di Asia Tenggara.

(2)

PEMBAHASAN A. Penyebaran Islam di Asia Tenggara

Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).

Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah turut serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China. Pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah dating empat orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama, bertempat di Canton (Guangzhou), yangkedua menetap dikota Chow, yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad SAW dalam sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang disebut masjid Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi).

B. Proses Masuk dan Berkembangnya Islam di Asia Tenggara

Masuknya agama Islam kedalam negri Melayu ini nampaknya mempunyai keistimewaan sendiri, yaitu dengan jalan damai dan berangsur. Jarang sekali dngan kekerasan dan diterima dengan sukarela oleh penduduk meskipun tidak dengan sekaligus.

Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan

melalui penaklulan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat Asia Tenggara.

Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.

Penetrasi Islam di Asia Tenggara dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu:

 Tahap pertama dimulai dengan kedatangan Islam yang kemudian diikuti dengan kemerosotandan akhirnya keruntuhan Kerajaan Majapahit pada sekitar abad 14-15.

 Tahap ke dua adalah sejak datangnya dan kemudian mapannya kekuasaan kolonialisme Barat sampai awal abad ke 19.

 Tahap ketiga adalah pada permulaan abad 20 terjadi “liberalisasi” sebagai kebijakan pemerintah kolonial.

(3)

dan percampuran dengan unsure-unsur non Islam lainnya. Proses ini disebut sebagai kembali kepada Al-Quran dan Hadits.

Pembentukan kebudayaan dan tatanan politik Islam di dunia dapat berkembang karena adanya tasawwuf. Proses internasionalisasi Islam tasawwuf tidaklah berjalan sendiri, karena diperlukan adanya keterikatan tasawwuf kepada shari’ah secara sufistik.

1. Teori Masuknya Islam ke Asia Tenggara

Ada beberapa teori tentang masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara, seperti Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab, cina dan india.

a. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab

Dikemukakan oleh John Crawford. Menurutnya Islam datang dari Arab melalui pedagang. Buktinya catatan China mengatakan orang Arab dan Persia telah mempunyai pusat perniagaan di Canton sejak tahun 300 M. Pedagang Arab yang ke China singgah di pelabuhan Asia Tenggara tepatnya di Selat Malaka karena posisinya yang strategis, dalam jalur perdagangan. Kemudian Pedagang Arab ini tinggal beberapa bulan di Asia Tenggara dan ada yang menetap serta membina perkampungan Arab. Perkampungan ini juga menjadi tempat untuk berdagang. Ada juga pedagang Arab yang Menikah dengan wanita tempatan dan menyebarkan Islam. Karena sebagian besar pedagang menggunakan jalur laut sebagai sarana transportasi maka pada Masa menunggu angin muson/musim digunakan oleh pedagang Arab untuk mengembangkan Islam.

Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :  Kampung Arab di Sumatera Utara yaitu di Ta Shih.

 Persamaan penulisan dan kesusasteraan Asia Tenggara dan Arab.  Budaya dan musik pengaruh dari arab seperti dabus dan tarian Zapin.

 Karya-karya yang menceritakan pengislaman raja tempatan oleh syeikh dari Tanah Arab contohnya hikayat Raja-raja samudra Pasai mengatakan Raja Malik diislamkan oleh ahli sufi dari Arab yaitu Syeikh Ismail.

b. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Cina

Dikemukakan oleh E.G Eredia dan S.Q. Fatimi. Menurut Eredia, Canton pernah menjadi pusat Perdagangan bagi para pedagang Arab hingga pedagang Cina memeluk Islam.Pedagang China Islam ini kemudiannya berdagang di Asia tenggara disamping menyebarkan Islam. Sedangkan menurut Fatimi, pedagang Cina Canton pernah berpindah beramai-ramai ke Asia Tenggara.

Adapun Bukti kedatangan Islam dari China ini yaitu :

 Pada Batu Bersurat Terengganu, batu nisan yang mempunyai ayat al-Quran di Pekan, Pahang.

 Wujud persamaan antara seni Bangunan Cina dengan seni Bangunan masjid di Kelantan, Melaka dan Jawa yaitu seperti bumbung pagoda, ciri khas atap genteng dari China.

c. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari India/Gujarat

Dikemukakan oleh S.Hurgronje, Menurutnya Islam datang dari Gujarat/India dan pantai Koromandel di semenanjung India. Hubungan dagang Asia Tenggara dengan India telah terwujud sejak lama, hal ini memberikan peluang bagi pedagang Islam India untuk menyebarkan Islam.

Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :

 Terdapat batu marmar pada batu nisan mempunyai cirri buatan India, contohnya di batu nisan Raja Malik Pasai.

(4)

Kedatangan Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya dilakukan secara damai[1]. Apabila situasi politik suatu kerajaan mengalami kekacauan dan kelemahan disebabkan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana, maka islam dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihak yang menghendaki kekuasaan itu. Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagang Muslim yang posisi ekonominya kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan.

Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran islamisasi yang berkembang ada enam[2], yaitu :

a. Saluran Perdagangan

Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagangpedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagiandalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatka di pesisi Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi karena faktor hubungan ekonomi drengan pedagang-rpedrarrgarng Muslim. Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya[3].

b. Saluran Perkawinan

Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawinkan mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan

Tasawuf merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-buktimyang jelas pada tulisantulisan antara abad ke-13 dan ke-18. Hal itu bertalian langsung dengan penyebaran Islam di Indonesia. Dalam hal ini para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakatnya. Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama yang ada yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan diterima[4].

(5)

Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar adari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Kleuaran pesantrenini banyak yang diundang ke Maluku untukmengajarkan Agama Islam[5].

e. Saluran kesenian

Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya.[6] Contoh lain dalam seni adalah dengan pertunjukan wayang, yang digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran agama Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam. Kesenian-kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.

f. Saluran Politik

Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Seperti halnya di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan-kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan-kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam[7].

C. Pengaruh Islam di Asia Tenggara

1. Pemerintahan dan pentadbiran

 Sultan menjadi ketua negara, mufti menjadi penasihat sultan. Wujud juga pegawai seperti kadi, khatib, bilal.

 Gelaran sultan meletakkan raja setaraf dengan kerajaan Islam yang lain.

 Dalam Hukum Kanun Melaka – raja digelar Khalifatul Mukminin (pemimpim orang mukmin),

perkataan ini tercatat dalam wang syiling kerajaan melayu.

 Gelaran Zillulah fil’Alam (bayangan Allah di dalam alam) turut digunakan oleh raja Melaka.

 Islam menjadi agama rasmi – kerajaan Melaka, Aceh.

 Contoh sultan yang berpegang teguh kepada Islam – Sultan Malik (Samudera Pasai), Sultan

Iskandar Thani (Acheh).

 Nama nama Islam digunakan seperti Acheh Darus Salam (negeri), Sultan Mahmud Syah beerti sultan terpuji.

 Undang – undang syariah yang diperkenalkan seperti kes jenayah, harta pusaka. Ia termaktub

dalam Hukum Kanun Melaka di Melaka dan Kanun Mahkota Alam di Belanda.

 Semangat jihad menentang penjajah telah diterapkan – contohnya di Acheh menetang Portugis, di Jawa menentang Portugis dan Belanda.

2. Sistem pendidikan

 Sebelum Islam pendidikan hanya untuk bangsawan.

(6)

 Kesannya wujud institusi formal seperti pondok, istana, pesantren, madrasah dan surau.

 Pusat pendidikan terawal di Perlak disebut dayah atau pondik, contohnya Dayah Bukit Ce Breek, Perlak.

 Samudera-Pasai menjadi pusat penterjemahan karya agama.

 Di Acheh – sistem pendidikan lebih sistematik, terdapat peringkat rendah (rangkang), menengah (muenasah) dan tinggi atau univesiti (Jamiah Bait al-Rahman). Pelajarnya meliputi pelajar luar Acheh. Di Acheh wanita digalakkan belajar di dayah dan memegang jawatan pentadbiran.

3. Bahasa dan kesusteraan

 Tulisan jawi berasal darpadatulisan Arab (al-Quran) yang diubahsuai dengan perkataan Melayu.

 Tulisan ini menjadi tulisan rasmi menggantikan tulisan Palava Dewanagari (tulisan zaman Hindu Buddha).

 Istilah Arab digunakan dalam tulisan jawi bahasa Melayu seperti sultan, syuur, masjid, alam.  Bahasa Melayu menjadi bahasa ilmu – seperti cerita panji, sastera pengaruh Arab, sastera

seperti syair, guridam.

4. Cara hidup

 Sebelum Islam – cara hidup Anismisme, Hindu dan Buddha.

 Kedatangan Islam maka cara hidup Islam diasimilasikan seperti bertudung dan bersongkok.

 Islam dijadikan ‘ad – din ‘ iaitu cara hidup lengkap dan menyeluruh.

 Unsur seni kaligrafi turut mengambil contoh huruf Arab, ayat al – Quran dan tulisan jawi.

 Pengaruh seni bina Islam boleh juga dilihat pada bentuk masjid, kubah, mimbar, mihrab dan

menara azan seperti masjid Ubaidiyah Kuala Kangsar.

6. Ekonomi

 Baitulmal diperkenalkan di Acheh oleh Sultan Iskandar Muda yang berfungsi sebagai

perbendaharaan negara (hasilnya diperoleh daripada zakat dan sedekah).

 Islam menggalakkan umatnya mencari rezeki halal dan melarang mengemis.

 Berdagang ekonomi yang halal digalakkan.

 Perkara dilarang seperti riba, penindasan. D. Kerajaan Islam di Asia Tenggara 1. Kerajaan Samudra Pasai

Agama Islam yang semakin berkembang, mampu mendirikan kerajaan Islam di Samudera pasai pada tahun 1292 M dibawah seorang raja Al-Malikus Saleh. Bukti adanya kerajaan ini ialah ditemukannya makam-makam Raja-raja Samudra Pasai di dekat sebuah kampung yang terletak di tepi sebuah sungai yang bernama Pase, yang bermuara ke teluk Lho’ Seumawe. Makam-makam tersebut di nisannya berukirkan tulisan Arab huruf Riq’ah, yang tertua diantaranya ialah bertarikh Hijrah 629, bersetuju dengan tahun 1292 Masehi[8]. Jelaslah tertulis nama raja pertama itu, yaitu Al-Malikus Saleh.

(7)

Kerajaan Pasai mengalami perkembangan pesat dimasa pemerintahan Al-Malikuz Zahir II tahun 1326-1348 M. Al-Malikuz Zahir mendalami ilmu agama. Ia banyak melakukan kegiatan-kegiatan untuk memajukan agama. Keterangan yang diberikan Ibnu Batutah[9] dalam kisah perjalanannya tentang Sultan Al-Malikuz Zahir itu sangatlah penting didalam menyusun sejarah. Ibnu Batutah menceritakan bahwasannya sultan itu sangatlah teguh memegang agama dan baginda bermazhab Syafi’i. Selain itu sultan pun rupanya mempunyai armada kapal dagang yang bersar.

2. Kerajaan Malaka (803-917 H/1400-1511M)

Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Sebutan ini diberikan mengingat peranannya sebagai jalan lalulintas bagi pedagang-pedagang asing yang berhak masuk dan keluar pelabuahan-pelabuhan Indonesia. Letak geografis Malaka sangat menguntungkan, yang menjadi jalan silang antara AsiaTimur dan asia Barat. Dengan letak geografis yang demikian membuat Malaka menjadi kerajaan yang berpengaruh atas daerahnya[10].

Awalnya wilayah ini diperintah oleh para pemimpin-pemimpin hindu, hingga akhirnya Pangeran Iskandar Syah memeluk Islam, lalu diikuti oleh rakyatnya. Setelah itu Malaka menjadi pusat dakwah Islam, disamping juga sebagai pusat perdagangan penting. Iskandar Syah wafat pada tahun 828 H/1424 M[11].

Malaka kemudian berkembang menjadi kekaisaran yang memiliki wilayah yang luas, mencangkup semenanjung Melayu seluruhnya dan sebagian besar sumatera. Bendera islam juga dibawa keluar Malaka, lalu tersebar di kepulauan-kepulauan Asia Selatan dan Timur. Kesultanan Malaka mempunyai pengaruh di daerah Sumatera dan sekitarnya, dengan mempengaruhi daerah-daerah tersebut untuk masuk Islam seperti: Rokan Kampar, India Giri dan Siak. Kesultanan Malak ajuga merupakan pusat perdagangan.

Kerajaan Malaka menjalin hubungan baik dengan Jawa, mengingat bahwa Malaka memerlukan bahan-bahan pangan dari Jawa. Di mana hal ini untuk memenuhi kebutuhan kerajaannya sendiri. Persediaan dalam bidang pangan dan rempah-rempah harus selalu cukup untuk melayani semua pedagang-pedagang. Begitu pula pedangan-pedagang Jawa juga membawa rempah-rempah dari Maluku ke Malaka. Selain dengan Jawa, Malaka juga menjalin hubungan dengan Pasai. Pedagang-pedangan Pasai membawa lada ke pasaran Malaka. Dengan kedatangan pedagang Jawa dan Pasai, maka perdagangan di Malaka menjadi ramai dan lebih berarti bagi para pedagang Cina. Selain dalam bidang ekonomi, Malaka juga maju dalam bidang keagamaan. Banyak alim ulama datang dan ikut mengembangkan agama Islam di kota ini. Penguasa Malaka dengan sendirinya sangat besar hati. Meskipun penguasa belum memeluk agama Islam namun pada abad ke-15 mereka telah mengizinkan agama Islam berkembang di Malaka. Penganut-penganut agama Islam diberi hak-hak istimewa bahkan penguasa membuatkan bangunan masjid[12].

Diantara sultan-sultan Malaka yang terkenal adalah Muhammad Syah, Manshur Syah, dan Mahmud Syah. Malaka jatuh ke tangan penjajah Protugis setelah ditemukannya jalur Ro’su ar-Roja’us Salih pada tahun 917/1511 M[13].

3. Kerajaan Aceh (920-1322 H/1514-1904 M)

Pada abad ke-16, Aceh mulai memegang peranan penting dibagin utara pulau Sumatra, pada tahun 1521 kerajaan Samudra Pasai ditaklukan oleh portugis yang menduduki selama tiga tahun. Pada tahun 1524 M dianeksasi oleh kerajaan Aceh yang kemudian kerajaan Pasai berada di bawah kekuasaan Aceh. Dari Pasai dan Aceh Islam kemudian memancar ke seluruh peloksok nusantara yang terjangkau oleh juru dakwahnya[14].

(8)

sultan Parlaman dengan nama resmi Sultan Ghori dan Sultan Mughal.Aceh menjalin hubungan yang baik dengan Turki, hal ini terbukti di mana ketika Aceh mengahadapi balatentara Portugis Aceh meminta bantuan Turki tersebut. Dalam membangun aggkatan perangnya yang baik hal ini pun berkat bantuan Turki[16].

Masa kesultanan Iskandar Muda (1016-1047 H / 1607-1637 M) merupakan masa paling gemilang bagi Aceh, dimana kekuasaannya meluas dan terjadi penyebaran Islam hampir di seluruh Sumatera. Dia juga berhasil mengalahkan orang-orang Protugis.

Kemudian kondisi negeri mulai mengalami penurunan disebabkan oleh banyaknya peperangan dan krisis ekonomi . juga beralihnya kekuasaan ketangan ratu-ratu dalam beberapa masa. Juga karena peperangan yang terus menerus melawan Barat, yang menyebabkan penderitaan yang sangat berat bagi Aceh. Namun akhirnya dia berhasil keluar dari ujian dan rintangan ini. Akhirnya negeri ini jatuh ketangan Belanda pada tahun 1322H/1904M[17].

4. Kerajaan Demak (Jawa) (918-920 H / 1512-1552 M)

Di Jawa Islam disebarkan oleh para wali songo (wali sembilan)[18], para wali menjadikan Demak sebagai pusat penyebaran Islam dan sekaligus menjadikannya sebagai kerajaan Islam. Demak merupakan salah satu kerajaan yang bercorak Islam yang berkembang di pantai utara Pulau Jawa, kerajaan ini hanya berumur pendek, namun para rajanya merupakan pahlawan-pahlawan mujahid terbaik. Raja pertama mereka adalah Raden Fatah, yang berhasil menjadikan negerinya sebagai sebuah negara independen pada masanya. Setelah itu anaknya Patih Yunus berkuasa, dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu, yang pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Protugis.

Setelah wafatnya patih Yunus pada tahun 938 H / 1531 M[19], memerintahlah raja paling terkenal dari kerajaanini yaitu Raden Trenggono. Dia adalah seorang mujahid besar yang diantara hasil usahanya yang terkenal adalah masuknya islam ke daerah Jawa Barat. Dia wafat pada tahun 953 H / 1546 M.

5. Kerajaan Banten (960-1096 H/1552-1684 M)

Banten merupakan kerajaan Islam yang mulai berkembang pada abad ke-16, setelah pedagang-pedagang India, Arab, persia, mulai menghindarai Malaka yang sejak tahun 1511 telah dikuasai Portugis. Dilihat dari geografinya, Banten merupakan pelabuhan yang penting dan ekonominya mempunyai letak yang strategis dalam penguasa Selat Sunda, yang menjadi urat nadi dalam pelayaran dan perdagangan melalui lautan Indonesia dibagian selatan dan barat Sumatera. Kepentingannya sangat dirasakan terutama waktu selat Malaka dibawah pengawasan politik Portugis di Malaka[20].

Kerajan ini terpisah dari kerajaan Demak. Mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Hasanuddin, yang merupakan raja pertamanya (960-978 H / 1552-1580 M). Melalui kekuasaan anaknya, Sultan Yusuf ( 978-988 H / 1575-1580 M), penyebaran Islam di Jawa semakin bertambah. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan yang penting[21].

Raja Banten yang paling terkemuka adalah Sultan Ageng Tirtayasa. Pada masanya pemerintah mencapai puncak kebesaran dan kemuliaannya. Karena itulah, orang-orang Belanda memutuskan usaha mereka dalam menghadapi kerajaan ini, hingga berhasil mengalahkan Banten pada tahun 1096 H / 1684 M.

6. Kerajaan Mataram Islam

Pada tahun 1583 M kerajaan ini diperintah oleh seorang muslim yang bernama Sinopati[22]. Dia berorientasi untuk menyebarkan Islam di seluruh Jawa, juga berhasrat membentuk sebuah kerajaan yang bersatu.

(9)

serta Memantapkan kedudukannya di wilayah ini. Setelah kematian Sultan, timbullah pertikaian di dalam pemerintahan, yang akhirnya memungkinkan belanda mengalahkan mereka.

7. Kerajaan Gowa (Makassar) (1078 H / 1667 M hingga abad ke-13 H / 19 M)

Kerajaan ini berada di kepulauan Sulawesi yang dahulu merupakan kota pelabuhan yang penting.Kerajaan Gowa mengadakan ekspansi ke Bone tahun 1611, namun ekspansi itu menimbulkan permusuhan antara Goa dan Bone[23]. Penyebaran Islam yang dilakukan oleh Gowa berhasil, hal ini merupakan tradisi yangmengharuskan seorang raja untuk menyampaikan hal baik kepada yang lain. Oleh karena itu kerajaan gowa menyampaikan “pesan Islam” kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu yang lebih tua, Wajo, Sopeng, dan Bone. Raja Luwu segera menerima “pesan Islam” it. Sementara itu tiga kerajaan: wajo, Soppeng, dan Bone yang terkait dalam aliansi Tallumpoeco (tiga kerajaan) dalam perebutan hegemoni dengan gowa-Tallo, Islam kemudian melalui peperangan. Wajo menerima Islam tanggal 10 Mei 1610 dan Bone tanggal 23 November 1611. Raja Bone yang pertama masuk Islam adalah yang dikenal Sultan Adam[24].

Akhirnya kerajaan ini terlibat peperangan melawan Belanda[25]selama hampir kurang lebih 50 tahun, dengan dipimpin oleh rajanya Sultan Hasanuddin. Dia berhasil membukukan kemenangan besar atas mereka serta berhasi menggabungkan sejumlah kepulauan ke dalam kerajaannya. Pada kesempatan yang lain Belanda sebenarnya gagal meraih kemenangan. Namun setelah melalui fitnah yang diembuskan diantara raja dan pengikut-pengikutnya, akhirnya belanda berhasil mengalahkan kerajaan ini.

E. Negara-Negara Islam di Asia Tenggara 1. Perkembangan Islam di Indonesia

Islam di Indonesia mulai berembang mulai abad ke 1-5 H/7-8 M, cikal bakal kekuasaan islam telah dirintis pada priode abad ini, tetapi semuanya tenggelam dalam hegemoni maritim Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan kerajaan Hindu-Jawa seperti Singasari dan MajaPahit di Jawa Timur[26]. Pada priode ini para pedagang dan mubaligh muslim hanya berbentuk komunitas-komunitas islam.

Islam tersebar di wilayah indonesia pada pertengahan abad ke 8 H/ 14 setelah berdirinya beberapa kerajaan Islam. Salah satunya adalah kerajaan Malaka yang memiliki peranan besar dalam penyebaran Islam di Indonesia. Setelah itu para dai menyebarkannya ke seluruh pulau-pulau Indonesia dan giat menyebarkannya sehingga Islam tersebar merata. Pada abad ke-10 H/ 16 M Indonesia jatuh ke dalam penjajahan Protugis. Kemudian dikuasai Belanda pada tahun 1230 H/1814 M.

(10)

berbeda dengan corak batu nisan Gujarat dan prototype Indonesianya. Fatimi berpendapat bahwa pada kenyataannya bentuk batu nisan itu sama dengan yang ada di Bengal. Oleh karena itu, sama dengan logika linier Moquette, Fatimi ironisnya menyimpulkan bahwa semua batu nisan itu pasti diimpor dari Bengl. Ini menjadi alasan utamanya untuk menyimpulkan lebih lanjut bahwa asal-asul Islam di Kepulauan Melayu-Indonesia adalah daerah Bengal (kini, Bangladesh).

Agaknya teori Fatimi sangat terlambat untuk menolak teori Moquette karena ada sejumlah pakar lain yang telah mengambil alih kesimpulan Moquette. Yang menonjol diantara mereka adalah Kern, Bousquet, Vlekke, Gonda, Schrieke dan Hall. Namun, sebagian diantara mereka memberikan tambahan argumentasi untuk mendukung Moquette. Ahli sastra Melayu, William Winstedt, misalnya menunjukkan batu nisan yang sama di Bruas, tempat sebuah kerajaan melayu Kuno di Perlak, Semenanjung Malaya. Dia menyatakan bahwa semua batu nisan di Barus, Pasai dan Gresik diimpor dari Gujarat, maka Islam pasti pula dibawa dari sana. Dia juga menulis bahwa sejarah melayu mencatat adanya kebiasaan lama di daerah Melayu tertentu untuk mengimpor batu nisan dari India.

Sosiolog asal Belanda, Schrieke, mendukung teori itu dengan menekankan perananpenting yang dimainkan oleh para pedagang Muslim Gujarat dalam perdagangan di Nusantara dan sumbangan mereka terhadap penyebaran Islam. Namun, sebagian ahli lain memandang teori yang menyatakan asal-usul Islam di Nusantara adalah Gujarat tidak terlampau kuat. Marison, misalnya berpendapat bahwa beberapa batu nisan di bagian tertentu Nusantara mungkin berasal dari Gujarat, tetapi tidak selalu berarti bahwa Islam juga dibawa dari sana ke kawasan ini. Marison membantah teori tersebut dengan menunjukkan kenyataan

bahwa selama masa Islamisasi Samudera Pasai, yang

penguasa Muslim pertamanya meninggal pada 698 H / 1298 M.

Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu yang menunjukkan sikap bermusuhan terhadap orang-orang Muslim. Baru pada tahun 699 H / 1298 M wilayah Cambay dikuasai oleh kaum Muslim. Jika Gujarat merupakan pusat para juru dakwah Islam dalam melakukan perjalanan menju kepulauan Melayu-Indonesia, maka Islam pasti telah tegak dan tumbuh subur di Gujarat sebelum kematian Malik al-Shalih, persisnya, sebelum 698H /1297 M. Morrison lebih jauh mencatat,bahwa meskipun kaum Muslim menyerang Gujarat beberapa kali pada 415 H / 1024 M, 574 H / 1178 M dan 695 H / 1197 M, para raja Hindu mampu mempertahankan kekuasaan disana sampai 698 H / 1297 M. Kesimpulannya, Morison mengemukakan teorinya bahwa Islam diperkenalkan dikepulauan Melayu-Indonesia oleh parajuru dakwah Muslim dariCoromandelpadaakhirabad ke-13.

Penting dicatat bahwa menurut Arnold, Coromandel dan Malabar bukan satu-satunya tempat asal kedatangan Islam, melainkan juga dari wilayah Arab. Dalam pandangannya, padagang Arab juga membawa Islam ketika mereka menguasai perdagangan Barat-Timur semenjak awal abad ke-7 dan ke-8. Meskipun tidak ada catatan sejarah ihwal penyebaran Islam oleh mereka, adalah patut diduga bahwa dalam satu hal atau lainnya mereka terlibat dalam penyebaran Islam kepada kaum pribumi. Argemen ini tampaknya lebih masuk akal jika orang mempertimbangkan, misalnya, fakta yang disebutrkan sebuah sumber di Cina bahwa menjelang perempatan ketiga abad ke-7 seorang Arab pernah menjadi pemimpin pemukiman Arab Muslim di pesisir Barat Sumatera. Beberapa orang Arab ini melakukan kawin campur dengan penduduk pribumi sehingga kemudian membentuk nucleus sebuah komunitas Muslim yangpara anggotanya, ungkap Arnold telah memeluk Islam.

(11)

1500), penguasa Malaka juga diislamkan oleh Sayyid Abd Al-Aziz, seorang Arab berasal dari Jeddah. Sang penguasa, Parameswara menggunakan nama dan gelar Sultan Muhammad Syah tidak lama setelahmasukIslam (Djajadining,1982:12).

Ada empat hal utama yang ingin disampaikan historiografi tradisional lokal semacam ini. Pertama, Islam di Nusantara dibawa langsung dari tanah Arab. Kedua, Islam diperkenalkan oleh para guru atau Juru Dakwah ‘profesional”. Ketiga, orang-orang yang pertama kali masuk Islam adalah para penguasa. Keempat, sebagian besar para juru dakwah “professional” datang di Nusantar pada abad ke-12 dan ke-13. Orang-orang Muslim dari luar memang telah ada di Nusantara sejak abad pertama Hijriah, sebagaimana yang dinyatakan oleh Arnorld dan ditegaskan oleh kalangan ahli Melayu-Indonesia, tetapi jelas bahwa hanya setelah abad ke-12 pengaruh Islam dikepulauan Melayu menjadi lebih jelas dan kuat. Oleh karena itu, Islamisasi tampaknya baru mengalami percepatan khususnya selama abad ke-12sampaiabad ke-16

2. Perkembangan Islam di negara Malaysia

Islam masuk ke wilayah ini lewat jalan pedagang-pedagang Arab. Disebutkan bahwa mereka samai ke Malaka pada tahun 675 H / 1276 M. Raja Malaka masuk Islam melalui tangan mereka, dan mengganti namanya menjadi Muhammad Syah, lalu diikuti oleh rakyatnya. Malaka merupakan kerajaan islam pertama di sana.

Islam sampai ke Malaysia belakangan dari sampainya Islam di Indonesia yang sudah terlebih dahulu pada abad ke tujuh[27]. Berdasarkan keterangan ini, maka asal usul masuknya Islam ke Malaysia berdasar pada yang dikemukakan Azyumardi Azra bahwa Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar.

Sebelum Islam datang wilayah Asia Tenggara, Malaysia adalah berada di jalur perdagangan dunia yang Menghubungkan kawasan-kawasan di Arab dan Indiadengan Wilayah China, dan dijadikan tempat persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang amat penting. Maka tidak heran jika wilayah ini juga menjadi pusat bertemunya berbagai keyakinan dan agama (a cross-roads of religion) yang berinteraksi secara kompleks lengkap[28].

Pada abad ke-10 H / 16 M, Protugis menginvansi Malaysia, kemudian diikuti oleh orang-orang Belanda ( 1051-1210 H / 1641-1795 M). Lalu Malaysia tunduk kepada penjajahan Inggris pada tahun 1230 H / 1814 M. Orang-orang Jepang sempat menguasai negeri ini selama Perang Dunia II. Kemudian wilayah ini kembali kepada Inggris setelah perang usai. Malaysia kemudian mengumumkan kemerdekaannya pada tahun 1377 H / 1957M dan mendirikan Federasi Malaysia yang terdiri dari 11 provinsi. Sabah dan Serawak serta Singapura tergabung ke dalam wilayah ini. Kemudian Malaysia mengumumkan negeri itu sebagai Monarki Konstitusional pada tahun 1383 H / 1962 M[29].

Azyumardi Azra menyatakan bahwa tempat asal datangnya islam ke Asia Tenggara termasuk di Malaysia, setidaknya ada tiga teori. Pertama teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab (Hadramaut). Kedua, islam datang dari india, yakni Gujarat dan Malabar. Ketiga Islam datang dari Benggali (Banglades).

Pola pertama Islam masuk ke Nusantara termasuk Malaysia melalui jalur perdagangan dan ekonomi yang melibatkan orang dari berbgai etnik dan ras yang berbeda-beda bertemu dan berinteraksi, serta bertukar pikiran tentang masalah perdagangan, politik, sosial, dan keagamaan. Seiring itu pola kedua mulai menyebar melalui pihak penguasa dimana istana sebagai pusat kekuasaan berperan dibidang politik dan penataan kehidupan sosial, dengan dukungan ulama yang terlibat langsung dalam biroksasi pemerintahan, hukum Islam dirumuskan dan diterapkan, kitab sejarah ditulis sebagai landasan legitimasi bagi penguasa muslim.

(12)

melalui sebuah departemen , sebuah dewan ataupun kantor sultan. Setelah tahun 1984, setiap negara bagian dalam federasi Malaysia telah membentuk sebuah departemen urusan agama. Orang-orang muslim di Malaysia juga tunduk pada hukum Islam yang ditetapkan sebagai hukum status pribadi, dan tunduk pada yurisdiksi pengadilan agama (mahkamah syariah) yang diketua hakim agama. Bersamaan dengan itu, juga ilmu pengetahuan semakin mengalami perkembangan dengan didirikannya perguruan tinggi Islam dan dibentuk fakultas dan jurusan agama[30]. Perguruan tinggi kebanggaan Malaysia adalah Universitas Malaya yang kini kita kenal Universitas Kebangsaan Malaysia.

Memasuki masa pasca kemerdekaan, jelas sekali bahwa pola perkembangan Islam tetap dipengaruhi oleh pihak penguasa (top down). Sebab, penguasa atau pemerintah Malaysia menjadikan Islam sebagai agama resmi negara. Warisan undang-undang Malaka yang berisi tentang hukum Islam yang berdasarkan konsep Qur’aniy berlaku di Malaysia. Malaysia merupakan negara yang multi etnis, terdiri atas orang Melayu, Cina, India, dan Pakistan. Mayoritas penduduknya beragama Islam, dan bahkan Islam merupakan agama resmi negara. Namun agama-agama lain dapat diamalkan dengan aman di Malaysia.

Dengan adanya perhatian pemerintahan terhadap Islam dan konstitusi negara yang banyak menguntungkan kepentingan umat Islam dan dengan adanya lembaga-lembaga dan organisasi Islam, pendidikan-pendidikan Islam serta kegiatan-kegiatan dakwah Islam, maka perkembangan Islam di Malaysia memiliki prospek yang sangat cerah.

3. Perkembangan Islam di Negara Thailand

Di Muangthai (Thailand) terdapat sekitar 2,2 juta kaum muslimin atau 4% dari penduduk umumnya. Muangthai dibagi menjadi 4 propinsi, yang paling banyak menganut Islam yaitu di propinsi bagian selatan tepatnya di kota Satun, Narathiwat, Patani dan Yala. Pekerjaan kaum muslimin Muangthai cukup beragam, namun yang paling dominan adalah petani, pedagang kecil, buruh pabrik, dan pegawai pemerintahan. Agama Islam di Muangthai merupakan minoritas yang paling kuat di daerah Patani pada awal abad ke-17 pernah menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Asia Tenggara dan menghasilkan ulama besar seperti Daud bin Abdillah bin Idrisal-Fatani.

Umat Islam memiliki sejarah yang panjang dalam kerajaan thailand. Hubungan mereka dengan masyarakat Thailand serta peran mereka dalam negara dapat ditelusuri kezaman kerajaan ayyuthaya. Kedatangan Islam di negri Mughtai telah terasa pada masa kerajaan Sukhathai diabad ke-13, yang merupakan buah dari hubungan dagang yang dibagun oleh para saudagar muslim. Hal ini bermula dari dua orang bersaudara dari persia yaitu Syeikh Ahmad dan Muhammad syaid yang juga disebut Khaek Chao Sen (satu cabang mazhab syiah), menetap di kerajaan tersebut yang terus melakukan perdagangan sekaligus menyebarkan agama Islam. Sebelum berdirinya kerajaan Ayyuthaya sebagai pengganti kerajaan Shukhotai setelah yang terakhir ini runtuh pada abad ke-14, Islam telah memiliki kekuatan politik yang sangat besar. Perdagangan merupakan perintis proses islamisasi dan perkembangan politik kerajaan-kerajaan martim diwilayah kepulauan di abad ke-15, 16, dan 17. Perdagangan juga pulalah yang merupakan faktor dominan yang mendekatkan Islam dengan kerajaan Ayyuthaya.

(13)

Dan orang-orang ini lah kemudian menjadi bagian utama dari masyarakat Islam di Thailand Tengah dan sebagian dari mereka tetap memelihara budaya dan bahasa mereka[31].

Secara historis kelompok masyarakat muslim telah ada sejak awal berdirinya negara Thailand dan memiliki peran penting dalam masyarakat. Pada perkembangan selanjutnya Mughtai ikenal secara luas sebagai negara yang mengalami perkembangan yang sangat cepat dibidang ekonomi sosial, budaya. Sementara itu, komunitas muslim merupakan komunitas minoritas yang secara umum dianggap salah satu yang paling konservatif dan tradisional dari masyarakat Thai sehubungan dengan lingkungan yang sedang mengalami perubahan. Unyuk itu relegio kultural merupakan identitas yang paling penting dalam jaringan hubungan umat Islam dan Budha di Thailand. Karena perkembangan dan dinamisasi masyarakat muslim Thailand banyak diwarnai oleh masalah tersebut.

4. Perkembangan Islam di Negara Filipina

Hampir semua silsilah bermula pada masa raja sipad (Bahasa Sansekerta: Raja Shiripaduka). Pada masa pemerintahan di pulau Jolo, datanglah seorang muslim bernama Tuanku Masha’ika kee suatu tempat yang disebut Maimbuang (bagian selatan pulau Jolo). Sebuah batu nisan atas nama Maqhealhe ditemukan di Badatto, tidak jauh dari Jolo pulau Sulu. Penemuan batu nisan inilah yang dijadikan salah satu bukti Arkeologis masuk dan berkembangnya Islam di Filipina, pada waktu itu masyarakat pulau Jolo masih mengatut Animisme dan Dinamisme.

Masuknya agama Islam di pulau Mindanao adalah di dalam abad kelima belas juga. Yang mula-mula membawanya ialah ‘Syarif’ Kebungsuan yang datang dari negeri Johor. Kapten Thomas Forst, yang menulis ceritanya dalam tahun 1775 M. Mengakui bahwa orang Arab yang mula-mula masuk pulau Mindanao 300 tahun yang lalu, adalah keturunan-keturunan syarif dari Mekah[32].

Dalam catitan sejarah pulau Sulu (Filipina) memeluk islam, yang datang ke sana ialah Sayid Abdul Aziz yang dahulu telah mengislamkan Sultan Muhammad Syah di Melaka (permaisura itu juga). Kemudian itu datanglah penyair Islam yang kedua, orang Arab juga, namanya Abu Bakar. Dia datang kesana sudah melalui Palembang dan Brunei. Sesudah dia barulah datang seorang bangsawan dari Minangkabau, bernama Rajo Bagindo.

Para peneliti sejarah menyebutkan bahwa Islam masuk ke wilayah Filipina melalui jalan Sumatra dan Melayu, ini dimulai Sekitar Tahun 270 H / 883 M[33].

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tulisan mengenai masuk dan berkembangnya kebudayaan Islam di Asia Tenggara, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya Islam masuk ke Asia Tenggara melalui jalur perdagangan yang di bawa oleh para pedagang muslim Arab, India maupun dari Cina.

(14)

menyinggung akhlak mulia, berfikir secara rasional, memandang derajat sesama makhluk tanpa perbedaan derajat, serta tidak bersifat memaksa.Kedatangan islam membawa pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan sosial, ekonomi maupun politik di kawasan Asia Tenggara.

B. Saran

Berdasarkan pemaparan kesimpulan diatas, penulis memberikan beberapa uraian saran untuk dijadikan bahan pertimbangan, diantaranya ialah

1. Untuk mengetahui asal-muasal agama Islam di Asia tenggara maka perlu diketahui sejarah dan bukti-bukti dari peradaban isam.

2. Untuk melestarikan sejarah Islam, maka perlu sekali diketahui dan dipelajari dan mencari informasi tentang sejarah peradaban islam.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Usairy, Ahmad. (2013). Sejarah Islam Sezak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta: Akbar Media.

Hamka, Prof.Dr. (2006). Sejarah Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd. Yatim, Badri. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Tjandrasasmita, Uka, (Ed.). (1984). Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: PN Balai Pustaka. Supriyadi, Dedi. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Zuhairini. (1986). Sejarah pendidikan Islam. Jakarta: Proyek Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, Direjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Hasbullah. (2001). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Thohir, Ajid. (2002). Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Ilaihi, Wahyu, dan Hefni, Harjani. (2007). Pengantar Sejarah Dakwah.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

[1] Dr. Badri Yatim, M.A,sejarah peradaban Islam dirasah Islamiyah II,(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,2008),hlm. 200.

[2] Ibid., hlm. 201

[3] Ibid., hlm. 201.

[4] Kedatangan ahli tasawuf di Indonesia diperkirakan terutama sejak abad ke-13 yaitu masa perkembangan dan persebaran ahli-ahli tasawuf dariPersia dan India. Perkembangan tasawuf yang paling nyata adalah di Sumatra dan Jawa yaitu abad ke-16 dan ke-17. (Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), hlm. 218)

[5] Dr. Badri Yatim, M.A, op.cit., hlm. 203. diantaranya: Kampar, Minangkabau, Siak, dan kepulauan Riau-Lingga. (Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 18).

[11] Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam sejak zaman Nabi Adam hingga abad xx, (Cet, XI; Jakarta: AKBAR MEDIA, 2013), hlm. 337.

[12] Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 19.

[13] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 337.

[14] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 195.

[15] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 449.

[16] Badri Yatim, op.cit., hlm. 209.

(15)

[18] Di Jawa berdasarkan cerita tradisional dan babad-babad, yang mendapat gelar wali dianggap sebagai pembawa dan penyebar Islam di daerah-daerah pesisir. Tidaklah semua wali yang tergolong Wali sango atau wali sembilan berasal dari negeri luar. Bahkan sebagian besar dari wali sango menurut cerita dalam babad-babad berasal dari Jawa sendiri. (Uka Tjandrasasmita (ED.), op.cit., hlm. 197.)

[19] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 450.

[20] Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 9.

[21] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 450.

[22] Ibid., hlm. 451.

[23] Ada dua kemungkinan mengapa Kerajaan Goa-Tallo mengadakan ekspansi diantaranya :1) kemungkinan diakibatkan oleh dorongan agama Islam yang baru masuk. 2) kemungkinan karena kekayaan yang diperoleh dari perdagangan yang ramai di pelabuhannya yang merupakan pelabuhan transit. (Uka Tjandrasasmita (Ed.), op.cit., hlm. 31.

[24] Dr. Badri Yatim, op.cit., hlm. 224.

[25] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 451.

[26] Dr. Badri Yatim, op.cit,. hlm. 194.

[27] Zuhairini, Sejarah pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta: Proyek Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, Direjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986), hlm. 133.

[28] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam, (Cet, IV; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), hlm. 17

[29] Ahmad Al-Usairy, op.cit., hlm. 507.

[30] Ajid Thohir, Perkembangn Pradaban Islam di Kawasan Dunia Islam, (Cet. I; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 268-269.

[31] Wahyu Ilahi dan Harjani Hefni, “Pengantar Sejarah Dakwah” (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 161-164.

[32] Prof. Dr. Hamka, op.cit., hlm. 678.

(16)

makalah peradaban Islam di Asia Tenggara

PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Semester Genap Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, M.Si

Disusun oleh: 1. Dewi Aminatul Zahro’ (133111160) 2. U’thiya Ni’matur Robiah (133111162) 3. Khoirrosyid Oktifu’adi (133111163)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG 2014

I. PENDAHULUAN

Umat Islam merupakan penduduk mayoritas Asia Tenggara, menurut para ahli, islamisasi di kawasan ini berlangsung secara damai dan melalui proses panjang yang masih terus berlangsung sampai sekarang. Tidak banyak terjadi penaklukan secara militer, pergolakan politik, atau pemaksaan struktur kekuasaan dan norma-norma masyarakat dari luar negeri. Karena itu, tidaklah mudah untuk menjawab pertanyaan “bilamana”, “mengapa”, “darimana” dan “dalam bentuk apa” Islam mulai menimbulkan dampak pada masyarakat-masyarakat Asia Tenggara untuk pertama kalinya. Sesungguhnya, kini kita mulai menyadari bahwa proses Islamisasi ini mungkin tidak mempunyai awal yang pasti, juga tidak berakhir. Islamisasi kawasan ini lebih merupakan suatu proses sinambung yang selain mempengaruhi masa kini, juga masa depan kita.

(17)

Dalam perspektif historis, studi atau kajian Islam di Asia Tenggara mengandung kompleksitas tersendiri. Harus diakui secara historis, studi-studi tentang Islam di Asia Tenggara sampai waktu-waktu belakangan lebih banyak dilakukan kalangan asing daripada sarjana pribumi. Bahkan, terdapat kesan kuat bahwa studi-studi yang meletakkan paradigma teoritis tentang Islam di Asia Tenggara hampir semua ditulis sarjana luar, walaupun pandangan mereka belum tentu sepenuhnya akurat.[2]

II. RUMUSAN MASALAH

A. Bagaimana Sejarah Islam di Asia Tenggara ?

B. Bagaimana Kemajuan Agama Islam di Asia Tenggara ? C. Bagaimana Modernisasi Islam di Asia Tenggara ? III. PEMBAHASAN

A. Sejarah Islam di Asia Tenggara

Sejarah Islam di Asia Tenggara, khususnya pada masa awal, luar biasa galau dan rumit. Kegalauan dan kerumitan itu bukan hanya disebabkan oleh kompleksitas di sekitar sosok islam itu sendiri sebagaimana direfleksikan oleh kaum muslimin di kawasan ini, baik melalui historiografi dan pengkajian-pengkajian sejarah Islam dengan berbagai aspeknya di Asia Tenggara yang dilakukan kalangan sejarawan asing maupun pribumi. Mereka pun hingga kini belum mampu merumuskan suatu paradigma historis yang dapat dijadikan pegangan bersama. Terdapat perbedaan-perbedaan dasar di kalangan para ahli dalam mengkaji Islam di Asia Tenggara, yang kadang-kadang sulit dipertemukan satu sama lain.

Di kalangan masyarakat pribumi sebenarnya tidak kurang pula terdapat historiografi berupa hikayat, silsilah, babad, cerita, syair dan lain-lain yang mengungkapkan perkembangan awal Islam diberbagai kawasan Asia tenggara. Namun, para ahli seperti John menilai bahwa kebanyakan literatur melayuseperti itu mempunyai nama yang kurang baik, bukan hanya karena selintas tidak menarik, tetapi bahkan gayanya sulit dijelaskan. Menurutnya, kategori-kategori barat semacam roman, balada, dongeng, kronik (risalah) atau sejarah tidak cukup memadai untuk memberikan kerangka yang jelas mengenai karya-karya melayu ini.[3]

Para pengembara atau wartawan Barat menulis tentang Asia Tenggara, khususnya bukanlah para ahli. Mereka umumnya membuat catatan-catatan berdasarkan kunjungan singkat dan kebanyakan mengamati dari daerah perkotaan, sehingga mereka sebenarnya tidak banyak tahu tentang keadaan nyata penduduk pedesaan, pola-pola sosial mereka dan lain-lainnya.[4]

Mengenai tempat asal datangnya Islam ke Asia Tenggara, sedikitnya ada tiga teori besar:

(18)

meskipun ia menyebut adanya hubungan dengan orang-orang “Mohammedan” di India Timur. Keyzer beranggapan bahwa Islam datang dari Mesir yang bermazhab syafi’i, sama seperti yang dianut kaum muslimin Nusantara umumnya. Teori ini juga dipegang oleh Niemann dan De Hollander, tetapi dengan menyebut Hadramaut, bukan mesir, sebagai sumber datangnya Islam, sebab muslim Hadramaut adalah pengikut mazhab syafi’i seperti juga kaum muslimin Nusantara. Sedangkan Veth hanya menyebut “orang-orang arab”, tanpa menunjuk asal mereka di Timur Tengah maupun kaitannya dengan Hadramaut, Mesir atau India. Teori semacam ini juga diajukan Hamka dalam seminar “Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia” pada 1962. Menurutnya Islam ke Indonesia langsung dari Arab bukan melalui India dan bukan pula pada abad ke-11 melainkan pada abad pertama Hijriyah atau 7 M.[5] 2. Teori yang mengatakan bahwa Islam datang dari India, pertama kali dikemukakan oleh

Pijnapel tahun 1872. Berdasarkan terjemahan Prancis tentang catatan perjalanan Sulaiman, Marco Polo, dan Ibnu Battuta, ia menyimpulkan bahwa orang-orang Arab yang bermadzhab Syafi’i dari Gujarat dan Malabar di India yang membawa Islam ke Asia Tenggara.

3. Teori Fatimi, menyatakan bahwa Islam datang dari Benggali (kini Bangladesh). Islam muncul pertama kali di Semenanjung Malaya, dari arah pantai timur, bukan dari barat (Malaka) pada abad ke-11 melalui Kanton, Phanrang (Vietnam), Leran, dan Trengganu. Beberapa ahli sejarawan menyatakan bahwa teori Fatimi ini tidak bisa diterima, terutama karena penafsiranya atas prasasti yang ada dinilai merupakan “perkiraan liar belaka”.[6] Akhirnya semua teori diatas jelaslah belum final. Meskipun telah banyak sejarahwan yang menulis tentang masalah ini, kesempatan masih tetap terbuka bagi munculya penafsiran-penafsiran baru berdasarkan penelitian atas sumber-sumber sejarah yang ada berdasarkan penelitian dan penulisan lebih lanjut menyangkut sifat penyebaran Islam di kawasan ini. B. Kemajuan Islam di Asia Tenggara

Kedatangan Islam sejak abad 7 sampai abad ke-12 di beberapa daerah Asia Tenggara dapat dikatakan baru pada tahap pembentukan komunikasi Islam yang terutama terdiri dari para pedagang. Abad ke-13 sampai abad ke-16, terutama dengan munculnya kerajaaan bercorak Islam, merupakan kelanjutan dari penyebaran Islam. Perlu dibedakan antara tahap kedatangan, penyebaran, dan pembentukan struktur pemerintahan atau kerajaan. Ketiga tahap tersebut memerlukan waktu dan proses yang panjang, tergantung pada situasi dan kondisi masyarakat yang dihadapi Islam.

(19)

semakin ramai. Mereka bukan hanya mendatangi ibukota kerajaan Samudera Pasai, tetapi juga meneruskan pelayaran dan perdagangannya ke negeri-negeri lain di kawasan Asia Tenggara.[7] Dari sinilah Islam di Asia Tenggara memperlihatkan kemajuan dan perkembangannya.

Telah disepakati bahwa Islam pada mulanya mendapatkan kubu-kubu terkuatnya di kota pelabuhan, seperti Samudra Pasai, Malaka, dan kota-kota pelabuhan lainya di pesisir utara Jawa. Berangkat dari teori bahwa Islam pada dasarnya adalah urban (perkotaan) dan bahwa peradaban Islam pada hakekatnya adalah (juga) urban. John menyatakan bahwa proses Islamisasi di Nusantara bermula dari kota-kota pelabuhan yang ada. Di perkotaan itu sendiri, Islam adalah fenomena istana. Istana kerajaan menjadi pusat pengembangan intelektual Islam atas perlindungan resmi penguasa, yang kemudian memunculkan tokoh-tokoh ulama’ intelektual terkenal semacam Hamzah Fansuri, Shams al-Din Pasai, Nur al-Din al-Raniri, dan ‘Abd al-Ra’uf al-Singkili. Tokoh-totkoh ini mempunyai jaringan keilmuan yang luas baik dalam maupun luar negeri, sehingga menunjang pengembangan Islam dan gagasan mereka sendiri. Jaringan keilmuan semacam ini kemudian semakin diperkuat dan diperkaya terutama sejak abad ke-17 oleh tarekat-tarekat tasawwuf yang berkembang luas di Nusantara. Karakter organis yang inheren dalam jaringan semacam ini memberikan momentum yang terus-menerus bagi pengembangan Islam.[8]

Selain itu, kota sebagai pusat ekonomi mempunyai kemampuan untuk mendukung kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan Islam secara politik, lebih-lebih lagi secara finansial. Relatif baiknya keadaan ekonomi perkotaan memungkinkan terselenggaranya pembangunan masjid dan pusat-pusat pengajaran Islam, kegiatan-kegiatan Islam, dan menimbulkan kemampuan untuk melakukan perjalanan naik haji atau berkeliling dari satu tempat ke tempat lain guna menyampaikan syiar Islam.[9]

a. Indonesia

Saat ini, dengan perkiraan jumlah penduduknya sekitar 165 juta dengan 90% darinya beragama islam, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia adalah Muslim. Selain Islam, agama-agama Budha, Hindu, Katolik, dan Protestan merupakan agama yang diakui negara.[10]Kemajuan dan perkembangan Islam di Indonesia tidak lepas dari peran kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan juga peran perjuangan dakwah para wali songo dalam menyebarkan agama Islam.

(20)

Sebagai kesimpulan, kita dapat melihat betapa ajaran Islam telah meresap ke dalam lubuk hati sebagian besar bangsa Indonesia, telah berakulturasi sedemikian rupa, dan telah mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakatnya.[11]

b. Federasi Malaysia

Di Malaysia penduduk Muslim tidak lebih dari 55% dari seluruh jumlah penduduk. Meskipun tidak semua orang Muslim adalah Melayu, secara konstitusional, orang Melayu mesti Muslim.

Peranan Islam dalam politik lebih kentara di Malaysia terutama di tahun 1980-an ini sekarang merupakan faktor krusial baik di tingkat nasional maupun tingkat lokal. Partai Islam (PAS) menyatakan dalam kampanyenya untuk membentuk negara Islam. Partai ini mendapat dukungan masyarakat yang cukup besar di negara-negara yang didominasi oleh Muslim seperti Kelantan, Trengganu, Kedah, dan Perlis. United Malay National Organization (UMNO) yang memimpin Front Nasional menikmati politik graduasi dan memasukkan secara selektif nilai-nilai Islam ke dalam kebijakan pemerintah dan menunjang tinggi konstitusi Malaysia sebagai keramat.

Kebijakan Front Nasional mengenai Islam muncul sebagian karena keinginan untuk menyesuaikan dengan tumbuhnya harapan dari masyarakat Muslim. Fenomena kebangkitan Islam di Malaysia terutama di tahun 1980-an, telah merasuk. Kini dimana-mana terdapat tanda-tanda konformitas yang cukup besar terhadap tata cara hidup Islam di Malaysia. Juga ada kegairahan yang meningkat akan kajian-kajian Islam di kalangan kaum Muslim.[12] c. Republik Singapura

Singapura adalah negara dengan jumlah penduduk 2,5 juta jiwa yang multirasial, multilingual, dan juga multi agama. Cina merupakan 77 persen dari seluruh penduduk. Kaum melayu merupakan minoritas, sekitar 15 persen, sementara India hanya 6 persen, dan lainnya hanya 2 persen. Seluruh penduduk Muslim berjumlah 320.000 jiwa, 16% dari seluruh jumlah penduduk. Jumlah Muslim Cina di Singapura sangat sedikit. Orang-orang Pakistan, India, dan Arab merupakan penduduk Muslim lainnnya yang ada di Singapura.

(21)

Ada pula lembaga yang didirikan oleh pemerintah untuk mengangkat status sosio-ekonomi masyarakat Melayu. Pemerintah menunjukkkan bahwa menciptakan “warga Muslim Singapura lebih baik di bidang pendidikan sehingga mampu memberikan sumbangan bagi pembangunan Singapura” merupakan kepentingan bersama.[13]

d. Republik Filipina

Filipina adalah Negara kepulauan dengan 7107 buah pulau. Penduduknya yang berjumlah 47 juta jiwa menggunakan 87 dialeg bahasa yang berbeda-beda, yang mencerminkan banyaknya suku dan komunitas etnis. Islam telah mempunyai sejarah yang panjang di Filipina, sejak zaman prakolonial, dan masyarakat Muslim dibagian Selatan tercatat sebagai masyarakat yang mampu mempertahankan diri dari penetrasi Spanyol selama 300 tahun.

Orang-orang Islam di Filipina menamakan diri mereka Moro. Namun nama itu sebetulnya lebih bersifat politis, karena dalam kenyataannya Moro terdiri dari banyak kelompok etnolinguistik, umpamanya Maranao, Manguindanao, Tausug, Samal, Sangil.

Kaum Muslim di Filipina yang mendapat pendidikan sekular cenderung mudah menyatu dengan negara Filipina. Sebaliknya mereka yang tidak mau menerima pendidikan sekular dan hanya mendapatkan pendidikan agama secara tradisional, biasanya tidak menghendaki integrasi dengan Filipina. [14]

e. Negara Brunei Darussalam

Situasi politik di Negara Brunei Darussalam tampaknya sangat tenang, hal ini mungkin karena ukuran negara ini yang kecil. Brunei berpenduduk hanya 200.000 jiwa dengan Kaum Muslim sebagai mayoritas. Hampir seluruh penduduk Brunei adalah Melayu, meskipun ada sejumlah kecil kaum Cina pendatang. Sebagai agama resmi, Islam mendapat lindungan dari negara. Dominasi keluarga kerajaan di bidang pemerintahan dan tidak adanya demokrasi politik memungkinkan pemerintah memeberlakukan kebijaksanaan di bidang agama dan kebijaksanaan umum lainya tanpa kesulitan.

f. Myanmar

Dari segi ukuran, sesuai dengan sensus penduduk tahun 1983, kaum Muslim merupakan 3,9% dari seluruh penduduk Burma yang berjumlah 35,3 juta jiwa. Secara geografis masyarakat Muslim terbesar di seluruh Burma dan merupakan masyarakat urban. Mereka bisa dijumpai disebagian besar kota-kota di Burma. Kota terbesar seperti Mandalay dan Rangoon sangat diwarnai oleh masyarakat Muslim. Terdapat pula sejumlah kota, terutama di wilayah Arakan seperti Buthidaung dan Yathedaung, dimana kaum Muslim merupakan mayoritas. Wilayah yang bersebelahan dengan Bangladesh juga mayoritas penduduknya adalah Muslim, tidak seperti wilayah Burma lainnya. Juga di daerah Arakan terdapat penduduk Muslim pedesaan dengan jumlah yang besar.[15]

(22)

Dari jumlah penduduknya, Islam adalah agama kedua yang cukup penting di Muangthai. Menurut gambaran resmi, masyarakat Muslim merupakan 4% dari seluruh penduduk Muangthai yang kini mencapai 50 juta jiwa. Ada juga yang menunjukkan presentasi yang lebih besar. Yang perlu dicatat adalah bahwa kaum Muslim merupakaan kelompok minoritas dalam kerajaan. Meskipun jumlah kaum Muslim yang sangat besar terkonsentrasi di empat propinsi bagian Selatan, yaitu Satun, Narathiwat, Pattani, dan Yala, di mana mereka merupakan kelompok mayoritas, mereka juga tersebar di seluruh kerajaan diseluruh kerajaaan di sekitar tiga puluh propinsi lainnya. Di Muangthai terdapat 2000 buah masjid yang terdaftar, dan jumlah masjid di ibukota Bangkok adalah dua kali lipat dari jumlah seluruh masjid di Singapura.

Masyarakat Muslim di Muangthai sebagian besar berlatar belakang pedesaan. Kebanyaan dari mereka bekerja sebagai petani. Di daerah selatan, mereka kebanyakan bekerja sebagai nelayan. Di Bangkok dan pusat perkotaan lainnya, sebagian besar kaum Muslim bekerja sebagai pedagang, buruh, tukang, dan pegawai negeri.

Di bidang politik, persoalan masyarakat Muslim Melayu yang ingin memisahkan diri sangat meresahkan Kerajaan. Gerakan pemberontakan kaum separatis Melayu Muslim melahirkan sejumlah organisasi seperti Pattani United Liberration Organitation (PULO), Barisan Nasional Pembebasan Pattani (BNPP), Barisan Revolusi Nasional, serta sedikit kelompok sempalan lainnya meskipun tidak efektif.

Dengan bangkitnya demokrasi di Muangthai tahun 1979, partisipasi masyarakat Muslim-Melayu dalam sistem politik, sebagai warga negara Muangthai dan bukan hanya sebagai Muslim –Melayu atau Muslim, telah mulai tumbuh.

Masyarakat diberi kebebasan dalam menjalankan ibadah. Pemerintah menyediakan dana untuk membantu mereka dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan. Kaum Muslim juga diperbolehkan melaksanakan dakwah membentuk organisasi dan mengelola penerbitan literatur keagamaan, yang sekarang sedang tumbuh. Meskipun demikian kaum Muslim tidak bebas dari perpecahan.[16]

h. Vietnam

Berkembangnya Islam di Vietnam, khusunya pada tahap awal, tidak bisa dilepaskan dari kehadiran kerajaan dan etnis Campa, uraian tentang Islam di Vietnam diawali dengan uraian sejarah Kerajaan Campa Kuno dan Etnis Campa.

Saat ini, masyarakat muslim Vietnam biasanya dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, masyarakat muslim pendatang yang berkembang di kota-kota besar, seperti HO Chi Minh. Kedua, masyarakat muslim Cam, yang merupakan penduduk lokal dan komunitas muslim tertua yang menempati dataran pesisir Vietnam Tengah. Jumlah masyarakat muslim Vietnam mencapai sekitar 1% dari seluruh populasi Vietnam, yakni sekitar 420.000 jiwa.

(23)

kegiatan keagamaan dan semakin pulihnya posisi sosial umat Islam. Dengan dibangunnya pusat pengkajian umat Islam dan pendidikan Islam di kota Ho Chi Minh dan dibukanya berbagai kantor perwakilan negara yang mayoritas penduduknya muslim, suasana di kota tersebut tidak lagi mencerminkan suasana “anti Tuhan”.[17]

i. Laos

Kebanyakan masyarakat muslim di Laos terdiri dari para pedagang keturunan Arab. Ketika krisis politik di Kamboja berkecamuk, banyak pengungsi muslim Campa yang menyebrang ke Laos dan menetap disana. Para muslim Huihui (China Muslim) juga banyak terdapat di Laos. Diperkirakan jumlah masyarakat muslim di Laos mencapai 40.000 jiwa.[18] j. Kamboja

Masuk dan berkembangnya Islam di Kamboja tidak dapat dipisahkan dengan datangnya orang Campa di negeri ini. Hal ini karena orang Campa telah memeluk agama Islam di negeri asalnya di Vietnam Tengah, sebelum kemudian menyebarkannya di Kamboja. Setelah Kamboja kejatuhan rezim Pol Pot dan kemudian diperintah oleh Hun Sen dan Raja Sihanouk, masyarakat Melayu-Campa atau Khmer Islam kembali merasakan sedikit kemerdekaan beragama. Masjid sudah mulai difungsikan kembali dan demikian juga madrasah-madrasah.

k. Timur Leste

Terdapat dua komunitas umat Islam Timor Leste, yaitu kelompok pendatang dari Arab (Yaman dan Hadramaut) yang datang lebih awal dan pendatang dari kepulauan Hindia Belanda (Indonesia). Pada 1933, umat Islam Dili telah memiliki wadah sepak bola dengan nama Al-Hilal. Pada tahun yang sama, Umar bin Awad Al-Katiri Al-Wahdatul Islamiyah. Pada 1947, Al-Wahdatul Islamiyah disempurnakan menjadi Persatuan Islam Dili (PID), yang dipimpin oleh Habib Abdurrohman bin Ali Al-Habsyi.

Kemajuan dan perkembangan Islam di Asia Tenggara ditunjukkan dengan tersebarnya Islam di seluruh kawasan Asia Tenggara. Hampir disetiap negara di kawasan Asia Tenggara terdapat umat muslim, terutama di Indonesia.

C. Modernisasi Islam di Asia Tenggara

Penyebaran dan pengaruh pembaharuan Islam modern di Asia Tenggara sejak awal abad ke-20 dipelopori oleh gagasan pembaharuan Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh menjadi lebih tersebar luas di seluruh Dunia Islam, tatkala seorang murid Muhammad Abduh yang bernama Muhammad Rasyid Ridha (1865–1935) menerbitkan majalah Al-Manar di Mesir. Majalah Al-Al-Manar inilah yang secara kongkrit menjabarkan ide-ide Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh, serta berpengaruh langsung kepada gerakan modernisme Islam di Asia Tenggara pada awal abad ke-20.

(24)

Dunia Melayu-Indonesia. Dalam konteks ini, kita bisa dengan tepat menempatkan jurnal Al-Manar yang secara signifikan memengaruhi wacana pembaruan Islam. Jurnal ini tidak hanya memengaruhi secara langsung penyebaran pembaruan Islam lewat artikel-artikelnya, tetapi yang tak kurang pentingnya juga merangsang penerbitan jurnal dengan semangat yang sama di Asia Tenggara, terutama di kawasan Melayu-Indonesia. Tulisan ini merupakan usaha awal untuk menggambarkan dan mendiskusikan penyebaran pembaruan Islam ke Asia Tenggara, terutama di kawasan Melayu-Indonesia melalui perangkat jurnal yang diterbitkan di wilayah ini terutama Al-Imam di Singapura dan Al-Munir di Padang, Sumatra Barat, serta jurnal-jurnal lain.[19]

Ada sedikit catatan singkat untuk Al-Manar. Telah umum diketahui bahwa tulang punggung Al-Manar adalah tokoh pembaharu, Muhammad Rasyid Ridho. Karena dipengaruhi secara kuat oleh Jamaludin Al-Afghani dan Muhammad Abduh (guru pertamanya), yang ikut serta menerbitkan jurnal terkemuka, Al-‘Urwah Al-Wutsqa’, Muhammad Rasyid Ridha menerbitkan majalahnya sendiri, Al-Manar (tempat cahaya), yang terbit pertama kali pada 1898 di Kairo.dalam bentuk majalah mingguan dan berikutnya majalah bulanan sampai berhenti terbit pada 1935. Tujuan penerbitan Al-Manar adalah mengartikulasikan dan menyebarkan ide-ide pembaruan serta menjaga keutuhan umat Islam. [20]

IV. KESIMPULAN

Sejarah islam di Asia Tenggara, khususnya pada masa awal, luar biasa galau dan rumit. Kegalauan dan kerumitan itu bukan hanya disebabkan oleh kompleksitas di sekitar sosok islam itu sendiri sebagaimana direfleksikan oleh kaum muslimin di kawasan ini, baik melalui historiografi dan pengkajian-pengkajian sejarah Islam dengan berbagai aspeknya di Asia Tenggara yang dilakukan kalangan sejahrawan asing maupun pribumi. Mereka pun hingga kini belum mampu merumuskan suatu paradigma historis yang dapat dijadikan pegangan bersama. Terdapat perbedaan-perbedaan dasar di kalangan para ahli dalam mengkaji Islam di Asia Tenggara, yang kadang-kadang sulit dipertemukan satu sama lain.

Mengenai tempat asal datangnya Islam ke Asia Tenggara, sedikitnya ada tiga teori besar:

1. Teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari arab, atau tepatnya Hadramaut. 2. Teori yang mengatakan bahwa Islam datang dari India, pertama kali dikemukakan oleh

Pijnapel tahun 1872.

3. Teori Fatimi, menyatakan bahwa Islam datang dari Benggali (kini Bangladesh).

(25)

Penyebaran dan pengaruh pembaharuan Islam modern di Asia Tenggara sejak awal abad ke-20 dipelopori oleh gagasan pembaharuan Jamaluddin dan Muhammad Abduh menjadi lebih tersebar luas di seluruh Dunia Islam, tatkala seorang murid Muhammad Abduh yang bernama Muhammad Rasyid Ridha (1865–1935) menerbitkan majalah Al-Manar di Mesir. Majalah Al-Manar inilah yang secara kongkrit menjabarkan ide-ide Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh, serta berpengaruh langsung kepada gerakan modernisme Islam di Asia Tenggara pada awal abad ke-20.

V. PENUTUP

Syukur Alhamdulillah pemakalah haturkan kepada Allah SWT dengan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfa’at bagi kita semua. Amin.

[1] Ahmad Ibrahim, Islam di Asia Tenggara perspektif sejarah, (Jakarta: LP3ES, 1989), Hlm. 1

[2] Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), Hlm. 3

[3]Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, hlm. 27 [4]Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara,hlm. 28 [5]Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, hlm.31 [6]Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, hlm. 32

[7] Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Hlm.11-12

[8] Azyumardi Azra, Perspektif Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: yayasan obor Indonesia, 1989) Hlm. 13

[9] Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, hlm. 33

(26)

[11]Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, Hlm. 38

[12] Saiful Muzani , Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, hlm.43-44 [13]Saiful Muzani , Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, hlm.44-46 [14]Saiful Muzani , Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, hlm.48 [15] Saiful Muzani , Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, hlm.49-50 [16] Saiful Muzani , Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, hlm. 50-52 [17] Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, Hlm.209

[18] Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, Hlm. 218

[19] Azyumardi Azra, Jaringan Global dan Lokal Islam Nusantara, (Bandung: Mizan, 2002), Hlm. 183

Referensi

Dokumen terkait

 Arbitrage Pricing Theory merupakan model alternatif dari Arbitrage Pricing Theory merupakan model alternatif dari CAPM u/menilai aset keuangan dikembangkan oleh Ross..

Oleh karena itu, penelitian yang berjudul “Perancangan Jaringan menggunakan VRRP Mikrotik dan Thin Client” ini, diharapkan dapat memperkecil pengeluaran yang

Antara tumbuhan berikut yang manakah dikelaskan dalam kumpulan X dan YB. A B

Pemeriksaan dilakukan 3x dengan sesaat, pagi, sesaat (SPS) paling baik dipastikan dengan hasil positif berikutnya 1. 2) Pemeriksaan semua pasien dengan kronis khususnya

Strategi untuk mengatasi tidak tercapainya kesesuaian dan kelayakan pemanfaatan lahan adalah harus dengan menyediakan akses yang mudah untuk menuju ke areal perniagaan,

Namun sejalan dengan adanya peningkatan pelayanan pemotongan hewan pada Rumah Potong Hewan maka tarif retribusi Rumah Potong Hewan yang diatur dalam Peraturan

Pekerja untuk melaksanakan kerja-kerja penyelenggaraan perlulah mempunyai kualiti, pengetahuan dan pengalaman bagi menghasilkan satu kerja yang efektif dan berkesan. Pembahagian

Dengan kata lain, yang pertama-tama perlu dilakukan adalah menyetujui akan nilai atau manfaat yang diberikan oleh aplikasi teknologi informasi terlebih dahulu, baru