• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH DASAR DASAR PERILAKU KELOMPOK (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH DASAR DASAR PERILAKU KELOMPOK (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Atas limpahan rahmat dan karunia Allah SWT yang telah memberikan rahmat,hidayah, serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Dasar-Dasar Perilaku Kelompok. Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi dengan Dosen Pengampu Dr.Arnis Budi Susanto,SE.,M.Si. . Dalam menyajikan Makalah ini kami sengaja menjelaskan secara praktis dan pokok-pokoknya saja, namun demikian pembahasanya diusahakan cukup mendalam.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih terdapat kekurangan. Seiring perkembangan zaman globalisasi ini. Seperti pepatah mengatakan yang tidak pernah using “Tiada gading yang tak retak”, oleh karna itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami terima.

(2)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... Daftar isi ... BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...

1.2 Rumusan Masalah ...

1.3 Tujuan ...

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Mendefinisakan dan Mengklasifikasikan Kelompok ...

2.2 Tahap-tahap Perkembangan Kelompok...

2.3 Hal-hal Mengenai Kelompok:Peran,Norma,Status,Ukuran,dan Kekohesifan ...

2.4 Kekohesifan………... ..

2.5 Pengambilan Keputusan Kelompok...

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...

3.2 Saran ...

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia dalam berbagai kegiatan apapun manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Dalam organisasi akan banyak ditemui kelompok-kelompok seperti ini. Hampir pada umumnya manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil adalah sangat kuat kercenderungannya untuk mencari keakraban dalam kelompok – kelompok tertentu. Di mulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan, kedekatan tempat kerja, seringnya berjumpa dan berapakali adanya kesamaan kesenangan bersama, maka timbullah kedekatan satu sama lain, dan mulailah mereka berkelompok dalam organisasi tertentu.

Tantangan yang paling berat dihadapi oleh organisasi dengan meningkatnya perubahan adalah perbedaan individu yang ada di dalam organisasi, yang selanjutnya akan membentuk prilaku kelompok. Salah satu topik menarik dalam bidang perilaku organisasi untuk ditelaah atau diteliti adalah mengenai perilaku kelompok. Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia, setiap hari manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Hal ini akan saling bersinergi manakala aktifitas akan bersentuhan satu sama lain dalam membentuk satu capaian yang di inginkan bersama.

(4)

5. Bagaimana Cara dalam Pengambilan Keputusan Kelompok?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Kelompok.

2. Mengetahui Klasifikasi Kelompok.

3. Mengetahui Tahap-Tahap Perkembangan Kelompok.

4. Mengetahui Hal-Hal Mengenai Kelompok.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kelompok

Pengertian Kelompok menurut beberapa ahli, diantaranya:

a. Menurut Schermerhorn, Kelompok adalah Suatu kumpulan dua atau lebih orang-orang yang

bekerja dengan yang lainnya secara teratur untuk mencapai satu atau lebih tujuan umum

b. Menurut Greenberg dan Baron, kelompok adalah Sekumpulan dua individu atau lebih yang

saling berinteraksi dengan pola hubungan yang tetap dan saling berbagi tujuan, dan menganggap mereka sebagai suatu kelompok

c. Menurut Kreitner dan Kinicki, kelompok adalah Sekumpulan orang dengan keahlian yang

beragam, dimana mereka sepakat dalam suatu kegunanaan, tujuan dan pendekatan.

Sehingga dapat didefinisikan bahwa kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling ketergantungan untuk mencapai tujuan tertentu.Kelompok dapat berupa kelompok formal dan nonformal.

Secara formal kelompok adalah kelompok yang didefinisikan oleh struktur organisasi dan penugasan kerjanya berdasarkan penunjuk penugasan kerja.Sebaliknya kelompok informal adalah perhimpunan yang tidak terstruktur secara formal maupun organisasional.

2.2 Klasifikasi Kelompok

Sebelum kita mengetahui lebih jauh mengenai perilaku kelompok dalam organisasi sebaiknya kita tahu dan mengerti terlebih dahulu apa pengertian kelompok itu sendiri. Suatu organisasi dapat didirikan oleh sedikitnya dua orang. Kelompok yang terdiri atas hanya dua orang saja disebut dyads dan yang terdiri atas tiga orang saja disebut tryads.

Didalam suatu keompok belum tentu para anggota mempunyai atribut (sifat-sifat, ciri-ciri) yang sama. Para anggota kelompok yang mempunyai kesamaan atribut disebut cohort. Jadi kelompok adalah dua orang atau lebih berkumpul dan berinteraksi serta saling tergantung untuk mencapai tujuan tertentu.

(6)

1. Kelompok formal (formal group), adalah kelompok yang sengaja dibentuk dengan keputusan

manager melalui bagan organisasi untuk menyelesaikan suatu keputusan manager melalui bagan organisasi untuk menyelesaikan suatu tugas secara efisien dan efektif.

2. Kelompok informal (informal group), adalah kelompok yang tidak dibentuk secara formal

melalui struktur organisasi, yang muncul karena adanya kebutuhan akan kontak sosial.

3. Kelompok komando (command group), adalah bagian dari kelompok formal. Kelompok

komando memiliki definisi yaitu kelompok yang ditentukan oleh bagan organisasi dan melaksanakan tugas-tugas rutin organisasi.

4. Kelompok tugas (task group), adalah suatu kelompok yang bekerja sama untuk menyelesaikan

suatu tugas atau proyek tertentu. Kelompok tugas juga termasuk bagian dari kelompok komando.

5. Kelompok persahabatan, merupakan bagian dari kelompok informal. Kelompok ini terbentuk

karena adanya kesamaan-kesamaan tentang suatu hal.

6. Kelompok kepentingan, merupakan kelompok yang berafiliasi untuk mencapai sasaran yang

sama. Kelompok ini juga termasuk kedalam kelompok informal.

Namun secara garis besar kelompok itu hanya terbagi menjadi 2 saja, yaitu kelompok formal dan kelompok informal.

A. Kelompok Formal

Kelompok formal ada dalam setiap organisasi. Kelompok formal (formal group) adalah suatu sub unit organisasi yang resmi yang didirikan dengan anggaran dasar organisasi atau dengan surat keputusan manajer. Contoh kelompok formal: kelompok kerja, panitia, departemen kecil, dan tim proyek. Tujuan kelompok formal: peraturan-peraturan, keanggotaan, pemilihan pemimpin biasanya ditentukan oleh organisasi dalam ketentuan-ketentuan atau perintah organisasi ini.

Kelompok formal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok komando (command group) dan kelompok tugas (task group). Di perguruan tinggi misalnya, biro-biro, fakultas-fakultas dan unit-unit lainnya yang ada di lingkungan suatu perguruan tinggi atau departemen yang ada dalam perusahaan.

(7)

yang dibentuk oleh manajer perusahaan untuk mengendalikan/menurunkan biaya operasional sebesar 10% misalnya contoh dari kelompok tugas.

B. Kelompok Informal

Kelompok informal (informal group) juga dapat ditemukan dalam setiap organisasi. Kelompok-kelompok ini berkembang menyimpang dari rancangan organisasi yang ditetapkan secara resmi dan kelompok informal hidup sebagai subkultur yang relatif berkuasa atau dominan dalam organisasi. Ada kelompok informal yang terdiri dari para manajer disamping kelompok-kelompok informal yang terdiri dari para pekerja non-pengawas.

Kelompok informal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok persahabatan dan kelompok kepentingan. Kelompok persahabatan terbentuk karena adanya kesamaan-kesamaan tentang suatu hal, seperti kesamaan hobi, status perkawinan, jenis kelamin, latar belakang, pandangan politik dan lain sebagainya.

Kelompok kepentingan, yaitu kelompok yang berafiliasi untuk mencapai sasaran yang sama. Sasaran jenis kelompok ini tidak berkaitan dengan tujuan organisasi tetapi semata-mata untuk mencapai kepentingan kelompok itu sendiri.

Kelompok-kelompok informal memenuhi bermacam-macam kebutuhan para pekerja. Keanggotaan dalam kelompok informal memberikan kesempatan untuk memuaskan kebutuhan– kebutuhan sosial, seperti: berkawan, kasih-sayang serta pembinaan atau pendidikan.

Fungsi khusus kelompok informal yang penting adalah pengaturan perilaku sosial dan kerja. Meskipun beberapa norma aktivitas sosial diciptakan oleh organisasi dan oleh kebudayaan luar, namun terdapat kebutuhan untuk mengoperasikan norma-norma tersebut dalam situasi kerja.

Pentingnya kelompok-kelompok informal sebagai sumber pengaruh atas perilaku dan pelaksanaan kerja pekerja telah dipertunjukan dalam studi Hawthorne tahun 1930-an. Salah satu diantara studi tersebut (Bank Wiring Room), sekelompok laki-laki yang memasang kabel dan menyorder panel telepon diteliti dalam kurun waktu beberapa bulan.

2.3 Tahap-Tahap Perkembangan Kelompok

(8)

mengindikasikan bahwa tidak semua kelompok mengikuti pola ini, model tersebut adalah sebuah kerangka kerja yang berguna untuk memahami perkembangan kelompok. Dalam bagian ini, kita mendeskripsikan model umum yang terdiri atas lima tahap tersebut dan sebuah model alternatid untuk kelompok – kelompok sementara dengan tenggar waktu.

Seperti diperlihatkan pada gambar model lima tahap perkembangan kelompok (five – stage – group – development – model) menyebutkan karakteristik perkembangan kelompok dalam lima tahap yang berbeda pembentukan, timbulnya konflik, normalisasi, hasil berupa kinerja, dan pembubarannya?

1) Tahap Pembentukan (forming)

Memiliki karakteristik besarnya ketidakpastian atas tujuan, struktur, dan kepemimpinan kel mpok tersebut. Para anggotanya “menguji kedalam air” untuk menentukan jenis – jenis perilaku yang dapat diterima. Tahap ini selesai ketika para anggotanya mulai menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok.

2) Tahap Timbulnya Konflik (Strorming)

Satu dari konflik intrakelompok. Para anggotanya menerima keberadaan kelompok tersebut, tetapi terdapat penolakan terhadap batasan – batasan yang diterapkan kelompok tersebut terhadap setiap individu. Lebih jauh lagi, terdapat konflik atas siapa yang akan mengendalikan kelompok tersebut. Ketika tahap ini selesai, terdapat sebuah hierarki yang relatif kelas atas ekspektasi definisi yang benar atas perilaku anggota.

(9)

Pada titik ini struktur telah sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi kelompok telah berpindah dari saling mengenal dan memahami menjadi mengerjakan tugas yang ada.

5) Tahap Adjourning Stage (Pembubaran)

Untuk kelompok – kelompok kerja yang permanen, berkinerja adalah tahap terakhir dalam perkembangan mereka. Tetapi, untuk komisi, tim, angkatan tugas sementara, dan kelompok - kelompok kerja yang mempunyai tugas yang terbatas untuk dilakukan, terdapat tahap pembubaran. Dalam tahap ini, kelompok tersebut mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi menjadi prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk menyelesaikan aktivitas – aktivitas. Respons dari anggota kelompok dalam tahap ini bervariasi. Beberapa merasa gembira, bersenang – senang dalam persahabatan dan pertemanan yang didapatkan selama kehidupan kelompok kerja tersebut.

Kebanyakan orang yang menginterprestasikan model lima tahap tersebut berasumsi bahwa sebuah kelompok menjadi semakin efektif seiring kelompok tersebut bergerak melalui empat tahap. Meskipun asumsi ini mungkin secara benar, apa yang membuat sebuah kelompok efektif adalah lebih kompleks dari yang dikenali oleh model ini. Di bawah kondisi tertentu, konflik tingkat tinggi mungkin baik untuk kinerja kelompok yang tinggi. Jadi kita dapat mengharap untuk menemukan situasi di mana kelompok – kelompo itu dalam tahap II berpenampilan lebih baik dibandingkan mereka yang berada pada Tahap III dan IV. Dengan cara serupa, kelompo – kelompok tidak selalu beproses dengan jelas dari satu tahap ke tahap selanjutnya. Kadang – kadang, pada kenyataannya, beberapa tahapan berjalan pada waktu yang bersamaan, seperti kelompok yang mengalami konflik dan tampilan waktu yang sama. Bahkan suatu kelompok terkadang mundur ke tahap sebelumnya. Jadi, pendukung yang paling kuat dari model ini sekalipun tidak mengasumsikan bahwa semua kelompok mengikuti proses lima tahap secara tepat atau bahwa tahap IV selalu yang paling diinginkan.

(10)

atauran, definisi tugas, informasi, dan sumber – sumber daya yang diperlukan bagi kelompok tersebut untuk tampil. Mereka tidak butuh untuk mengembangkan sumber daya, memecahkan konflik, dan menentukan norma – norma seperti yang diramalkan model lima tahap.

2.4 Hal-hal Mengenai Kelompok:Peran,Norma,Status,Ukuran,dan Kekohesifan

menciptakan identitas peran. Orang mempunyai kemampuan untuk dengan cepat beralih peran bila mereka menyadari bahwa situasi dan tuntutannya jelas-jelas membutuhkan perubahan besar.

 Persepsi Peran. Pandangan seseorang mengenai bagaimana seseorang seharusnya bertindak

dalam situasi tertentu disebut persepsi peran. Berdasarkan penafsiran atas bagaimana kita meyakini bagaimana seharusnya perilaku kita, kita terlibat ke dalam tipe-tipe perilaku tertentu.

 Pengharapan Peran. Pengharapan peran didefinisikan sebagai bagaimana orang lain meyakini

apa seharusnya tindakan anda dalam situasi tertentu. Bagaimana anda berprilaku, sebagian besar ditentukan oleh peran yang didefinisikan dalam konteks tindakan anda.

 Konflik Peran. Bila individu dihadapkan pada pengharapan peran yang berlainan, akibatnya

adalah konflik peran. Konflik ini muncul bila individu menemukan bahwa patuh pada tuntutan satu peran menyebabkan dirinya kesulitan mematuhi tuntutan peran lain. Dalam keadaaan ekstrem, itu akan mencakup situasi di mana dua atau lebih pengharapan peran saling berlawanan.

2. Norma

(11)

3. Status

Yaitu posisi atau peringkat yang ditentukan secara sosial yang diberikan ke kelompok atau anggota kelompok oleh orang lain.

 Status dan Norma. Telah ditunjukkan bahwa status mempunyai beberapa pengaruh yang

menarik terhadap kekuatan norma dan tekanan untuk penyesuaian. Orang-orang berstatus-tinggi juga lebih mampu bertahan terhadap tekanan konformitas dari rekan sekerja mereka dibandingkan dengan status lebih-rendah. Individu yang dinilai tinggi oleh kelompok kerja tetapi tidak banyak memerlukan atau mempedulikan imbalan sosial yang diberikan oleh kelompok secara khusus akan mampu memperhatikan secara minimal norma-norma konformitas.

 Kesetaraan Status. Penting bagi anggota kelompok untuk meyakini bahwa hierarki status itu

setara. Jika dipersepsikan adanya kesetaraan, terciptalah ketidakseimbangan yang terjadi dalam berbagai jenis perilaku korektif.

 Status dan Budaya. Pentingnya status bervariasi di antara berbagai budaya. Prancis misalnya,

sangat sadar status. Selain itu, negara-negara berlainan mengenai kriteria yang menciptakan status. Pesannya di sini adalah untuk memastikan bahwa anda memahami siapa dan apa yang menentukan status bila berinteraksi dengan orang dari budaya yang berbeda dari budaya anda.

4. Ukuran.

Apakah ukuran kelompok mempengaruhi perilaku keseluruhan kelompok itu? Jawaban atas pertanyaan itu adalah “Ya” definitif, tetapi efeknya bergantung pada variabel bergantung mana yang anda perhatikan.

Bukti-bukti misalnya menunjukkan, misalnya, bahwa kelompok kecil lebih cepat menyelesaikan tugas daripada kelompok besar. Tetapi jika kelompok itu bekerja dalam pemecahan masalah, kelompok besar secara konsisten mendapat nilai yang lebih baik daripada kelompok yang kecil.

5. Kekohesifan

Tingkat dimana para anggota kelompoksaling tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tinggal didalam kelompok tersebut.Berbagai penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa hubungan kekohesifan dan produktivitas bergantung pada norma-norma terkait kinerja yang ditetapkan oleh kelompok.

(12)

Hal-hal berikut ini berhubungan dengan proses kelompok saat membuat keputusan tak terprogram, yaitu:

 Penetapan tujuan: kelompok lebih unggul dibandingkan individu sebab kelompok memiliki

pengetahuan lebih banyak dibandingkan individu.

 Identifikasi alternatif: usaha individu sebagai bagian dari anggota kelompok akan merangsang

pencarian lebih luas diberbagai area fungsional di organisasi.

 Evaluasi alternatif: pertimbangan kolektif dari kelompok dengan berbagai sudut pandang lebih

unggul dibanding individu.

 Memilih alternatif: interaksi kelompok dan pencapaian konsensus biasanya menghasilkan

penerimaan resiko lebih besar dibanding individu. Keputusan kelompok juga biasanya lebih dapat diterima sebagai hasil dari partisipasi bersama.

 Implementasi keputusan: dibuat oleh kelompok atau tidak, penyelesaian biasanya dilakukan

oleh seorang saja manajer. Individu bertanggungjawab untuk implementasi keputusan kelompok. Menurut Mansoer (1989:69) ada beberapa kelebihan keputusan kelompok dibandingkan dengan keputusan individual, antara lain:

1. Informasi yang lengkap lebih mungkin diadakan. Dalam kelompok terhimpun banyak

pengalaman dan pandangan daripada seorang.

2. Banyak alternatif yang muncul, karena kelompok mempunyai informasi banyak dalam jumlah

dan ragamnya dan dapat mengidentifikasi lebih banyak kemungkinan. Lebih-lebih lagi kelompok itu terdiri atas berbagai keahlian dan latar belakang pengalaman.

3. Keputusan kelompok lebih berterima. Hal ini disebabkan karena keputusan kelompok lebih

menelaah banyak pandangan dan pendapat, sehingga keputusannya lebih besar kemungkinan mendapat persetujuan lebih dari banyak orang.

4. Meningkatkan kesempatan terlaksananya hak orang banyak. Keputusan kelompok lebih sesuai

dengan hak demokrasi. Mengingat banyak kesempatan oleh manajer untuk mengambil keputusan sendiri, maka mengambil kebijaksanaan untuk memberi kesempatan kepada orang lain yang ahli untuk turut mengambil kebagian dalam pengambilan keputusan, adalah merupakan upaya meningkatkan legistimasi orang lain.

(13)

1. Memakan waktu. Keputusan kelompok diperoleh dari hasil diskusi yang panjang, banyak waktu

dipakai untuk rapat-rapat, sedangkan pengambilan keputusan sendiri oleh manajer bisa diambil dalam waktu singkat, tepat pada saat masalahnya timbul.

2. Dominasi minoritas. Tidak mungkin dalam satu kelompokterwakili semua kepentingan dalam

organissi dan seringkali hanya terdiri atas segelintir orang saja. Kesempatan ini oleh para anggota kelompok sering digunakan untuk memenangkan kepentingan orang-orangtertentu dalam organisasinya yang sengaja atau tidak sengaja diwakilinya. Ada kecenderungan dia mendominasi kepentingan orang terbanyak.

3. Tekanan untuk menyesuaikan. Dalam kelompok ada saja golongan yang mempunyai pengaruh

dan menekan kelompok untuk menyesuaikan diri dengan kehendaknya.

4. Tanggung jawab tersamar. Pada keputusan individual jelas siapa yang bertanggung jawab, tapi

(14)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perilaku kelompok merupakan respon – respon anggota kelompok terhadap struktur sosial kelompok dan norma yang diadopsinya. Jadi ketika sebuah kelompok memasuki dunia organisasi maka karateristik yang dibawanya adalah kemampuan, kepercayaan pribadi, penghargaan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya. Banyak teori yang mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula terbentuknya kelompok. Mulai dari anggapan adanya kedekatan ruang kerja maupun tempat tinggal mereka, sampai kepada alasan-alasan praktis.

Di dalam suatu kelompok yang sebenarnya, para anggota mempertimbangkan diri mereka sendiri dan bergantung satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan umum, dan mereka saling berhubungan satu dengan yang lain secara teratur untuk mengejar tujuannya atas dukungan dalam suatu periode waktu.

3.2 Saran

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Winahyuningsih,Panca. Perilaku Organisasi. 2017

http://anthoposthink02.blogspot.co.id/2014/02/makalah-prilaku-organisasi.html. (22 Maret 2017) https://prezi.com/w7ggvyyvxoqq/pondasi-perilaku-kelompok-dan-kerjasam-tim-kerja/. (22 Maret 2017)

Referensi

Dokumen terkait