• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adipocere Apa yang telah dipahami setela

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Adipocere Apa yang telah dipahami setela"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Adipocere: Apa yang telah dipahami setelah riset

selama dua abad

Douglas H. Ubelaker, Kristina M. Zarenko

Departemen Antropologi, Smithsonian Institution, NMNH, MRC 112, Washington, DC 20560-01

INFO ARTIKEL Riwayat artikel:

Diterima 15 September 2010 Disetujui 25 November 2010

Tersedia secara Online 23 Desember 2010 Kata kunci:

Adipocere, tafonomi, pembentukan, komposisi kimiawi, mummifikasi

ABSTRAK

Tinjauan ilmiah ini menelaah perjalanan riset selama hampir 200 tahun yang berfokus pada berbagai masalah terkait dengan adipocere. Adipocere adalah suatu produk pos mortem yang berbentuk seperti sabun dan mudah hancur, terbentuk dari jaringan lunak dalam berbagai keadaan lingkungan. Ketika terbentuk, adipocere dapat bertahan selama ratusan tahun, bekerja sebagai pengawet. Dalam hal ini, beberapa menyebutnya sebagai proses mummifikasi. Tipe keadaan ini dapat berguna dalam konteks forensik karena dapat mebantu dalam mengawetkan bukti. Minat terus menerus dalam adipocere banyak mendorong menuju berbagai penelitian mengenai komposisi dan kondisi pembentukannya. Penelitian yang lebih mutakhir, dengan bantuan kemajuan teknologi, telah disusun berdasar pengetahuan dari penelitian terdahulu serta pengetahuan mengenai komposisi kimia dari adipocere. Hal ini memberikan informasi baru mengenai deteksi dan dokumentasi senyawa-senyawa penyusun adipocere.

Dipublikasikan oleh Elesevier Ireland Ltd.

(2)

Adipocere merupakan suatu bentuk pembusukan tertahan pada jaringan lunak pos mortem. Sebelumnya disebut sebagai grave wax atau corpse wax. Material awet ini telah tercatat dalam berbagai konteks dan telah lama menjadi fokus penelitian yang menarik. Melalui eksperimentasi, dari banyak analisis dan observasi kasus telah dipelajari hal-hal mengenai morfologi eksternal, komposisi kimiawi, mekanisme pembentukan, dan waktu pembentukan dan degadrasinya. Adipocere merupakan fenomena tafonomik penting karena dapat membantu pengawetan bukti, menguak faktor lingkungan dan konstitusional yang dapat berguna untuk penelitian forensik dan mengkomplikasi evaluasi interval pos mortem.

2. Definisi

Secara klasik, adipocere telah didefinisikan oleh ciri morfologisnya. Wetherhill menjelaskannya sebagai “lemak kuburan”. Stewart dan Forbes et al. menjelaskannya sebagi senyawa empuk berwarna keputihan. Dix menjelaskannya sebagai senyawa tersaponifikasi bila telah keras. Mellen et al menjelaskan konsistensinya yang “seperti lilin abu-abu”. Haglund menjelaskan keadaan adipocere ketika fresh, adipocere dapat tampak sebagai senyawa empuk yang berminyak. Haglund menjelaskan bila semakin lama, dapat berubah menjadi keras yang rapuh. Haglund juga menjelaskan bahwa istilah adipocere dan jaringan tersaponifikasi telah jarang digunakan. Bereuter et al menjelaskannya sebagai “mummifikasi jenis lilin lemak”. Untuk Yan et al. adipocere merupakan produk dekomposisi yang berminyak dan mirip lilin. Vass menjelaskannya sebagai saponifikasi atau pembentukan sabun dari lemak di bawah kondisi pH yang tinggi. Forbes et al. menjelaskannya sebagai “produk dekomposisi pos mortem berwarna putih keabuan yang bervariasi konsistensinya dari rapuh hingga seperti lem”. O’Brien dan Kuehner mejelaskannya sebagai “jarinan adiposa yang tersaponifikasi secara sempurna”. Aufderheide menjelaskannya sebagai “produk rapuh mirip lilin yang menahan reaksi kimia selanjutnya dan sehingga cenderung bekerja sebagai pengawet morfologi kasar jaringan”.

(3)

deteksi dini. Forbes et al. dan Cassar et al. mencatat bahwa keberadaan adipocere ditandai oleh keberadaan asam lemak tertentu. Tkocz et al. merujuk pemeriksaan histologi, pemeriksaa mikroskop scanning electron, pemeriksaan biokimiawi dan sturktur hitologi. Mellen et al. menentukan diagnosisnya dengan fluoresensi putih-ungu di bawah lampu Wood, menentukan titik leburnya dan pemeriksaan asam lemak bebas.

3. Apakah ini suatu proses mumifikasi?

Literatur menyajikan berbagai pembahasan mengenai hubungan adipocere untuk proses umum dari mummifikasi. Pada suatu pembahasan menyeluruh mengenai proses umum mummifikasi terminologi rumit yang terlibat, Auderheide menganggap adipocere mewakili suatu bentuk mummifikasi sebagai akbat dari faktor kimiawi (berlawanan dengan enam mekanisme mummifikasi lain). Evans menekankan hubungan antara mummifikasi dan pembentukan adipocere. Dia melaporkan pembentukan adipocere pada beberapa kasus mummi natural dan buatan. Jaringan non-lemak pada badan adiposerosa dalam keadaan kering dan terdehidrasi, dan dengan cara ini, akan sebanding dengna jaringan berjenis sama yang dibentuk pada mummifikasi. Walaupun Evans tak secara spesifik menjelaskan pembentukan adipocere sebagai suatu proses mummifikasi, dia telah menjelaskan “perbedaan antara mummifikasi dan pembentukan adipocere dapat tak sesederhana dari pada masa lalu”. Sebaliknya, Makristhathis et al. melempar suatu perbedaan antara pembentukan adipocere dan mummifikasi.

Walau demikian, semua telah mengenal adipocere diklasifikasikan seperti pengawetan tak biasa untuk sisa-sisa tubuh pada tanah liat dan mummifikasi melalui desikasi, menunjukkan suatu anomali pada proses dekomposisi normal. Walaupun banyak faktor yang dapat menekan proses dekomposisi, pembentukan adipocere diprediksi dapat berakibat pada pengawetan yang tidak biasa. Karena pengawetan ini, adipocere dapat memperumit estimasi interval pos mortem.

(4)

Menurut den Dooren de Jong, sejak 1789, Fourcroy menjelaskan adipocere dan mengistilahkannya dari istilah Latin adeps (lemak) dan cere (lilin/malam). Kerja Fourcroy berfokus pada sisa manusia yang didapat dari kuburan di Paris. Dia mencatat bahwa pada penguburan tubuh selama 3 hingga 5 tahun, beberapa otot tetap awet dalam pembentukan adipocere sedangkan pada tubuh yang terkubur dalam watku lebih lama, sisa otot tak lagi dapat dikenali. Fourcroy juga mencatat bahwa adipocere terkonsentrasi pada bagian tubuh dengan deposit lemak utama dan seiring berjalannya waktu, adipocere yang lunak dan basah akan menjadi kering dan rapuh. Dia juga mencatat informasi terkait dari penggali kuburan bahwa umumnya adipocere terdapat pada tubuh yang dikubur selama tiga tahun. Fourcroy melakukan eksperimen yang menunjukkan bahwa adipocere berbentuk seperti sabun akibat reaksi lemak dengan ammonia.

Pada 1860, Wetherill memberikan suatu tinjauan penting mengenai adipocere dan sebuah laporan dari penelitiannya sendiri mengenai formasi. Dia mencatat dari beberapa kuburan di Philadelphia, sisa jasad dengan adipocere ditemukan tepat di sebelah sisa jasad yang cuma tinggal tulang. Dia menganalisis adipocere yang didapat dari dua manusia, satu kambing dan satu sapi, lalu mencatat cirinya sebagai “sebagian besar asam lemak solid, sedikit asam oleat dan senyawa batu bara”. Secara khusus dia mencatat adanya asam palmitat.

Wetherill bereksperimen dengan jantung hewan yang dikubur di pasir pada 8 Desember 1853 dan tetap lembab. Pada enam bulan, deposit lemak berubah menjadi seperti adipocere. Pada satu tahun, adipocere secara ekstensif telah terbentuk. Riset ini dan yang dijelaskan di atas menunjukkan bahwa lemak asli pada tubuh akan berkomposisi atau kehilangan gliserin dan sebagian besar asam oleat akan dikonversi menjadi adipocere. Faktor kunci dari proses ini adalah banyaknya lemak dan kelembaban.

(5)

palmitin, dan zat lain. Kesimpulan mereka pada 1917 “adipocere adalah residu yang sebelumnya adalah lemak hewan. . .terdiri hampir keseluruhannya dari asam lemak jenuh tak larut (insoluble saturated fatty acid) yang tersisa setelah hidrolisis perlahan dari lemak pada tanah basah. . .asam hidroksi stearat tak larut yang juga merupakan sifat dari adipocere mungkin diturunkan dari bagian asam oleat pada lemak asli dengan hidrasi.

Anlisis kimiawi pada adipocere berkembang pesat pada tahun 1922 ketika Goy melakuan riset di Jerman. Dia juga mencatat penurunan asam oleat dan mencatat peningkatan asam lemak bebas. Pada follow up untuk laporan dari Jerman ini, Krauland mencatat pembentukan adipocere pada sisa makhluk di tanah, mendeskripbiskan deposit batu tulis yang membuat kelembaban yang terakumulasi menjadi faktor penting. Krauland menjelaskan adanya tubuh wanita hamil yang terawetkan dengan pembentukan adipocere di mana di dalamnya terdapat janin yang juga dengan pembentukan adipocere.

Bekerja di London, Mant dan Furbank mencatat bahwa lemak di seluruh tubuh berpotensi mengalami hidrolisa dan hidrogenasi. Mereka juga membuat observasi kunci bahwa tubuh itu sendiri mengandung jumlah air yang mencukupi untuk memungkinkan pembentukan adipocere. Mereka mengjukn lingkungan lembab akan lebih kondusif untuk pembentukan adipocere dibandingkan dengan sangat kering atau pada keadaan tenggelam di air. Mereka mencatat bahwa tubuh dengan pakaian akan lebih cepat dan lebih sempurna dalam pembentukan adipocere. Mereka menemukan kondisi anaerobik dapat mendukung tapi tidak esensial. Mant dan Furbank juga mencatat bahwa “karena banyaknya derajat hidrolisis dan hidrogenasi, keberadaan adipocere tak terlalu jelas dengan mata telanjang pada awal tahap pembentukannya dan keberadaannya bisa dipastikan dengan analisis tambahan”. Observasi ini memberi panggung untuk definisi kimia untuk keberadaan adipocere di masa datang. Saran mereka untuk mengadakan riset biokimia yang sangat spesifik juga merupakan suatu hal baru.

(6)

pengangkatan jasad dilakukan setelah interval pos morterm 10 tahun, lebih dari setengah jasad dalam keadaan tidak terdekomposisi sepenuhnya. Analisis panjang dan rumitnya menghasilkan bahwa “pembentukan adipocere adalah proses yang terjadi di bawah kondisi anaerobik di mana lemak manusia diubah menjadi asam lemak jenuh kompleks melalui berbagai varietas spesies bakteri di dalam dan di atas jasad yang mengalami dekomposisi.

Pada 1963, Evans memberikan sintesis tan tambahan formasi lain pada masanya mengenai pentingnya hal ini. Dari 109 pengangkatan jasad yang dilakukan pada tubuh yang dikubur antara 100 dan 200 tahun dalam lingkungan kotak besi kering, 50% memberikan gambaran pembentukan adipocere. Seperti halnya Fourcroy sebelumnya, Evans mencatat adanya pengawetan otot selain pembentukan adipocere. Adipocere lebih sering dijumpai pada wanita (62.2%) dari pada pria (45.4%). Tak ada korelasi kuat antara usia kematian atau jumlah hari setelah dikubur.

Setelah kerja Evans, banyak literatur telah disusun terkait riset adipocere, termasuk tinjauan penting oleh Takatori, Fiedler dan Graw, serta Aufderheide. Pengetahuan juga dipercepat oleh berbagai laporan kasus dan riset, khususnya dalam hal komposisi kimiawinya.

5. Analisis Kimiawi

(7)

Pada tahun 1983, Takatori et al. mengidentifikasi 10-hydroxy-12-octadecenoic acid pada adipocere. Pekerjaan eksperimental telah dilakukan dalam hal spesifitas substrat terkait produksi mikrobial dari asam lemak hidroksi dan okso serta faktor hidrasi dan dehidrasinya.

Pada tahun 1992, Evershed menyajikan komposisi kimiawi dari adipocere manusia yang didapatkan dari tanah berlumpur. Penelitian ini mencatat bahwa adipocere yang terbentuk dalam konteks ini adalah serupa dengan adipocere dari lingkungan lain. Juga pada 1992, Vass et al. mempublikasikan penelitiannya mengenai bagaimana asam lemak volatile pada tanah dapat digunakan untuk memperkirakan interval pos mortem. Analisis kimiawi untuk tanah di bawah tujuh kadaver menunjukkan bahwa asam propionat, butirat, dan valerat berguna untuk memperkirakan waktu sejak kematian. Asam-asam tersebut berbeda dari yang ditemukan pada adipocere. Catat juga penelitian yang lebih mutakhir oleh Vass dan kolega mengenai topik ini, yang menyatakan bagaimana pembentukan adipocere mengkomplikasi estimasi interval pos mortem.

Adachi et al. membandingkan komposisi adipocere dengan kontrol lemak subkutan fresh yang mencatat dua asam lemak hidroksi yang beda dari adipocere. Mereka mencatat keberadaan epicoprostatinol pada adipocere (coprostonal adalah metabolit utama dari kolesterol yang dihasilkan usus dengan bantuan mikroflora bakteri). Mereka lebih lanjut mencatat bahwa rasio epicoprostanol banding kolesterol meningkat seiring waktu sejak kematian dan mungkin berguna dalam memperkirakan interval pos mortem pada kasus adipocere.

Pada tahun 2000, Stuart et al. berargumentasi bahwa spektroskopi inframerah reflektansi difus dapat berguna untuk mengenali jenis asam lemak yang ada pada adipocere. Pada tahun 2001, Takatori memberikan suatu tinjauan artikel yang merangkum riset hingga tahun itu yang menyoroti titik lebur dari asam lemak kunci dan peran dari faktor konversi mikrobial.

(8)

dapat berguna dalam penelitian. Pada penelitian yang dilakukan oleh Black Forest Jerman, Fiedler et al. membandingkan tanah kuburan dengan adipocere yng didapata dari area non kuburan. Tanah adipocere mengandung pH yang lebih rendah, kalsium lebih rendah, dan fosfat, karbon organik dan kadaverin yang lebih tinggi, serta aktivitas bakterial yang lebih rendah. Fiedler et al. mengajukan bahwa kalsium berikatan dengan adipocere dan bahwa fosfat telah bermigrasi dari tubuh ke tanah. Algarra et al dan Cassar et al. juga membahas metodologi untuk mengidentifikasi asam lemak pada tanah.

Forbes et al. melakukan penelitian kimiawi pembentukan adipocere pada kadaver bagi di Australia Barat. Mereka menggunakan GC/MS serta Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) untuk mendeteksi asam lemak jenuh myristic, palmitic, stearic, dan 10-hydroxy stearic acid dan asam lemak tak jenuh palmitoleic, oleic, dan lanoleic. Penelitian ini memberikan informasi kunci untuk transformasi jaringan adiposa pada babi menjadi adipocere. Pembentukan adipocere lebih maju pada babi daripada tanah sekitarnya. Yan et al., Gill-King, dan Takatori juga menemukan komposisi adipocere adalah asam lemak hidroksi dan garam dari asam lemak serta campuran berbagai asam lemak, terutama asam palmitic dan stearic.

(9)

Pada penelitian kimia termutakhir mengenai pembentukan adipocere dalam lingkungan air yang dingin, Forbes et al. melakukan spektroskopi inframerah (spektroskopi reflektansi difus). Menggunakan sisa tubuh babi di Danau Ontario, Kanada yang dicelupkan pada kedalaman antara 10 hingga 30 kaki, mereka mencatat penurunan trigliserida dan peningkatan asam lemak jenuh dan tak jenuh, garam asam lemak dan asam lemak hidroksi. Mereka menemukan bahwa walaupun kedalaman bukanlah faktor, pembentukan adipocere akan hilang pada suhu yang lebih dingin.

6. Waktu pembentukan adipocere

Melalui penelitian dan pengalaman kasus, banyak yang telah dipelajari mengenai konteks pembentukan adipocere. Walaupun umumnya dianggap sebagai produk lingkungan lembab, adipocere dapat terbentuk dalam berbagai lingkungan termasuk yang kering, dan pencelupan air bahkan pada air laut yang dingin. Sisa tubuh dalam berbagai usia, laki perempuan dan dalam keadaan dibalsam atau tidak, walaupun sebagian besar terjadi pada tubuh dengan lemak tinggi dan berbagai lokasi tubuh dengan kandungan lemak yang tinggi. Kelembaban tampaknya penting dalam faktor pembentukan, tapi sumber dapat dari lingkungan atau dari tubuh itu sendiri.

(10)

memadai. Sebaliknya, suhu dingin, asam dan kondisi aerobik dapat menghambat pembentukannya. Keberadaan bakteria pos mortem, terutama Clostridium, akan mendorong pembentukan adipocere. Dalam lingkungan tanah, pembentukan adipocere dan deteksinya dipengaruhi oleh karakteristik tanah, lingkungan penguburan, pH tanah, suhu, kelembaban, dan kandungan oksigen. Pembentukan adipocere tampak berkembang lebih lambat pada tanah daripada langsung pada jasad dan merefleksikan banyak faktor selain interval pos mortem.

Seperti yang dituliskan di atas, pembentukan adipocere sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Stewart menekankan bahwa pembentukan dapat dimulai hanya beberapa hari setelah kematian tapi menjadi jelas secara morfologis setelah sekitar tiga bulan. Pada pembahasan umum lain mengenai adipocere, Fisher mencatat bahwa mungkin dapat terbentuk dalam minimal tiga bulan tapi konversi ekstensif perlu lima atau enam bulan.

Dalam eksperimen dengan kadaver babi, Yan et al. mencatat permulaan pembentukan hanya dalam beberapa jam. Pembentukan lebih lanjut memelrukan beberapa minggu. Pada penelitian eksperimental terkait menggunakan jaringan adiposa manusia, Mellen et al. menemukan pembentukan antara dua dan tiga bulan pada air keran hangat tapi lebih lama pada air dingin. Eksperimen air dingin di Danau Ontario, Kanada oleh Forbes et al. menunjukkan pembentukan awal setelah sekitar 1 bulan.

Pada penelitian eksperimental kadaver manusia di Tennessee, Vass et al. mencatat adipocere mulai muncul pada hari 38 dengan jasad ditempatkan pada musim semi dan pertama kali mendeteksi adipocere pada hari 91 pada musim dingin/semi. Bekerja pada fasilitas yang sama, Rodriguez dan Bass melaporkan sedikit pembentukan adipocere pada individu yang dikubur dalam kedalaman satu kaki setelah 2.5 bulan, adipocere moderat dalam enam bulan pada kedalaman dua kaki, dan adipocere yang ekstensif setelah satu tahun pada kedalaman empat kaki.

(11)

tawar Missouri, sedikit pembentukan adipocere dideteksi pada kadaver yang hilang selama empat bulan dan pembentukan sedikit hingga moderat pada individu yang hilang selama enam bulan.

7. Keberadaan

Untuk bertahun-tahun, pembahasan umum mengenai adipocere telah mencatat keawetan menakjubkan ketika adipocere telah terbentuk secara penuh. Frund dan Schoen mencatat pembentukan adipocere pada kadaver Jerman setelah 35 tahun. Manhein melaporkan preservasi adipocere 122 tahun setelah kematian pada penelitian kuburan peti mati di Louisiana. Adipocere bertahan pada lingkungan dingin ditemukan pada gleiser yang meleleh di Barat Laut Columbia, Kanada tertanggal antara 150 hingga 330 tahun lalu. Di Denmark, adipocere ditemukan pada tengkorak dengan perkiraan usia 440 hingga 740 tahun. Adipocere ditemukan pada sisa anak dari era Romawi akhir sekitar 1600 tahun lalu di Mainz Jerman.

Mungkin catatan adipocere tertua dipegang oleh Manusia Es Tyrolean. Sisa orang Neolitik akhir ini didapati pada tahun 1991 dari Pegunungan Alpen Tyrolean dengan tanggal sekitar 3350 dan 3100 SM. Analisis kimiawi menunjukkan beberapa paparan air dan mungkin pembentukan adipocere di kulit sisi dalam terkait dengan bentuk pengawetan yang lain.

8. Faktor Degradasi

(12)

9. Pengawetan bukti

Karena adipocere merupakan pengawetan jaringan lunak yang tak biasa, adipocere dapat berkontribusi pada retensi bukti terkait jaringan itu. Ekstrimnya, adipocere lanjut dapat mempertahankan tubuh dengan bukti morfologi eskternal yang dapat berkontribusi untuk pengenalan dan identifikasi personal. Pengawetan jaringan lunak seperti ini juga dapat mengamankan bukti cedera atau menghilangkan bukti dan ini dapat berkontribusi pada interpretasi keanehan kematian.

Seperti yang dicatat oleh Stewart, pembentukan adipocere dapat melindungi bukti untuk kemungkinan strangulasi yang kuat pada area leher wanita muda. Hyoid yang fraktur yang ditemukan pada adipocere menunjukkan bahwa telah terjadi strangulasi. Sydney Smith melaporkan dua kasus serupa di mana fraktur hyoid ditemukan pada jasad dengan pembentukan adipocere. Pada kedua kasus, adipocere ditemukan pada ujung rusak fragmen hyoid menunjukkan fraktur terjadi sebelum pembentukan hyoid.

Pembentukan adipocere juga berakibat pada retensi bukti toksikologik. Inoue et al melaporkan penelitian kasus di Jepang dengan deteksi toluene pada jasad terawetkan oleh adipocere. Pada kasus ini, seorang laki-laki berusia 24 tahun mati dalam mobil yang ditenggelamkan pada sungai sekitar tiga bulan. Pengawetan oleh adipocere membantu otopsi yang mengungkap adanya toluene serta diatom pada paru, hati, ginjal, menunjukkan kematian dengan penenggelaman. Kadar touluene diperkirakan toksik tapi tak mematikan dan mungkin akibat hirupan orang itu pada thinner cat.

10. Ringkasan

(13)

dihadirkan memiliki beberapa kerancuan mengenai bagaimana cara mengklasifikasikan hubungannya dengan bentuk pengawetan lain, pandangan yang umum adalah adipocere adalah bentuk kimiawi dari mummifikasi.

Sejarah penelitian adipocere menguak suatu ketertarikan yang dini dan terus bertahan mengenai komposisi kimiawi dan faktor yang menuntun ke pembentukan adipocere. Penelitian tersebut telah sangat dibantu dengan perkembangan teknologi yang memudahkan dalam deteksi dan dokumentasi senyawa penyusunnya, serta memunculkan desain penelitian inovatif untuk menjelaskan faktor yang memperumit adipocere.

Literatur mengungkap bahwa adipocere dapat terbentuk dari berbagai lingkungan, baik di tanah maupun akuatik. Faktor yang mendorongnya termasuk keberadaan lemak tubuh, kelembaban, pH sedikit basa, suhu hangat, kondisi anaerobik, dan keberadaan bakteria yang tepat. Tahap awal dari adipocere dapat muncul segera setelah kematian tapi pembentukan lanjut yang lebih kasat mata memerlukan beberapa minggu. Ketika telah terbentuk, adipocere dapat bertahan hingga bertahun-tahun dan telah terdeteksi pada manusia es yang telah mati selama 5000 tahun dari Pegunungan Alpen Tyrolean. Riset menunjukkan bahwa kondisi aerobik dan keberadaan bakteria gram positif adalah sesuatu yang kondusif untuk degradasi dari adipocere yang telah terbentuk secara penuh tapi bila proses ini di bawah kondisi ideal, memerlukan bulanan hingga tahunan. Walaupun adipocere telah dianggap mengganggu bagi beberapa orang yang lebih tertarik pada dekomposis yang lebih cepat, adipocere juga telah menghasilkan pengawetan jangka panjang untuk karakteristik morfologis orang dan bukt untuk sebab dan cara kematian. Keberadaannya telah mempersulit usaha untuk memperkirakan waktu kematian.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

JNE menyadari bahwa citra merek (brand image) dapat menurun apabila perusahaan tidak dapat menjaga citra merek tersebut. Salah satunya yaitu dengan memperhatikan faktor-faktor

Dari semua Penggambaran karakter wanita yang ada dalam novel yang memperjelas karakter atau perwatakan tokoh dibedakan menjadi empat bagian, yaitu melalui penampilan fisik,

Program pengolah data nuklir NJOY, berguna dalam me- nyelesaikan persoalan pengolahan data nuklir dalam format ENDF (Evaluated Nuclear Data File) yang akan digunakan

Seperti juga bentuk-bentuk sastra lainnya, sebuah cerita drama pun harus bergerak dari satu permulaan ( beginning ) melalui suatu pertengahan ( middle ) menuju

Gambar 4.17.Perbandingan Karakteristik Akustik Hasil Simulasi dan Hasil Pengukuran Tabung Kecil(500 – 8000Hz) Bahan Gabungan AB 4825 dan AB 4850.Koefisien Serapan,

Meskipun kami memiliki outlook yang positif terhadap bisnis perseroan untuk jangka panjang, tetapi kami memberikan rekomendasi Netral dengan pertimbangan harga saham Blue Bird

Hal tersebut dapat disebabkan dengan fungsi mulsa yang mampu mempertahankan kelembaban dan suhu tanah yang optimum untuk pertumbuhan tanaman terlihat pada hasil