• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. Sejarah dan Gambaran Umum Jemaat Maranatha Soe 3.1.1. Sejarah jemaat Maranatha Soe - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Devosi Kelompok Persekutuan Doa: Kajian Sosio-Teologis terhadap Devosi Kelompok Persekutuan Doa di Jema

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "3.1. Sejarah dan Gambaran Umum Jemaat Maranatha Soe 3.1.1. Sejarah jemaat Maranatha Soe - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Devosi Kelompok Persekutuan Doa: Kajian Sosio-Teologis terhadap Devosi Kelompok Persekutuan Doa di Jema"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

DEVOSI DALAM PERSEKUTUAN DOA DI JEMAAT GMIT MARANATHA SOE

Dalam bab ini, penulis memaparkan atau menyajikan hasil penelitian terkait dengan

topik yang sedang kaji. Dalam bab ini, data yang dipaparkan oleh penulis dibuat secara

tematik guna memudahkan pembaca untuk melihat setiap observasi atau wawancara yang

penulis lakukan. Berdasarkan latar belakang tempat penelitian, maka penulis akan memaparkan

secara umum gambaran lokasi penelitian dan kelompok-kelompok persekutuan doa yang ada di

jemaat GMIT Maranatha Soe.

3.1.Sejarah dan Gambaran Umum Jemaat Maranatha Soe

3.1.1. Sejarah jemaat Maranatha Soe

Di daerah Timor Tengah Selatan, Gereja mula-mula didirikan di daerah Kapan yang terletak

di sebelah timur kota Soe. Pendeta Ds. Gierding merupakan pendeta pertama yang melayani di

daerah Timor Tengah Selatan tahun 1916. Ds Gierding kemudian digantikan oleh Krayer Van

Alst pada tahun 1916. Pada tahun 1922, Krayer Van Alst digantikan oleh Ds. P. Middelkoop

yang paling lama bekerja di daerah Timor Tengah Selatan. Beliau banyak mempelajarai bahasa

dan adat istiadat Timor. Beliaulah yang menerjemahkan Injil ke dalam bahasa Timor dan juga

nyanyian rohani.1 Jemaat di Soe terbentuk pada tahun 1926 karena adanya penampungan

tentara di sekitar kota Soe. Pada saat itu di soe belum ada perkampungan-perkampungan

orang-orang pribumi Timor. Mereka sangat jarang datang ke gereja karena mereka belum mengerti

bahasa melayu. Mayoritas dari jemaat tersebut adalah orang-orang non-timor. Di Soe terdapat

perkampungan Rote dan Sabu, namun guru pribumi tidak melakukan kunjungan ke

perkampungan Timor. Satu-satunya kampung Timor yang dikunjungi guru adalah Oe Funu.

1

(2)

Yang bekerja di kampung itu adalah utusan injil D. Kia. Tahun 1933 ketika pos militer ditutup dan diganti dengan pos polisi berdampak pada berkurangya orang Kristen di Soe. Orang Timor

yang sudah menjadi Kristen lebih senang untuk bergereja di Oehala yang merupakan cabang

jemaat dari Kapan. Hanya sedikit Jemaat di kota Soe berbahasa melayu yang setia. Jumlah

jemaat yang datang ibadah hari minggu berkisar antara 70-80 orang, tetapi belum ada inisiatif

dari mereka untuk membangun jemaat mandiri.2 Dalam perkembangannya Jemaat Soe menjadi

jemaat GMIT Marantha Soe yang merupakan gereja tertua di kota Soe. Gedung Gereja

Maranatha Soe didirikan mengingat masih terbatasnya tempat-tempat bagi jemaat untuk

beribadah. Gedungnya didirikan pada tahun 1949. Dengan pengawasan dari Pieter Midelkoop

dan pdt. Y. M. E Daniel. Akhirnya gereja ini berhasil dibangun dan Pieter Midelkoop menjadi

pendeta pertama di gereja ini.3

Gereja Maranatha Soe pada tahun 1965

Sumber. Buku “Indonesia Revival Focus On Timor”

Cakupan wilayah pelayanan dari gereja Maranatha ini begitu luas hingga sampai keluar

wilayah kota Soe. Karena hal ini, mulailah diadakan pemekaran gereja demi membantu

pelayanan. Gereja Maranatha menjadi ibu bagi mekarnya berbagai gereja GMIT di kota Soe,

2

Chr. G. F. de Jong, Als Hunner een, brieven Van Piet en Jet Middelkoop West-Timor 1922-942,

(Nederlands, Uitgeverij Boekencentrum Zoetermeer,2006) 292-293

3

(3)

Beberapa gereja itu antaralain GMIT Efata Soe tahun , GMIT Imanuel Soe tahun dll. Secara

berturut-turut gereja ini pernah dipimpin oleh Pdt. P. Midelkoop, Pdt. A. Bolla, Pdt Ngefak, Pdt

Y.M. E Daniel, Pdt Eben Telnoni, Pdt Bire Manu-Taopan, Pdt Nepe Baitanu, Pdt Uly, Pdt

Nudub Liufetto dan Pdt. Arni Neolaka. Peristiwa sejarah yang tidak bisa dilupakan dari gereja

Maranatha Soe ini adalah gerakan kebangunan rohani tahun 1965. Gerakan ini terjadi pada

masa kepemimpinan Pdt. Y. M. E. Daniel.4 Peristiwa ini menjadi titik awal terbentuknya

berbagai kelompok persekutuan di kota Soe.5

3.1.2. letak geografis dan topografi Jemaat Maranatha Soe

Jemaat Maranatha merupakan salah satu dari gereja di Klasis kota Soe yang terletak

persis di jantung kota Soe. Kota Soe merupakan ibu kota dari kabupaten Timor Tengah Selatan

dengan luas wilayah sekitar 28,08Km2 dan jumlah penduduk sebanyak 40.060. Kota Soe

terletak ± 500 mdpl dan memiliki struktur tanah yang bergulung-gulung, di mana lebih banyak

penampangan daratan yang memiliki tingkat kemiringan hingga 40° dengan tekstur

perbukitan.6 Jemaat Maranatha sendiri memiliki batasan wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : GMIT Efata Soe

 Sebelah Selatan : GMIT Sesawi Oekamusa

 Sebelah Barat : GMIT Tebes Kobelete

 Sebelah Timur : GMIT Imanuel Kesetnana

3.1.3. Iklim dan penduduk

Udara yang sejuk adalah salah satu ciri khas dari kota Soe, sehingga kota ini sering dijuluki

sebagai kota dingin. Rentang waktu yang lebih pendek dalam musim penghujan sekitar 4 bulan

4

wawancara dengan ibu Orpa Uy (80 tahun), tanggal 5 September 2017

5

wawancara dengan ibu Orpa Uy (80 tahun), tanggal 5 September 2017

6

(4)

(Desember-April) adalah akibat nyata dari elemen-elemen yang mempengaruhi iklim di

wilayah Timor Tengah Selatan. Bulan Desember-Maret adalah rentang waktu efektif yang

dikatakan sebagai musim penghujan sedangkan bulan April-November dapat dikatakan sebagai

musim kemarau karena tidak adanya curah hujan.7 Masyarakat jemaat di GMIT Maranatha Soe

terdiri dari berbagai latarbelakang suku, hal ini dikarenakan lokasi dari gereja Maranatha Soe

yang terletak persis di jantung kota Soe. Suku yang paling mendominasi adalah suku Timor

Diakses dari http://ttskab.go.id/kondisi-umum/komposisi-penduduk/ tanggal 31 Agustus 2017

8

wawancara dengan Pdt Nudub Liufetto, tanggal 19 Agustus 2017.

(5)

Sumber : data Statistik Jemaat Maranatha Soe 2017

3.1.3. keadaan sosial

Secara sosial budaya, bahasa yang dipergunakan sehari-hari adalah bahasa Uab Meto

atau bahasa dawan yang merupakan bahasa asli suku timor. Bahasa ini juga sering dipakai

dalam tata ibadah jemaat Maranatha, bahkan ada permintaan khusus dari masyarakat setempat

agar pendeta yang ditempakan di jemaat tersebut setidaknya harus bisa berbahasa dawan.9

Tradisi mengunyah sirih pinang atau yang biasa disebut oko mama adalah sebuah tradisi yang

masih melekat dalam kehidupan masyarakat di kota Soe dan juga secara khusus di jemaat

Maranatha Soe. Tradisi oko mama merupakan sebuah tradisi yang tidak bisa dipisahkan dalam

kehidupan masyarakat sekitar. Bagi masyarakat di Timor kegiatan mengunyah sirih pinang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari berbagai upacara adat dan juga tradisi ini

9

wawancara dengan ibu Orpa Uy, tanggal 5 September 2017

(6)

digunakan oleh kalangan suku Timor sebagai wadah untuk menyampaikan sesuatu hal kepada

orang lain.10

3.1.4 pekerjaan dan pendidikan

Berikut adalah data statistik rata-rata pekerjaan masyarakat di Jemaat Maranatha Soe

Tabel.2

Data statistik pekerjaan Jemaat GMIT Maranatha Soe tahun 2017

10

(7)

Sumber : data Statistik Jemaat Maranatha Soe 2017

Sebanyak 75% pekerjaan dari jemaat Maranatha Soe merupakan petani. Sedangkan

24% merupakan pegawai negeri sipil. 1% lainnya merupakan wiraswasta. Meskipun terletak di

tengah-tengah kota Soe, namun dari data di atas maka rata-rata mata pencaharian utama dari

jemaat Maranatha soe merupakan petani dan sisa lainnya merupakan pegawai negeri sipil dan

wiraswasta. Tabel berikut adalah data tingkat pendidikan di jemaat Maranatha Soe.

Tabel.3

Data statistik pendidikan Jemaat GMIT Maranatha Soe tahun 2017

(8)

Sumber : data Statistik Jemaat Maranatha Soe 2017

Berdasarkan data statistik di atas, tingkat pendidikan dari masyarakat di Jemaat

Maranatha Soe masih begitu rendah. 53% merupakan tamatan SD, 22% merupakan tamatan

SMP, 19% masyarakat yang menyelesaikan pendidikan SMA dan 6% masyarakat merupakan

(9)

3.2. Sejarah kemunculan dan Perkembangan Persekutuan doa di jemaat GMIT

Maranatha Soe

Pada tahun 1965-1969 terjadi sebuah gerakan kebangunan rohani di kota Soe, Nusa

Tenggara Timur. Gerakan kebangunan roh di Soe mempunyai hubungan yang erat dengan

Persekutuan pelayanan injili Indonesia di Batu Malang (YPPII). Gerakan-gerakan penginjilan

yang terjadi disebabkan oleh adanya dorongan dan bimbingan dari tokoh-tokoh YPPII,

khususnya P. Oktovianus dan D. Scheneumann yang merupakan rektor Institut Injili

Indonesia.11 Pada bulan Agustus 1965, D. Scheneumann bersama dengan para mahasiswanya

dari Institut Injili Indonesia datang untuk menginjil di kota Kupang dan kota Soe. Kedatangan

tim tersebut mendapat sambutan baik dari pihak jemaat. Akan tetapi sebelum tim itu datang ,

sebenarnya seorang anggota jemaat dari Soe yang telah mengikuti aktivitas mereka di Kupang

pada bulan Juli 1965. Anggota jemaat itu adalah Heni Tunliu yang merupakan seorang guru.

Pelayanan yang diterimanya dari tim ini di Kupang cukup menarik perhatiannya sehingga di

Soe ia menerima pelayanan lanjutan. Karena itu setelah tim ini meninggalkan Soe pada akhir

bulan Agustus 1965, ia sendiri melanjutkan pelayanan yang serupa kepada anggota-anggota

jemaat setempat, terutama kepada para pemuda dan siswa-siswi asuhannya. Dalam waktu yang

tidak terlalu lama, aktivitas ini meningkat menjadi kesaksian-kesaksian yang bernuansa

kebangunan rohani.Gerakan yang telah dimulai ini berkembang dalam waktu yang sangat

singkat.

Pada tanggal 26 September 1965, masyarakat kota Soe digemparkan oleh kehadiran Nahor

Leo. Nahor Leo merupakan anak didik dari Heni Tunliu yang sudah berangkat ke Malang.

11

(10)

Pada tanggal 26 September jam 2 siang, Nahor Leo lari berteriak keliling ke rumah-rumah supaya semua orang muda-mudi kumpul di gereja jam 4 sore. Setelah semua berkumpul dia suruh kami untuk bakar semua jimat-jimat yang masih dipegang. Selain itu para pemuda-pemudi dituntut untuk mengakui segala dosa mereka entah itu marah benci dendam,perkelahian harus diselesaikan hari itu juga di hadapan Tuhan. Kondisi saat itu banyak orang yang menangis sampai histeris dan terjatuh ke lantai. Keesokan harinya tanggal 27 Nahor Leo suruh kami untuk berkumpul lagi dan membakar semua buku-buku lagu pop. Tanggal 28 September kami semua berkumpul lagi di gereja dan Nahor leo mengatakan untuk membentuk sebuah tim penginjilan yang terdiri dari 13 orang. Kelompok ini didoakan oleh Pdt. Y. M. E Daniel dan Pdt.

B. Manuain untuk berangkat ke kapan dan memberikan kesaksian.12

Pada akhir September 1965, mulai muncul tim-tim pemberita Injil dari berbagai jemaat.

Oleh karena pertumbuhan yang begitu cepat dan melibatkan begitu banyak orang, aktivitas

pelayanan seperti kesaksian-kesaksian jemaat di Soe begitu padat terutama sejak akhir

September 1965 hingga tahun 1966. Ibadah-ibadah hari Minggu bisa diisi dengan

kesaksian-kesaksian tentang berbagai penglihatan, pengalaman penyembuhan dari berbagai

penyakit.13Demi mengabarkan Injil, banyak orang-orang muda meninggalkan sekolah mereka

dan juga para pegawai negeri yang meninggalkan pekerjaan mereka. Mereka pergi

mengabarkan sampai ke Sumba, Flores bahkan sampai ke pulau Jawa, Sumatra dan papua.14

Salah satu foto team penginjilan

Sumber. Buku “Indonesia Revival Focus On Timor”

12

wawancara dengan ibu Orpa Uy, tanggal 5 September 2017

13

J. A. Telnoni, GMIT Menghadapi Kelompok Doa, (Kupang, Jurnal Intim, No 4 2003) : 2

14

(11)

Gerakan ini berbentuk kelompok-kelompok kecil orang Kristen yang tinggal bersama dan

berkumpul bersama yang mengalami dan bersaksi tentang Tuhan. Salah satu ciri khas lain dari

kelompok ini adalah pembentukan kelompok-kelompok kecil yang pergi memberitakan injil di

desa-desa. Selain memberitakan injil, kelompok-kelompok ini dikatakan juga mengadakan

berbagai mujisat-mujisat.15 Mujisat-mujisat yang terjadi diantaranya adalah makanan diberikan

secara ajaib, melalui doa mereka merubah air menjadi anggur dan orang mati dibangkitkan.

Selain itu dilaporkan juga bahwa terjadi mujisat-mujisat yang mengiringi perjalanan kelompok

penginjilan tersebut seperti pakaian yang tetatp bersih, burung-burung bernyanyi lagu

penyembahan, berjalan di atas air dan batu-batu yang terbakar.16 Berbagai mujisat ini dikatakan

oleh orang-orang yang pergi untuk menginjil.

Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh tim penginjilan ini didasarkan pada penglihatan

dan juga mimpi yang membuat mereka merasa dipanggil oleh Roh Kudus. Melalui penglihatan

dan mimpi ini, tim penginjilan mendapatkan pesan. Pesan itu berupa lagu-lagu, ayat-ayat

alkitab,cerita-cerita, dan juga pesan ke mana mereka harus pergi menginjil dan apa yang harus

mereka lakukan.17 Sasaran penginjilan mereka adalah orang-orang yang beragama lain,

membawa orang dalam pertobatan, menyembuhkan orang sakit, mengusir setan dll.18 Salah satu

laporan yang disampaikan oleh tim penginjilan bernomor 36 bahwa orang-orang yang bertobat

dan mengikuti Kristus sebanyak 29, 457. Orang-orang yang mendapat kesembuhan dari

penyakit sebanyak 6, 210, orang-orang yang menyerahkan jimat-jimat mereka sebanyak 12,

725, kepala keluarga yang bergabung dengan gereja protestan sebanyak 387, orang-orang yang

15

. Cooley, Benih yangI, …..196 16

George W. Peters, Indonesia Revival Focus On Timor, (Michigan: The Zondervan Corporation Grand Rapids, 1973) 32-33

17 Peters, Indonesia Revival … 26 18

Th. Van den end & J. Weitjens S. J, Ragi Carita (Jakarta: Lembaga Penelitian dan Studi DGI, 1976),

(12)

bergabung dengan gereja protestan sebanyak 3, 435 dan mereka yang menerima roh dan

penglihatan sebanyak 383. Tim no 36 ini dipimpin oleh Frans Selan dan Mel Tari.Laporan ini

merupakan sebuah berita yang begitu spektakuler namun laporan di atas masih merupakan

sebuah indikator oleh karena belum ada penjelasan yang secara pasti mengenai jumlah

orang-orang yang bertobat.19

Pertambahan angota di dalam gereja GMIT betul-betul terjadi. Tetapi perlu dicatat juga

bahwa pertumbuhan yang terjadi tidak terlepas dari munculnya gerakan 30 spetember 1965.

Pelayanan dari pihak gereja dan kalangan gerakan ini juga adalah satu nilai tersendiri. Dengan

pelayanan yang baik kepada orang-orang yang terlibat atau terintimidasi secara tidak langsung

dalam gerakan 30 September banyak orang menyatakan diri menjadi pengikut Kristus dan

sekaligus anggota GMIT.20Sebagaimana penuturan dari seorang saksi dan juga salah satu

anggota dari tim pengnjilan:

Dulu sebelum gerakan kebangunan rohani terjadi, tantangan utama kami ada di ini orang-orang PKI. Biasa kalau kami ikut gereja, mereka berteriak dari luar bilang pergi “cari kalian punya Tuhan karna di itu tidak ada. Percuma saja kalian cari”kami rasa kalau orang-orang tidak lagi mempunyai moral. Kami bersyukur dengan adanya gerakan kebangunan rohani, kami bisa jalan untuk menginjil merak masuk kembali

dalam agama Kristen21

Selain karena adanya gerakan 30 September pada waktu itu. Pada masa itu juga, Timor

dilanda kekeringan yang menyebabkan bahan makanan menjadi langka.22 Keadaan sosial

politik dan ekonomi pada saat itu juga turut menyumbang keaktifan dari gerakan kebangunan

roh tersebut. Sebelum gerakan kebangunan rohani tahun 1965 terjadi, terdapat juga gerakan

kebangunan rohani yang sama di pulau timor seperti gerakan kebangunan rohani di desa

Nunukolo, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Gerakan ini di pimpin oleh Yuliana Mnao dan

19 Peters, Indonesia Revival … 33 20JTelnoni, GMIT Menghadapi … 2 21

Wancara dengan Ibu Taroci Tunliu, tanggal 1 September 2017

(13)

suaminya Simon Mnao.23 Selanjutnya, ada juga gerakan kebangunan rohani tahun 1964 yang

dibawa oleh J. A. Ratuwalu yang merupakan seorang guru sekolah Kristen di pulau Rote, NTT.

24

Diantara gerakan kebangunan rohani ini, gerakan kebangunan rohani tahun 1965 merupakan

gerakan kebangunan rohani yang paling besar. Gerakan ini begitu aktif sekitar tahun

1965-1969, namun pengaruh dari terbentuknya gerakan ini masih bisa dirasakan sampai sekarang

yaitu terdapatnya kelompok-kelompok persekutuan doa.

Kelompok-kelompok persekutuan yang berada di kota Soe sekarang ini merupakan bagian dari dampak gerakan kebangunan rohani tahun 1965. Setelah orang-orang ini mendapatkan penginjilan maka ada rasa terpanggil dari dalam hati mereka untuk melayani. Kelompok Perskutuan doa terbentuk bukan seperti kelompok-kelompok politik yang saling ajak satu dengan lain. Tetapi bermula dari proses di mana Tuhan memanggil sesorang dan diproses. Mereka berkumpul juga karena Roh Kudus yang

menggerakan 25

Kelompok persekutuan doa adalah orang-orang yang berkumpul bersama untuk berdoa,

membaca Alkitab serta memberikan pemahaman Alkitab dibawah pimpinan seorang senior.

Kegiatan ini adalah kegiatan biasa namun mendasar dalam kehidupan gereja.

Kelompok-kelompok persekutuan doa biasanya dipimpin oleh seseorang yang secara organisatoris bukan

seorang majelis jemaat dan penatua. Hal inilah yang membedakan ibadah rumah rumah tangga

dan ibadah persekutuan doa.26 Adapun beberapa ciri-ciri kelompok persekutuan doa antara

lain:27

1. Para pemimpin persekutuan doa biasanya mengklaim diri mereka sebagai orang-orang

yang mendapatkan karunia khusus dari roh kudus.

23

P. Middelkoop, Atoni Pah Meto,Pertemuan Injil dan Kebudayaan di Kalangan Suku Timor Asli,

(Jakarta: BPK Gunung Mulia,1982) , 186

24Middelkoop, Atoni Pah Meto… 219 25

wawancara dengan bapak Daniel Selan (ketua UPP Persekutuan Doa Klasis Kota Soe dan Pembina yayasan utus Soe, tanggal 5 September 2017

26

EbenHaizer I. Nuban Timo, Aku Memahami yang Aku Imani, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2013)148

(14)

2. Kelompok-kelompok doa ini selalu menerapkan disiplin yang ketat dalam berpuasa dan

berdoa. Bagi mereka, upaya ini dilakukan agar mereka mendapatkan karunia

pengurapan roh

3. Di dalam persekutuan doa, jemaat yang hadir biasanya berasal dari denominasi yang

berbeda. Persekutuan doa bisa menjadi sebuah unit ekumenis yang kecil. Ada

pandangan dalam kelompok ini bahwa jika Roh bekerja maka tidak ada lagi

batas-batasan daalm gereja dan denominasi tertentu tidak berlaku.

4. Ibadah-ibadah dalam gereja sering dianggap sebagai ibadah yang kaku dan formal.

Sedangkan dalam kelompok-kelompok doa ini ibadahnya begitu santai dan hidup.

Perenungan firman Tuhan tidak hanya dibawakan oleh 1 orang, melainkan setiap orang

bisa berbicara. Terdapat kesempatan bagi orang-orang untuk menceritakan pengalaman

mereka tentang yang percaya kepada Yesus. Dalam pujia-pujian biasanya tidak hanya

mulut yang bernyanyi tetapi diikuti oleh gerakan-gerakan tubuh seperti tepuk tangan

dan goyangan badan.

5. Pengalaman perjumpaan dengan Allah merupakan penekanan utama dalam kelompok

persekutuan doa. penekanan ini bisa dilihat dri gaya bernyanyi yang sering

berulang-ulang dengan gerak-gerik dan tepuk tangan. Hal ini terus diberulang-ulang sampai orang

(15)

diupayakan dalam doa sehingga ada orang-orang yang berdoa sampai berteriak dan

menangis.

6. Penekanan juga diberikan dalam hal pembaharuan hidup atau kesalehan. Bagi mereka,

pertobatan dan pembersihan diri ini dimaksudkan untuk mendapatkan kepenuhan roh.

Kepenuhan roh ini adalah karunia untuk menyembuhkan orang sakit, membuat

mukjizat, berbicara bahasa roh dll.

Kota Soe dapat dikatakan sebagai gudang dari kelompok-kelompok persekutuan doa.

Karena begitu banyak kelompok persekutuan doa, maka dibentuk sebuah yayasan yang

menaungi kelompok-kelompok persekutuan doa ini. Yayasan ini bernama yayasan utus. Selain

menaungi segala persekutuan doa di Soe dan juga ditingkat klasis dibentuk sebuah UPP

Persekutuan Doa Klasis.

Ini yayasan pertamakali dibentuk oleh bapak Yopiter Fallo dengan tujuan supaya menaungi kegiatan-kegiatan persekutuan doa.Secara organisatoris yayasan ini mulai bernaung dibawah MS GMIT setelah ada hasil dari sidang sinode GMIT 2015 di pulau Rote. Biasanya pada tanggal 12 dan 21 setiap bulan kelompok-kelompok persekutuan doa berkumpul di gereja Maranatha dan beribadah bersama dengan memakai liturgi persekutuan doa. Selain itu bersama dengan yayasan utus dan UPP persekutuan doa klasis selalu mengadakan kegiatan hut gerakan kebangunan rohani tiap bulan September tanggal 23-26. Biasanya masyarakat banyak yang datang bahkan ada yang datang dari luar negeri. Pengkhotbah-pengkhotbah yang biasa

dipakai berasal dari dalam GMIT tapi juga ada dari gereja denominasi lain.28

Kegiatan untuk memperingati hari kebangunan rohani di Soe merupakan sebuah acara yang

begitu akbar karena banyak masyarakat datang dari desa-desa seputaran kota Soe untuk

28

(16)

mengikuti kegiatan tersebut, bahkan masyarakat rela tidur dipinggiran jalan agar dapat

mengikuti kegiatan.

Sejarah mencatat bahwa gerakan kebangunan rohani terbesar terjadi di gereja Marantha

Soe pada tahun 1965. Melalui gerakan ini, maka mulailah terbentuk kelompok-kelompok

persekutuan doa yang tersebar di berbagai gereja di kota Soe. Di dalam gereja Marantha sendiri

terdapat beberapa kelompok persekutuan, berikut adalah data kelompok persekutuan doa yang

berada di gereja Maranatha Soe.

Tabel.4

Data statistik kelompok Persekutuan Doa di Jemaat Maranatha Soe tahun 2017

No Nama Persekutuan Doa Jumlah anggota

1 Pelita baru 18 orang

Sumber: data statistik persekutuan doa jemaat Maranatha Soe 2017

Persekutuan doa di gereja Maranatha Soe tersebar di berbagai cakupan wilayah

pelayanan gereja tersebut. berikut adalah tanggapan ketua majelis jemaat Gereja Maranatha

tentang keberadaan kelompok-kelompok ini:

(17)

dan seperti tidak diperhatikan keberadaan mereka. Kelompok-kelompok ini biasanya diorganisir oleh Yayasan Utus. Yayasan Utus sendiri mulanya belum masuk dalam UPP GMIT tetapi sesuai dengan hasil sidang sinode GMIT di pulau Rote, baru diputuskan bahwa yayasan Utus masuk ke dalam UPP GMIT. Selama ini status kepemilikan yayasan utus sendiri tidak jelas, padahal yang banyak terlibat dalam kegiatan persekutuan di dalam adalah jemaat GMIT.UPP Persekutuan Doa di tingkat klasis juga baru dibentuk pada tahun 2015.29

Pada awalnya kelompok-kelompok persekutuan doa ini belum begitu mendapatkan

perhatian dari gereja, namun seiring dengan perkembangan dari kelompok-kelompok ini, maka

gereja harus menaruh perhatian. Menurut ketua majelis jemaat gereja Maranatha Soe sejauh ini

dalam menanggapi kehadiran kelompok-kelompok persekutuan doa di gereja Maranatha Soe,

gereja telah mengadakan kegiatan pembekalan terhadap kelompok-kelompok persekutuan doa

bersama dengan yayasan utus dengan tujuan agar kelompok-kelompok ini tetap terarah secara

biblis.30 Secara umum orang yang terlibat dalam kelompok-kelompok persekutuan doa di

jemaat GMIT Maranatha Soe tergolong berekonomi sedang ke bawah.

Di dalam kelompok doa kami PNS hanya ada 5 orang selain itu rata-rata semua orang yang terlibat merupakan petani. Tingkat pendidikan juga beragam yang tamat

sarjana hanya sekitar 4 orang, selain itu hanya tamatan SMA.31

Misalkan saja kelompok persekutuan Haleluya Maranatha dan Haleluya Fafinisi yang

memiliki jumlah pengikut terbanyak. Persekutuan doa Haleluya Maranatha mempunyai jumlah

anggota sebanyak 52 orang dan persekutuan doa Haleluya Maranatha mempunyai anggota

sebanyak 72 oran. Kelompok ini terletak di rayon pelayanan Kuatae yang rata-rata merupakan

petani dan tingkat pendidikan rata-rata hanya menamatkan pendidikan SMA.

29

wawancara dengan Pdt Nudub Liufetto, tanggal 19 Agustus 2017

30

wawancara dengan Pdt Nudub Liufetto, tanggal 19 Agustus 2017

31

(18)

3.3. Praktek devosi di dalam Persekutuan-Persekutuan Doa di Jemaat GMIT Maranatha

Soe

a. kegiatan sosial kelompok-kelompok Persekutuan Doa

Menurut keterangan ketua majelis jemaat Maranatha Soe, ada sebagian besar

kegiatan dari kelompok-kelompok doa masih terbatas pada berdoa saja dan belum ada

kegiatan-kegiatan lain tetapi ada juga kelompok-kelompok doa yang fokusnya tidak hanya dalam

kegiatan doa saja tetapi ada kegiatan-kegiatan sosial lainnya.

Ada kerinduan bagi saya untuk kelompok-kelompok persekutuan doa agar kegiatan mereka tidak hanya terbatas pada berdoa dan berdoa saja. Tetapi ada ketrampilan yang mereka miliki. Sehingga ketika mereka melakukan pelayanan ke luar setidaknya ada hal lain yang mereka bisa bantu selain hanya berdoa. Mungkin ke depan khusus kelompok-kelompok doa di dalam gereja Maranatha pembekalan persekutuan doa tidak hanya terbatas pada ajaran-ajaran alkitab tetapi harus ada

keterampilan yang diajarkan.32

Bagi Ketua Majelis Jemaat Maranatha, pengembangan-pengambangan kelompok doa

perlu dilakukan, mengingat banyaknya orang-orang yang berminat dengan kelompok-kelompok

persekutuan doa maka harus ada keterampilan-keterampilan yang dibuat.

Ketrampilan-ketrampilan itu bisa saja untuk pengembangan ekonomi jemaat. Misalkan saja keterampilan dalam menjahit, membuat kerajinan atau keterampilan bercocok tanam. Mengingat mayoritas jemaat kami merupakan petani. Jika ada wadah yang mampu mengembangkan cara bertani yang modern itu sangat baik.

Sehingga secara ekonomi mereka bisa terbantu.33

Dalam kaitan dengan bidang ekonomi, ada beberapa respon dari kelompok-kelompok

persekutuan doa yang mengatakan:

Kegiatan kami memang dikhususkan untuk kami berdoa dan memuji nama Tuhan. Hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi itu menjadi urusan pribadi

masing-masing orang. Toh, Tuhan sudah berfirman “carilah maka engkaukan

mendapat”. Berkat itu sudah ada pada tiap orang-orang yang dekat dengan Tuhan,

32

wawancara dengan Pdt Nudub Liufetto, tanggal 19 Agustus 2017

33

(19)

tinggal bagaimana cara mereka untuk mencari. Kalau hanya mencari tetapi tidak pakai iman yang berarti sama saja. Kita mengerjakan sesuatu harus berlandaskan

iman.34

Terdapat juga beberapa kelompok persekutuan doa yang melakukan kegiatan-kegiatan

sosial lainnya. Seperti kegiatan persekutuan doa yang diketuai oleh ibu Vera Taek. Kelompok

persekutuan doa ini membuka kegiatan pelayanan di penjara, selain itu kelompok ini juga

menyiapkan berbagai bantuan ketika akan melakukan pelayanan ke gereja-gereja di pedesaan.

Bantuan-bantuan itu berupa sembako untuk masyarakat yang kurang mampu dan juga

sumbangan berupa uang untuk pembangunan gereja.

Kami kalau keluar pelayanan di gereja-gereja desa tidak hanya sekedar pergi dan berdoa kasih mereka. Kalau hanya sekedar berdoa semua orang bisa. Alasan kami memberikan bantuan karena manusia itu gambar dan rupa Allah, kalau kita sudah

mengasihi manusia berarti secara langsung kita juga sudah mengasihi Allah.35

Sejauh ini bantuan-bantuan yang disalurkan masih berupa bahan-bahan pokok untuk

kebutuhan sehari-hari dan belum terdapat respon terhadap hal-hal lain misalkan bantuan untuk

pendidikan dll. Berkaitan dengan alam sekitar, ada beberapa lahan yang dimiliki oleh

kelompok-kelompok persekutuan.

Kelompok kami memang mempunyai tanah persawahan di Bena36 yang biasanya

hasil panen dari sawah tersebut kami pakai untuk pelayanan. Sejauh ini kami berusaha menggunakan alam sebagai salah satu bagian dari pelayanan kami. Tuhan juga sudah berfirman dalam Kejadian 1:28 supaya kuasai ini bumi. Kuasai dalam arti menggunkan dengan baik. Dalam setiap doa kami juga biasanya kami

doakan juga untuk alam sekitar.37

34

Wawancara via telepon dengan ibu Marselina Amtiran29 Otober 2017

35

wawancara dengan ibu Vera Taek, 5 September 2017

36

Bena merupakan sebuah desa yang terletak di kecamatan Amanuban Selatan, Kab. TTS. Desa ini memiliki lokasi persawahan yang cukup luas.

37

(20)

Kelompok-kelompok persekutuan doa ini, memahami alam sebagai alat pelayanan yang

diberikan Tuhan kepada mereka. Karena itu bagi mereka alam juga harus dijaga. Namun upaya

yang nyata seperti upaya penanaman bibit-bit pohon atau sumbangan bibit-bit pohon untuk

menjaga kelestarian alam belum dilakukan. Dalam kaitan dengan bantuan-bantuan,

kelompok-kelompok doa banyak mendapatkan bantuan dana yang berasal dari gereja di mana mereka

bernaung tetapi juga gereja-gereja luar. Dana bantuan ini biasanya digunakan untuk pelayanan

persekutuan doa dan dana-dana bantuan seperti ini biasanya dipakai untuk pembangunan rumah

doa dan pengadaan alat-alat musik.

Dari wawancara di atas, maka terdapat 2 jenis kelompok persekutuan doa yang berada

di dalam kehidupan jemaat Maranatha yaitu pertama kelompok-kelompok yang mengurus

kesejahteraan di bumi dan kedua kelompok-kelompok yang mengurus kesejahteraan di surga.

kelompok pertama merupakan kelompok-kelompok yang dalam prakteknya tidak hanya

terbatas pada kegiatan-kegiatan doa tetapi kelompok ini juga melakukan kegiatan untuk

kesejahteraan seperti penyaluran bantuan-bantuan. Di antara kelompok-kelompok persekutuan

doa di jemaat Maranatha Soe, hanya sebagian kecil dari kelompok-kelompok ini yang

melakukan kegiatan untuk kesejahteraan. Kebanyakan dari kelompok-kelompok doa di jemaat

Maranatha masuk dalam tipe kedua yakni lebih menekankan pada kehidupan yang sejahtera di

surga. Karena itulah pola-pola praktik mereka masih hanya sekedar berdoa dan belum

menyentuh kegiatan-kegiatan sosial lainnya.

b. Respon masyarakat terhadap kelompok Persekutuan Doa

Sejauh ini masyarakat sangat merespon baik kehadiran dari kelompok-kelompok

(21)

kebangunan rohani tahun 1965. Permasalahan yang timbul dalam kelompok-kelompok

persekutuan doa biasanya datang dari kelompok-kelompok persekutuan yang bernaung di

GMIT. Permasalahan ini dipicu karena praktik-pratik ibadah yang beda sehingga menimbulkan

perbedaan dalam pemahaman masing-masing kelompok. Seperti yang dikatakan oleh seorang

ketua persekutuan doa:

Saya sudah keliling di ini persekutuan doa di kota soe, ada kelompok-kelompok persekutuan doa yang kegiatannya aneh-aneh di dalam dan tidak sesuai dengan apa

yang gereja ajarkan.38

Respon yang baik ini mengakibatkan banyak masyarakat yang senang terlibat dalam

kegiatan persekutuan doa atau biasanya tidak terlibat aktif dalam kegiatan persekutuan doa

tetapi kerap meminta bantuan dari kelompok-kelompok ini untuk menggumuli segala

pergumulan mereka. Orang-orang yang terlibat kebanyakan merupakan orang-orang yang

berekonomi lemah .39 Orang-orang ini biasanya datang dengan berbagai pergumulan akan

masalah mereka dan mereka butuh untuk didoakan. Di masing-masing kelompok persekutuan

doa biasanya sudah disiapkan sebuah buku yang disebut sebagai buku pergumulan. Buku ini

berfungsi untuk mencatat segala pergumulan permasalahan yang nantinya akan didoakan secara

bersama-sama oleh semua anggota dari kelompok persekutuan doa. Selain buku doa, di

tiap-tiap rumah persekutuan doa terdapat ruang-ruang khusus yang dipakai sebagai tempat

pergumulan secara pribadi. Pergumulan secara pribadi dilakukan jika seseorang sedang

mengalami sebuah persolan yang begitu berat.40 Salah satu anggota dari sebuah persekutuan

doa mengatakan:

38

wawancara dengan ibu Vera Taek, 5 September 2017

39

wawancara dengan Pdt Nudub Liufetto, tanggal 19 Agustus 2017

40

(22)

Awal mula saya terlibat aktif dalam kegiatan persekutuan doa ini karena pergumulan saya terhadap penyakit saya. Saya dulu sakit dan masuk ke rumah sakit, pada waktu itu saya sudah pasrah dengan keadaan saya dan kalau Tuhan mau menjemput saya, saya terima. Tapi waktu itu ada seorang hamba Tuhan yang datang dan mendoakan saya dan saya di suruh untuk terus bergumul sewaktu di rumah sakit. Setelah beberapa minggu badan saya sudah mulai segar kembali dan dokter menyuruh saya untuk kembali pulang karena sudah sembuh. Mulai dari situ saya aktif dalam kegiatan persekutuan doa supaya bersaksi kalau mujisat Tuhan

selalu ada bagi orang-orang yang mencari Tuhan.41

Sebagai sebuah bentuk dari rasa syukur atas mujisat yang dirasakan oleh orang-orang,

maka dengan sendirinya orang-orang akan terus terlibat dalam segala kegiatan persekutuan doa.

Bahkan dari hasil observasi ada beberapa orang yang bisa terlibat dalam 3 kelompok

persekutuan doa secara beda. Orang-orang yang terlibat dalam kegiatan persekutuan doa tidak

hanya terbatas pada warga GMIT tetapi ditemukan juga beberapa orang yang bergereja di

gereja-gereja denominasi lain, bahkan ada pendeta denominasi lain yang ikut terlibat dalam

persekutuan doa. Dalam membangun relasi sosial, kelompok-kelompok persekutuan doa

memiliki sifat yang begitu eksklusif.

Kami kelompok-kelompok persekutuan doa harus banyak memenangkan jiwa. Supaya mereka menjadi anak Tuhan. Karena percaya kepada Tuhan Yesus adalah kunci untuk masuk surga. Sekarang orang Islam di Soe semakin banyak. Jadi saya kalau berdoa pagi saya selalu berusaha sebelum mesjid berbunyi saya sudah harus

bangun duluan. Kita harus malu kalau mereka yang berdoa duluan bukan kita.42

Sifat ekslusif ini terlihat dari pandangan mereka bahwa orang-orang yang berada di luar

Kristen dianggap sebagai domba yang hilang. Sikap ini menunjukan bahwa adanya pengaruh

unsur-unsur pikiran kharismatik di dalam kelompok-kelompok persekutuan doa ini meskipun

mereka mengaku bahwa mereka bernaung di bawah GMIT.

41

wawancara dengan ibu Yemelda Tunliu, 6 September 2017

42

(23)

Ada juga orang-orang yang terlibat karena merasakan ada panggilan dalam diri mereka

untuk melayani, melayani dijalankan karena mereka merasa diberikan karunia khusus dari

Tuhan. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu anggota persekutuan doa:

Awal mula saya terlibat dalam kegiatan persekutuan doa ini semenjak saya kecil karena ajakan orangtua saya. Ketika saya sudah mulai besar saya merasakan adanya panggilan dan saya diberikan karunia oleh Tuhan. Semenjak saat itu saya

selalu aktif dalam kegiatan persekutuan doa.43

Bagi mereka, mengikuti kegiatan-kegiatan persekutuan doa membuat mereka lebih

merasakan kehadiran Tuhan. Tata ibadah dalam gereja dianggap sebagai tatah ibadah yang

terlalu resmi dan tidak memberikan keluasan bagi mereka untuk dapat mengekspresikan apa

yang meraka rasakan. Sangat berbeda dengan kelompok-kelompok persekutuan doa, di mana

orang-orang bebas untuk berekspresi. Selain itu kedekatan dengan Tuhan dirasakan melalui

berbagai petunjuk yang didapatkan melalui orang-orang yang memiliki karunia.44

Saya memang bergereja dan tidak pernah absen dalam setiap kegiatan gereja, tetapi saya lebih merasakan kehadiran Tuhan lewat persekutuan doa karena Tuhan menampakan segala sesuatu berkaitan dengan pergumulan-pergumulan

kehidupan kami.45

Petunjuk-petunjuk dari orang-orang yang mendapatkan karunia biasanya mendapat

suatu apresiasi yang besar. Bagi orang-orang yang mengikuti kegiatan persekutuan doa,

petunjuk-petunjuk tersebut bisa membukakan jalan bagi mereka tentang apa yang harus mereka

tempuh ketika berhadapan dengan sebuah persoalan. Petunjuk-petunjuk itu diyakini sebagai

sebuah petunjuk yang didapatkan langsung dari Tuhan.

Kelompok-kelompok persekutuan doa ini bukan hanya mendapat tanggapan dari

masyarakat sekitar yang datang untuk meminta dukungan doa terhadap berbagai permasalahan

43

wawancara dengan ibu Martha Nubatonis, 6 September 2017

44

wawancara dengan ibu Antoneta Oas , 6 September 2017

45

(24)

yang mereka hadapi, dari kalangan pemerintahan juga biasanya masuk ke dalam

kelompok-kelompok doa ini.

Biasanya kalau sudah mau pas pemilihan anggota dewan begitu nanti ada banyak anggota-anggota dewan yang datang untuk berdoa bersama kami dan minta dukungan doa. Ada salah satu anggota dewan di kota Soe yang pernah datang dan meminta dukungan doa dari kami, kami terbuka dan bersama-sama mendoakan dia, tetapi setelah ia menjadi anggota dewan malah dia lupa datang untuk ikut persekutuan doa dengan kami, akhirnya sudah sekarang dia kena penyakit sebagai hukuman dari

Tuhan.46

Hal di atas menunjukan bahwa ada kencederungan kelompok-kelompok persekutuan doa ini

digunakan sebagai alat politik semata. Misalkan saja beberapa anggota dewan yang datang ke

kelompok-kelompok persekutuan doa ini meminta dukungan doa dan juga meminta petunjuk

agar mereka mendapatkan petunjuk dan bisa terpilih sebagai anggota dewan. Alasan untuk

meminta dukungan doa sebenarnya satu di balik berbagai alasan yang dipakai untuk meminta

dukungan suara dari masyarakat. Terdapat juga beberapa masalah ketika ada politisi yang

datang meminta petunjuk doa terhadap kasus korupsinya.

Dulu pernah ada seorang politisi yang datang untuk meminta petunjuk terhadap masalahnya. Masalahnya itu ternyata kasus korupsi. Pertama ia meminta petunjuk tentang permasalahannya. Ketika di doakan ketua persekutuan doa tersebut bilang, kalau dia akan terbebas dari masalah. Memag setelah itu ia terbebas dari masalah

tapi selang berapa waktu, ia ditangkap karena kasus korupsinya.47

Kasus ini menunjukan bahwa bisa saja terjadi salah persespsi mengenai

kelompok doa . Rasa frustasi akan dunia politik justru membuat kehadiran

kelompok-kelompok ini salah diartikan oleh sebagian orang-orang.

c. Jenis ibadah Kelompok Persekutuan Doa

46

Wawancara dengan Ibu Marselina Amtiran, 6 September 2017

47

(25)

Dalam hasil observasi ada 2 jenis ibadah yang dijalankan oleh kelompok-kelompok

persekutuan doa ini, ibadah itu antara lain ibadah pergumulan dan ibadah persekutuan doa

bersama. Ibadah pergumulan biasanya dilakukan oleh orang-orang yang tergabung dalam tim

doa pergumulan. Menurut salah satu ketua persekutuan doa tujuan dari ibadah pergumulan

adalah sebagai berikut:

Dalam ibadah pergumulan ini biasanya disampaikan pergumulan masing-masing orang berdasarkan buku pergumulan doa tetapi ada juga orang-orang di luar tim pergumulan yang ikut ibadah untuk medapatkan petunjuk bagi persoalan yang mereka hadapi. Selain itu ibadah pergumulan juga bertujuan untuk mempersiapkan diri untuk ibadah persekutuan doa atau ketika kami akan pergi

melayani di suatu tempat, biar kami dijauhkan dari segala masalah.48

Jenis ibadah yang berikut adalah ibadah persekutuan doa bersama. Ibadah ini

merupakan ibadah bersama. Jika ibadah pergumulan biasanya diikuti oleh tim-tim pergumulan,

dalam ibadah ini semua anggota biasanya terlibat, meskipun ibadah pergumulan bukan ibadah

yang tertutup bagi anggota-anggota persekutuan doa.

Dalam tata ibadah persekutuan doa , lagu yang sering dinyanyikan adalah

lagu-lagu pujian penyembahan, dengan irama yang terus diulang-ulang dan juga ada waktu di mana

lagu-lagu ini dibawa dengan setengah suara. Contoh lagu yang dibawa :

ku tahu Tuhan pasti buka jalan 2x

asal ku hidup suci, tidak turut dunia,

ku tahu Tuhan pasti buka jalan.

ku tahu Tuhan dengar doa saya 2x

asal ku hidup suci, tidak turut dunia,

ku tahu Tuhan dengar doa saya.

48

(26)

Lirik-lirik lagu yang dibawah biasanya lebih bertema kedekatan diri dengan Tuhan atau

lirik-lirik yang lebih menekankan permohanan-permohan untuk pergumulan kehidupan mereka.

Lagu ini juga bertujuan agar membawa orang-orang terkonsentrasi pada ibadah tersebut. Ada

juga ruang kesaksian yang dibuka untuk orang-orang menyampaikan bagaimana pengalaman

mereka dengan Tuhan. Penggunaan Alat musik dapat dalam persekutuan-persekutuan doa ini

begitu sederhana, ada persekutuan doa yang menggunakan alat musik orgen tetapi ada juga

yang menggunakan gitar. Ada juga tarian yang dibawakan dalam tatah ibadah seperti

tari-tarian penyembahan ini yang dilakukan oleh kelompok persekutuan doa yayasan utus muda,

kelompok doa yang kebanyakan diikuti oleh anak-anak muda. Tari-tarian dalam ibadah

persekutuan doa hanya dijalankan ketika ada sebuah acara-acara seperti natal persekutuan doa,

atau ulang tahun persekutuan doa.49 Yang unik dari kelompok-kelompok doa ini adalah cara

mereka dalam menyampaikan firman. Firman yang akan menjadi bahan perenungan biasanya

didapatkan lewat wahyu dalam doa firman. Ada beberapa orang tertentu yang dipercaya

memiliki karunia untuk dapat melihat ayat-ayat firman yang akan menjadi bahan perenungan.

Perenungan firman biasanya dipilih secara acak dari orang-orang yang hadir di dalam ibadah

persekutuan doa.

Selain tata ibadahnya, ada juga praktik-praktik lain yang dilakukan oleh

kelompok-kelompok ini seperti puasa, doa-doa berwaktu yang dijalankan secara pribadi atau

bersama-sama dengan anggota-anggota kelompok persekutuan doa. Dalam hal berpuasa, beberapa

kelompok mempunyai cara berpuasa masing-masing misalkan puasa menurut salah satu ketua

persekutuan doa:

49

(27)

Dalam satu tahun biasanya kami melakukan 4 kali puasa. Puasa itu antara lain puasa pendamaian. Pertama puasa untuk Tuhan Allah yang biasa kami laksanakan pada tanggal 14 januari rujukan kami berdasarkan Imamat 23. Kedua, puasa Pondok Daun biasanya dilakukan pada bulan Mei rujukan kami berdasarkan Zakaria 7. Ketiga puasa pendamaian, biasanya dilakukan pada tanggal 9-10. Rujukannya berdasarkan Imamat 23: 26-31. Dan yang terakhir adalah puasa keluarga. Puasa ini dilakuan pada bulan Oktober, tetapi yang menjalankannya hanyalah para lelaki karena merekalah kepala keluarga. Tujuan dari puasa itu untuk mematahkan setiap kuk, penguasaan diri sendiri, karena roh dan tubuh mempunyai suatu ikatan yang begitu erat. Puasa membatalkan kedagingan kita karena tubuh adalah bait Allah tempat tinggalnya Roh Kudus. Cara berpuasa biasanya berbagai macam misalkan sepanjang 1 minggu kami hanya makan roti atau nasi dan meminum air putih, kami biasa sebut puasa pantangan. Ada juga yang kami dengan tidak makan atau minum sama sekali, dan puasa ini hanya

berlangsung 1 hari.50

Ada pula kelompok-kelompok persekutuan lain yang menjalankan puasa tetapi tidak

memakai jadwal yang tetap. Misalkan puasa dijalankan ketika mereka sedang bergumul dengan

sebuah masalah yang besar tetapi puasa ini lebih banyak dilakukan secara perorangan . Puasa

juga sering dilakukan dalam menyambut sebuah acara penting. Untuk melaksanakan puasa juga

biasanya dilakukan berdasarkan petunjuk dari Tuhan tentang jadwal di mana semua anggota

menjalankan puasa.

Dengan berpuasa, fokus kami dalam menyampaikan segala pergumulan akan lebih begitu gampang karena kami benar-benar melepaskan kedagingan kami dan berserah secara penuh kepada Tuhan. Untuk puasa ini, kami selalu meminta petunjuk dari Tuhan mengenai waktu berpuasa kami. Kami juga melakukan puasa dalam menyambut hari-hari raya seperti Natal, paskah dan hari pentakosta.

Biasanya 1 minggu sebelum hari-hari raya tersebut, kami sudah harus berpuasa.51

Selain puasa, ada juga penetapan doa-doa berwaktu. Doa-doa berwaktu ini sudah

mendapatkan jadwal yang tetap misalkan dilakukan pada jam 3, 6, 9, dan 12 tiap harinya.

Doa-doa secara pribadi ini biasanya dilakukan secara individu. Ada juga Doa-doa penopang, di mana

semua anggota saling mendoakan sebuah beban persoalan yang dihadapi sesorang. Selain

50

wawancara dengan ibu Vera Taek , 5 September 2017

51

(28)

dibawa secara individu ada waktu tertentu, di mana semua kelompok persekutuan doa datang

dan berdoa bersama.

Kami juga biasa melaksanakan doa pagi bersama. Doa pagi bersama biasa dilakukan jam 4 pagi sampai jam 6 pagi. Doa ini dilakukan kalau ada moment-monet tertentu misalnya ketika kami mau menyambut hari Pentakosta, doa pagi harus kami jalani. Selain itu kadang juga kami lakukan doa-doa pergumulan pada jam 12 malam secara bersama-sama hal ini dilakukan jika memang ada sebuah pergumulan yang berat. Kami memilih jam 12 malam biar mendapatkan suasana yang begitu teduh untuk dapat bertemu dengan Tuhan. Doa penopang sering kami lakukan, agar orang-orang yang mendapatkan persoalan mendapatkan dukungan

dari semua anggota persekutuan doa.52

d. Kelompok Persektuan Doa dan budaya lokal

Dalam hubungan gereja dan budaya, sebagaimana tertera dalam pokok eklesiologi

GMIT NOMOR: 1/TAP/SSI-GMIT/II/2010, GMIT menyadari keberadaannya dalam sebuah

konteks multikultural . Karena itulah GMIT secara terang-terangan mengatakan ikut

mengamban tugas untuk merawat terpeliharanya budaya lokal, termaksud di dalamnya bahasa

lokal karena hal tersebut merupakan bagian dari perawatan identitas lokal dan juga identitas

Kristiani-lokal.

Ada beberapa praktik yang dijalankan oleh kelompok-kelompok doa yang merupakan

sebuah ritus budaya timor. Ritus tersebut adalah naketi53atau dikenal oleh sebagian kalangan

dengan istilah doa putus atau doa pelepasan. Pratik naketi yang dijalankan tidak seperti praktik

yang dahulu karena terdapat pengaruh agama Kristen di dalamnya. Orang-orang yang sedang

mengalami sakit atau sebuah musibah yang besar yang terjadi secara berulang-ulang harus

52

wawancara dengan ibu Marselina Amtiran , 30 Agustus 2017

53

Secara harfiah naketi berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Secara konseptual kata ini merujuk kepada kesalahan masa lalu. Di dalam praktik naketi ini biasanya orang-orang akan menceritakan masa lalunya, setelah itu akan diadakan pemeriksaan hati binatang atau telur untuk mengetahui kebenaran cerita tersebut. Lalu dilanjutkan dengan ritus hela keta’/ hela beba’(menarik lidik/menarik bebak) yang meliputi pelepasan bebak atau lidik di sungai, makan sirih pinang secara bersama-sama, persembahan binatanng atau korban dan makan bersama. Lih. Mery Kolimon, Para Pelaku Mencari Penyembuhan, Berteologi dengan Narasi para pelaku tragedi ’65 di

(29)

menjalani ritus naketi. Dalam ritus naketi orang-orang yang sedang mengalami masalah diminta

untuk menceritakan masa lalunya karena masalah yang menimpa mereka dipercaya merupakan

dosa masa lalu atau dosa-dosa yang datang dari nenek moyang mereka. Akhir dari semua itu

maka akan dilakukan doa secara bersama-sama untuk meminta ampun dari Tuhan serta

meminta Tuhan untuk melepaskan segala dosa-dosa masa lalu yang masih terikat dengan

mereka.54

Selain ada pengaruh budaya di dalam kelompok-kelompok ini, ada kelompok-kelompok

tertentu yang bersifat anti budaya. Misalkan ada larangan untuk para anggota-anggota

persekutuan doa untuk menguyah siri pinang.

Di saya punya kelompok persekutuan doa ini, saya melarang semua anggota untuk menguyah sirih pinang atau isap rokok. Karena tubuh itu adalah bait Allah dan Roh Tuhan ada tinggal di dalam jadi kita tidak boleh untuk mengotori itu bait

Allah.55

Berbeda dengan kelompok-kelompok yang lain sirih pinang tetap menjadi bagian

penting dalam relasi mereka. Bahkan setelah habis kegiatan persekutuan doa, sebelum

minuman dan makanan disuguhkan, pertamakali disuguhkan sirih pinang.

Kelompok-kelompok persekutuan doa ini merupakan Kelompok-kelompok persekutuan doa yang tergabung di dalam

GMIT, tetapi dalam prakteknya ternyata terdapat sikap penolakan terhadap budaya tetapi ada

juga budaya-budaya yang diterima dan masuk kedalam berbagai kegiatan mereka.

54

wawancara dengan bapak Soleman Boymau, 6 September 2017

55

Referensi

Dokumen terkait