• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Lapangan Geologi Fisik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Lapangan Geologi Fisik"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktikum Lapangan

Geologi Fisik dan Dinamik

Praktikum Lapangan Daerah Buliide dan sekitarnya

Oleh :

Fauzul Chaidir A. Usman 471415002

Dosen Pengampu :

Intan Noviantari Manyoe, S.Si.,M.T NIP 19821112 200812 2 002

Program Studi Teknik Geologi

Jurusan Ilmu dan teknologi kebumian

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Unversitas Negeri Gorontalo

Gorontalo

(2)
(3)

Geologi Fisik dan Dinamik i

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita hanturkan kepada Allah swt atas nikmat iman, kesehatan, kesempatan dan kecerdasan yang diberikan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum lapangan dalam mata kuliah geologi fisik da dinamik ini dengan sebaik-baiknya.

Tak lupa pula shalawat dan salam kita kirmkan kepada baginda Rasulullah SAW yang mana merupakan tokoh percontohan kita sekalian sekaligus

penyelamat kita dari gelapnya zaman kebodohan menuju zaman ilmu pengetahuan yang luas seperti saat ini.

Kita sadari bersama bahwasanya laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak kesalahan-kesalahan dalam laporan yang perlu diperbaiki. Oleh karenanya, dperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga laporan ini dapat jadi lebih baik dan bermanfaat.

Gorontalo, Desember 2015

(4)

Geologi Fisik dan Dinamik ii

BAB II GEOLOGI REGIONAL LOKASI PRAKTIKUM 2.1. Geomorfologi ... 3

4.4. Batuan sedimen Non Klastik dan Struktur Perlapisan ... 18

4.5. Batuan Beku Intrusi dan Batuan Gamping ... 20

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 22

5.2. Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

LAMPIRAN : 1. Peta lokasi praktikum

2. Peta Geomorfologi + Penampang topografi 3. Bentang Alam Lokasi Praktikum

(5)

Geologi Fisik dan Dinamik i

(6)

Geologi Fisik dan Dinamik 1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanpa kita sadari, bumi kita selalu bergerak. Kenampakan-kenampakan geologi yang terbentuk di bumi semua diakibatkan oleh tenaga yang dihasilkan oleh bumi. Daerah Gorontalo memiliki banyak kenampakan-kenampakan yang dapat di kaji guna memperdalam ilmu kebumian kita. Oleh

karena itu, maka dilaksanakan praktikum lapangan untuk mempelajari tentang geomorfologi dasar, stratigrafi dasar, struktur geologi dasar, serta petologi dasar di daerah Buliide dan sekitarnya.

Daerah buliide dan sekitarnya dipilih sebagai lokasi praktikum lapangan dikarenakan pada daerah ini kita dapat menemukan banyak kenampakan-kenampakan geologi seperti singkapan batuan beku intrusi, ketidakselarasan (unconformity) pada batuan, singkapan batu gamping berlapis, dan struktur geologi. Serta kita juga belajar tentang geomorfologi dari daerah tersebut.

Pada praktikum lapangan mata kuliah Geologi fisik dan Dinamik kali ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan geologi dasar bagi kami sehingga kedepannya kami dapat menjalankan proses perkuliahan dengan lancar sekaligus untuk memenuhi persyaratan untuk mata kuliah Geologi Fisik dan Dinamik.

1.2. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam kegiatan praktikum lapangan geologi fisik dan dinamik di desa Buliide dan sekitarnya adalah :

1. Bagaimana cara mengklasifikasikan batuan beku intrusidi daerah

tersebut dan menjelaskan struktur geologinya ?

(7)

Geologi Fisik dan Dinamik 2 3. Bagaimana membuat kolom stratigrafi batuan pada singkapan batu

gamping berlapis ?

4. Bagaimana menjelaskan batuan pada singkapan yang memiliki banyak jenis batuan ?

5. Bagaimana cara menginterpretasikangeomorfologi suatu wilayah?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum lapangan Geologi Fisik

dan Dinamik di Desa Buliide ini adalah agar :

1. Mahasiswa diharapkandapat mengklasifikasikan batuan beku intrusidi daerah tersebut dan menjelaskan struktur geologinya.

2. Mahasiswa diharapkan dapat mendeskripsikan ketidakselarasan

(unconformity) batuan pada suatu wilayah dan sturktur geologi yang terdapat di wilayah tersebut.

3. Mahasiswa diharapkan dapat membuat kolom stratigrafi batuan pada singkapan batu gamping berlapis.

4. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan batuan pada singkapan yang memiliki banyak jenis batuan.

(8)

Geologi Fisik dan Dinamik 3 BAB II

GEOLOGI REGIONAL LOKASI PRAKTIKUM

Gambar 2.1 Peta Geologi Regional diambil dari lembar kotamobagu

2.1. Geomorfologi

Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau

(9)

Geologi Fisik dan Dinamik 4 Berdasarkan orogenesa dapat dibagi menjadi 3 bagian, (Van Bemmelen, 1949) yaitu :

1. Orogenesa di bagian sulawesi utara

2. Orogenesa di bagian sulawesi sentral (tengah) 3. Orogenesa di bagian sulawesi selatan

Orogenesa di bagian sulawesi utara meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai ke Teluk Palu-Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari Samar Arc (busur Samar).

Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang secara geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah orogenesa ini sebagian termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan Talaud sebagai Outer Arc. (Geomorfologi Sulawesi : 2005)

Pada bagian lengan utara terdapat seksi Gorontalo dimana merupakan bagian tengah dari lengan utara sulawesi dengan arah timur ke bawah, namun aktifitas vulkanisnya sudah padam yang lebar daratannya sekitar 35 – 110 km, tapi bagian baratnya menyempit 30 km ( antara teluk dondo dipantai

utara dan tihombo di pantai selatan ). Seksi ini dilintasi oleh sebuah depresi menengah yang memanjang yaitu sebuah jalur antara rangkaian pegunungan

di pantai utara dan pegunungan di pantai selatan yang disebut zone limboto. ( Dasar-dasar geomorfologi Indonesia : UM Press)

2.2. Stratigrafi

 BATUGAMPING TERUMBU (Ql) : Batugamping terumbu terangkat dan batugamping klastik dengan komponen utama koral, setempat berlapis, terutama dijumpai didaerah pantai selatan.

(10)

Geologi Fisik dan Dinamik 5 lapilli di sekitar S. Bone bersusunan dasitan.Lava berwarna kelabu muda – kelabu tua, pejal, umumnya bersusunan andesit piroksin.

 DIORIT BONE (Tmb) : Diorit kuarsa, diorite, granodiorit, granit. Diorite kuarsa banyak dijumpai di daerah S. Taludaa, dengan keragaman diorite, granodiorit dan granit. Sedang granit umumnya dijumpai di daerah S. Bone.

2.3. Struktur Geologi

Strukutur geologi yang dapat diamati di lapangan pada pencitraan jauh antara lain berupa sesar dan lipatan. Sesar normal arahnya kurang beraturan, namun di bagian barat Lembar cenderung berarah lebih –kurang timur- barat. Sesar mendatar berpasangan dengan arah UUB – SST (sesar menganan) dan

UUT – SSB (sesar mengiri). Sesar mendatar terbesar adalah Sesar Gorontalo yang berdasarkan analisis kekar penyertanya menunjukkan arah pergeseran menganan.

(11)
(12)

Geologi Fisik dan Dinamik 7 BAB III

METODOLOGI 3.1. Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan selama praktikum adalah :

1. Kompas Geologi

Kompas geologi digunakan untuk mengukur strike/dip, Mengukur arah foto,dan Arah aliran.

2. Palu Geologi

Palu geologi digunakan untuk mengambil sampel batuan

3. Alat tulis Menulis

(13)

Geologi Fisik dan Dinamik 8 4. Kamera

Kamera berfungsi mendokumentasikan hasil penelitian di lapangan.

5. Kantung sampel

Kantung sampel digunakan untuk mengambil sampel penelitian di lapangan.

Dan Bahan yang digunakan adalah : 1. Larutan HCl

(14)

Geologi Fisik dan Dinamik 9 3.2. Prosedur Kerja

A. Persiapan

Persiapan praktikum lapangan di mulai dengan menyiapkan alat, seperti palu geologi, kompas geologi, alat tulis menulis, kamera, dan kantung sampel. Peralatan ini akan digunakan dalam praktikum untuk mengambil data dan sampel batuan.

Bahan yang disiapkan adalah berupa larutan HCl yang akan digunakan untuk mengecek adanya kandungan karbonat pada batuan,

khususnya batuan sedimen.

Uang administrasi meliputi biaya transportasi dan juga perbelakan makanan dan minuman yang disiapkan untuk makan siang di lokasi praktikum.

B. Pengambilan data penelitianPos 1

Dimulai dengan SOP lokasi praktikum tepatnya di desa Biau dengan cuaca cerah pada pukul 09.31 wita. Lalu dilanjutkan dengan mengsketsa singkapan batuan beku intrusi dan dilanjutkan dengan mendengarka materi dari asisten. Pada tahap akhir dilakukan pengambilan sampel batuan dan kemudian mendokumentasikan kegiatan di pos tersebut.

Pos 2

Dimulai dengan SOP lokasi praktikum tepatnya di desa Buliide dengan cuaca cerah pada pukul 11.05 Wita. Lalu dilanjutkan dengan mengsketsa sigkapan batuan sedimen dan vulkanik dimana terdapat ketidakselarasan (unconformity) pada singkapan tersebut. Kemudian mendengarkan materi dari asisten dan pada tahap akhir dilakukan pengambilan sampel batuan dan dokumetasi kegiatan.

Pos 3

Dimulai dengan SOP lokasi praktikum tepatnya di desa Iluta dengan

(15)

Geologi Fisik dan Dinamik 10 mendengarkan materi dari asisten dan kemudian dilanjutkan dengan pengambilan sampel batuan dan dokumentasi kegiatan.

Pos 4

Dimulai dengan SOP lokasi praktikum tepatnya di bagian lain desa Buliide dengan cuaca mendung pada pukul 15.19 Wita. Lalu dilanjutkan dengan mengsketsa singkapan batuan yang kompleks karena terdiri dari batuan beku intrusi dan batuan sedimen. Kemudian mendengarkan materi dari asisten dan selanjutnya pengambilan sampel di lapangan dan dokumentasi kegiatan.

C. Pengolahan data

Pada tahap pengolahan data adalah tahap dimana data yang didapat dari praktikum lapangan kemudian diolah berdasarkan pos-posnya.

D. Tahap Pembuatan laporan penelitian

(16)

Geologi Fisik dan Dinamik 11 Diagram 3.2 Diagram Proses Pelaksanaan Praktikum

Pembuatan laporan Penelitian Pengolahan data Pengambilan data penelitian

SOP Sketsa Singkapan Mendengarkan materi

Pengambilan

sampel Dokumentasi

Persiapan

(17)

Geologi Fisik dan Dinamik 12 BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Geomorfologi lokasi praktikum

Lokasi praktikum lapangan secara geomorfologi merupakan daerah perbukitan (Biau, Buliide) dan daerah pesisir pantai. Hal ini dilihat dari ketinggian lokasi praktikum dari permukaan laut.

Di desa Biau secara geomorfologi merupakan daerah perbukitan intrusi dilihat dar jenis batuan pada sebuah singkapan yang diamati berupa batuan beku intrusi. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa daerah ini merupakan daerah intrusi.

Pada desa Buliide tempat lokasi Pos 2 merupakan daerah perbukitan vulkanik dikarenakan adanya batuan beku vulkanik pada lokasi namun daerah ini juga sempat menjadi daerah perairan laut dangkal akibat sea level change. Hal ini didukung karena adanya lapisan batugamping pada lapisan teratas singkapan.

Desa Iluta secara geomorfologi merupakan daerah pesisir pantai ditinjau

dari singkapan batu pasir (sandstone) dan batu gamping berlapis (limestone) dan lokasinya yang dekat dengan permukaan laut.

Di sisi lain desa Buliide tempat lokasi Pos 4 merupakan daerah perbukitan vulkanik pula di karenakan adanya batuan beku vulkanik pada daerah ini dan masih berdekatan dengan letak Pos 2. Namun, pada singkapan di tempat ini, batuannya lebih kompleks.

Pada peta topografi sekitar daerah praktikum dapat kita bagi menjadi 7 unit Geomorfologi, yaitu :

 Unit geomorfologi cekungan danau

(18)

Geologi Fisik dan Dinamik 13 ditempati oleh gunung api tertier. Namun keadaan yang dilihat di lapangan danau limboto sekarang sudah mengalami pendangkalan pertahunnya

.

 Unit geomorfologi dataran landai

Pada peta topografi pada unit 2 didapatkan dataran landai hal ini dilihat dari garis kontur yang memiliki pola yang renggang atau jarang, dataran ini terbentuk akibat timbulnya dasar danau akibat terjadi pengeringan.

 Unit geomorfologi Perbukitan

Daerah perbukitan dilihat dari bentuk garis kontur yang sama yang memiliki ketinggian < 500 meter.

 Unit geomorfologi Perbukitan bergelombang

Daerah perbukitan yang bergelombang hal ini dilihat dari garis konturnya yang bergelombang dan kontur perbukitannya yang tidak teratur, dengan ketinggian < 500 meter.

 Unit geomorfologi Perbukitan terjal

Daearh perbukitan terjal hal ini dilihat dari garis kontur yang rapat, dan memiliki ketinggian yang kurang dari 500 m, karena semakin rapat kontur maka akan semakin terjal daearah perbukitan tersebut.

 Unit geomorfologi Pegunungan

Daerah Pegunungan hal ini dilihat dari garis kontur yang daerahnya yang memiliki ketinggian lebih dari 500 m, Serta memiliki pola kontur yang meruncing.

 Unit geomorfologi pesisir pantai

Daerah dataran pantai hal ini dikarenakan daerah tersebut terletak

(19)

Geologi Fisik dan Dinamik 14 4.2. POS 1 (Batuan beku intrusi dan struktur geologi)

Lokasi POS 1 praktikum lapangan mata kuliah geologi fisik dan dinamik pada hari Minggu, 15 November 2015 adalah desa Biau dengan cuaca pada saat itu cerah pada pukul 09.31 Wita.

Foto 4.2 Pos 1 (batuan beku intrusi dan struktur geologi)

Di lokasi ini ditemukan singkapan batuan beku intrusi dengan tinggi sekitar 17 meter. Hal ini dapat dibuktikan dengan ciri-ciri batuannya yang berwarna cerah, mineralnya dapat dilihat secara makroskopis,dan tekstur

mineralnya Phaneritic. Batuan beku intrusi pada singkapan ini diperkirakan adalah batuan granit karena dari pengidentfikasian batuan ditemukan bahwa batuan tersebut bertekstur Phaneritic, mineralnya makroskopis, berwarna cerah, dan terlihat mineral kuarsa pada batuan tersebut yang merupakan ciri batu granit.

(20)

Geologi Fisik dan Dinamik 15 Saat magma membeku, batuan tersebut ikut membeku namun tidak menyatu dengan batuan yang membeku. Sehingga ia disebut sebagai “Batuan Inklusi”.

Terdapat juga beberapa sesar pada singkapan batuan beku intrusi tersebut. Sesar yang ditemukan pada daerah tersebut dapat dipastikan adalah sesar turun (Reverse Fault) dikarenakan sisi foot wall pada singkapan tersebut lebih rendah dibanding sisi hanging wall.

Singkapan tersebut terletak di daerah perbukitan. Vegetasi disekitar lokasi cenderung gersang dikarenakan lokasi tersebut telah dijadikan areal penambangan

batuan.

Foto. 4.2.1 Struktur Sesar

(21)

Geologi Fisik dan Dinamik 16 4.3. POS II ( Unconformity batuan beku dan batuan sedimen)

Lokasi POS 2 Praktikum lapangan mata kuliah geologi fisik dan dinamik pada hari Minggu, 15 November 2015 adalah desa Buliide dengan cuaca yang masih cerah pada pukul 11.05 wita.

Foto 4.3 Pos 2 (unconformity batuan beku dan batuan sedimen)

Di lokasi ini dapat ditemukan singkapan dengan ketinggian sekitar 20 meter yang terdiri dari lapisan batuan vulkanik, konglomerat, lempung, dan

batuan gamping (karbonat). Juga dapat dilihat adanya batas antara batuan vulkanik dan batuan konglomerat yang keduanya berbeda jenis batuannya, sehingga di batas antara kedua batuan tersebut terdapat Unconformity atau ketidakselarasan antara 2 jenis batuan yang berbeda.

(22)

Geologi Fisik dan Dinamik 17 sungai mengindikasikan bahwa daerah tersebut dulunya adalah sungai, dan batugamping yang berada pada lapisan teratas menunjukkan bahwa singkapan ini dulunya berada di daerah perairan laut dangkal.

Dari lapisan-lapisan batuan tersebut dapat kita menjelaskan perkiraan daerah tersebut pada dahulu kala. Kemungkinan daerah ini awalnya adalah area vulkanik aktif bawah laut, kemudian terangkat menjadi daerah daratan, akibat proses pengangkatan dan kemudian dikarenakan terjadinya perubahan tingkat air laut(sea level change), maka daratan tersebut berubah menjadi area laut dangkal,

(23)

Geologi Fisik dan Dinamik 18 4.4. POS III (Perlapisan batuan sedimen klastik dan non klastik )

Lokasi POS 3 praktikum lapangan mata kuliah geologi fisik dan dinamik pada hari minggu, 15 November 2015 adalah desa Iluta dengan cuaca yang berawan (mendung) pada pukul 13.50 wita.

Foto 4.4 Pos 3 (Batuan sedimen non klastik dan struktur perlapisannya)

Di lokasi ini, ditemukan singkapan dengan tinggi sekitar 18 meter dan lebar sekitar 32 meter. Lapisannya terdiri dari batupasir (sandstone) dan batugamping (limestone) yang cukup kompleks, juga dapat dilihat batuan pasir gampingan, yaitu batuan pasir yang memililki kandungan karbonat (CO32-).

(24)

Geologi Fisik dan Dinamik 19 Batugamping termasuk dalam kelompok batuan sedimen non klastik. untuk mengidentifikasikannya dapat digunakan klasifikasi Embry & Klovan, klasifikasi Folk dan Klasifikasi Dunham untuk menentukan ukuran butirnya. Batupasir termasuk dalam kelompok batuan sedimen klastik. Batuan sedimen jenis ini dibedakan dari ukuran butirnya. Mulai dari ukuran lanau (Clay) yang berukuran <1/256 mm sampai ukuran kerikil (Gravel) yang berukuran >256 mm. skala ini dikenal dengan Skala Wentworth. Batupasir (sandstone) masuk dalam skala sand (pasir) dengan ukuran butir 1/16 mm – 2 mm.

Dari lapisan tersebut dapat kita deskripsikan bahwa singkapan ini awalnya terdapat di daerah perairan laut dangkal karena batupasir gampingan merupakan batuan reservoir dari batugamping (gampingan klastik), lalu kemudian fragmen-fragmen halus yang mengendap menjadi lapisan batu lempung, kemudian

batugamping terendapkan lagi, lalu terendapkan lagi batu pasir gampingan diatasnya, disusul oleh endapan batupasir, dan akhirnya di lapisan terakhir terendapkan batugamping. Setelah itu, kemudian daerah singkapan tersebut terangkat ke permukaan setelah lama mengalami proses pengendapan di daerah laut dangkal.

(25)

Geologi Fisik dan Dinamik 20

.

4.5. POS IV ( Batuan Beku Intrusi dan Batu Gamping)

Lokasi POS 4 praktikum lapangan mata kuliah geologi fisik dan dinamik pada hari Minggu, 15 November 2015 adalah di desa Buliide dengan cuaca yang berawan (mendung) pada pukul 15.19 wita.

(26)

Geologi Fisik dan Dinamik 21 Di lokasi ini, kita dapat melihat singkapan batuan kompleks yang terdiri dari batuan beku intrusi, konglomerat, batugamping, batupasir, dan batupasir gampingan. Dengan kompleksnya batuan yang terdapat di singkapan tersebut, maka proses geologi yang terjadi di lokasi tersebut juga pastinya sangat kompleks. Sill juga dapat ditemukan pada singkapan di daerah ini. Di lokasi penelitian kita juga dapat menemukan keseragaman ukuran mineral pada batuan yang berukuran relatif sama (Equigranular).

Dari identifikasi yang dilakukan, batuan beku pada daerah ini diperkirakan

adalah diorit. Hal ini dikarenakan ciri batuan beku yang berwarna kelabu (tidak gelap, tidak terang) yang menandakan bahwa kandungan besi-magnesium dan silikanya berimbang dan teksturnya phaneritik (berbutir kasar).

Pada lokasi pula terdapat batuan konglomerat. Hal ini didasarkan pada pengamatan yang menunjukkan ciri-ciri fragmen (pecahan) batuannya yang bulat dan tersementasi. Dari batuan ini dapat didefinisikan bahwa daerah ini dulunya berada pada aliran sungai karena batuan konglomerat umumya berada pada daerah aliran sungai.

Batugamping yang umumnya terdapat pada daerah perairan air dangkal juga terdapat pada singkapan di daerah ini. Ciri yang mendukung bahwa batu tersebut adalah batugamping adalah adanya fosil cangkang kerang-kerang laut. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa daerah ini dahulunya berada pada daerah perairan laut dangkal dan kemungkinan mengalami pengangkatan (uplift).

Batupasir gampingan juga dapat ditemukan di daerah ini dengan ciri merupakan hasil pemadatan (compaction) dari butiran-butiran pasir dan juga mengandung karbonat (CO32-) dengan kadar >50%. Hal ini diperkuat dengan saat

(27)

Geologi Fisik dan Dinamik 22 BAB V

PENUTUP 5.1. KESIMPULAN

Dari penelitian lapangan yang kami lakukan dan studi dari literatur-literatur tenrpercaya, dapat disimpulkan bahwa :

 Geomorfologi tiap-tiap lokasi berbeda-beda tergantung kepada letak masing-masing singkapan dan juga dipengaruhi oleh batuan penyusun daerah tersebut. Hal ini berkaitan dengan proses geologi yang terjadi di daerah tersebut pada masa lalu.

 Desa biau merupakan daerah perbukitan intrusi dengan litologi batuan beku plutonik dengan ciri mineral yang dapat dilihat secara makroskopis, warnanya yang cenderung cerah dan teksturnya

Phaneritic, sehingga dapat disimpulkan bahwa batuan tersebut adalah batu granit. Juga dapat ditemukan struktur geologi berupa sesar pada batuan di lokasi tersebut.

 Desa Buliide merupakan daerah perbukitan vulkanik yang sudah padam diindikasikan oleh adanya batuan vulkanik dan adanya konglomerat mengindikasikan bahwa daerah singkapan ini dulunya terdapat di aliran sungai. Juga terdapat batugamping sehingga kemungkinan daerah ini awalnya adalah daerah vulkanik bawah laut kemudian terangkat menjadi daratan lalu menjadi daerah perairan dangkal karena perubahan tingkat air laut (sea level change).

 Lokasi singkapan Pada Pos 3 (Desa Iluta) terletak di daerah pesisir pantai yang diindikasikan adanya lapisan batugamping (limestone) pada singkapannya. Jika dilihat jumlah lapisannya, maka dapat

disimpulkan bahwa proses pengendapan di daerah laut dangkal pada singkapan tersebut telah terjadi sangat lama dan kemudian mengalami pengangkatan (uplift) ke daratan.

(28)

Geologi Fisik dan Dinamik 23 batupasir gampingan. Juga dapat ditemukaan sill. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peristiwa geologi yang terjadi di daerah tersebut sangat kompleks.

5.2. SARAN

Alam kita memiliki begitu banyak keunikan di bidang geologi yang menarik untuk di kaji lebih dalam lagi. Oleh karena itu, sangat diharapkan kepada semua pihak untuk tetap menjaga kelestariannya, maka diperlukan adanya

(29)

Geologi Fisik dan Dinamik 24 DAFTAR PUSTAKA

Arini. Geomorfologi sulawesi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. 2005 Herlambang, Sudarno.Dasar-dasar Geomorfologi Indonesia.Malang.UM

Press.-

T Apandy dan S Bachri. Peta geologi lembar Kotamobagu. Skala 1 : 250.000 .1997

Noor, Djauhari. Geologi dasar. 2010

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.2004.

(30)
(31)
(32)
(33)

LAMPIRAN 3 : FOTO BENTANG ALAM LOKASI PRAKTIKUM

Kenampakan Bentang Alam Lokasi Praktikum ( sebelah kanan )

(34)

LAMPIRAN 4 : FOTO KEGIATAN

1. POS 1 : Desa Biau

(35)

3. POS 3 : Desa Iluta

(36)
(37)
(38)
(39)
(40)

Gambar

Gambar 2.1 Peta Geologi Regional diambil dari lembar kotamobagu
Gambar 4.4.1  Skala Wentworth

Referensi

Dokumen terkait