• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Perkembangan sosiologi Hukum Internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Perkembangan sosiologi Hukum Internasional"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Hukum merupakan salah satu kebutuhan vital dalam kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini dikarenakan tanpa adanya suatu pedoman manusia dalam menjalankan setiap aktivitasnya maka besar kemungkinan akan terciptanya struktur masyarakat yang tidak teratur dan tidak tertib. Hukum dapat diartikan sebagai seperangkat aturan yang mengatur tingkah laku setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat.

Hukum memiliki berbagai macam cabang ilmu pengetahuan, salah satu diantaranya adalah cabang ilmu Hukum Internasional. Hukum Internasional merupakan aturan yang penting keberadaannya dalam ruang lingkup internasional. Dasar mengapa perlu adanya suatu hukum yang berlaku secara internasional dapat kita ketahui dengan mempelajari bagaimana sejarah dan perkembangan dari Hukum Internasional. Hal ini dikarenakan dalam mempelajari segala macam bidang ilmu maka wajib kiranya jika kita mengetahui serangkaian perjalanan sejarah sampai bagaimana suatu bidang ilmu tersebut dapat berkembang hingga pada zaman sekarang.

(2)

BAB II

TUJUAN PEMBELAJARAN

Adapun tujuan pembelajaran sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan Hukum Internasional jika ditinjau dari hubungan antar negara saat masih berbentuk kerajaan

(city states) hingga berbentuk negara.

2. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan Hukum Internasional.

3. Untuk mengetahui sifat Hukum Internasional jika dilihat dari perkembangan Hukum Internasional dan teori-teori yang terkait dengan Hukum Internasional.

(3)

BAB III PEMBAHASAN

1. a. Bagaimana sejarah perkembangan Hukum Internasional jika ditinjau dari hubungan antar negara saat masih berbentuk kerajaan (city states) hingga berbentuk negara?

Jawaban1:

1) India Kuno

Dalam lingkungan kebudayaan India kuno telah terdapat kaidah dan lembaga hukum yang mengatur hubungan antara kasta, suku-suku bangsa dan raja-raja. Menurut penyelidikan yang diadakan oleh Bannerjce pada masa beberapa abad sebelum Masehi, kerajaan-kerajaan India sudah mengadakan hubungan satu sama lain yang diatur oleh adanya kebiasaan. Adat kebiasaan yang mengatur hubungan antara raja-raja dinamakan Desa Dharma.

Hukum yang mengatur hubungan antara raja-raja pada waktu itu tidak dapat disamakan dengan Hukum Internasional zaman sekarang karena belum ada pemisahan dengan agama dan soal kemasyarakatan dan negara. Hukum bangsa-bangsa pada zaman ini sudah mengenal ketentuan yang mengatur kedudukan dan hak istimewa diplomat atau utusan raja yang dinamakan duta. Juga sudah terdapat ketentuan yang mengatur perjanjian (treaties), hak dan kewajiban raja. Hukum India kuno juga sudah mengadakan perbedaan antara combatant dengan non-combatant, serta ketentuan mengenai perlakuan tawanan perang dan cara melakukan perang.

2) Cina Kuno / Yahudi

Kitab Perjanjian Lama milik orang Yahudi sudah mengenal ketentuan mengenai perjanjian perlakuan terhadap orang asing dan cara melakukan perang.

3) Yunani Kuno

(4)

Masyarakat Yunani sudah mengenal ketentuan mengenai perwasitan

(arbitration) dan diplomat yang tinggi tingkat perkembangannya. Mereka juga menggunakan wakil-wakil dagang yang melakukan banyak tugas, sekarang dilaksanakan oleh konsul. Sumbangan yang paling berharga dari kebudayaan Yunani ialah konsep hukum alam, yaitu hukum yang berlaku mutlak dimana saja dan berasal dari akal manusia.

4) Romawi Kuno

Konsep hukum alam diteruskan ke Roma dan Roma lah yang memperkenalkannya kepada dunia. Hukum Internasional sebagai hukum yang mengatur hubungan antara bangsa-bangsa tidak mengalami perkembangan pesat pada zaman ini, disebabkan oleh masyarakat dunia yang merupakan satu imperium, yaitu Imperium Roma yang menguasai seluruh wilayah dalam lingkungan kebudayaan Romawi. Dengan demikian, tidak ada tempat bagi kerajaan-kerajaan. Namun, Romawi telah menyumbangkan istilah hukum Internasional yang berasal dari bahasa Latin, yaitu ius gentium. Romawi juga memberikan konsep hukum yang berperan penting dalam hukum Internasional, yaitu konsep occupation, servitut dan bona fides, dan asas pacta sunt servanda.

5) Masa Abad Pertengahan

Di samping masyarakat Eropa Barat, waktu itu terdapat dua masyarakat besar lain, yaitu Kekaisaran Byzantium dan dunia Islam. Kekaisaran Byzantium mempraktikkan diplomasi untuk mempertahankan supremasinya. Sedangkan, sumbangan terpenting dari dunia Islam terletak di bidang hukum perang.

6) Hukum Internasional Modern

(5)

nasional (tidak lagi didasarkan atas kerajaan) maupun mengenai hakikat negara-negara itu dan pemerintahannya, yakni pemisahan kekuasaan negara dan pemerintahan serta pengaruh gereja.

Dasar-dasar yang diletakkan dalam Perjanjian Westphalia diperteguh lagi dalam Perjanjian Utrecht, yang penting artinya dilihat dari sudut politik Internasional waktu itu karena menerima asas keseimbangan kekuatan sebagai asas politik Internasional. Sekularisasi kekuasaan negara dan pemerintahan, serta menghilangnya pengaruh atau kekuasaan gereja menimbulkan kebutuhan untuk mengatasi kekuasaan nasional tiap negara. Dengan demikian, adanya ajaran hukum alam yang diajarkan oleh Hugo Grotius memenuhi kebutuhan tersebut. Sebelumnya, telah ada Fransisco Vittoria dalam abad XIV menulis buku Relectio de Indis, di dalamnya ia menulis tentang hubungan Spanyol dan Portugis dengan orang India di Amerika. Dengan demikian, hukum bangsa-bangsa yang ia namakan

ius enter gentes tidak hanya terbatas pada dunia Kristen Eropa, melainkan meliputi seluruh umat manusia. Selain itu, terdapat penulis lain berkebangsaan Spanyol bernama Fransisco Suarez yang menulis De legibus ae Deo Legislatore (on Laws and God as Legislator) mengemukakan adanya hukum atau kaidah objektif yang harus diikuti negara-negara dalam hubungan antar mereka. Berkat karya para sarjana hukum terkemuka ini, hukum Internasional tidak saja sebagai cabang ilmu hukum tetapi juga sebagai satu sistem hukum positif dan mendapatkan bentuk yang semakin hari semakin jelas.

(6)

mengubah sendi-sendi sistem organisasi masyarakat Internasional yang berlaku. Revolusi ini menambah satu segi, yaitu segi kerakyatan kepada sifat pemerintahan negara yang waktu itu dicirikan oleh kebangsaan, sehingga negara-negara nasional yang tadinya masih dikuasai raja menjadi negara nasional kerakyatan. Kejadian penting dalam perkembangan hukum Internasional ialah Konferensi Perdamaian tahun 1856 dan Konferensi Jenewa tahun 1864, yang memelopori Konferensi Perdamaian Den Haag tahun 1899. Dalam semua konferensi itu, konferensi Internasional digunakan secara sadar untuk melahirkan konvensi Internasional yang membentuk perjanjian berlaku umum dan direncanakan diadakan secara berkala. Kemudian disusul Konferensi Perdamaian Den Haag II tahun 1907 yang menghasilkan banyak Konvensi Internasional. Konferensi Den Haag I dan II juga membentuk Mahkamah Arbitrase Permanen untuk menyelesaikan pertikaian antar bangsa. Pada tahun 1921 disusul oleh pembentukan Mahkamah Internasional Permanen untuk mengadili perkara internasional menurut hukum. Selain itu, telah terjadi pula beberapa kejadian penting bagi perkembangan masyarakat Internasional, yaitu diadakannya Perjanjian Melarang Perang sebagai cara mencapai tujuan nasional, yaitu Briand Kellog Pact di Paris tahun 1928 dan didirikan Liga Bangsa-bangsa dengan perjanjian Versailles sesudah Perang Dunia I dan Persatuan Bangsa-bangsa sesudah Perang Dunia II.

b. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan Hukum Internasional?

Jawaban:

Faktor yang mempengaruhi perkembangan Hukum Internasional, antara lain2:

(7)

1) Meningkatnya jumlah negara baru akibat proses dekolonisasi

Sebagian negara berkembang yang lahir setelah Perang Dunia II merasakan bahwa aturan Hukum Internasional lebih mengakomodasikan kepentingan negara maju. Hal ini didasarkan karena Hukum Internasional awalnya merupakan hukum yang berlaku di negara Eropa. Selain itu, adanya keinginan negara berkembang

3) Diakuinya individu sebagai subjek Hukum Internasional

Perkembangan individu sebagai subjek Hukum Internasional adalah untuk melindungi hak-hak minoritas.

4) Perkembangan teknologi dan komunikasi

Perkembangan teknologi dan komunikasi sangat berpengaruh terhadap pengaturan Internasional dalam penggunaan laut, udara, dan luar angkasa. Perkembangan teknologi pula yang memberikan inspirasi perlunya pengaturan Internasional untuk menanggulangi kejahatan melalui internet, pelarangan pengembangan senjata pemusnah masal, dan pengaturan penerbangan sipil Internasional. 5) Munculnya dan makin berperannya aktor-aktor non state dalam

percaturan Internasional, khususnya Non Governmental Organization (NGO) juga perusahaan transnasional (TNC) yang memberikan warna baru pada wajah hukum Internasional.

6) Adanya era Globalisasi

Globalisasi pada abad ke-20 dan 21 ditandai dengan intensitas transaksi bisnis yang dilakukan antar pelaku usaha antar negara, melemahnya pelaksanaan kedaulatan negara-negara berkembang atas tekanan negara-negara maju, dan pemanfaatan Hukum Internasional oleh negara maju oleh berbagai kepentingan.

7) Munculnya isu-isu global, seperti demokrasi, Hak Asasi Manusia (HAM), Lingkungan Hidup, Terorisme.

(8)

2. Bagaimana sifat Hukum Internasional jika dilihat dari: a. Perkembangan Hukum Internasional

Jawaban:

Sifat Hukum Internasional jika dilihat dari perkembangan Hukum Internasional adalah bersifat mengikat bagi negara-negara yang hendak untuk memberlakukan aturan-aturan yang terdapat di dalam Hukum Internasional tersebut. Atau dengan kata lain, Hukum Internasional tidaklah bersifat memaksa bagi semua negara karena Hukum Internasional hanya berlaku bagi negara-negara yang secara sukarela tunduk pada Hukum Internasional tersebut.

b. Teori-teori yang terkait dengan Hukum Internasional Jawaban:

Teori-teori yang terkait dengan Hukum Internasional adalah sebagai berikut3:

1) Teori Hukum Alam

Teori ini dikemukakan oleh John Austin. Menurutnya, Hukum Internasional mengikat karena Hukum Internasional merupakan hukum alam yang diterapkan pada kehidupan bangsa-bangsa. Teori ini meletakkan dasar rasionalitas bagi pentingnya hidup berdampingan secara tertib dan damai antar bangsa di dunia walaupun mereka memiliki asal-usul keturunan, ideologi, dan nilai-nilai hidup yang berbeda.

2) Teori Kehendak Negara (Positivisme)

Teori ini dikemukakan oleh Georg Jellinek dan Zorn yang mengatakan mengikatnya Hukum Internasional disebabkan oleh kehendak sendiri dari negara untuk menghindari perang/konflik antar negara agar tercipta keadaan yang damai, aman, dan tenteram.

3) Teori Aliran Mazhab Wina

3 Martina Purba. “Hukum Internasional Dibedakan Menjadi Dua”.

(9)

Teori ini dikemukakan oleh Hans Kelsen. Menurutnya, ada dan mengikatnya Hukum Internasional didasarkan atas ada dan mengikatnya kaidah hukum lain yang lebih tinggi. Demikian seterusnya hingga sampai pada puncak piramida kaidah-kaidah hukum yang disebut kaidah dasar (grundnorm).

4) Teori Aliran Mazhab Perancis

Teori ini dipelopori oleh Leon Duguit, Fauchile dan Schelle. Dalam teori ini mereka meletakkan dasar mengikatnya Hukum Internasional pada fakta-fakta kemasyarakatan, yaitu berupa faktor biologis, sosial, dan sejarah kehidupan manusia. Menurut mazhab ini, dasar mengikatnya Hukum Internasional adalah terletak pada kenyataan sosial, yaitu kebutuhan manusia untuk hidup bermasyarakat.

3. a. Apakah pengertian dari Hukum Internasional? Jawaban:

Pengertian Hukum Internasional menurut beberapa ahli4:

1) Prof. Kranenburg : menyebutkan istilah Hukum Internasional sebagai

tussen staatsrecht, yaitu hukum yang diadakan untuk mengatur pergaulan antara negara-negara yang berdaulat dan merdeka.

2) J. G. Starke : memberikan definisi Hukum Internasional sebagai sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas asas-asas dan peraturan tingkah laku yang mengikat negara-negara, dan karena itu ditaati dalam hubungan negara-negara.

3) Mochtar Kusumaatmadja : memberikan arti Hukum Internasional sebagai keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan/persoalan yang melintasi batas-batas negara-negara antara negara dengan negara, negara dengan subjek hukum lain bukan negara, atau subjek hukum bukan negara satu sama lain.

b. Apakah tujuan dari Hukum Internasional? Jawaban:

Tujuan Hukum Internasional adalah sebagai berikut5:

(10)

1) Meningkatkan hubungan luar negeri, baik di bidang politik maupun non-politik.

2) Menciptakan hubungan internasional yang tertib dan teratur antar negara.

3) Mewujudkan dan menjamin keadilan dalam hubungan internasional antar negara secara obyektif, hal ini dtunjukkan dengan terbentuknya Mahkamah Internasional dalam Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) untuk menyelesaikan perselisihan antar negara dan memberikan nasihat berdasarkan hukum Internasional yang telah disepakati.

BAB IV PENUTUP

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sejarah dan perkembangan Hukum Internasional dimulai pada masa India Kuno, Cina Kuno, Yunani Kuno, Romawi Kuno, Abad Pertengahan, dan kemudian pada masa modern. Atau dapat dikatakan bahwa Hukum Internasional bermula pada masa dimana suatu negara berbentuk kerajaan (city states) hingga negara tersebut menjadi negara nasional.

Hukum Internasional memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi dalam perkembangannya, yaitu meningkatnya jumlah negara baru akibat proses dekolonisasi, munculnya berbagai organisasi Internasional, diakuinya individu sebagai subjek Hukum Internasional, perkembangan teknologi dan komunikasi, munculnya dan makin berperannya aktor-aktor non state dalam percaturan Internasional, adanya era Globalisasi, serta munculnya isu-isu global.

(11)

teori hukum alam, teori kehendak negara, teori aliran mazhab Wina, dan teori aliran mazhab Perancis.

Dari beberapa pendapat ahli hukum dapat diambil kesimpulan mengenai definisi Hukum Internasional, yaitu seperangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan antara negara yang satu dengan negara yang lain dengan tujuan agar tercipta hubungan yang teratur dan tertib.

Kalimat pernyataan:

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas ini dibuat oleh saya sendiri tanpa bekerja sama dengan pihak lain. Adapun sumber kutipan dan referensi yang digunakan dalam tugas ini telah saya cantumkan sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. Apabila pernyataan ini terbukti sebaliknya, saya bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.

(12)

Yola Maulin Peryogawati 110110140192

DAFTAR PUSTAKA

Catatan Kuliah Pengantar Hukum Indonesia oleh Agus Suwandono. Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. 2015.

Martina Purba. “Hukum Internasional Dibedakan Menjadi Dua”. <https://www.academia.edu/4514187/Hukum_Internasional_dibedakan_me njadi_dua>. [01/03/2016].

Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional,

Bandung: PT. Alumni, 2003.

P. Samosir. “Sejarah Perkembangan, Subjek, Sumber, dan Teori Hukum Internasional”.

<https://www.academia.edu/8271248/SEJARAH_PERKEMBANGAN_SU BJEK_SUMBER_DAN_TEORI_HUKUM_INTERNASIONAL>.

[29/02/2016].

Referensi

Dokumen terkait