• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Teknis dan Finansial Unit Usaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Teknis dan Finansial Unit Usaha"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL

UNIT USAHA PANCING LAYANGAN

DI PERAIRAN BANGGAE KABUPATEN MAJENE

S K R I P S I

H. SUHARTONO N.

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

(2)

ANALISIS TEKNIS DAN FINANSIAL

UNIT USAHA PANCING LAYANGAN

DI PERAIRAN BANGGAE KABUPATEN MAJENE

S K R I P S I

H. SUHARTONO N.

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Hasanuddin

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

(3)

J u d u l : Analisis Teknis dan Finansial Unit Usaha Pancing Layangan di Perairan Banggae Kabupaten Majene. Nama Mahasiswa : H. Suhartono N.

Stambuk : L 231 00 009

Skripsi telah diperiksa dan disetujui oleh :

Ir. Mahfud Palo Dr. Ir. H. Najamuddin, M.Sc

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Mengetahui

Ir. H. Hamzah Sunusi, M.Sc Dr. Ir. H. Sudirman M.Pi Dekan FIKP Ketua Program Studi P.S.P

(4)

ABSTRAK

SUHARTONO N. “Analisis Teknis dan Finansial Unit Usaha Pancing Layangan di Perairan Banggae Kabupaten Majene”, dibawah bimbingan MAHFUD PALO sebagai pembimbing utama, NAJAMUDDIN sebagai pembimbing anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek teknis dan finansial Pancing Layangan dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi masyarakat dan instansi terkait dalam usaha pengembangan alat tangkap Pancing Layangan.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2004 di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene. Metode penelitian ini adalah metode survei dengan sampel sebanyak 10% dari populasi Pancing Layangan. Pencatatan data dilakukan dengan mengambil data primer melalui pengukuran dan pengamatan secara langsung dengan mengikuti operasi penangkapan serta melakukan wawancara dengan pemilik/pengelola alat tangkap Pancing Layangan.

(5)
(6)

ABSTRACT

Suhartono N. Technical and Financial Analysis of Hand Line Using a Kite in Banggae Waters of Majene District. Under the Supervison of MAHFUD PALO and NAJAMUDDIN.

This research aimed to know the technical and financial aspects of hand line using a kite. The result of this study was expected to become information to relevant institution and society in the effort of its development. This research was conducted from June to July 2004 in the sub district of Banggae, district of Majene. The survey methods were applied with samples more than 10% of hand line population. Records keeping of data were conducted by taking primary data through perception and measurement directly to the following fishing operation and interview with owner/organizer of hand line using a kite.

(7)

RIWAYAT HIDUP

H. Suhartono N., dilahirkan di Pare pare pada tanggal 7 Juli 1982. Merupakan anak tunggal dari ayah bernama Nurdin dan ibu bernama Hj. Hasni. Penulis dibesarkan oleh pasangan H. P. Lampa dan Hj. P. Dara yang juga merupakan kakek/nenek penulis.

Penulis menjalani pendidikan formal di SD Inpres 229 Paccoka, Suppa, Pinrang pada tahun 1988 – 1994, SMP Negeri 1 Suppa, Pinrang pada tahun 1994 – 1997, dan SMU Negeri 1 Pare pare pada tahun 1997 – 2000.

Penulis diterima di Universitas Hasanuddin pada tahun 2000 melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Perikanan dengan bidang Keahlian Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

(8)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan kelautan dan perikanan bangsa Indonesia dinilai sangat cerah karena dukungan potensi dan keanekaragaman sumberdaya kelautan dan perikanan yang terkandung oleh bentang alamnya yang berbentuk suatu gugusan kepulauan. Garis pantai sepanjang 81.000 km2 yang melingkupi sejumlah ± 17.502 buah pulau-pulau besar maupun kecil di nusantara, garis pantai ini menjadi pembatas wilayah daratan dengan perairan laut seluas 5,8 juta km2 yang terdiri dari perairan kepulauan ditambah zona ekonomi eksklusif (ZEE) (Manggabarani, 2003).

Bentang alam tersebut di atas menyediakan bermacam-macam potensi sumberdaya alam hayati dan non-hayati yang telah memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan bangsa Indonesia hingga saat ini. Sektor kelautan dan perikanan telah lama menjadi tumpuan hidup keluarga nelayan dan masyarakat pesisir yang aktivitasnya terkait dengan kegiatan perikanan.

(9)

Kabupaten Majene merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan yang memiliki potensi sumberdaya perikanan terutama wilayah pesisir yang cukup besar, sehingga usaha penangkapan ikan sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Salah satu alat tangkap yang banyak dioperasikan dalam usaha penangkapan ikan di Kabupaten Majene adalah Pancing Layangan.

Pancing Layangan adalah salah satu jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan tuna (Thunnus sp), ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dan ikan tongkol (Euthynnus affinis). Pancing Layangan merupakan salah satu bentuk modifikasi dalam teknik penangkapan ikan dengan memanfaatkan sifat-sifat ikan tersebut, dalam hal ini kebiasaan dan cara makannya.

Studi tentang Pancing Layangan di perairan Kabupaten Majene masih sangat kurang. Penelitian terakhir tentang Pancing Layangan dilakukan pada tahun 1992. Dalam rentang waktu yang cukup lama tersebut telah terjadi peningkatan jumlah unit Pancing Layangan yang cukup pesat, peningkatan skala usaha, modifikasi alat tangkap maupun teknik penangkapan, sehingga penelitian ini perlu dilakukan dan mengingat potensi sumberdaya ikan tuna, ikan cakalang dan ikan tongkol yang cukup melimpah di daerah tersebut.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek teknis dan finansial Pancing Layangan.

(10)

TINJAUAN PUSTAKA

Aspek Teknis

Aspek teknis dari suatu usaha penangkapan yang perlu diperhatikan adalah jenis alat dan ukurannya, jenis perahu/kapal (termasuk jenis penggerak yang digunakan), kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan, metode penangkapan, lama trip, jumlah trip per bulan, jumlah trip per tahun, penanganan hasil tangkapan selama operasi, daerah penangkapan, waktu penangkapan dan kapasitas tangkap dari unit yang diusahakan (Monintja dkk., 1986).

Berdasarkan tingkat produksi fisik yang dihasilkan untuk suatu alat tangkap, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan hasil perikanan dapat dilakukan dengan cara penambahan jumlah trip (khusus pada musim puncak). Selain itu ditunjang oleh daya tahan alat dan harga hasil penangkapan yang layak. Faktor lain yang turut menentukan peningkatan produksi adalah penyempurnaan alat, metode dan teknik penangkapan (Monintja dkk., 1986).

A. Deskripsi Alat Tangkap

Pancing adalah salah satu alat tangkap yang umum dikenal oleh masyarakat ramai, terlebih di kalangan nelayan. Pada prinsipnya pancing ini terdiri dari dua komponen utama, yaitu “tali” (Line) dan “mata pancing” (hook). Tali pancing biasa

(11)

Menurut Subani dan Barus (1988), walaupun pancing tersebut pada dasarnya terdiri dari dua komponen utama (tali, mata pancing) namun sesuai dengan macam atau jenis-jenisnya ia dapat dilengkapi dengan komponen-komponen lain, seperti : gandar atau tangkai (pole, rod), pemberat (sinker), pelampung (float).

Pada prinsipnya alat penangkapan dengan menggunakan pancing tidak banyak mengalami perubahan/kemajuan namun dalam segi teknisnya banyak mengalami perubahan dan kemajuan. Hal tersebut dapat dilihat pada penggunaan warna tali, umpan yang di beri bau-bauan, umpan tiruan (Ayodhyoa, 1981). Selanjutnya ditambahkan bahwa Jenis pancing akan bergantung pada tujuan penangkapan dan dengan adanya perbedaan tersebut juga akan menyebabkan perbedaan pada struktur pancing. Karena struktur ini tidak rumit maka terlihatlah bahwa banyak variasi dari alat pancing ini.

(12)

sekitar 75 meter, yang ujungnya diikatkan mata pancing yang telah diberi umpan. Ditambahkan oleh Nontji (1993) bahwa pancing layang-layang mempunyai tali pancing yang dihubungkan dengan layang-layang yang bahannya dari daun paku-pakuan epifit (Polypodium quercifolium). Ekor layang-layang tersebut diperpanjang dengan tali yang berakhir dengan jerat. Ekor layang-layang tersebut dimainkan sedemikian rupa sehingga jerat bermain-main dipermukaan.

Menurut Ayodhyoa (1981) bahwa secara umum segi-segi positif dari pancing antara lain mudah dalam struktur sehingga operasi dapat dilakukan dengan mudah, organisasi usahanya kecil sehingga dengan modal sedikit usaha sudah dapat berjalan, syarat-syarat fishing groundnya relatif sedikit dan dapat dengan bebas memilih, pengaruh cuaca dan suasana laut lainnya relatif kecil sehingga dengan sedikit manusia usaha sudah dapat dilakukan.

B. Kapal Penangkap

(13)

yang pokok yang dimiliki oleh kapal ikan, antara lain ialah tentang kecepatan kapal, kemampuan olah gerak, kelaik lautan, luas lingkup area pelayaran, konstruksi, perlengkapan storage, tenaga penggerak, peralatan kapal dan lain-lain.

Nomura dan Yamazaki (1977) mengemukakan bahwa kapal ikan harus selalu beroperasi bahkan pada saat cuaca yang buruk sekalipun. Oleh karena itu diperlukan stabilitas yang tinggi agar kapal tetap dapat beroperasi. Kapal ikan dibuat dengan konstruksi dan bahan yang khusus, sehingga akan menjamin keselamatan dalam operasi penangkapan. Untuk keberhasilan operasi penangkapan, kapal ikan harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti mesin, peralatan navigasi, alat pendeteksi ikan, alat komunikasi, dll.

Menurut Ayodhyoa (1972) bahwa kapal ikan mempunyai jenis dan bentuk yang beraneka ragam, dikarenakan tujuan usaha, keadaan perairan dan lain sebagainya, yang dengan demikian bentuk usaha itu akan menentukan bentuk dari kapal ikan. Ukuran utama kapal terdiri dari panjang kapal (L), lebar kapal (B), dan tinggi kapal (D). Besar kecilnya ukuran utama kapal berpengaruh pada kemampuan (ability) suatu kapal dalam melakukan pelayaran atau operasi penangkapan, dimana :

 Nilai L (panjang), erat hubungannya dengan interior arrangement,

seperti letak kamar mesin, tangki bahan bakar, tangki air tawar, palka,kamar ABK, perlengkapan alat tangkap dan peralatan lainnya.  Nilai B (lebar), berhubungan dengan stabilitas dan daya dorong kapal.  Nilai D (dalam, tinggi), berhubungan erat dengan tempat penyimpanan

(14)

Jika nilai L/B mengecil, akan berpengaruh buruk terhadap kecepatan. Jika L/D membesar, longitudinal strength akan melemah. Jika B/D membesar, stabilitas akan baik tetapi daya dorong kapal akan memburuk.

Ayodhyoa (1972) menyatakan bahwa untuk kapal ikan kecil, L berkisar

(15)

Aspek Finansial

Aspek finansial menyangkut terutama perbandingan antara pengeluaran uang dengan revenue earning dari pada proyek. Apakah proyek itu akan terjamin dananya yang diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek itu akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansal dapat berdiri sendiri (Kadariah, Karlina dan Gray, 1978).

Analisa finansial ini penting artinya dalam memperhitungkan insentif bagi orang-orang yang turut serta dalam mensukseskan pelaksanaan proyek. Sebab, tidak ada gunanya untuk melaksanakan proyek yang menguntungkan dilihat dari sudut perekonomian sebagai keseluruhan, jika para petani yang menjalankan aktivitas produksi tidak bertambah baik keadaannya (Kadariah, Karlina dan Gray, 1978).

(16)

A. Biaya-biaya

Anas (1989) berpendapat bahwa biaya meliputi semua pengeluaran yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang, yang terdiri atas :

a. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai setiap kali operasi penangkapan. Biaya ini merupakan biaya operasional, yang mencakup biaya yang habis terpakai dalam satu kali proses produksi. Biaya ini terdiri atas : biaya pembelian solar, rokok, ransum, restribusi, upah pekerja, dan biaya perawatan (perawatan kapal, mesin dan alat tangkap).

b. Biaya tetap adalah biaya yang digunakan untuk menutupi penyusutan dari pada barang-barang modal (kapal, mesin dan alat tangkap) dan biaya yang merupakan kewajiban berupa SIUP (Surat Ijin Usaha Perikanan), yang besarnya tidak bergantung pada jumlah trip yang dijalankan.

Biaya penyusutan merupakan perbandingan antara harga pembelian (Rp) dengan waktu daya guna (tahun) dari faktor produksi. Metode untuk menghitung penyusutan adalah metode garis lurus (Mas’ud dan Mustafa, 1982

dalam Patalle, 1993).

B. Pendapatan

(17)

Laba atau keuntungan perusahaan merupakan hasil usaha yang dapat dipergunakan sebagai sumber dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan (Riyanto, 1979 dalam Patalle, 1993).

C. Sistem Bagi Hasil

Sistem bagi hasil dapat dijumpai dimana-mana, baik pada masyarakat primitif maupun pada masyarakat modern sekalipun, yang terjadinya tidak dapat diterangkan secara pasti, namun sebagai hipotesa dapat diungkapkan bahwa terjadinya sistem bagi hasil karena asas saling membantu, kemalasan dan mungkin pula untuk menghemat biaya (Harianto, 1991).

Dalam usaha penangkapan ikan di laut, sebagian besar nelayan tidak memiliki alat penangkapan karena keterbatasan modal. Usaha untuk mengatasi keterbatasan modal tersebut adalah dengan mengadakan kerjasama dengan pemilik peralatan melalui ikatan tertentu yang tercermin dalam sistem bagi hasil. Dengan sistem ini akan tercipta saling ketergantungan antara golongan nelayan penggarap dengan majikan sebagai pemilik alat tangkap (Harianto, 1991).

Undang-undang bagi hasil perikanan Nomor 16 tahun 1964, Pasal 3, tentang perikanan laut, dimana jika suatu usaha parikanan diselenggarakan atas dasar perjanjian bagi-hasil, maka dari hasil usaha itu kepada fihak nelayan penggarap dan penggarap tambak paling sedikit harus diberikan bagian sebagai berikut:

a) Jika dipergunakan perahu layar: minimum 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari hasil bersih;

(18)

Aspek Biologi

Menurut Effendie (1997) bahwa dalam pengukuran panjang ikan dapat dibedakan menjadi tiga cara yaitu :

1. Panjang total atau panjang mutlak yaitu pengukuran panjang ikan mulai dari ujung paling depan bagian kepala sampai ke ujung terakhir bagian ekor. 2. Fork length yaitu pengukuran panjang ikan mulai dari ujung paling depan

bagian kepala sampai ke ujung terluar lekukan ekor.

3. Panjang standar atau panjang baku yaitu pengukuran panjang ikan mulai dari ujung paling depan bagian kepala sampai ujung terakhir dari tulang punggung. Tuna sirip kuning (Thunnus albacares) dapat bertahan hidup hingga berusia 7 tahun, dan umumnya mulai memijah pada saat berumur 2 tahun dengan panjang 90 cm. Tuna sirip kuning memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan tuna mata besar (Thunnus obesus), dimana panjangnya dapat mencapai 210 cm dan berat 176,4 Kg (Sumadhiharga, Sapulete dan Djamali,. 1995). Selanjutnya dikatakan bahwa di perairan Philipina, tuna sirip kuning bisa mencapai panjang 52,5 cm dan 56,7 cm, sedangkan di perairan sekitar Khatulistiwa tuna sirip kuning bisa mencapai panjang 70 – 80 cm.

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) umumnya mencapai panjang 40 – 60 cm dan dapat mencapai panjang satu meter serta berat 550 – 800 gram (Anonim, 1979). Sedangkan Sunusi (2001) mengemukakan bahwa ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) yang tertangkap dengan alat tangkap Pole and Line di Perairan Kendari Sulawesi Tenggara berukuran antara 30 – 60 cm.

(19)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Juni sampai 28 Juli 2004, di kecamatan Banggae Kabupaten Majene.

Materi Penelitian

Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah unit usaha Pancing Layangan. Terhadap obyek penelitian tersebut (unit Pancing Layangan dan hasil tangkapannya) dilakukan pengukuran langsung dengan menggunakan peralatan meteran dan timbangan.

Metode Penelitian

(20)

Parameter Pengamatan

(21)

 Pendapatan/Keuntungan  Sistem bagi hasil

Aspek Biologi

(22)

Analisis Data

Aspek Teknis

Analisis teknis meliputi tehnik pengoperasian alat tangkap, produksi fisik (jumlah hasil tangkapan), deskripsi alat tangkap dan juga kesesuaian ukuran utama kapal untuk mengetahui rasio ukuran utamanya (L/B, L/D, dan B/D).

Aspek finansial

Aspek finansial yang digunakan adalah analisis R/C dan pendapatan usaha.

a. R/C

R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio yang dikemukakan oleh Soekartawi (1995), sebagai berikut :

Total Penerimaan (R) R/C =

Total Biaya (C)

Keterangan :

 Total Penerimaan adalah total penerimaan dari tahun yang

bersangkutan (Rp,).

 Total biaya adalah total biaya yang dikeluarkan pada tahun yang

bersangkutan (Rp,). b. Analisis Keuntungan

(23)

K = Pt – ( BT + BV ) Keterangan :

 Pt = Total Penerimaan  BT = Biaya tetap  BV = Biaya Variabel

Aspek Biologi

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Teknis

Unit usaha perikanan Pancing Layangan yang beroperasi di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene pada umumnya mengoperasikan 4 macam alat tangkap pancing yaitu Pancing Layangan, Pancing Ulur, Pancing Tonda dan Pancing Ulur Vertikal. Namun yang lebih menonjol dan menjadi ciri khas bagi masyarakat di daerah tersebut adalah Pancing Layangan sehingga masyarakat menamakan unit penangkapan tersebut dengan nama Pancing Layangan.

A. Deskripsi Alat Tangkap a) Pancing Layangan

Berdasarkan konstruksinya, Pancing Layangan termasuk dalam klasifikasi Pole and Line. Satu set Pancing Layangan terdiri dari joran, tali pancing, layang-layang dan mata pancing. Pada mata pancing dipasang umpan tiruan.

(25)
(26)

Gambar 1. Konstruksi Pancing Layangan

Gambar 2. Mata Pancing dan Umpan Buatan yang Digunakan Pada Alat Tangkap Pancing Layangan.

g

Keterangan : a. Joran

b. Tali Pancing (Joran – Layangan) c. Layangan

d. Tali Pancing (Layangan – Mata Pancing) e. Mata Pancing dan Umpan Tiruan

(27)

b) Pancing Ulur

Satu unit Pancing Ulur yang dioperasikan oleh nelayan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, terdiri atas tali utama yang terbuat dari bahan tasi (monofilamen) nomor 200 – 400, dengan panjang 300 meter. Pemberat 1 (satu) buah, dari bahan timah dengan berat 0,5 Kg. Pemberat dipasang pada tali utama dengan jarak ± 20 cm diatas mata pancing. Mata pancing yang digunakan 1 (satu) buah, nomor 5 – 7. Mata pancing dipasang pada bagian ujung tali utama. Pangkal mata pancing dipasang umpan berupa sobekan kain yang berwarna-warni untuk menarik perhatian ikan (Gambar 3). Swivel dipasang pada tali utama, yaitu ± 10 cm diatas dan ± 10 dibawah pemberat, agar mata pancing dan pemberat mudah dilepaskan

Gambar 3. Mata Pancing dan Umpan Buatan yang Digunakan Pada Alat Tangkap Pancing Ulur.

c) Pancing Tonda

(28)

yaitu bagian paling atas terbuat dari bahan tasi (monofilamen) nomor 200 atau 300, dengan panjang 100 meter. Tasi tersebut kemudian disambung dengan kawat nomor 1,5, dengan panjang 30 meter, yang berfungsi sebagai pemberat. Bagian paling bawah terbuat dari bahan tasi (monofilamen) nomor 50, dengan panjang 50 meter. Antara tali utama bagian tengah (kawat) dengan tali utama bagian atas dan tali utama bagian bawah masing-masing dipasangi swivel. Tali cabang terbuat dari bahan tasi (monofilamen) nomor 40, dengan panjang ± 20 cm. Mata pancing yang digunakan adalah mata pancing nomor 9 atau 10 , dengan jumlah mata pancing untuk tiap unit adalah 7 – 15 mata pancing. Jarak antara satu mata pancing dengan mata pancing lainnya ± 3 meter. Mata pancing dipasangi umpan berupa sobekan kain yang berwarna warni untuk menarik perhatian ikan (Gambar 4).

(29)

d) Pancing Ulur Vertikal

Satu unit Pancing Ulur Vertikal yang dioperasikan oleh nelayan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, terdiri atas bagian-bagian yaitu : tali utama, tali cabang, pemberat, mata pancing dan umpan. Tali utama terbuat dari bahan tasi (monofilamen) nomor 50, dengan panjang 100 meter. Tali cabang terbuat dari bahan tasi (monofilamen) nomor 40, dengan panjang masing-masing 3 – 5 cm. Pemberat yang digunakan adalah 1 (satu) buah yang terbuat dari bahan timah, dengan berat 0,5 Kg dan dipasang pada bagian ujung paling bawah dari tali utama. Mata pancing yang digunakan adalah mata pancing nomor 17 – 20. untuk satu unit Pancing Ulur Vertikal digunakan 50 – 100 mata pancing. Mata pancing dipasangi umpan berupa karet pentil dengan panjang ± 3 cm untuk menarik perhatian ikan (Gambar 5).

(30)

B. Kapal Penangkap

Kapal penangkap yang digunakan oleh nelayan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene untuk mengoperasikan alat tangkap Pancing Layangan, mempunyai ukuran panjang (L) berkisar 10 – 13 meter, lebar (B) berkisar 1,4 – 1,9 meter dan tinggi (D) berkisar 1,2 - 1,3 meter, dengan kapasitas muat berkisar 3,26 – 6,23 ton (Gambar 6).

Gambar 6. Kapal yang Digunakan Untuk Mengoperasikan Alat Tangkap Pancing Layangan.

(31)

Tabel 1. Ukuran Utama, Perbandingan Ukuran Utama dan Kapasitas Muat Kapal yang Digunakan pada Operasi Penangkapan Ikan dengan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.

Kapal Panjang

Kapal yang digunakan oleh nelayan setempat umumnya terbuat dari kayu Palapi (Heritiera sp). Untuk menggerakkan kapal, pada umumnya nelayan menggunakan mesin yang berkekuatan 23 – 24 HP dengan bahan bakar solar (Gambar 7).

(32)

Pengoperasian alat tangkap Pancing Layangan diperlukan kapal yang mempunyai kecepatan yang tinggi karena sifatnya mengejar gerombolan ikan, untuk itu disain bentuk kapal yang digunakan haruslah ramping dan menggunakan mesin yang berkekuatan besar.

Berdasarkan ketentuan rasio ukuran utama kapal Hand Line (Ayodhyoa, 1972), dapat diketahui sampel mana yang memenuhi ketentuan ukuran kapal. Untuk nilai L/B, tidak ada sampel yang memenuhi karena nilainya melebihi ketentuan persyaratan untuk kapal Hand Line. Mulyanto dan Zyaki (1990) menyatakan bahwa untuk nilai L/B yang besar akan menambah kecepatan kapal, menambah harga perbandingan ruangan kapal yang lebih baik, tapi akan mengurangi kemampuan olah gerak kapal dan mengurangi stabilitas kapal, sedangkan bila nilai L/B lebih kecil maka akan menambah kemampuan stabilitas kapal yang lebih baik dan akan menambah kekuatan memanjang kapal. Ditambahkan oleh Ayodhyoa (1972) bahwa bila nilai L/B lebih kecil dari ketentuan tersebut maka akan berpengaruh buruk terhadap kecepatan kapal.

Berdasarkan nilai L/D yang diperoleh, tidak ada kapal sampel yang memenuhi ketentuan karena nilainya melebihi ketentuan persyaratan untuk kapal Hand Line, sehingga kekuatan memanjang kapal kurang bagus. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyanto dan Zyaki (1990) bahwa nilai L/D yang besar dapat mengurangi kekuatan memanjang kapal dan bila diperkecil akan menambah kekuatan memanjang kapal.

(33)

(1990) bahwa nilai B/D yang besar akan berdampak positif terhadap stabilitas kapal akan tetapi daya dorong kapal akan memburuk, sedangkan bila nilai B/D kecil maka akan berdampak buruk terhadap stabilitas kapal.

(34)

C. Metode Pengoperasian

Operasi penangkapan ikan dengan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, biasanya dilakukan 3 – 4 hari dalam 1 trip, dan dalam satu bulan ± 4 trip. Umumnya nelayan meninggalkan fishing base antara pukul 05.00 – 07.00 dan kembali sekitar pukul 15.00 – 17.00. Sebelum meninggalkan fishing base menuju fishing ground, nelayan melakukan beberapa persiapan, antara lain :

1. Persiapan bahan bakar dan es.

2. Persiapan konsumsi, meliputi beras, air minum, rempah-rempah dan rokok. 3. Persiapan alat tangkap, kapal dan mesin.

Nelayan meninggalkan fishing base menuju ke fishing ground setelah semua persiapan di darat telah selesai. Daerah yang menjadi fishing ground nelayan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene ada dua yaitu daerah Ujung Lero (Kabupaten Pinrang) dan daerah Pulau Ambo (Kabupaten Mamuju) Operasi penangkapan dengan Pancing Layangan bersifat hunting atau mengejar gerombolan ikan.

Satu unit kapal penangkap terdiri dari 4 – 5 orang, dimana 1 orang sebagai ponggawa (nakhoda) sedangkan yang lainnya adalah sawi. Satu unit Pancing Layangan dioperasikan oleh satu orang, dan umumnya dalam satu unit kapal penangkap hanya dioperasikan maksimal 2 unit Pancing Layangan, yaitu 1 orang di bagian lambung kapal dan 1 orang lagi di buritan kapal.

(35)

masing-masing. Pertama-tama, ujung tali pancing dimasukkan kelubang cincin kemudian mata pancing dan umpan tiruan di ikatkan pada ujung tali pancing tersebut, kemudian tali pancing di ikatkan dengan layangan (Gambar 8). Jarak tali pancing antara mata pancing dengan layangan berkisar antara 4 – 6 meter, sedangkan jarak tali pancing antara layangan dengan joran disesuaikan dengan jarak antara gerombolan ikan dengan kapal atau disesuaikan dengan kondisi angin pada saat layangan dinaikkan, dimana bila angin cukup kencang dan layangan sulit dinaikkan maka tali pancing akan diulur sampai layangan naik pada posisi yang dikehendaki, setelah itu pemancing bersiap-siap pada posisinya masing-masing yaitu di lambung kiri atau kanan dan di buritan kapal, kemudian menunggu saat yang tepat untuk menaikkan layangan.

(36)

Bilamana gerombolan ikan ditemukan, nakhoda akan mendekati gerombolan ikan tersebut dan mencari posisi yang tepat agar pemancing dapat mengoperasikan Pancing Layangannya. Setelah posisinya memungkinkan, maka pemancing segera menaikkan layangannya, kemudian tali pancing diulur hingga mata pancing tepat berada di gerombolan ikan yang akan ditangkap (Gambar 9).

Gambar 9. Pemancing Menaikkan Layangan.

(37)

Gambar 10. Posisi Kapal, Layangan, Gerombolan Ikan dan Arah Angin Pada Saat Pengoperasian Pancing Layangan

(38)

Gambar 11. Layangan Terjatuh ke dalam Air Setelah Pancing Termakan oleh Ikan.

(39)

Tali pancing ditarik

Gambar 13. Diagram Alir Metode Penangkapan Pancing Layangan. Persiapan

(Alat tangkap, Kapal, Mesin, BBM, Es dan Konsumsi)

(40)

Pengoperasian pancing dengan menggunakan layangan sebagai alat bantu dimaksudkan agar posisi mata pancing dan umpan selalu berada di permukaan air dan selalu bergerak-gerak untuk menarik perhatian ikan. Layangan yang digunakan sebagai alat bantu penangkapan mempunyai ukuran yang beragam mulai dari yang terkecil sampai yang paling besar. Bila angin bertiup cukup kencang maka nelayan akan menggunakan layangan yang berukuran kecil, sedangkan bila kondisi angin lemah , maka nelayan menggunakan layangan yang berukuran besar. Bila nelayan mengami kesulitan untuk menaikkan layangan atau mata pancing sesalu terangkat di atas permukaan air, nelayan biasanya mengulur tali pancing untuk mengurangi tekanan angin pada layangan hingga lanyangan dan mata pancing tetap berada pada posisi yang tepat. Usaha yang lain untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memperpanjang jarak tali pancing antara layangan dengan mata pancing atau layangan diturunkan kemudian layangan dibuat lebih melengkung.

(41)

D. Daerah dan Musim Penangkapan

Daerah penangkapan ikan untuk alat tangkap Pancing Layangan di Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene ada dua tempat yaitu daerah Ujung Lero Kabupaten Pinrang (Lampiran 1) dan daerah Pulau Ambo Kabupaten Mamuju (Lampiran 2). Koordinat daerah penangkapan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.

Ciri-ciri daerah penangkapan yang dijadikan sebagai tanda adanya gerombolan ikan yaitu adanya tanda-tanda alam seperti adanya gerombolan ikan lumba-lumba, adanya riak atau percikan air dipermukaan laut, kayu yang terapung, burung laut yang terbang dan menukik ke permukaan laut dan ikan-ikan yang berlompatan menyambar mangsa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ayodhyoa (1981) bahwa petunjuk untuk mengetahui adanya gerombolan ikan adalah adanya burung-burung yang menukik menyambar ke permukaan laut, ikan yang melompat di atas permukaan atau ikut beruaya bersama kayu-kayu yang hanyut, adanya ikan paus atau ikan hiu dan lain sebagainya.

(42)

pada musim barat, ikan-ikan dasar seperti ikan merah (Lutjanus erythropterus), ikan kakap (Lates calcarifer) dan Ikan kerapu (Epinephelus sp) yang dapat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap Pancing Ulur, cukup melimpah di daerah tersebut. Sedangkan pada musim timur, nelayan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene umumnya melakukan operasi penangkapan di daerah Ujung Lero (Kabupaten Pinrang) karena pada musim timur, perairan di daerah tersebut cukup teduh dan aman untuk melakukan operasi penangkapan.

(43)

Berdasarkan hasil survei pada saat mengikuti operasi penangkapan, hasil wawancara dengan nelayan dan disesuaikan dengan skala Beauford (Lampiran 4), diketahui bahwa Pancing Layangan dapat dioperasikan pada kondisi kecepatan angin 0 – 10 knot, atau pada ketinggian gelombang 0 - 1,0 meter. Menurut nelayan, pada kondisi tersebut Pancing Layangan dapat dioperasikan dengan baik dan keamanan pelaksanaan operasi penangkapan masih cukup terjamin. Namun bila kecepatan angin > 10 knot atau ketinggian gelombang > 1 meter, maka pengoperasian alat tangkap tidak bisa dilakukan karena kondisi tersebut akan membahayakan keselamatan jiwa nelayan, disamping alat tangkap sangat sulit dioperasikan karena layangan sangat sulit untuk dinaikkan.

(44)

E. Hasil Tangkapan

Berdasarkan hasil survei dan wawancara dengan nelayan, diketahui bahwa khusus untuk alat Tangkap Pancing Layangan, dapat menangkap jenis ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) serta jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dan ikan tongkol (Euthynnus affinis) yang berukuran besar saja, mengingat jenis mata pancing yang digunakan berukuran cukup besar yaitu mata pancing nomor 3 – 5 dan tiap unitnya menggunakan 2 – 3 mata pancing yang diikat menjadi satu.

Sedangkan untuk alat tangkap Pancing Tonda, Pancing Ulur dan Pancing Ulur vertikal hanya dapat menangkap ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares), ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dan ikan tongkol (Euthynnus affinis) yang berukuran kecil saja, karena mata pancing yang digunakan ukurannya lebih kecil yaitu mata pancing nomor 5 – 20 dan terdiri dari satu mata pancing saja.

(45)

Aspek Finansial

Aspek finansial menyangkut terutama perbandingan antara pengeluaran uang dengan revenue earning dari pada proyek. Apakah proyek itu akan terjamin dananya yang diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek itu akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansal dapat berdiri sendiri (Kadariah, Karlina dan Gray, 1978).

Aspek ini menyangkut masalah penerimaan dan pengeluaran dari pelaksanaan usaha. Biaya yang dikeluarkan meliputi modal investasi, biaya operasional, biaya tetap dan biaya variabel.

A. Investasi

Modal investasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang ditanamkan dalam pembuatan kapal, pembelian mesin, alat tangkap serta peralatan lainnya. Besarnya investasi yang ditanamkan per unit usaha

perikanan Pancing Layangan berkisar antara Rp. 11.124.300,- – Rp. 17.055.650,-, dimana modal investasi terbesar ditanamkan oleh kapal A

(46)

Tabel 2. Modal Investasi Unit Usaha Perikanan Pancing Layangan di

B 8.182.000 4.500.000 1.089.430 13.771.430

C 8.502.000 2.500.000 1.096.750 12.098.750

D 8.362.000 3.200.000 567.900 12.129.900

E 7.087.000 3.000.000 1.037.300 11.124.300

F 12.187.000 2.200.000 1.201.850 15.588.850

G 8.612.000 3.000.000 577.170 12.189.170

H 9.187.000 3.500.000 577.900 13.264.900

I 9.187.000 3.500.000 571.690 13.258.690

J 8.097.000 3.000.000 658.500 11.755.500

B. Biaya Tetap (Fixed Cost)

(47)

Biaya tetap lainnya yang harus dikeluarkan adalah pajak, berupa Surat Izin Pelayaran dari KP3 yang harus diperbaharui setiap tahunnya. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 50,000,- setiap tahunnya.

Tabel 3. Biaya Tetap Per Tahun Unit Usaha Perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.

Berdasarkan Tabel 3 tersebut, diketahui besarnya biaya tetap per tahun dari 10 responden berkisar antara Rp. 2.636.800,- – Rp. 4.129.183,-, dengan nilai rata-rata Rp. 3.008.658,50.

C. Biaya Variabel (Variabel Cost)

(48)

Biaya perawatan diperlukan untuk memelihara kelangsungan kerja semua unit penangkapan dimana besarnya tergantung seberapa besar tingkat kerusakan yang dialami oleh kapal ataupun mesin pada unit usaha perikanan Pancing Layangan tersebut. Besarnya biaya perawatan yang dikeluarkan berkisar antara Rp. 1.648.000,- – Rp. 3.274.000,-. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Lampiran 7.

Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan aktivitas operasional penangkapan ikan. Pada unit usaha perikanan Pancin g Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, semua biaya operasional ditanggung sepenuhnya oleh pemilik kapal dan akan dikembalikan setelah hasil tangkapan dijual. Besarnya biaya operasional pada unit usaha perikanan Pancing Layangan tergantung dari banyaknya trip, lokasi fishing ground dan kenaikan harga barang pada saat tertentu. Komponen biaya operasional meliputi pembelian bahan bakar (solar), es, konsumsi dan rokok. Besarnya biaya operasional per tahun berkisar antara Rp. 8.252.728,- – Rp. 12.746.600,-. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Lampiran 8.

(49)

Tabel 4. Biaya Variabel Per Tahun Unit Usaha Perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.

Kapal Biaya Variabel (Rp) Total (Rp) Operasional Upah ABK Perawatan

A 12.746.600 44.519.657 3.274.000 60.540.257

B 10.553.500 43.819.829 2.301.800 56.675.129

C 9.111.500 31.654.250 2.296.000 42.845.750

D 10.185.000 35.744.000 1.807.000 47.736.000

E 8.252.728 32.446.636 1.754.000 42.453.364

F 10.573.900 42.290.914 2.117.000 54.981.814

G 11.246.200 33.942.900 1.878.000 47.067.100

H 10.251.250 37.570.375 1.648.000 49.469.625

I 11.096.500 37.901.750 2.130.000 50.748.250

J 12.428.664 40.261.906 1.913.000 54.603.570

Rata-rata 10.644.584,2 38.015.221,7 2.111.880 50.771.685,9

Tabel 4 di atas menunjukkan besarnya biaya variabel yang terdiri atas biaya operasional, upah ABK dan biaya perawatan pada tiap unit usaha perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene yang berkisar antara Rp. 42.453.364,- – Rp. 60.540.257,-, dimana biaya variabel yang terbesar dikeluarkan oleh kapal A sedangkan yang terkecil adalah kapal E.

(50)

D. Sistem bagi hasil

Pada unit usaha perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, sistem bagi hasil yang berlaku adalah setiap ABK masing-masing memperoleh satu bagian dan pemilik mendapatkan tiga bagian masing- (masing-masing satu bagian untuk ponggawa, kapal dan mesin) karena yang menjadi ponggawa pada umumnya adalah pemilik kapal itu sendiri.

(51)

Analisis Usaha

A. R/C

Berdasarkan data-data yang telah diperoleh pada perhitungan sebelumnya, maka dapat dilakukan analisis R/C yang dikemukakan oleh Soekartawi (1995) yaitu perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total, dimana bila nilai R/C = 1, maka usaha bersifat tidak mendapat laba dan tidak pula mengalami kerugian. Jika R/C > 1, maka hasil yang diperoleh lebih besar daripada biaya total sehingga usaha mendapatkan laba dan layak untuk dilaksanakan. Sedangkan jika R/C < 1, maka hasil yang diperoleh lebih kecil daripada biaya total usaha, sehingga usaha mengalami kerugian dan tidak layak untuk dilaksanakan. Semakin tinggi R/C maka semakin tinggi prioritas yang dapat diberikan pada usaha tersebut.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap unit usaha perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene, diketahui bahwa semua sampel yang menjadi objek penelitian dapat melanjutkan atau mengembangkan usahanya, karena nilai R/C dari usaha mereka di atas 1 atau R/C > 1 yaitu berkisar antara 1,45 – 1,66. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 11.

B. Keuntungan

Pendapatan usaha diperoleh dari total penjualan hasil tangkapan. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa pendapatan unit usaha

(52)

hasil penjualan dengan biaya operasional ditambah biaya perawatan dan pajak sehingga di peroleh nilai yang berkisar antara Rp. 63.308.500,- – Rp. 77.909.400,- yang selanjutnya diambil untuk pembagian hasil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 9.

Keuntungan bersih diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan total biaya, yang berkisar antara Rp. 27.417.930,- – Rp. 34.745.680,-. Berdasarkan hasil perhitungan keuntungan bersih yang diperoleh tersebut, diketahui bahwa semua sampel yang menjadi objek penelitian dapat melanjutkan atau mengembangkan usahanya, karena ke sepuluh kapal sampel tersebut semuanya memperoleh keuntungan yang cukup besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 11.

Aspek Biologi

(53)
(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap usaha perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, dapat disimpulkan sebagai beikut :

1. Satu Unit Pancing Layangan terdiri atas bagian-bagian yaitu : joran dari bambu dengan panjang 4 - 5 m, cincin yang dipasang pada ujung joran, tali pancing dari bahan monofilamen No. 300 – 600 dengan panjang 300 m, layangan dengan ukuran panjang antara 42 – 100 cm dan lebar 40,5 – 85 cm yang terbuat dari plastik dengan rangka yang terbuat dari rotan, mata pancing No. 3 – 5 serta umpan tiruan berbentuk cumi-cumi yang terbuat dari karet. 2. Dalam satu unit kapal penangkap selain dioperasikan alat tangkap Pancing

Layangan, juga dioperasikan alat tangkap Pancing Ulur, Pancing Tonda dan Pancing Ulur Vertikal

3. Rasio ukuran utama kapal, baik nilai L/B, L/D maupun B/D, tidak ada kapal sampel yang memenuhi ketentuan persyaratan untuk kapal Hand Line.

(55)

Saran

Untuk aspek teknis yang perlu ditinjau kembali adalah mengenai perbandingan ukuran utama kapal, dimana tidak satupun kapal sampel yang memenuhi persyaratan teknis laut dari segi ukuran kapal.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Anas, H. 1989. Studi Tentang Perikanan Huhate di Perairan Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. Tesis. Jurusan Perikanan. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.

Anonim. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1964 Tentang Bagi Hasil Perikanan. (http://202.159.94.45/domino/html/ BDD2.nsf/ Daftar+ Undang+Undang?OpenView).

Anonim. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut. Bagian I (Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting). Dirjen Perikanan. Departemen pertanian. Jakarta.

Ayodhyoa, A. U. 1972. Craft and Gear. Correspondence Course Centre. Jakarta.

. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Brandt, A. V. 1964. Fish Catching Methods of the World. Fishing News Books

Ltd. Farnham. Surrey. England.

Branson, P. 1987. Fishermen’s Handbook. British Marine Mutual insurance Association Limited. Fishing News Book Ltd. Farnham. Surrey. Englang. Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Harianto. 1991. Analisis Teknis dan Ekonomis Terhadap Beberapa Alat Penangkapan Ikan Demersal di Perairan Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Tesis. Jurusan Perikanan. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.

Hermansson, B. 1978. Training Fishermen at Sea. FAO fishing Manuals. Food and agriculture Organization Of The United Nations. Fishing News Book Ltd. Farnham. Surrey. Englang.

Kadariah, L. Karlina dan C. Gray. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Manggabarani, H. 2003. Kebijakan Perikanan Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Makalah seminar Nasional Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

(57)

Mulyanto, R.B. dan A. Zyaki. 1990. Pengertian Dasar Besaran-Besaran Kapal. Bagian Proyek Pengembangan Penangkapan Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan. Semarang.

Nomura, M dan T. Yamazaki. 1977. Fishing Techniques. Compilation of Transcript of Lectures Presented at The Training Department. SEAFDEC. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Patalle, M. 1993. Studi Perikanan Jaring Insang Cakalang di Perairan Pantai Sekitar Kabupaten Dati II Polmas Sulawesi Selatan. Skripsi. Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Subani, W. dan H. R. Barus. 1988. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di

Indonesia. Balai Penelitian perikanan Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Sumadhiharga.O.K., Sapulete.D., dan Djamali.A., 1995. Development of Tuna Fisheries in Eastern Indonesian Waters. Research and Development Center for Oceanology. Indonesia Institute of Science (LIPI). Jakarta.

(58)
(59)
(60)

Lampiran 3. Koordinat Fishing Base dan Fishing Ground Unit Usaha Perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.

No. Keterangan Koordinat

1 Fishing Base 03033. 127’ LS; 118056. 788’ BT

2 Rumpon I (Ujung Lero) 04002. 048’ LS; 118054. 244’ BT

3 Rumpon II (Ujung Lero) 04004. 006’ LS; 118052. 874’ BT

4 Rumpon III (Ujung Lero) 04004. 200’ LS; 118053. 514’ BT

5 Rumpon IV (Ujung Lero) 04004. 394’ LS; 118053. 808’ BT

6 Rumpon V (Ujung Lero) 04005. 917’ LS; 118052. 847’ BT

7 Rumpon VI (Ujung Lero) 04007. 393’ LS; 118052. 623’ BT

8 Rumpon VII (Ujung Lero) 04008. 291’ LS; 118053. 734’ BT

(61)

Lampiran 4. Skala Beauford (Hermansson, 1978).

Penampakan di Laut Penampakan di Darat

Ketinggian

0 Calm < 1 Permukaan laut seperti cermin Tidak mengubah kepulan

asap

lebih jelas. Puncak ombak tampak mengkilat dan tidak pecah Bentuk tersebut terbawa angin dengan bentuk jelas

Ranting pohon mulai

patah. Sulit berjalan

melawan angin

(62)

1 2 3 4 5 6 7

dan sedang kadang-kadang hilang dari pandangan, laut keseluruhan

tertutup dengan warna putih.

Pecahan ombak bertebaran

dimana-mana, jarak pandang

terganggu

Kerusakan berat rumah 11.5 16.0

12 Hurricane 64 – 71 Udara berisi air dan disemprotkan.

Laut berwarna putih penuh dengan mendorong semprotan. Jarak pandang sangat berkurang

(63)

Lampiran 5. Perincian Modal Investasi Unit-unit Usaha Perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.

Komponen Kapal Responden

A B C D E F G H I J

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

M. Pancing 14.500 14.180 14.800 16.300 16.200 17.200 16.120 17.800 12.840 17.700

Tasi Besar 268.000 224.000 227.000 191.000 200.000 296.000 200.000 194.000 200.000 242.000

Tasi

Gulungan 160.000 140.000 140.000 120.000 120.000 160.000 120.000 120.000 120.000 140.000

Cincin 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

Timah 36.000 30.000 30.000 24.000 24.000 36.000 24.000 24.000 24.000 30.000

Swivel 48.000 40.000 40.000 32.000 32.000 48.000 32.000 32.000 32.000 40.000

Kapal 5.500.000 5.000.000 5.000.000 5.300.000 4.000.000 8.000.000 5.500.000 6.000.000 6.000.000 5.000.000

Mesin 7.000.000 4.500.000 2.500.000 3.200.000 3.000.000 2.200.000 3.000.000 3.500.000 3.500.000 3.000.000

Sampan 1.200.000 900.000 840.000 900.000 900.000 1.400.000 900.000 900.000 1.000.000 840.000

Pelita - 5.000 5.000 5.000 5.000 - 5.000 5.000 5.000 -

Lampu

Petromak 150.000 - - - - 150.000 - - - 150.000

(64)

Tenda 50.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Tali 1.000.000 600.000 800.000 600.000 600.000 800.000 600.000 600.000 600.000 600.000

Jangkar 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000

Gill Net - 460.000 460.000 - 460.000 460.000 - - - -

Dayung 20.000 15.000 15.000 15.000 15.000 20.000 15.000 15.000 15.000 15.000

Kompas 30.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000

Jergen 330.000 250.000 250.000 175.000 200.000 250.000 225.000 200.000 200.000 225.000

Piring 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000

Total 17.055.650 13.771.430 12.098.750 12.129.900 11.124.300 15.588.850 12.189.170 13.264.900 13.258.690 11.755.500

Keterangan :

Tasi Besar : Tasi No. 100 – 700 Tasi Sedang : Tasi No. 50

(65)
(66)

Tali 3 333.333 200.000 266.666 200.000 200.000 266.666 200.000 200.000 200.000 200.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Jangkar 5 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000

Gill Net 5 - 92.000 92.000 - 92.000 92.000 - - - -

Dayung 1 20.000 15.000 15.000 15.000 15.000 20.000 15.000 15.000 15.000 15.000

Kompas 10 3.000 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500

Jergen 1 330.000 250.000 250.000 175.000 200.000 250.000 225.000 200.000 200.000 225.000

Piring 0.5 24.000 24.000 24.000 24.000 24.000 24.000 24.000 24.000 24.000 24.000

Panci 0.5 180.000 200.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000 150.000

Tangki Kpr 10 2.500 2.500 - - - -

Sumbu Kpr 0.33 75.000 75.000 - - - -

Kpr Minyak 2 - - 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000

Ember 0.5 20.000 - 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

Ganco 5 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

Basket 1 50.000 50.000 50.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000

(67)

Lampiran 7. Biaya Perawatan Per Tahun Unit Usaha Perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.

Komponen

Biaya Perawatan Tiap Kapal Responden Per Tahun

A B C D E F G H I J

Kapal 464.000 161.800 236.000 283.000 196.000 283.000 236.000 268.000 240.000 367.000

Mesin 2.810.000 2.140.000 2.060.000 1.524.000 1.558.000 1.834.000 1.642.000 1.380.000 1.890.000 1.546.000

(68)

Lampiran 8. Perincian Biaya Operasional Per Tahun Unit Usaha Perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.

Kapal Responden

Biaya Operasional

Total Solar Es Konsumsi Rokok

A 5.436.000 2.300.000 2.940.600 2.070.000 12.746.600

B 5.481.000 2.312.500 920.000 1.840.000 10.553.500

C 5.468.400 1.552.000 859.000 1.232.100 9.111.500

D 5.450.400 2.255.000 1.110.000 1.369.600 10.185.000

E 5.016.000 1.635.664 938.664 662.400 8.252.728

F 7.614.000 1.518.200 430.400 1.011.300 10.573.900

G 6.849.000 1.776.000 1.186.000 1.435.200 11.246.200

H 5.994.000 1.796.250 1.380.000 1.081.000 10.251.250

I 6.579.000 1.642.500 1.265.000 1.610.000 11.096.500

(69)

Lampiran 9. Perincian Data Tahunan, Perhitungan R/C Ratio dan Analisa Keuntungan Unit Usaha Perikanan Pancing Layangan di

Puncak 16 5.200 44.480.000 4.584.000 16.667 1.091.333 38.788.000 22.164.571

Biasa 20 4.700 45.800.000 5.730.000 16.667 1.091.333 89.962.000 22.264.000

Paceklik 10 800 3.700.000 2.432.600 16.667 1.091.333 1.594.400 91.086

Total 46 10.700 93.980.000 12.746.600 50.000 3.274.000 77.909.400 44.519.657

Keterangan :

(70)

BIAYA TETAP (BT)

1. Biaya Penyusutan Rp. 4.079.183

2. Pajak Kapal Rp. 50.000 +

Total Rp. 4.129.183

BIAYA VARIABEL (BV)

1. Biaya Operasional Rp. 12.746.600

2. Upah ABK Rp. 44.519.657

3. Biaya Perawatan Rp. 3.274.000 +

Total Rp. 60.540.257

TOTAL BIAYA TAHUNAN

BT + BV Rp. 64.669.440

ANALISA KEUNTUNGAN

K = Pt - ( BT + BV ) Rp. 29.310.560

R/C Ratio

Tot. Penerimaan

(71)

KAPAL B

Puncak 16 5.360 45.040.000 3.684.000 16.667 767.267 40.572.066 23.184.038

Biasa 20 4.400 40.850.000 4.605.000 16.667 767.267 35.461.066 20.263.466

Paceklik 10 800 3.700.000 2.264.500 16.667 767.267 651.566 372.324

Total 46 10.560 89.590.000 10.553.500 50.000 2.301.800 76.684.700 43.819.829

Keterangan :

(72)

BIAYA TETAP (BT)

1. Biaya Penyusutan Rp. 3.155.990

2. Pajak Kapal Rp. 50.000 +

Total Rp. 3.205.990

BIAYA VARIABEL (BV)

1. Biaya Operasional Rp. 10.553.500

2. Upah ABK Rp. 43.819.829

3. Biaya Perawatan Rp. 2.301.800 +

Total Rp. 56.675.129

TOTAL BIAYA TAHUNAN

BT + BV Rp. 59.881.119

ANALISA KEUNTUNGAN

K = Pt - ( BT + BV ) Rp. 29.708.881

R/C Ratio

Tot. Penerimaan

(73)

KAPAL C

Puncak 16 4.560 39.600.000 3.373.600 16.667 765.333 35.660.400 17.830.200

Biasa 20 3.200 31.250.000 4.217.000 16.667 765.333 26.251.000 13.125.500

Paceklik 10 800 3.700.000 1.520.900 16.667 765.333 1.397.100 698.550

Total 46 8.560 74.550.000 9.111.500 50.000 2.296.000 63.308.500 31.654.250

Keterangan :

(74)

BIAYA TETAP (BT)

1. Biaya Penyusutan Rp. 2.775.416

2. Pajak Kapal Rp. 50.000 +

Total Rp. 2.825.416

BIAYA VARIABEL (BV)

1. Biaya Operasional Rp. 9.111.500

2. Upah ABK Rp. 31.654.250

3. Biaya Perawatan Rp. 2.296.000 +

Total Rp. 43.061.750

TOTAL BIAYA TAHUNAN

BT + BV Rp. 45.887.166

ANALISA KEUNTUNGAN

K = Pt - ( BT + BV ) Rp. 28.662.834

R/C Ratio

Tot. Penerimaan

(75)

KAPAL D

Puncak 16 4.800 40.480.000 3.696.000 16.667 602.333 36.165.000 18.082.500

Biasa 20 4.100 39.100.000 4.620.000 16.667 602.333 33.861.000 16.930.500

Paceklik 10 850 3.950.000 1.869.000 16.667 602.333 1.462.000 731.000

Total 46 9.750 83.530.000 10.185.000 50.000 1.807.000 71.488.000 35.744.000

Keterangan :

(76)

BIAYA TETAP (BT)

1. Biaya Penyusutan Rp. 2.636.300

2. Pajak Kapal Rp. 50.000 +

Total Rp. 2.686.300

BIAYA VARIABEL (BV)

1. Biaya Operasional Rp. 10.185.000

2. Upah ABK Rp. 35.744.000

3. Biaya Perawatan Rp. 1.807.000 +

Total Rp. 47.736.000

TOTAL BIAYA TAHUNAN

BT + BV Rp. 50.422.300

ANALISA KEUNTUNGAN

K = Pt - ( BT + BV ) Rp. 33.107.700

R/C Ratio

Tot. Penerimaan

(77)

KAPAL E

Puncak 16 4.160 36.800.000 2.878.400 16.667 584.667 33.320.267 16.660.133

Biasa 20 3.400 34.450.000 3.598.000 16.667 584.667 30.250.667 15.125.333

Paceklik 10 800 3.700.000 1.776.328 16.667 584.667 1.322.339 661.169

Total 46 8.360 74.950.000 8.252.728 50.000 1.754.000 64.893.272 32.446.636

Keterangan :

(78)

BIAYA TETAP (BT)

1. Biaya Penyusutan Rp. 2.586.800

2. Pajak Kapal Rp. 50.000 +

Total Rp. 2.636.800

BIAYA VARIABEL (BV)

1. Biaya Operasional Rp. 8.252.728

2. Upah ABK Rp. 32.446.636

3. Biaya Perawatan Rp. 1.754.000 +

Total Rp. 42.453.364

TOTAL BIAYA TAHUNAN

BT + BV Rp. 45.090.164

ANALISA KEUNTUNGAN

K = Pt - ( BT + BV ) Rp. 29.859.836

R/C Ratio

Tot. Penerimaan

(79)

KAPAL F

Puncak 16 4.720 44.400.000 4.032.800 16.667 705.667 39.644.867 22.654.209

Biasa 20 4.000 38.400.000 5.041.000 16.667 705.667 32.636.667 18.649.524

Paceklik 10 850 3.950.000 1.500.100 16.667 705.667 1.727.567 987.181

Total 46 9.570 86.750.000 10.573.900 50.000 2.117.000 74.009.100 42.290.914

Keterangan :

(80)

BIAYA TETAP (BT)

1. Biaya Penyusutan Rp. 3.290.216

2. Pajak Kapal Rp. 50.000 +

Total Rp. 3.340.216

BIAYA VARIABEL (BV)

1. Biaya Operasional Rp. 10.573.900

2. Upah ABK Rp. 42.290.914

3. Biaya Perawatan Rp. 2.117.000 +

Total Rp. 54.981.814

TOTAL BIAYA TAHUNAN

BT + BV Rp. 58.322.030

ANALISA KEUNTUNGAN

K = Pt - ( BT + BV ) Rp. 28.427.970

R/C Ratio

Tot. Penerimaan

(81)

KAPAL G

Puncak 16 4.000 37.760.000 4.083.200 16.667 626.000 33.034.133 16.517.067

Biasa 20 4.000 38.650.000 5.104.000 16.667 626.000 32.903.333 16.451.667

Paceklik 10 1.000 4.650.000 2.059.000 16.667 626.000 1.948.333 974.167

Total 46 9.000 81.060.000 11.246.200 50.000 1.878.000 67.885.800 33.942.900

Keterangan :

(82)

BIAYA TETAP (BT)

1. Biaya Penyusutan Rp. 2.669.710

2. Pajak Kapal Rp. 50.000 +

Total Rp. 2.719.710

BIAYA VARIABEL (BV)

1. Biaya Operasional Rp. 11.246.200

2. Upah ABK Rp. 33.942.900

3. Biaya Perawatan Rp. 1.878.000 +

Total Rp. 47.067.100

TOTAL BIAYA TAHUNAN

BT + BV Rp. 49.786.810

ANALISA KEUNTUNGAN

K = Pt - ( BT + BV ) Rp. 31.273.190

R/C Ratio

Tot. Penerimaan

(83)

KAPAL H

Puncak 16 4.240 39.840.000 3.646.000 16.667 549.333 35.628.000 17.814.000

Biasa 20 4.300 43.300.000 4.557.500 16.667 549.333 38.176.500 19.088.250

Paceklik 10 850 3.950.000 2.047.750 16.667 549.333 1.336.250 668.125

Total 46 9.390 87.090.000 10.251.250 50.000 1.648.000 75.140.750 37.570.375

Keterangan :

(84)

BIAYA TETAP (BT)

1. Biaya Penyusutan Rp. 2.838.400

2. Pajak Kapal Rp. 50.000 +

Total Rp. 2.888.400

BIAYA VARIABEL (BV)

1. Biaya Operasional Rp. 10.251.250

2. Upah ABK Rp. 37.570.375

3. Biaya Perawatan Rp. 1.648.000 +

Total Rp. 49.469.625

TOTAL BIAYA TAHUNAN

BT + BV Rp. 52.358.025

ANALISA KEUNTUNGAN

K = Pt - ( BT + BV ) Rp. 34.731.975

R/C Ratio

Tot. Penerimaan

(85)

KAPAL I

Puncak 16 4.160 40.800.000 3.956.000 16.667 710.000 36.277.333 18.138.667

Biasa 20 4.400 43.750.000 4.945.000 16.667 710.000 38.278.333 19.139.167

Paceklik 10 900 4.150.000 2.195.500 16.667 710.000 1.247.833 623.917

Total 46 9.460 88.700.000 11.096.500 50.000 2.130.000 75.803.500 37.901.750

Keterangan :

(86)

BIAYA TETAP (BT)

3. Biaya Penyusutan Rp. 2.776.070

4. Pajak Kapal Rp. 50.000 +

Total Rp. 2.826.070

BIAYA VARIABEL (BV)

4. Biaya Operasional Rp. 11.096.500

5. Upah ABK Rp. 37.901.750

6. Biaya Perawatan Rp. 2.130.000 +

Total Rp. 51.128.250

TOTAL BIAYA TAHUNAN

BT + BV Rp. 53.954.320

ANALISA KEUNTUNGAN

K = Pt - ( BT + BV ) Rp. 34.745.680

R/C Ratio

Tot. Penerimaan

(87)

KAPAL J

Puncak 16 4.400 39.200.000 4.448.000 16.667 637.667 34.097.667 19.484.381

Biasa 20 3.800 41.250.000 5.560.000 16.667 637.667 35.035.667 20.020.381

Paceklik 10 950 4.400.000 2.420.664 16.667 637.667 1.325.002 757.144

Total 46 9.150 84.850.000 12.428.664 50.000 1.913.000 70.458.336 40.261.906

Keterangan :

(88)

BIAYA TETAP (BT)

1. Biaya Penyusutan Rp. 2.778.500

2. Pajak Kapal Rp. 50.000 +

Total Rp. 2.828.500

BIAYA VARIABEL (BV)

1. Biaya Operasional Rp. 12.428.664

2. Upah ABK Rp. 40.261.906

3. Biaya Perawatan Rp. 1.913.000 +

Total Rp. 54.603.570

TOTAL BIAYA TAHUNAN

BT + BV Rp. 57.432.070

ANALISA KEUNTUNGAN

K = Pt - ( BT + BV ) Rp. 27.417.930

R/C Ratio

Tot. Penerimaan

(89)

Lampiran 10. Upah ABK Per Orang Per Tahun Pada Unit Usaha Perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.

Kapal Responden Jlh. ABK Tot. upah ABK per tahun (Rp)

upah ABK per Orang per tahun (Rp)

A 4 44.519.657 11.129.914

B 4 43.819.829 10.954.957

C 3 31.654.250 10.551.417

D 3 35.744.000 11.914.667

E 3 32.446.636 10.815.545

F 4 42.290.914 10.572.729

G 3 33.942.900 11.314.300

H 3 37.570.375 12.523.458

I 3 37.901.750 12.633.917

(90)

Lampran 11. Analisis Finansial dengan R/C dan Analisis Keuntungan Unit Usaha Perikanan Pancing Layangan di Kecamatan Banggae Kabupaten Majene.

No. Kapal

Responden BT (Rp) BV (Rp) TBT (Rp) Pt (Rp) K (Rp/thn) R/C

1. A 4.129.138 60.540.257 64.669.440 93.980.000 29.310.560 1.45

2. B 3.205.990 56.675.129 59.881.119 89.590.000 29.708.881 1.50

3. C 2.825.416 43.061.750 45.887.166 74.550.000 28.662.834 1.62

4. D 2.686.300 47.736.000 50.422.300 83.530.000 33.107.700 1.66

5. E 2.636.800 42.453.364 45.090.164 74.950.000 29.859.836 1.66

6. F 3.340.216 54.981.814 58.322.030 86.750.000 28.427.970 1.49

7. G 2.719.710 47.067.100 49.786.810 81.060.000 31.273.190 1.63

8. H 2.888.400 49.469.625 52.358.025 87.090.000 34.731.975 1.66

9. I 2.826.070 51.128.250 53.954.320 88.700.000 34.745.680 1.64

10. J 2.828.500 54.603.570 57.432.070 84.850.000 27.417.930 1.48

Rata-rata 3.008.654 50.771.685,9 53.780.344,4 84.505.000 30.724.655,6 1.58

BT = Biaya Tetap (Penyusutan, Pajak) Per Tahun.

BV = Biaya Variabel (Perawatan, Upah ABK, Operasional) Per Tahun. TBT = Total Biaya Tahunan (BT + BV) Per Tahun.

Pt = Penerimaan Per Tahun

(91)

Gambar

Gambar 1.   Konstruksi Pancing Layangan
Gambar  3.  Mata Pancing dan Umpan Buatan yang Digunakan
Gambar  4.  Mata Pancing dan Umpan Buatan yang Digunakan
Gambar  5.  Mata Pancing dan Umpan Buatan yang Digunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian pada tanggal 25 Maret 2009, penulis mempresentasikan proposal pra-rancangan skripsi dengan masih tetap menggunakan judul yang sama seperti saat

Berdasarkan hipotesis kedua didapatkan hasil estimasi variabel citra merek memiliki nilai t-hitunglebih kecil dari nilai Alpha yang artinya adalah nilai t-hitung

Anggota rumah tangga dikategorikan sebagai petani tanaman palawija terpilih apabila anggota rumah tangga tersebut mengusahakan/membudidayakan tanaman palawija terpilih di lahan

Mitos 3 (naga) ini menurut Wiana (2009:26-27) adalah penjelmaan dari para dewa karena melihat keadaan makhluk hidup di bumi sangat sengsara, maka Dewa Śiwa mengutus Dewa Brahmā

Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami implikasi ekologi dari over-ekploitasi terhadap degradasi biota yang bernilai ekonomi dan kerusakan akibat penggunaan

Kitosan merupakan suatu heteropolimer dari residu N-asetil-D-glukosamin dan D- glukosamin yang dapat diperoleh dari kitin melalui proses deasetilasi sebagian.. Nama kitosan

Urban sprawl dapat dipahami lebih luas sebagai suatu proses pertumbuhan kawasan perkotaan, pertumbuhan menyebar dan acak yang dipengaruhi oleh proses dan bentuk

Kecenderungan terus meningkatnya kebutuhan akan lahan ini menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sulit untuk dihindari (Iqbal, 2007). Meningkatnya kebutuhan lahan