• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Jarak Efektif Penempatan Bangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kajian Jarak Efektif Penempatan Bangunan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Jarak Efektif Penempatan Bangunan Ukur Debit Tipe Ambang Lebar di Hilir Pintu Sorong (Uji Model Fisik di Laboratorium Hidrolika Saluran Terbuka)

Ir. Dwi Priyantoro, MS, Ir. Heri Suprijanto, MS, Erdiana Novani Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia Email: vaniezt_bonz@yahoo.com

ABSTRAK

Pintu pengatur merupakan salah satu alat yang digunakan untuk membagi air ke lahan-lahan pertanian yang ada di suatu jaringan irigasi. Untuk memudahkan dalam mengeksploitasi pintu maka diperlukan adanya bangunan ukur di hilir pintu. Perletakan yang salah akan menyebabkan keberadaan bangunan ukur tersebut menjadi tidak efisien.

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian untuk mengetahui jarak efektif penempatan bangunan ukur di hilir pintu dengan menggunakan peraga saluran terbuka segi empat, model berupa pintu sorong dan bangunan ukur ambang lebar. Penelitian ini difokuskan pada perubahan apa yang terjadi pada kondisi aliran di pintu sorong pada saat diletakkan bangunan ukur ambang lebar di bagian hilirnya.

Analisa didasarkan atas pendekatan statistik dari hubungan variabel-variabel yang disertakan dalam rancangan penelitian dan disajikan dalam bentuk grafik dan Persamaan. Agar hasil penelitian dapat diterapkan dilapangan maka digunakan analisa dimensi dengan metode matriks Langhaar. Dari hasil penelitian didapatkan grafik perubahan Ho/a’ setelah pemasangan bangunan ukur dengan Ho/a sebelum pemasangan bangunan ukur. Selanjutnya jarak penempatan bangunan ukur (Ls) dapat dicari dengan menggunakan grafik hubungan Ho/a setelah pemasangan bangunan ukur dengan Ls/a. Untuk bilangan Froude 1 – 3,5 pada kondisi aliran sebelum pemasangan bangunan ukur ambang lebar jarak penempatan ambang dapat dicari dengan menggunakan grafik hubungan bilangan Froude dengan Ls/a atau dengan persamaan.

Sebelum pemasangan bangunan ukur kondisi aliran di hilir pintu adalah bebas dengan nilai Froude Fr > 1. Setelah pemasangan kondisi aliran di hilir pintu adalah tenggelam dengan batas H1 < 0,7 Ho dengan nilai Froude Fr < 1.

(2)

PENDAHULU AN

Salah satu bangunan yang sering ditemui pada jaringan irigasi adalah pintu pengatur. Pintu pengatur pada jaringan irigasi berfungsi untuk membagi air agar semua daerah irigasi dapat terairi secara merata. Jenis pintu pengatur yang diketa-hui

berupa pintu sorong, pintu radial, skot balok dan pintu sorong

bersegmen. Sebagai langkah awal dalam pe-rencanaan dari suatu pintu sorong yang

kebutuhan tinggi muka air di hulu pintu, ketinggian muka air di hilir, dan bukaan pintu. Dari tinggi bukaan pin-tu dapat diketahui debit yang mengalir di bawah pintu. Untuk

mempermudah

da-lam mengetahui debit yang mengalir ma-ka di hilir pintu dilengkapi dengan ba-ngunan ukur debit.

METODE PENELITIAN 1. Lingkup

Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka percobaan dimaksudkan untuk

mengetahui jarak efektif penempatan ba-ngunan ukur ambang lebar. Suatu ba-ngunan ukur dikatakan efektif apabila de-bit yang terukur oleh bangunan

tersebut sama dengan debit yang mengalir di bawah pintu sorong.

Penelitia n ini bersifat eksperimen-tal di laboratorium, dengan demikian pe-makaian alat dalam percobaan tentunya

sebenarnya di la-pangan.

2. Persiapan Penelitian

Penelitian ini menggunakan fasilitas Laboratorium Hidrolika Dasar Jurusan

Pengairan

Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Adapun

peralatan yang digu-nakan dalam penelitian ini adalah: 1. Peraga saluran sisinya (n Manning = 0,010) - Panjang

9 meter - Lebar

0,078 meter - Kedalam

an

maksimal 0,22 meter - Kemiring

an 0,0001

2. Tandon kendali debit konstan - Panjang

0,5 m - Lebar 0,6

m - Tinggi

0,31 m 4. Tabung pitot 5. Arloji ukur

(stopwatch) 6. Satu set

model pintu sorong (sluice gate) 7. Model

ambang lebar yang terdiri dari: - Balok

ambang dengan panjang 30 cm - Tinggi

(3)

Gambar 1. Sketsa alat percobaan Keterangan: 1. Flume

tenggorok panjang 2. Alat ukur

tinggi muka air

3. Pintu sorong 4. Penjalaran

gelombang 5. Saluran

percobaan 6. Pompa air 7. Bak

penampung bawah 8. Kran

pengatur

3. Kalibrasi dan Verifikasi

Kalibrasi adalah suatu tahap yang dilakukan untuk mencocokkan parameter yang akan digunakan dalam penelitian, sedangkan verifikasi adalah tahapan pem-buktian

kebenaran parameter

dengan per-lakuan fisik pada model. Kedua tahapan tersebut secara terperinci mengikuti uraian berikut:

A. Kalibrasi alat ukur

kecepatan aliran (pitot tube)

Kalibrasi pada pitot dimaksudkan pitot serta untuk menda-patkan persamaan kecepatan yang baru sesuai dengan angka koreksi.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam kalibrasi pitot ini adalah sebagai berikut: diambil 3,0 m.

b. Dilakukan penakaran waktu yang diperlukan

, dimana: upt pitot (m) c. Langkah

(1) ∆h pitot. d. Selanjutny

(4)

penggam-baran diagram pencar di atas, dide-kati dengan kurva ini dilaksanakan untuk

mendapatkan koefisien

kontraksi dari pintu yang digunakan dalam penelitian serta koefisien

debitnya, dan selanjut-nya akan digunakan dala perhitungan bilang-an Froude lebih lanjut.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Koefisien

kontraksi - Langkah

awal adalah satu besaran debit (Q) - Menetapkan

tinggi bukaan pintu (a) dari yang terkecil - Setelah

aliran

sebanyak 10 kali.

- Percobaan diulangi lagi dari langkah (a) sampai variasi nilai Cc untuk

nilai a/H0.

b. Koefisien debit (Cd) berdasarkan nilai Cc dan H0 yang

telah dihitung.

4. Penelitian Pemasangan Ambang Lebar

Urutan/ tahapan

penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: - Debit

tertentu dan kondisi di hilir saluran peraga bebas (tidak ada ambang lebar)

- Dicatat kondisi - Dipasang ambang - Diukur

(5)

- Letak ambang dirubah dengan arah menuju hulu dengan di hilir pintu sorong. - Selanjutnya

diulang tahapan no.3 dengan tinggi - Dicatat hasil

yang terjadi

5. Rancangan Perlakuan

Untuk memudahkan percobaan dan hasil yang terjadi maka rancangan perlakuan yang dikerjakan dalam pene-litian ini dapat disajikan dalam tabel be--rikut:

Tabel 1. Rancangan

Perlakuan

Dalam rancangan perlakuan ini ditetap-kan bahwa perlakuan yang sama akan

di-lakukan pada beberapa jarak penempatan bangunan ukur (Ls).

6. Analisa Hubungan Parameter dan

Variabel Kajian dalam hasil penelitian ini me-nyertakan beberapa

parameter dan vari-abel yang berpengaruh. Dengan adanya beberapa

variabel dan parameter

hidrolis yang ada pada kajian ini, maka perlu di-ketahui faktor dominan mana yang akan menjadi dasar matematis untuk memper-oleh suatu hubungan persamaan antar va-riabel

maupun parameter

hidrolis tersebut. Untuk itulah perlunya

dilakukan

analisa dimensi agar dapat hubungan

variabel-variabel dan parameter tersebut. Para-meter dan variabel hidrolis yang berpe-ngaruh dalam

kajian ini terlebih dahulu dikelompokkan sebagai berikut: - Parameter

adalah tidak pernah berubah, da-lam hal ini parameter hidrolis ada-lah bentuk dan dimensi saluran (sa-luran yang digunakan - Variabel

merupakan faktor yang da-pat dipengaruhi dan nilainya dapat

(6)

a h1 h2

Ls Lh2 Ho

kajian ini dapat

dikelompok kan lagi sebaai berikut: a. Variabel

tergantung/ti dak tetap, yaitu:

- Kedalaman air awal loncatan (h1)

- Kecepatan dibawah pintu sorong (u1)

- Kedalaman air di hilir loncatan/ ke-dalaman konjugasi (h2)

- Jarak antara loncatan hidrolis dengan pintu (Lh2)

b. Variabel yang diatur, yaitu: - Tinggi

bukaan pintu sorong (a)

- Kedalaman air di hulu pintu (Ho)

- Jarak horizontal penempatan ambang lebar terhadap pintu (Ls) c. Variabel

yang lain, yaitu:

- Percepatan gravitasi (g); dan - Rapat massa

(ρ)

Gambar 2. Sketsa Perlakuan

Penelitian

k9

= 0 k1 + k2 + k3 + k4 +

k5 + k6 + k7 + k8 –

3k9 = 0

- k2 – 2 k8

= 0 eliminasi k5, k8

menghasilkan : k8 = - 0,5 k2

k5 = - k1 – 0,5k2

– k3 – k4 – k6 –

k7 + 3k9

Selanjutnya untuk menentukan produk bilangan tak berdimensi, digunakan ban-tuan matrik Langhaar pada tabel berikut:

Dari ketujuh bilangan tak berdimensi tersebut selanjutnya dapat difungsikan untuk membentuk bilangan tak berdimen-si lainnya. Dalam kaitan ini bilangan tak berdimensi yang dapat dibentuk adalah:

Dari tujuh bilangan tidak berdimensi dia-tas dapat kita tinjau bahwa π2

adalah bila-ngan Froude apabila a = h1.

HASIL DAN PEMBAHASA N

1. Kondisi Sebelum Pemasangan Ba-ngunan Ukur Debit Pada saluran yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu

dilakukan

perlakuan awal, yaitu dimana dialirkan debit tertentu dengan tinggi bukaan dan tinggi muka air hulu tertentu. Kemudian diamati dan dicatat variabel-variabel yang terjadi.

a. Kalibrasi Koefisien Kontraksi (Cc) dan Koefisien Debit (Cd) Untuk

memudahkan kontrol aliran dan ketelitian dalam

pengukuran data, maka perlu dilakukan

(7)

sebagai

pembentuk nilai bilangan Froude. Dalam hal ini nilai Cd, diperoleh dari nilai Ho dan Cc yang di-hitung dengan

menggunakan persamaan:

Gambar 3. Grafik hubungan

koefisien kontraksi (Cc)

dengan a/Ho b. Hubungan

Variabel-variabel yang terjadi - Hubungan

a/Ho dengan bilangan Froude (Fr) Dari

pengamatan variabel-variabel tersebut, pertama dapat kita lihat hu-bungan antara tinggi bukaan pintu (a) dan tinggi muka air hulu pintu (Ho) dengan bilangan Froude yang dihasilkan. Hu-bungan

antara a/Ho dengan Fr dapat dibuat grafik atau kurva hubungannya. Dari kurva ini diharapkan dapat diten-tukan berapa besarnya tinggi bukaan pin-tu untuk dapat

menghasilkan bilangan Froude dengan tinggi muka air hulu yang sudah ditentukan.

Gambar 4 Hubungan a/Ho

dengan bilangan Froude - Hubungan

h2/a dengan

bilangan Froude Setelah itu dibuat tabel dan kurva hubungan

antara h2/a

dengan bilangan Froude. Dari tabel dan kurva diharapkan untuk kemudian dapat diketahui besarnya h2 yang

terjadi pada kondisi bilangan Froude dan bukaan pintu yang sama pada kondisi

sebelumnya.

Gambar 5. Hubungan h2/a

dengan bilangan Froude - Hubungan

h1/h2 dengan

bilangan Froude Dari hubungan antara tinggi muka air di awal loncatan (h1) dan

tinggi muka air di akhir loncatan (h2) dengan

bilangan Froude dari hasil pengamatan dapat dibuat kurva hubungan antara variabel h1/h2 dengan

bilangan Froude (Fr). Dari kurva

dapat ditentukan berapa besar nilai h1 dengan

kondisi Froude dan h2 tertentu.

Gambar 6 Hubungan h1/h2

dengan bilangan Froude - Hubungan

Lh2/a dengan

bilangan Froude Tahapan selanjutnya adalah mencari hu-bungan kondisi muka air tenang dari pin-tu (Lh2) dan

tinggi bukaan pintu (a) de-ngan bilangan Froude yang terbentuk. Dari hasil pengamatan ini kemudian di-buat

kurva/grafik hubungan antara

(8)

ditentukan letak ter-capainya aliran tenang (sub kritis) dari pintu dengan perlakuan seperti di atas.

Gambar 7. Hubungan Lh2/a

dengan bilangan Froude 2. Kondisi Setelah Pemasangan Bangunan Ukur Ambang Lebar di Hilir Pintu

Pada kondisi

perlakuan yang sa-ma dengan sebelumnya, dilakukan kemu-dian adalah pemasangan bangunan ukur ambang lebar dengan kondisi variabel yang sama. Bangunan ukur tersebut juga

diperlakukan bervariasi

terhadap jarak penempatan dari

pintu sorong (Ls).

Setelah dilakukan pengamatan pada kondisi aliran di pintu sebelum pe-masangan

bangunan ukur ambang lebar dengan sesudah pemasangan bangunan ukur didapatkan perbandingan tinggi mu-ka air di hulu (Ho) dan tinggi bukaan pin-tu (a) dengan debit yang sama sebelum

pemasangan ambang dan sesudah pema-sangan

bangunan ukur. Dari hubungan tersebut dapat dibuat kurva hubungan Ho/a (sebelum

pemasangan bangunan ukur dengan Ho/a’ (setelah

pemasangan bangunan ukur) yang dapat digunakan untuk menentukan tinggi bukaan pintu (a) setelah dipasang

bangunan ukur di hilir pintu.

Gambar 8. Grafik Hubungan Ho/a

dan Ho/a’ Selanjutn

ya dari

penelitian ini di-dapat hubungan antara tinggi muka air (Ho) dan tinggi bukaan pintu setelah pe-masangan

ambang (a’) dengan jarak pe-nempatan

ambang (Ls). Dari tabel dapat dibuat grafik hubungan Ho/a’ dan Ls/a’ yang selanjutnya grafik tersebut dapat di-gunakan untuk menentukan jarak penem-patan bangunan ukur debit ambang lebar.

Gambar 9. Grafik hubungan

Ho/a’ dan Ls/a’ Selain dengan grafik hubungan Ho/a’ de-ngan Ls/a’, jarak perletakan ambang da-pat dicari dari grafik hubungan

bilangan Froude (Fr) sebelum pemasangan ambang dengan Ls/a’. Hanya saja grafik tersebut hanya terbatas pada bilangan Froude 1 – 3,5.

Gambar 10. Grafik Hubungan bilangan Froude

dengan Ls/a’ KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan penelitian di laboratorium dan melakukan analisa hasil penelitian, maka dapat

(9)

1. Aliran di kisaran nilai Froude Fr <1 dan dalam ukur ambang lebar dapat ambang yang dapat dicari Ls/a’= 18,51. (Ho/a’)1,162. ambang (Ls). Untuk suatu saluran tersier de-ukur ambang le-bar adalah 14 m dari pintu sorong. Sedangka n saran yang bisa di-berikan, berdasarkan penelitian yang su-dah dilakukan serta beberapa kesimpulan yang sudah diambil, dan karena pene-litian dilakukan pada saluran peraga segi empat yang mempunyai lebar dasar sa-luran relatif sempit maka

perlu dilakukan pengujian pada saluran peraga yang lebih besar atau dengan lebar saluran yang me-madai. Disamping itu perlu dipertim-bangkan

pemilihan bentuk

penampang yang lain, misalnya trapesium.

Dengan demikian

diharapkan ha-sil penelitian yang disajikan dalam ben-tuk grafis maupun analitis dapat dipakai untuk perencanaan bangunan sejenis de-ngan

beberapa faktor yang mewakili kea-daan

dilapangan yang sesungguhnya, ser-ta

mempunyai tingkat

(10)

Hydraulics Structures. Oxford and IBH

Publishing, New Delhi. Hager, Willi, H.

1992. Energy Dissipator

s and

Hydraulic Jump. London. Kluwer Academic Publisher. Ranga, Raju, K.

G., 1981. Aliran Melalui Saluran Terbuka. Jakarta. Erlangga Soewarno. 1995.

Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data (Jilid2). Bandung. Nova Subramanya, K.

1986. Flow In Open Channels. New Delhi. Tata Mc Graw – Hill

Publishing. Triatmodjo,

Bambang . 1993. Hidrauli ka II.

Yogyakar ta. Beta Offset Yitnosumarto, Suntoyo. 1990. Dasar-dasar Statistik.

Jakarta. PT. Raja Grafindo

Gambar

Gambar 1.aliran  (pitot
tabel be--rikut:
tabel  dan  kurva

Referensi

Dokumen terkait