• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seuntai Kabar Tentang Hadits Palsu dan Lemah diatas Mimbar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Seuntai Kabar Tentang Hadits Palsu dan Lemah diatas Mimbar"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

Seuntai Kabar

Tentang

Hadits Palsu dan Lemah

diatas Mimbar

Penyusun :

(2)

Berkata Al-Hafidz Al-Mizzi Rahimahullah :

“Semua yang diucapkan Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam adalah baik dan tidaklah semua ucapan baik Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam

mengucapkannya”

(3)

Kata Pengantar :

ﻢﻴﺣﺮﻟا ﻦﻤﺣﺮﻟا ﷲا ﻢﺴﺑ

Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah semata, dan aku bersaksi bahwa Muhammad bin Abdullah Shallallahu alaihi Wassallam adalah Hamba Allah dan utusannya. Segala puji ke hadirat Allah atas segala rahmat dan taufiknya kepada kami dengan telah menjadikan kami sebagai seorang muslim, dipahamkan Sunnah dan dimudahkan dalam menuntut ilmu.

Tergerak hati kami untuk meringkas dan mengumpulkan beberapa hadits palsu dan lemah yang selama ini telah tersebar di kalangan kaum muslimin, bukan hanya tersebar di lisan-lisan saja akan tetapi juga dibacakan diatas mimbar-mimbar oleh para da’i. dengan sangkaan kami bahwa belum ada buku berbahasa Indonesia yang berbicara dalam permasalahan tersebut. , kemudian dikabarkan pada kami bahwa buku terjemahan yang kami maksud telah hadir yakni buku terjemahan dari karya Ibnul Qoyyim Rahimahullah yang berjudul Al-Manarul Munif Fi Shahih wa Dho’if .

(4)

berlindung kepada Allah dari perbuatan mencela Ulama Ahlussunnah). Akan tetapi hal ini disebabkan oleh dua perkara :

1. Kitab beliau tersebut adalah kitab yang jenisnya adalah ringkasan yang berisi sekitar 400 lafadz dan bab hadits palsu dan lemah, sedangkan hadits palsu dan lemah yang tedapat di kitab-kitab maupun tersebar di kalangan kaum muslimin jumlahnya sangat banyak, puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu lafadz hadits.

2. Beliau menyusun kitabnya berdasarkan bab-bab hadist palsu dan lemah bukan perlafadz dan ini tentunya lebih mudah diingat dan pada dasarnya pada kitab beliau di bawahnya mencakup ribuan lafadz hadits palsu dan lemah , tidak hanya terbatas pada lafadz yang beliau contohkan saja. Misalkan, beliau mengatakan bahwa Hadist-hadits tentang Khidir Alaihi Salam masih hidup semuanya palsu atau lemah, dari satu bab ini saja

entah berapa ratus hadits palsu dan lemah yang bisa kita hukumi karena hadits tentang hidupnya khidir Alaihi Salam datang dengan berbagai konteks dan lafadz.

(5)

karena hadits-hadits tersebut sering kali dinukil oleh kaum muslimin baik awam maupun para da’i. Kemudian kami tambahkan juga, nukilan secara ringkas kitab dari Seorang Ulama, Abu Thohir Muhammad Al-Fairuz Abadi1

dalam kitabnya Risalah Fi Bayan Ma Lam Yatsbut Fil Hadits Minal Abwab. Kemudian kami nukilkan pula tentang hukum beramal dengan hadits lemah serta yang berkaitan dengannya, kami nukil secara ringkas dari karya Syaikh Abul Hasan Ali Ar-Rojihy dari kitab beliau yang berjdul :Fathul Latief Fi Hukmil Amal Bi Hadits Dho’if. Sehingga kesimpulannya risalah ini berisi tiga bagian :

1. Hukum beramal dengan hadits Lemah dan hukum-hukum yang berkaitan dengannya

2. Hadits Palsu dan Lemah yang beredar di tengah masyarakat

3. Hadits palsu dan lemah yang beredar di tengah masyarakat berdasarkan Bab.

Adapun lafadz-lafadz hadits palsu dan lemah yang nanti kami sebutkan bukanlah kami yang menghukumi bahwa hadits-hadits tersebut palsu dan lemah, kami hanya menukil dari ucapan-ucapan Ulama Ahli Hadits seperti Al-Allamah Al-Albany dan Al-Allamah Al-Wadi’I Rahimumahullah, apabila kami tidak menemukan hukum 2 ulama ini terhadap hadits tersebut, maka kami

1Abu Thohir Muhammad Al-Fairuz Abadi Rahimahullah, Imam besar Ahli bahasa dan

(6)

nukil hukum hadits tersebut dari tahqiq seorang Muhaqiq Mesir yang bernama Abu Umair Al-Mishri dari kitabnya Tuhfathul Muhibbin.

Kami nukilkan hukum tentang hadits-hadits tersebut dengan tanpa menukil penyakit dan sebab-sebab hadits-hadits tersebut dilemahkan. Dengan asumsi bahwa orang yang mengerti tentang istilah-istilah penyakit hadits tersebut Insya Allah mampu untuk merujuk langsung ke kitab-kitab rujukan yang kami nukilkan darinya dan juga untuk meringkas risalah ini.

Lalu terkadang kami nukilkan pula hadits shahih yang datang dengan makna yang serupa atau mirip dengan hadits palsu dan lemah tersebut, sehingga mudah-mudahan kaum muslimin mencukupkan dengan hadits – hadits shahih dan menghindari mengucapkan dan beramal dengan hadits-hadits Palsu dan lemah.

Adapun kitab-kitab para ulama yang membahas permasalahan ini sangat banyak diantaranya :

1. Al-Manarul Munif Fi Shahih wa Dho’if karya Ibnul Qoyyim Rahimahullah

2. Risalah Fi Bayan Ma Lam Yatsbut Fil Hadits Minal Abwab karya Abu Thohir Muhammad Al-Fairuz Abadi Rahimahullah .

3. Al-Mauduat karya Ibnul Jauzi Rahimahullah

4. Kitab-kitab karya Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah (Dho’iful Jami’, Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah, Dho’if Targhib wa tarhib)

(7)

6. Al-laaiy Al-Masnu’at fil ahadits Al-Maudu’at karya Imam As-Suyuthi Rahimahullah

7. Al Fawa’idul Majmu’at Fil Ahadits Al-Maudu’ut karya Imam As-Syaukani.

Mungkin sebagian kaum muslimin akan bertanya, bagaimana mungkin mengatakan bahwa ada hadits palsu dan lemah ? bukankah Rasulullah Shallallahu alaihi Wassallam tidak mungkin berdusta ?. Kita katakan, anda

benar. bahkan siapa yang mengatakan Rasulullah Shallallahu alaihi Wassallam berdusta sungguh dia telah kafir, akan tetapi hadits palsu dan

lemah adalah hadits yang mengatas namakan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam dalam keadaan Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam tidak mengatakannya atau melakukannya dan kesalahan terjadi pada yang meriwayatkan hadits tersebut baik secara sengaja atau tidak sengaja bukan pada Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam ataupun para sahabatnya.

Akhir kata, mudah-mudahan risalah ringkas ini dapat bermanfaat kepada umat, sehingga dapat menghindarkan diri-diri mereka dari ancaman yang telah disebutkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam dalam Haditsnya :

رﺎﻨﻟا ﻦﻣ ﻩﺪﻌﻘﻣ أﻮﺒﺘﻴﻠﻓ اﺪﻤﻌﺘﻣ ﻲﻠﻋ بﺬﻛ ﻦﻣ

ً

“Barangsiapa yang berdusta atasku dengan sengaja, maka

(8)

Wallahu’ A’lam Bishawab

Yang Fakir Di Hadapan RabbNya

(9)

Pengantar Kitab

Hadits berdasarkan Konsekuensi diterima atau tidak dan bisa dijadikan Hujjah atau tidak terbagi dua jenis :

1) Hadits Maqbul (Diterima) dan bisa dijadikan Hujjah : terdiri dari Hadits Shahih dan Hadits Hasan2.

2) Hadits Mardud (Ditolak): yaitu Hadits Lemah dan tidak bisa dijadikan Hujah atau dalil atas pendapat yang Shahih. Jenis hadits lemah ini sangat banyak, disebutkan oleh Ibnu Sholah menukil Abu Hatim Ibnu Hibban bahwa jenis Hadits lemah mencapai 49 jenis , dan diantara jenis hadits lemah : Mauquf, Mursal, Mudallas, Maqthu, Munqathi’, Mu’dhal, Mutharib, Maqlub, Mudraj, Mu’alal, Maudhu’ (Palsu), Matruk, Syadz, Ma’ruf, Munkar

Sebagian Istilah-istilah Ilmu Hadits yang ditemui dalam buku ini

Hadits Shahih

Hadits yang diriwayatkan dari perawi adil dan dhabit dari yang semisalnya (Adil dan Dhabit) bersambung sanadnya bukan Muallal (terdapat penyakit hadits) juga tidak Syaadz

Hadits Hasan

Hadits Hasan adalah hadits yang memenuhi syarat hadits Shahih akan tetapi derajat dhobit perawinya sedikit lebih rendah dari dhobit rawi hadits-hadits shahih.

Hadits Dho’if (Lemah)

Hadits Dha’if ialah hadits yang tidak memenuhi sifat-sifat dan syarat-syarat Hadits Shahih dan tidak juga Hadits Hasan.

Hadits Maudhu’ (Palsu)

Hadits dusta atas Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam , pada sanadnya terdapat seorang rawi atau lebih yang dikenal sebagai pendusta atau dikenal

(10)

sebagai pembuat ucapan-ucapan dan diatasnamakan sebagai hadits Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam .

Hadits Munkar (Mungkar)

Seorang perawi yang lemah bersendirian dalam meriwayatkan hadits, ini adalah pendapat Imam Ahmad dan An-Nasa’i, sedangkan mayoritas Ahli Hadits mengartikannya sebagai Hadits yang pada sanadnya ditemukan perawi lemah yang menyelisihi perawi yang terpercaya (tsiqoh)3

Hadits Marfu’

Hadits yang disandarkan kepada Nabi Shalallahu ‘alahi wassallam , baik berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan, Hadits Marfu ’ bisa jadi bersambung sanadnya bisa jadi terputus sanadnya.

Mauquf

Hadits yang disandarkan kepada seorang sahabat baik bersambung sanadnya atau terputus, baik yang berupa baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan . Misal, “Ibnu Umar berkata …….. “atau seperti “Ibnu 'Umar mengangkat tangannya dalam takbir-takbir sholat Jenazah”.

Hadits Mursal

Seorang Tabi’in menyandarkan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam , baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan dengan tidak menyebutkan perawi yang menghubungkan antara tabi’in tersebut dan Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam

Sanad atau Isnad

Sanad atau isnad yaitu silsilah mata rantai (urutan bersambung) para perawi yang menghubungkan kepada suatu matan.

Matan

Matan adalah ucapan atau kalimat yang berhenti padanya sebuah sanad. Rawi atau Perawi

Orang-orang yang meriwayatkan hadits yang terdapat dalam sanad Hadits.

(11)

CONTOH

Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori dalam Shahih Bukhori :

لﺎﻗ ﺪﻤﺤﻣ ﻦﺑ ﷲا ﺪﺒﻋ ﺎﻨﺛﺪﺣ

bin Muhammad, dia berkata : telah mengabarkan kepada kami Abu Amir Al-Aqdi, beliau berkata : telah mengabarkan kepada kami Sulaiman bin Bilal dari Abdullah bin Dinar dari Abu Sholih dari Abu Hurairah Rhadiyallahu’ anhu, dari Nabi Shalallahu ‘alahi wassallam bahwa Nabi Shalallahu ‘alahi wassallam bersabda :, " Iman itu memiliki enam puluh lebih cabang, dan malu adalah salah satu cabang dari iman."

Hadits ini yang meriwayatkan adalah : Imam Bukhori dalam kitab beliau Shahih Bukhori

Sahabat yang meriwayatkan : Abu Hurairah Rhadiyallahu’ anhu

Sanad atau Isnad : Ucapan Imam Bukhori : “telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Muhammad” hingga ucapan Abu Hurairah : " dari Nabi Shalallahu ‘alahi wassallam “

Perawi : Abdullah bin Muhammad, Abu Amir Al-Aqdi, Sulaiman bin Bilal, Abdullah bin Dinar , Abu Sholih dan Abu Hurairah

Matan Hadits : Nabi Shalallahu ‘alahi wassallam bersabda :" Iman itu memiliki enam puluh lebih cabang, dan malu adalah salah satu cabang dari iman."

(12)

BAGIAN PERTAMA :

HUKUM BERAMAL DENGAN HADITS

LEMAH DAN HUKUM-HUKUM YANG

BERKAITAN DENGANNYA

4

(13)

HUKUM BERAMAL DENGAN HADITS LEMAH

Para ulama telah berbeda pendapat tentang hukum mengamalkan hadits lemah menjadi tiga golongan :

Golongan pertama berpendapat bahwa boleh mengamalkan hadits lemah secara mutlak yakni tanpa syarat, diantara yang berpendapat seperti ini adalah Abu Hanifah, Ibnul Hammam dan As-Sindi.

Berkata Imam An-Nawawi Rahimahullah dalam Muqodimmah kitab beliau Al-Adzkar : “ Ulama dari kalangan ahli hadits, ahli fiqih dan selainnya mengatakan : “ Diperbolehkan dan diutamakan beramal dalam masalah keutamaan, At-targhib dan At-tarhib dengan hadits lemah selama bukan

hadits palsu. Dan adapun dalam permasalahan hukum seperti halal, haram,

perdagangan, nikah, Thalaq dan selainnya maka tidak boleh beramal di

dalamnya kecuali dengan dengan hadits yang shahih atau hasan. Kecuali

dalam rangka berhati-hati dalam permasalahan darinya, sebagaimana ketika

diriwayatkan hadits lemah tentang dibencinya sebagian jenis perdagangan

atau pernikahan maka lebih utama untuk menjauh darinya akan tetapi tidak

wajib. “

(14)

Al-Baji, Ibnul Mulaqqin, Imam As-Syaukani, Abu Hatim dan Abu Zur’ah . Adapun dari kalangan ulama masa kini diantaranya adalah : Syaikh Ahmad Syakir, Al-Allamah Al-Albani dan Al-Allamah Muqbin bin Hady Al-Wadi’i.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Qo’idah jaliyah fi Tawassul wal Wasilah (hal. 84) : “ Dan tidak diperbolehkan untuk berpegang

dalam permasalah syariat diatas hadits-hadits lemah yang bukan hadits

shahih maupun hasan.”

Golongan Ketiga berpendapat boleh mengamalkan hadits lemah dengan beberapa syarat. Syarat-syarat ini dinukilkan oleh Imam As-Syakhowi dalam Al-Jawahir wad Duror (2/954) dan Al-Qoulul Badi’ (hal. 285) dari guru beliau Al Hafdz Ibnu Hajar . Syarat tersebut ada 3, yaitu :

1. Disepakati bahwa hadits tersebut adalah hadits lemah yang bukan sangat lemah, maka keluar dari syarat ini atau tertolak adalah hadits yang di dalamya terdapat rawi pendusta, tertuduh sebagai pendusta atau memiliki kesalahan-kesalahan yang parah yang bersendirian dalam periwayatan hadits tersebut.

2. Hadits tersebut tercakup dalam kaidah-kaidah dasar agama secara umum, maka yang keluar dari syarat ini adalah hadits-hadits yang tidak memilki asal dari syariat.

(15)

Dan yang berpendapat seperti ini adalah sebagian ahli fiqih di zaman-zaman terakhir.

Dan pendapat yang benar dari 3 pendapat ini adalah pendapat yang kedua, yakni tidak boleh beramal dengan hadits lemah secara mutlak. Adapun mengenai pendapat pertama dan ketiga, maka ulama yang memegang pendapat kedua telah menjawabnya dengan jawaban yang intinya adalah sebagai berikut :

- Tidak boleh membedakan antara beramal dengan hadits lemah dalam masalah keutamaan dan dalam masalah hukum (halal-haram dll), karena sesungguhnya semuanya adalah permasalahan agama yang tidak boleh ditetapkan kecuali dengan dalil.

- Tidak boleh menetapkan satu hukum dalam masalah syariat agama ini kecuali dengan dalil yang shahih, karena barangsiapa yang mengatakan bahwa suatu perkara adalah wajib atau sunnah atau hukum-hukum syariat lainnya tanpa diiringi dengan dalil-dalil yang shahih maka dia telah membuat syariat baru dalam agama.

- Terkadang satu amalan bid’ah tercakup dalam satu kaidah umum syariat, sehingga apabila dibuka pintu ini maka ahlul bid’ah akan mempunyai dalil atas kebid’ahannya.

(16)

Artinya : “Barangsiapa yang meriwayatkan dariku satu hadits yang

dia mengetahui bahwa sesungguhnya hadits itu dusta (terhadapku) maka

dia adalah termasuk salah seorang pendusta” (HR. Ibnu Majah No. 41 dari Ali Rhadiyallahu’ anhudan dan datang dari selainnya. Dishahihkan oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Shahih Sunan Ibnu Majah)

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah yang maknanya adalah : “Sesungguhnya kami menasehatkan kaum muslimin di timur dan barat untuk meninggalkan beramal dengan hadits lemah secara mutlak…….. sampai dengan ucapan beliau ….dan dalam permasalahan tersebut , agar terlepas terjatuh dalam perkara berdusta atas nama Rasulullah Shalallahu Alaihi

Wassallam (Shahih At-targhib wa Tarhib 1/65-66)

HUKUM ORANG-ORANG YANG BERMUDAH-MUDAHAN

DALAM

MERIWAYATKAN

HADITS

DENGAN

TANPA

MENJELASKAN DERAJAT HADITS TERSEBUT

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “ Tidak boleh menyebutkan hadits lemah kecuali dengan penjelasan tentang lemahnya hadits tersebut.”

(Tamamul Minnah hal 32-34)

(17)

1. Dia mengetahui hadits tersebut lemah akan tetapi dia tidak memperingatkan para pendengar tentang lemahnya hadits tersebut, maka ini adalah dusta terhadap kaum muslimin, maka dia terkena ancaman Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam “

ﻦﻴﺑذﺎﻜﻟا ﺪﺣأ ﻮﻬﻓ بﺬﻛ ﻪﻧأ ىﺮﻳ ﻮﻫو ﺎﺜﻳﺪﺣ ﻲﻨﻋ ىور ﻦﻣ

Artinya : “Barangsiapa yang meriwayatkan dariku satu hadits yang

dia mengetahui bahwa sesungguhnya hadits itu dusta (terhadapku) maka

dia adalah termasuk salah seorang pendusta” (HR. Ibnu Majah No. 41 dari Ali Rhadiyallahu’ anhudan dan datang dari selainnya. Dishahihkan oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Shahih Sunan Ibnu Majah)

2. Bisa jadi dia tidak mengetahui bahwa hadits tersebut adalah hadits lemah, maka dia tetap berdosa karena berani menisbahkan kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam sesuatu tanpa diiringi dengan ilmu.

Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam telah bersabda :

ﻊﻤﺳ ﺎﻣ ﻞﻜﺑ ثﺪﺤﻳ نأ ﺎﺑﺬﻛ ءﺮﻤﻟﺎﺑ ﻰﻔﻛ

ﱢ ُ

“Cukuplah seseorang menjadi pendusta dengan mengabarkan seluruh

(18)

CARA MENYAMPAIKAN HADITS LEMAH

Berkata Imam An-Nawawi Rahimahullah dalam Majmu’ Syarhu Muhadzab (1/63) yang maknanya : “ Bahwa para ulama ahli hadits

mengatakan apabila hadits lemah maka tidak boleh disampaikan (dengan

Konteks ) “Rasulullah bersabda” , “ Rasululullah telah melakukan ini dan itu

“ atau “Rasulullah telah memerintahkan atau melarang ”. Serta tidak boleh

pula mengatakan atas nama sahabat Rasulullah Shalallahu Alaihi

Wassallam,seperti “ Berkata Abu Hurairah Rhadiyallahu’ anhu“ tidak pula

mengatakan terhadap para tabi’in dan yang sesudahnya, selama hadits atau

atsar tersebut lemah (yakni tidak dengan konteks yang memastikan .) Akan

tetapi dengan konteks : “ Diriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu Alaihi

Wassallam “ atau “ Dinukilkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam “”

Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Tamamul minnah (hal. 40) mengomentari ucapan ini yang intinya bahwa bahwa kaum muslimin sebagian besar tidak mengerti istilah ilmu hadits , sehingga mereka tidak bisa membedakan antara dibacakan kepada mereka dengan konteks “Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam bersabda” atau “ Diriwayatkan dari Rasulullah

Shalallahu Alaihi Wassallam “ Sehingga sepantasnya untuk menjelaskan

(19)

BAGIAN KEDUA :

HADITS-HADITS PALSU DAN LEMAH YANG

(20)

HADITS PERTAMA

قﻼﻄﻟا ﻰﻟﺎﻌﺗ ﷲا ﻰﻟإ لﻼﺤﻟا ﺾﻐﺑأ

“Perkara Halal yang paling dibenci Allah adalah Thalaq”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “(Hadits) Lemah, Dikeluarkan oleh Abu Dawud (218) dari Ibnu Umar Rhadiyallahu’ anhudari Nabi Shalallahu Alaihi Wassallam “ (Al-Irwa’ul Ghalil no. 2040 dengan ringkasan)

Berkata Al-Allamah Muqbil bin Hady Al-Wadi'i Rahimahullah : “ Dan terkadang pada sebagian hadits, hati tidak merasa tenang untuk

menshahihkannya, seperti hadits : “Perkara Halal yang paling dibenci Allah

adalah Thalaq” (Ijabatus Sa’il hal. 567)

HADITS KEDUA

فﻼﺘﺧا

أ

ﺔﻤﺣر ﻲﺘﻣ

“Perbedaan di kalangan umatku adalah rahmat”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “Tidak ada asalnya, dan sungguh para ahli hadits telah berusaha untuk mendapatkan sanadnya maka mereka tidak menemukannya ”

(21)

Alaihi Wassallam : “ Dan ini adalah termasuk dari ucapan yang paling rusak, karena apabila perselisihan adalah rahmat maka sesungguhnya kesepakatan adalah kemarahan (Allah)” ( Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 57 dengan ringkasan)

Berkata Al-Allamah Muqbil bin Hady Al-Wadi'I Rahimahullah : “ Adapun hadits “Perpecahan di kalangan umatku adalah rahmat” maka hadits ini tidak

memiliki sanad (jalur periwayatan)” (Ijabatus Sa’il hal. 519)

Lihat juga ucapan beliau dalam Al-Muqtaroh (Hal. 14 dan 29) dan dan beliau berkata pula dalam Maqtul Jamilurrahman (hal 22) : “Batil “

HADITS KETIGA

ﺑرأ

رﺎﺟ اراد ﻦﻴﻌ

“Jarak empat puluh rumah adalah tetangga”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Lemah, Diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam Al-Kabir dari Ka’ab bin Malik Rhadiyallahu’ anhu. hadits ini dilemahkan pula oleh Al-Hafidz Al-Iroqi dalam Takhrijul Ikhya’ (2/189) serta Al-Hafidz dalam Fathul Bari’ (10/397) (Silsilah

Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 275 dengan sedikit perubahan dan ringkasan)

(22)

ﻖﺣ

اراد ﻦﻴﻌﺑرا ﻰﻟإ رﺎﺠﻟا

“ Hak tetangga hingga 40 rumah”

Hadits ini juga dilemahkan oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 276. Adapun hadits shahih tentang wajibnya memuliakan tetangga telah datang dari berbagai lafadz dari berbagai sahabat, diantaranya adalah hadits Abdullah bin Umar Rhadiyallahu’ anhuma, beliau berkata, bersabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam :

ﻪﺛرﻮﻴﺳ ﻪﻧأ ﺖﻨﻨﻇ ﻰﺘﺣ رﺎﺠﻟﺎﺑ ﻲﻨﻴﺻﻮﻳ ﻞﻳﺮﺒﺟ لاز ﺎﻣ

“ Jibril tidak pernah berhenti mewasiatiku tentang tetangga sampai aku

menduga dia akan menjadikan mereka sebagai ahli waris (HR. Bukhari 6014 Muslim 2624)

HADITS KEEMPAT

(23)

“Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri cina”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “(Hadits) Batil. Diriwayatkan oleh Ibnu Adi (2/270) dan Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbahan (2/106) dari Anas bin Malik Rhadiyallahu' anhu. Dan telah dicantumkan oleh ibnul Jauzi Rahimahullah dalam Al-Maudu’at. (1/215) Ibnul Jauzi berkata , Berkata Ibnu Hibban :”Batil, tidak memiliki asal” (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 406 dengan ringkasan)

HADITS KELIMA

ﺮﺋاﺮﺴﻟا ﻰﻟﻮﺘﻳ ﻪﻠﻟاو ﺮﻫﺎﻈﻟﺎﺑ ﻢﻜﺣأ نا تﺮﻣا

“Aku telah diperintah untuk menghukumi secara dzhahir (yang tampak)

dan Allah yang mengurus secara tersembunyi”

Berkata AS-Sakhowi dalam Al-Maqoshidul Hasanah (hal. 109) : “ Tersebar di kalangan ahli ushul dan ahli Fiqih”

Hadits ini tidak ada wujudnya dalam kitab-kitab hadits hadits yang terkenal (Nukilan dengan ringkas darI Tuhfatul Muhibbin hal. 39)

(24)

سﺎﱠﻨﻟا بﻮﻠـﻗ ﻦﻋ ﺐﻘـﻧَأ نَأ ﺮﻣوُأ ﻢﻟ ﻲﻧإ

ِ

ِ ُُ ْ َ َ ُْ ْ ْ ْ

َ َ ِ

“ Sesungguhnya aku tidak diperintah untuk menyelidiki hati-hati

manusia” (HR. Bukhari 4351 Dan Muslim 1064)

HADITS KEENAM

ﻰﻟﺎﻌﺗ ﷲا رﻮﻨﺑ ﺮﻈﻨﻳ ﻪﻧﺈﻓ ﻦﻣﺆﻤﻟا ﺔﺳاﺮﻓ اﻮﻘﺗا

“Takutlah Firasat seorang Mu’min, Sesungguhnya dia memandang

dengan cahaya Allah Ta’ala”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “(Hadits) Lemah, Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Abu Umamah, Abdullah bin Umar dan At-tsauban Rhadiyallahu' anhum” (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 1821)

HADITS KETUJUH

ا

اﺪﻏ تﻮﻤﺗ ﻚﻧﺄﻛ ﻚﺗﺮﺧﻵ ﻞﻤﻋاو اﺪﺑأ ﺶﻴﻌﺗ ﻚﻧﺄﻛ كﺎﻴﻧﺪﻟ ﻞﻤﻋ

“Beramallah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya dan

(25)

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “ Tidak memiliki asal, dan sungguh telah tersebar di lisan-lisan manusia di zaman-zaman terakhir”

Diriwayatkan juga bahwa ucapan ini adalah ucapan Abdullah bin amr bin ash Rhadiyallahu’ anhuma, akan tetapi sanadnya pun lemah. (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 8 dengan ringkasan dan sedikit perubahan)

Datang pula dengan lafadz :

اﺪﻏ نﻮﺗﻮﻤﺗ ﻢﻜﻧﺄﻛ ﻢﻜﺗﺮﺧﻵ اﻮﻠﻤﻋاو ﻢﻛﺎﻴﻧد اﻮﺤﻠﺻأ

ً

“ Perbaikilah dunia kalian dan beramallah untuk akhirat kalian

seakan-akan kalian seakan-akan wafat esok hari,”

Diriwayatkan oleh Al-Qodho’I (2/60) dari Abu Hurairah Rhadiyallahu’ anhudari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam . Lafadz ini pun sangat

lemah sekali (Silahkan merujk Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 874)

HADITS KEDELAPAN

ﺮﻜﻣ ﻢﻴﺘﻳ ﻪﻴﻓ ﺖﻴﺑ ﷲا ﻰﻟإ ﻢﻜﺗﻮﻴﺑ ﺐﺣأ

“Rumah kalian yang paling dicintai Allah adalah rumah yang di dalamnya

terdapat anak-anak yatim yang dimuliakan”

(26)

Mu’jamul Kabir disandarkan kepada Umar dari Rasulullah Shalallahu Alaihi

Wassallam (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah 1636 dengan ringkasan)

Datang juga dengan lafadz yang semisal disandarkan kepada Abu Hurairah Rhadiyallahu ‘anhu dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam , Sanadnya pun lemah. Silahkan merujuk Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 1637.

Adapun hadits Shahih tentang keutamaan memuliakan anak yatim terlalu banyak untuk disebutkan disini, diantaranya adalah hadits Sahl bin Sa’ad Rhadiyallahu’ anhu, Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam bersabda :

ﺠﻟا ﻲﻓ ﻢﻴﺘﻴﻟا ﻞﻓﺎﻛ و ﺎﻧأ

ﻰﻄﺳﻮﻟاو ﺔﺑﺎﺒﺴﻟﺎﺑ ﻪﻴﻌﺒﺻﺄﺑ رﺎﺷأو اﺬﻜﻫ ﺔﻨ

ُ

“Aku dan orang yang menanggung anak-anak yatim di surga seperti ini,

beliau mengisyaratkan 2 jarinya, jari telunjuk dan jari tengah” (HR. Bukhori 6005)

HADITS KESEMBILAN

ﻰﻨﺑﺮﻘﻳ ﺎﻤﻠﻋ ﻪﻴﻓ دادزأ ﻻ مﻮﻳ ﻰﻠﻋ ﻰﺗأ اذإ

ً

ُ

ٌ ﱠ

ﻰﻓ ﻰﻟ كرﻮﺑ ﻼﻓ ﷲا ﻰﻟإ

ُ ِ

مﻮﻴﻟا ﻚﻟذ ﺲﻤﺷ عﻮﻠﻃ

ِ

ِ

ِ ُُ

“Apabila tiba pada suatu hari yang tidak bertambah ilmu di dalamnya

(27)

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : ”(Hadits) Palsu. Dikeluarkan oleh Ibnu Rowahah dalam musnadnya dan Ibnu adi dalam Al-Kamil, Disandarkan kepada Aisyah Rhadiyallahu' anha secara marfu’ kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam, dicantumkan pula oleh Ibnul Jauzi dalam Al-Mauduat (1/233) (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 379 dengan ringksan dan perubahan)

HADITS KESEPULUH

نذﺆﻳ ﻻ

ا

ﻲﺿﻮﺘﻣ

“Tidak boleh beradzan kecuali kecuali orang yang telah berwudhu”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “ (Hadits) Lemah, Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (1/389) dan Al-Baihaqi (1/397) dari Abu Hurairah Rhadiyallahu’ anhu secara marfu’ (Al-Irwaul Ghalil no. 222 dengan ringkasan)

HADITS KESEBELAS

Diriwayatkan Bahwa Allah berfirman :

ﻪﻴﻠﻋ ﺐﻀﻏأ ﻰﻧﻮﻋﺪﻳ ﻻ ﻦﻣ

(28)

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “ Hadits ini dicantumkan oleh As-Suyuthi dalam Jami’us Shogir dari riwayat Askari dalam Al-Mawaidz disandarkan dari Abu Hurairah Rhadiyallahu’ anhu dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam . “

Kemudian Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah berkata : “ Dan telah menguasai dugaanku bahwa hadits ini dari sisi periwayatan ini adalah lemah” (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah 4040 dengan ringkasan)

Adapun hadits yang shahih adalah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam bersabda :

ﻪﻴﻠﻋ ﺐﻀﻐﻳ ﷲا ﻮﻋﺪﻳ ﻻ ﻦﻣ

“ Barangsiapa yang tidak berdoa kepada Allah maka Allah akan marah kepadanya”

Hadits ini shahih datang dari Abu Hurairah Rhadiyallahu’ anhudari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam ,dikeluarkan oleh Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrod (658) At-Tirmidzi (2/342) Ibnu Majah (3827). Datang juga dengan makna yang sama dengan konteks dan lafadz yang berbeda silahkan merujuk Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah no. 2654.

Walhasil bahwa hadits yang meriwayatkan bahwa Allah berfirman :

ﻳ ﻻ ﻦﻣ

ﻪﻴﻠﻋ ﺐﻀﻏأ ﻰﻧﻮﻋﺪ

“ Barangsiapa yang tidak berdoa kepadaku maka aku akan marah padanya” adalah lemah dan yang shahih adalah, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam bersabda :

ﻪﻴﻠﻋ ﺐﻀﻐﻳ ﷲا ﻮﻋﺪﻳ ﻻ ﻦﻣ

“ Barangsiapa yang tidak berdoa kepada Allah maka Allah akan marah kepadanya”

HADITS KEDUA BELAS

(29)

Telah datang jibril kepadaku dengan membawa periuk maka aku makan

darinya, kemudian aku dianugerahi kekuatan 40 orang lelaki dalam

bersenggama.

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “ (Hadits) Batil, Diriwayatkan oleh ibnu Sa’ad (1/374) dari Usamah bin Zayd dari Sofwan bin Sulaim disandarkan kepada Rasulullah Shalallahu 'alahi wassallam . Aku katakan (Al-Albani) : “ Dan (hadits) ini Mursal atau Mu’dhol.”

Datang juga dengan lafadz yang berbeda disandarkan kepada Abu Hurairah Radhiyallahu' anhu dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam, Dikeluarkan oleh Al-Harabi dalam Ghoribul Hadits. Hadits ini juga lemah, berkata Al-Khatib : “ Hadits Ini Bathil “ ( Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 1685 dengan sedikit perubahan dan ringkasan)

Hadits yang shahih adalah datang dari Anas bin Malik Rhadiyallahu’

"Nabi Muhammad Shalallahu ‘alahi wassallam mengelilingi (mendatangi)

istri-istri beliau pada satu waktu pada malam dan siang, dan mereka ada

sebelas orang wanita." Salah seorang yang meriwayatkan hadits ini berkata,

(30)

menjawab, 'Kami katakan bahwa beliau diberi kekuatan tiga puluh orang.”

(HR. Bukhori No. 268)

HADITS KETIGA BELAS

ﻪﻴﻓ ﺔﻛﺮﺑ ﻻ رﺎﺤﻟا نﺈﻓ مﺎﻌﻄﻟﺎﺑ اودﺮﺑأ

“Dinginkanlah makanan, karena makanan yang panas tidak memiliki berkah”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “(Hadits) Lemah, datang dan disandarkan kepada Ibnu Umar dalam Al-Jami’us Shogir Ad-Dailami, dan diriwayatkan dari Jabir dan Asma’ dikeluarkan oleh Al-Hakim. Disandarkan dari Abu Hurairah dalam Al-Ausath Ath-Thabrani dan disandarkan dari Anas oleh Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah.”

Kemudian beliau (Al_Albani ) berkata: “ Dan secara keseluruhan. Hadits ini di sisiku adalah lemah karena tidak adanya penguat yang teranggap

untuknya. Wallhu a’lam “ (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 1587 dengan sedikit perubahan dan ringkasan)

Datang juga dengan lafadz :

ﻪﻴﻓ ﻢﻜﻟ كرﺎﺒﻳ ﻢﻜﻣﺎﻌﻃ اودﺮﺑ

“ Dinginkanlah makanan kalian, maka akan diberkahi padanya untuk

(31)

Akan tetapi Lafadz ini pun lemah (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 1654)

Adapun yang shahih adalah hadits yang datang dari Asma’ bintu Abu Bakar Rhadiyallahu’ anhuma, sesungguhnya beliau apabila makanan dalam keadaan panas beliau memberinya kuah hingga hilang panas dan asapnya. Kemudian beliau berkata : “ Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam bersabda :

ﺔﻛﺮﺒﻠﻟ ﻢﻈﻋأ ﻪﻧا

”Sesungguhnya (makanan dingin) lebih besar berkahnya”

Hadits ini dkeluarkan oleh Ad-Darimi (2/100) Ibnu Hibban dalam Shahihnya (1344) dan dishahihkan oleh Al-Hakim, Adz Dzahabi dan Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah pun berpendapat yang sama ( Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah No. 659 dengan sedikit perubahan dan ringkasan)

HADITS KEEMPAT BELAS

ﺎﻧﻮﺘﺨﻣ تﺪﻟو ﻲﻧأ ﻲﺑر ﻰﻠﻋ ﻲﺘﻣاﺮﻛ ﻦﻣ

“Termasuk dari karamahku dari Allah, Sesungguhnya aku telah

(32)

Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Khatib dalam Tarikh bahgdad (1/329) dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Diymasq (3/314) Disandarkan kepada Anas bin Malik Rhadiyallahu’ anhu, kemudian berkata Al-Khatib : “ Sufyan bin Muhammad Al-Musisi bersendirian dalam riwayat ini dan dia Mungkarul

Hadits dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Asakir dan di dalamnya terdapat

beberapa rawi yang tidak dikenal“

Datang juga dalam riwayat Ibnu Abdil Baar Rahimahullah , disandarkan kepada Abbas Rhadiyallahu’ anhu, beliau berkata :

ﺎﻧﻮﺘﺨﻣ ﺪﻟو ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﻲﺒﻨﻟا نإ

” Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam dilahirkan

dalam keadaan sudah dkhitan”

Kemudian Ibnu Abil Baar berkata : ” Dan tidaklah sanadnya tegak”

Dan diriwayatkan pula dari Ibnu Umar secara Mauquf dan sanadnya tidak Shahih. (Nukilan dari Kasyful Litsam karya As-Safarini (1/348) Silahkan merujuk pula Ahkamul Maulud Karya Inul Qoyyim Rahimahullah)

Dilemahkan pula oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Dho’iful Jami’ No. 5310 dan Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 6270

HADITS KELIMA BLAS

(33)

“Takutlah kepada pintu-pintu penguasa dan perkarangannya, karena

sesungguhnya manusia yang paling dekat dengan para penguasa dan

perkarangannya adalah manusia yang paling jauh dari Allah”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Palsu, Diriwayatkan oleh Abu Nua’im dalam Akhbar Ashbahan (2/42) dan Ad-Dailami dalam Al-Musnad, disandarkan kepada Ibnu Umar dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam. (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 1698dengan ringkasan)

Datang hadits dengan lafadz dari Ibnu Abbas Rhadiyallahu’ anhuma, Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam bersabda :

ﻦﺘﺘﻓا نﺎﻄﻠﺴﻟا ﻰﺗأ ﻦﻣو

“Barangsiapa yang mendatangi penguasa akan terfitnah”

Hadits ini Dishahihkan oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Sunan Abi Dawud No. 2859

HADITS KEENAM BELAS

ﻲﺒﻳدﺄﺗ ﻦﺴﺣﺄﻓ ﻲﺑر ﻲﻨﺑدأ

(34)

Berkata Ibnu Taimiyah Rahimahullah dalam Majmu’ Rasail Al-Kubro (2/336) : ” Maknanya Shahih akan tetapi tidak memiliki sanad yang tsabit (Shahih)” (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 72 dengan ringkasan)

Silahkan merujuk pula pada Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 2185

HADITS KETUJUH BELAS

نآﺮﻘﻟا ﻦﻣ ﺎﺌﻴﺷ ﺐﻨﺠﻟا ﻻو ﺾﺋﺎﺤﻟا أﺮﻘﺗ ﻻ

“Janganlah wanita yang sedang Haid dan orang yang sedang Junub

membaca sesuatu dari Al-Qur’an”

Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi disandarkan dari Ibnu Umar Rhadiyallahu’ anhuma . Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Takhrij Al-Musykat : ” Maka hadits ini mungkar, bahkan Imam Ahmad mengatakan bahwa sesungguhnya hadits ini batil” (Takhrij Al-Musykat No. 461 dengan ringkasan)

HADITS KEDELAPAN BELAS

ﻲﺘﻋﺎﻔﺷ ﻪﻟ ﺖﻴﺒﺟو يﺮﺒﻗ راز ﻦﻣ

(35)

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “ (Hadits) Munkar”…hingga ucapan beliau…. “ Dan secara keseluruhan sesungguhnya hadits ini lemah, tidak dapat berhujjah dengannya dan sebagian jalur periwayatannya lebih

lemah dari yang lain “ ( Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 1128 dengan ringkasan)

Hadits ini dilemahkan pula oleh Al-Allamah Muqbil bin Hady Al-Wadi'i Rahimahullah dalam kitab beliau As-Syafa’at No. 195-196

HADITS KESEMBILAN BELAS

ﻰﻧﺎﻔﺟ ﺪﻘﻓ ﻰﻧرﺰﻳ ﻢﻟو ﺖﻴﺒﻟا ﺞﺣ ﻦﻣ

“Barangsiapa yang menunaikan ibadah Haji kemudian tidak berziarah

kepadaku maka sungguh dia telah bersikap kasar kepadaku”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “(Hadits) Palsu, begitulah Al-Hafidz Adz-Dzahabi menghukuminya dalam Al - Mizan (3/237) dan

As-Shon’ani telah mencantumkannya dalam Al-Ahadits Al-Maudu’at (hal. 6).

Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Adi (7/2480) dan Ibnu Hibban dalam

Ad-Dhu’afa (2/73)”……..hingga ucapan beliau (Al-Albani)….: “ hal itu dikarenakan

(36)

hukumnya tidak sampai melebihi hukum mustahabah, sehingga bagaimana

bisa meninggalkan perbuatan tersebut teranggap sebagai perbuatan kasar

kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassallam ??? “ (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 45 dengan ringkasan dan perubahan)

Hadits ini dilemahkan pula oleh Al-Allamah Muqbil bin Hady Al-Wadi'i Rahimahullah dalam Ghorothul Asyrithoh (2/200)

Berkata Ibnu Taimiyah dalam Al-Fatawa (18/342) : “(Hadits) Dusta” dan berkata pula dalam Al-Fatawa (27/35) : “ Dan tidak tsabit (hadits) dari Rasulullah Shalallahu Alaihi tentang ziarah ke kuburan beliau”

Hadits yang Shahih adalah keutamaan berziarah ke 3 mesjid, yakni Mesjidil Haram, Mesjid Nabawi dan Majidl Aqsha. Sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah Rhadiyallahu ‘anhu Rhadiyallahu' anhu, Rasulullah bersabda :.

”Dan tidaklah bersusah payah melakukan perjalanan jauh kecuali ke tiga

Mesjid : Masjidil Al-Haram, Mesjid Nabawi dan Mesjid Al-Aqsha” (HR. Bukhori No. 1189 dan Muslim 3384)

Adapun ketika telah tiba di Mesjid Nabawi, Disunnahkan untuk berziarah kepada makam beliau Shalallahu ‘alahi wassallam.

(37)

مﻮﻗ ثﺪﺧأ ﺎﻣ

ﺔﻨﺴﻟا ﻦﻣ ﺎﻬﻠﺜﻣ ﻊﻓر ﻻا ﺔﻋﺪﺑ

“Tidaklah suatu kaum membuat perkara-perkara bid’ah kecuali diangkat

yang semisalnya dari perkara Sunnah”

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (4/105) Al-Lalaka’I dalam Syarah ushulil I’tiqhod (121) dan Ibnu Bathah dalam Al-Ibanah Kitabul Iman

(No. 10) dari Ghudaif bin Al-Harits Rhadiyallahu’ anhusecara marfu’. Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Takhrij Al-Musykat (No.187) :” “Sanadnya lemah”

Yang shahih bahwa ini adalah ucapan Usamah bin Athiyah Rahimahullah , diriwayatkan oleh Ad-Darimi (1/54) (Nukilan secara ringkas dari Tuhfatul Muhibbin Hal. 118-119 dan Takhrij Al-Muykat No. 187)

HADITS KEDUA PULUH SATU

بﻮﻠﻘﻟا تﻮﻤﺗ مﻮﻳ ﻪﺒﻠﻗ ﺖﻤﻳ ﻢﻟ ﻰﺤﺿﻷاو ﺮﻄﻔﻟا ﺔﻠﻴﻟ ﻰﻠﺻ ﻦﻣ

(38)

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Palsu. Telah dikatakan dalam Al Mujma’ (2/198) : Diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam Al-Kabir dan Al-Ausath dari Ubadah bin Shamit Rhadiyallahu’ anhu( Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 520)

Datang juga dengan lafadz yang berbeda dengan makna yang hampir sama, silahkan merujuk Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 521

HADITS KEDUA PULUH DUA

ﻪﺗدﺎﻴﻋ ﻦﻣ ﻪﻈﺣ ﻪﻧﺈﻓ ﺎﺌﻴﺷ ﻩﺪﻨﻋ ﻞﻛﺄﻳ ﻼﻓ ﺎﻀﻳﺮﻣ ﻢﻛﺪﺣأ دﺎﻋ اذإ

ِِ

َ ْ

ُ

“Apabila salah seorang dari kalian menjenguk orang sakit, maka

janganlah memakan sesuatu di sisinya, karena sesungguhnya itu adalah

pahalanya dari kunjungannya”.

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Sangat Lemah, Diriwayatkan oleh Ad-Dailami (1/1/68) dari Abu Umamah secara

marfu’. ………..hingga ucapan beliau (Al-Albani) :…….Dan sanad ini sangat

lemah apabila bukan palsu. (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 2288 dengan

(39)

HADITS KEDUA PULUH TIGA

نﻮﻨﺠﻣ اﻮﻟﻮﻘـﻳ ﻰﺘﺣ ﷲا ﺮﻛذ اوﺮﺜﻛأ

ٌ ُْ َ َ َ

ُ ُ ﱠ ِ

َ

ْ

ِ

ُ

ِ

ْ

َ

“Perbanyaklah berdzikir,sampai-sampai mereka mengataimu sebagai orang

gila”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Lemah, Dikeluarkan oleh Al-Hakim (1/499) Ahmad (3/68) disandarkan dari Abu Sa’id Rhadiyallahu’ anhudari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam. (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 517)

HADITS KEDUA PULUH EMPAT

ﺔﺒﻴﻏ ﻖﺳﺎﻔﻟ ﺲﻴﻟ

(40)

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Batil, Diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam At-Tarikh (hal. 236) Hadits ini disebutkan pula oleh Ibnul Qoyyim dalam Kitabnya Al-Manarul Munif , datang juga dengan lafadz yang berbeda-beda dengan makna yang sama . Berkata Ad-Daruquthni dan Al-Khotib : “Sungguh telah diriwayatkan dari berbagai jalan periwayatan dan semuanya batil“ (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 584 Dengan ringkasan dan sedikit perubahan)

HADITS KEDUA PULUH LIMA

ﻢﺘﻳﺪﺘﻫا ﻢﺘﻳﺪﺘﻗا ﻢﻬﻳﺄﺒﻓ ، مﻮﺠﻨﻟﺎﻛ ﻲﺑﺎﺤﺻأ

“Sahabat-sahabatku bagaikan bintang-bintang, kepada siapa saja dari

(41)

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Palsu, Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Baar Dalam Jami’ul Ilmi (2/91) dan Ibnu Hazm dalam Al-Ihkam (6/82) dari Jabir Rhadiyallahu’ anhusecara Marfu’. Datang juga dengan lafadz yang berbeda dengan makna yang sama dan semuanya lemah (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 58 sampai dengan 61)

Datang juga dengan lafadz :

ﻲﺘﻴﺑ ﻞﻫأ

ﻢﺘﻳﺪﺘﻫا ﻢﺘﻳﺪﺘﻗا ﻢﻬﻳﺄﺒﻓ ، مﻮﺠﻨﻟﺎﻛ

“Anggota keluargaku bagaikan bintang-bintang, kepada siapa saja dari

mereka kalian mencari petunjuk maka kalian akan mendapatkannya”

Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah pun menghukuminya sebagai Hadits

Palsu. (Silahkan merujuk Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 62)

Ibnu Abdil Baar menukil Asyhab berkata : “Aku mendengar Imam Malik berkata :”Tidak ada kebenaran kecuali satu dari dua pendapat yang berbeda, tidak mungkin keduanya sama-sama benar dan tidaklah Al-haq dan

kebenaran kecuali hanya satu” ( Nukilan dari Tuhfathul Muhibbin hal 29).

HADITS KEDUA PULUH ENAM

ﻪﺘﻠﻗ ﺎﻧأو ﻰﻨﻣ ﻮﻬﻓ ﻪﻘﻓاو نﺈﻓ ﷲا بﺎﺘﻛ ﻰﻠﻋ ﻰﺜﻳﺪﺣ اﻮﺿﺮﻋا

(42)

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Sangat Lemah, Dikeluarkan oleh At-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir (1429) disandarkan dari Tsauban Rhadiyallahu’ anhu. Kemudian beliau (Al-Albani) menukil ucapan Ibnu Hazm dalam Al-Ihkam (2/82-86) : ”Sesungguhnya ucapan ini tidak akan mengatakannya kecuali Pendusta, Zindiq, Kafir dan orang yang

tolol” (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 1400 dengan ringkasan)

HADITS KEDUA PULUH TUJUH

فﻮﻓﺪﻟﺎﺑ ﻪﻴﻠﻋ اﻮﺑﺮﺿاو ﺪﺟﺎﺴﻤﻟا ﻲﻓ ﻩﻮﻠﻌﺟاو حﺎﻜﻨﻟا اﺬﻫ اﻮﻨﻠﻋأ

“Umumkanlah pernikahan ini dan jadikanlah (Selenggarakanlah) di

mesjid-mesjid serta pukullah di dalamnya rebana-rebana”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : Dengan lafadz lengkap seperti ini maka Hadits ini adalah hadits Lemah. Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi (1/202) dan Al-Baihaqi (7/290) Disandarkan dari Aisyah Rhadiyallahu' anha dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam .

Datang lafadz yang shahih dari Az-Zubair Rhadiyallahu’ anhudari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam , beliau bersabda :

حﺎﻜﻨﻟا اﻮﻨﻠﻋا

(43)

Hadits ini Dihasankan oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Adabu Zifaf (hal. 105)

Adapun bagian yang sesudahnya dari hadits ini, yakni :

فﻮﻓﺪﻟﺎﺑ ﻪﻴﻠﻋ اﻮﺑﺮﺿاو ﺪﺟﺎﺴﻤﻟا ﻲﻓ ﻩﻮﻠﻌﺟاو

Dan jadikanlah (Selenggarkanlah) di mesjid-mesid serta pukullah di dalamnya rebana-rebana”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “Adapun bagian yang sesudahnya, maka sesungguhnya aku tidak menemukan penguat, maka

disebabkan hal itu maka bagian ini adalah mungkar “

Datang Hadits – hadits yang shahih tentang bolehnya memukul rebana pada hari pernikahan. Salah satunya adalah hadits yang dihasankan oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Al-Irwaul Ghalil 1994 :

حﺎﻜﻨﻟا ﻲﻓ تﻮﺼﻟاو فﺪﻟا ماﺮﺤﻟاو لﻼﺤﻟا ﻦﻴﺑ ﺎﻣ ﻞﺼﻓ

“Pemisah antara halal dan haram adalah rebana dan suara dalam

pernikahan”

Hadits ini diriwayatkan oleh An-Nasa’i, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Muhammad bin Hatib dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam .

(44)

ﺲﻳ اوأﺮﻗا

ﺗﻮﻣ ﻰﻠﻋ

ﻢﻛ

“Bacakanlah surat Yasin kepada orang yang meninggal di diantara kalian”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : Dikeluarkan oleh Abu Dawud (3121) Ibnu Abi Syaibah (4/74) dan Al-Hakim (1/565) Disandarkan kepada Ma’qil bin Yasar Rhadiyallahu' anhu.

Abu Bakar bin Al-Arabi menukil dari Ad-Daruquthni, bahwa beliau berkata : “Hadits ini lemah sanadnya , tidak dikenal lafadznya dan tidak ada yang shahih hadits dalam permasalahan ini “ (Al-Irwaul Ghalil no 688 dengan ringkasan )

Hadits ini dilemahkan pula oleh Al-Allamah Muqbil bin Hady Al-Wadi'i dalam beberapa kitab beliau, diantaranya dalam Ijabatus sa’il (hal. 421). Beliau berkata : “Hadits Lemah”

HADITS KEDUA PULUH SEMBILAN

حﺎﻜﻨﻟﺎﺑ قزﺮﻟا اﻮﺴﻤﺘﻟا

(45)

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Lemah, Diriwayatkan oleh Al-Wahidi dalam Al-Wasith dan oleh Ad-Dailami disandarkan dari Ibnu Abbas dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam.

Datang pula dengan lafadz :

لﺎﻤﻟﺎﺑ ﻦﻴﺗﺄﻳ ﻦﻬﻧﺈﻓ ءﺎﺴﻨﻟا اﻮﺟوﺰﺗ

“Nikahilah para wanita, sesungguhnya mereka datang dengan harta”

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushanaf. Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : “(Hadits) Lemah” (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah 2487 dan 3400 dengan ringkasan)

HADITS KETIGA PULUH

ﻩﺮﺧآ وأ ﺮﻴﺧ ﺎﻬﻟوأ ىرﺪﻳ ﻻ ﺔﻛرﺎﺒﻣ ﺔﻣأ ﻰﺘﻣأ

Umatku adalah umat yang diberkahi, tidak diketahui mana yang lebih

baik, Generasi awalnya atau generasi akhirnya”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Lemah, Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari Amr’ bin Utsman secara Mursal. (Dho’iful Jami’ 1375)

Datang pula dengan lafadz :

(46)

“Permisalan umatku adalah seperti hujan, tidak diketahui mana yang

lebih baik, generasi awalnya atau generasi akhirnya”.

Hadits ini Dihasankan oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dengan berbagai jalur periwayatannya. (Takhrij Al-Musykat no. 6277)

Datang pula hadits yang shahih yang maknanya secara dzhohir menyelisihi makna hadits ini, sehingga dibutuhkan untuk melihat perkataan dan penjelasan para ulama dalam memahami dua hadits ini. Hadits yang kami maksud adalah hadits Ibnu Mas’ud Rhadiyallahu’ anhu, Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam bersabda :

ﻢﻬـﻧﻮﻠـﻳ ﻦﻳﺬﻟا ﻢﺛ ﻢﻬـﻧﻮﻠـﻳ ﻦﻳﺬﻟا ﻢﺛ ﻲﻧﺮـﻗ ﻲﺘﻣُأ ﺮـﻴﺧ

ْ

ُ

َ

ُ

َ

َ

ِ

ُ

ْ

ُ

َ

ُ

َ

َ

ِ

ُ ِ ِ

ْ

َ ﱠ ُ َ

ْ

“Sebaik-baik umat adalah kurunku (zaman para sahabat), kemudian kurun setelah mereka kemudian kurun setelah mereka “ (HR. Bukhari dan Muslim, dan lafadz ini adalah lafadz dari Shahih Muslim). Wallahu’ A’lam

HADITS KETIGA PULUH SATU

ﻂﻔﻟا ةﺎﻛﺰﺑ ﻻإ ﻊﻓﺮﻳ ﻻ ضرﻷاو ءﺎﻤﺴﻟا ﻦﻴﺑ ﻖﻠﻌﻣ نﺎﻀﻣر ﺮﻬﺷ نإ

“Sesungguhnya bulan ramadhan tergantung antara langt dan bumi, tidak

(47)

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Lemah, Dicantumkan dalam Al-Jami’us Shogir karya Ibnu Syahin dan Ad-Dhiya’ disandarkan dari Jarir Rhadiyallahu’ anhu. …………..hingga ucapan beliau (Al-Albani)…: Kemudian sesungguhnya seandainya Hadits ini Shahih, maka merupakan dalil yang jelas bahwa diterimanya puasa Ramadhan tergantung dikeluarkannya zakat fitrah. Maka barangsiapa yang tidak mengeluarkannya maka tidak akan diterimanya puasanya, maka aku tidak mengetahui satu orang pun dari ulama yang berpendapat seperti ni (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 43 Dengan ringkasan dan sedikit perubahan)

HADITS KETIGA PULUH DUA

(48)

“”Sesungguhnya pada (segala) sesuatu terdapat hati dan hati Al-Qur’an

adalah surat Yasin, dan barangsiapa yang membacanya maka Allah

mencatat untuknya ganjaran membaca Al-Qur’an sepuluh kali”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Palsu, Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (4/46) Ad-Darimi (2/456) Disandarkan dari Anas Rhadiyallahu’ anhudari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 169 dengan ringkasan)

HADITS KETIGA PULUH TIGA

رﺎﻨﻟا ﻦﻣ ﻖﺘﻋ ﻩﺮﺧآو ةﺮﻔﻐﻣ ﻪﻄﺳوو ﺔﻤﺣر نﺎﻀﻣر ﺮﻬﺷ لوأ

“Awal bulan Ramadhan adalah Rahmat, pertengahannya adalah ampunan

dan bagian akhirnya adalah pembebasan dari api neraka “

(49)

Salah satu hadits shahih tentang keutamaan Ramadhan adalah Hadits Abu Hurairah, Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam bersabda :

ﻦﻴﻃﺎﻴﺸﻟا ﺖﻠﺴﻠﺳو ﻢﱠﻨﻬﺟ باﻮـﺑَأ ﺖﻘﻠﻏو ﺔﱠﻨﺠْﻟا باﻮـﺑَأ ﺖﺤﺘـﻓ نﺎﻀﻣر ﻞﺧد اذإ

ُ

ِ َ

ﱠ ْ

َ ِ

ْ َ َ

ُ

َ

َ

ُ

َ

ْ

ْ

َﱢُ

َ

ِ

َ

ُ

َ

ْ

ْ

َ

ﱢُ ُ َ

َ

َ

ََ َ ِ

َ

“Apabila masuk bulan ramadhan, dibuka pintu surga , ditutup pintu-pintu neraka dan dirantai setan-setan.” (Mutaffaqun alaih)

HADITS KETIGA PULUH EMPAT

ﺮﺑﺎﺟ ﺎﻳ ﻚﻴﺒﻧ رﻮﻧ ﷲا ﻖﻠﺧ ﺎﻣ لوأ

“Yang pertama diciptakan Allah adalah cahaya nabimu, wahai Jabir”

Hadist ini tidak ada asalnya dalam kitab-kitab hadits yang dikenal. Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah (No. 458) tentang hadits diciptakannya malaikat dari cahaya :

“Sesungguhnya hadits ini dalil yang jelas bahwasanya hanya malaikat saja

yang mereka diciptakan dari cahaya, tidak termasuk adam dan

keturunannya……….beliau juga berkata ….”Di dalam hadits ini terdapat

isyarat tentang batilnya hadits yang tersebar di lisan-lisan manusia : “Yang

pertama diciptakan Allah adalah cahaya nabimu, wahai Jabir” (Silsilah

(50)

“Yang pertama diciptakan Allah adalah Pena (Al-Qolam)”

Hadist ini Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Dishahihkan Al-Allamah Muqbil bin Hady Al-Wadi'i dalam Al-Jami’us Shahih fil Qodar (134) Dishahihkan pula oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Kitab-kitabnya diantaranya dalam Shahih Sunan Abi Dawud (4800)

Timbul pertanyaan, manakah yang lebih dahulu diciptakan Allah ?? Pena (Al-Qolam) atau Arsy Allah ?? Silahkan merujuk Syarah Aqidah At-Thahawiyah Ibnu Abil Iez

HADITS KE TIGA PULUH LIMA

ءﺎﻣ ﺔﺑﺮﺷ ﻰﻠﻋ ﻮﻟو اوﺮﻄﻓأو ءﺎﻣ ﻦﻣ ﺔﺑﺮﺸﺑ ﻮﻟو اوﺮﺤﺴﺗ

“Bersahurlah walaupun hanya dengan minuman air dan berbukalah

(51)

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Palsu. Diriwayatkan oleh Ibnu Adi (1/96) Disandarkan dari Ali Rhadiyallahu’ anhudari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam .

Adapun bagian lafadz yang pertama

ءﺎﻣ ﻦﻣ ﺔﺑﺮﺸﺑ ﻮﻟو اوﺮﺤﺴﺗ

“Bersahurlah walaupun hanya dengan minuman air “

Adalah hadits shahih ating dari Ibnu Umar Rhadiyallahu’ anhuma dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam dengan makna yang sama, dan dihasankan oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah ( Nukilan Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 1405 dan Shahih At-thargib 1071 Dengan ringkasan dan sedikit perubahan )

Adapun hadits tentang berbuka puasa dengan air , Insya Allah segera tiba pada hadits No. 58

HADITS KE TIGA PULUH ENAM

ﻰﺷاﻮﻤﻟا ﻰﻓ ﻰﻗﺎﺒﻟا ءﺰﺠﻟاو ةرﺎﺠﺘﻟا ﻰﻓ قزﺮﻟا رﺎﺸﻋأ ﺔﻌﺴﺗ

“Sembilan puluh persen rejeki terdapat dalam perdagangan dan sisanya

terdapat dalam perternakan”

(52)

Azdi secara marfu ’ . Aku katakan (Al-Albani) : “Dan sanad ini lemah disebabkan Mursal” (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah 3402 dengan ringkasan)

HADITS KE TIGA PULUH TUJUH

ﻆﻔﻟ ﻲﻓ

"

ﻦﻴﻛﺎﺴﻤﻟا ﺞﺣ ﺔﻌﻤﺠﻟا

"

ءاﺮﻘﻔﻟا ﺞﺣ ﺔﻌﻤﺠﻟا

“Sholat Jum’at adalah hajinya orang-orang fakir “ dan dalam lafadz yang

lain “ Sholat Jun;at adalah hajinya orang-orang miskin”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Palsu. Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbahan (2/190) dan Al-Qodho’I (791) seluruhnya disandarkan dari Ibnu Abbas Rhadiyallahu’ anhuma.

(Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 191dengan ringkasan, lihat pula No. 192)

HADITS KETIGA PULUH DELAPAN

ﻦﻴﺴﻤﺨﻟا نود ﻦﻣ ﻰﻠﻋ ﺲﻴﻟو ﻼﺟر ﻦﻴﺴﻤﺧ ﻰﻠﻋ ﺔﺒﺟاو ﺔﻌﻤﺠﻟا

ﺔﻌﻤﺟ

(53)

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Palsu. Diriwayatkan oleh At-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabir (7952) Ibnu Adi (2/53) dan Ad-Daruquthni (164) disandarkan dari Abu Umamah Radhiyallahu' anhu secara marfu’ (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 1203 dengan ringkasan),

Silahakan merujuk lihat pula Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 12045

HADITS KETIGA PULUH SEMBILAN

نﺎﻤﻳﻹا ﻦﻣ ﻦﻃﻮﻟا ﺐﺣ

“Cinta Negara adalah bagian dari Iman”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Palsu, sebagimana dikatakan oleh As-Shaghani (hal. 7) dan selainnya. Dan maknanya tidak lurus (tepat) (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 36 dengan ringkasan)

Berkata Al-Allamah Muqbil bin Hady Al-Wadi'i : “Hadits ini tidak tsabit dari Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam” (Al-Muqtaroh hal. 14)

HADITS KE EMPAT PULUH

ﺮﺠﺤﻟا

دﻮﺳﻷا

ﻩدﺎﺒﻋ ﺎﻬﺑ ﺢﻓﺎﺼﻳ ضرﻷا ﻰﻓ ﷲا ﻦﻴﻤﻳ

5Sholat Jum’at sah dengan jumlah sahnya sholat Jama’ah ,yakni maknanya sholat Jum’at

(54)

“Hajar Aswad adalah tangan kanan Allah di bumi, dengannya dia menyalami

hamba-hambanya”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Mungkar, Dikeluarkan oleh Abu Bakar bin Khalad dalam Al-Fawa’id dan Ibnu Adi (2/17) disandarkan dari Jabir dari Nabi Shalallahu ‘alahi wassallam (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 223 dengan ringkasan)

HADITS KE EMPAT PULUH SATU

ءﻮﺿﻮﻟا ﻦﻀﻘﻨﻳ و ﻢﺋﺎﺼﻟا نﺮﻄﻔﻳ لﺎﺼﺧ ﺲﻤﺧ

:

و ﺔﺒﻴﻐﻟا و بﺬﻜﻟا

ﺔﺑذﺎﻜﻟا ﻦﻴﻤﻴﻟا و ةﻮﻬﺸﺑ ﺮﻈﻨﻟا و ﺔﻤﻴﻤﻨﻟا

Lima perkara yang membatalkan puasa dan membatalkan wudhu : Berdusta,

mengadu domba, ghibah, memandang dengan syahwat dan bersumpah

palsu”

(55)

HADITS KEEMPAT PULUH DUA

ﺎﻬﻄﺳوأ رﻮﻣﻷا ﺮﻴﺧ

“Sebaik-baik perkara adalah pertengahannya”

Hadits ini Sanadnya sampai hingga Nabi Shalallahu ‘alahi wassallam adalah lemah dan Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dari ucapan Wahb bin Munabih, dan sanadnya Jayyid. (Diringkas dari Jilbab Mar’atil Muslimah hal. 30 karya Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah )

HADITS KE EMPAT PULUH TIGA

ةدﺎﺒﻌﻟا ﺦﻣ ءﺎﻋﺪﻟا

“Doa adalah pusat Ibadah:

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (3371) At-Thabrani dalam Al-Ausath (3196) disandarkan dari Anas Rhadiyallahu’ anhudari Nabi Shalallahu ‘alahi wassallam. Dilemahkan oleh Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah dalam Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah 1/75 dan Ahkamul Jana’iz hal 194.

(56)

ءﺎﻋﺪﻟا

ﻮﻫ

ةدﺎﺒﻌﻟا

“”Doa adalah ibadah”

Dikeluarkan oleh imam-imam kitab-kitab Sunan dengan sanad yang shahih. (Ringkasan dari Tuhfathul Muhibbin Hal. 73 dan Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah 1/75)

Dishahihkan pula hadist ini oleh Al-Allamah Muqbil bin Hady Al-Wadi'i dalam Shahihul Musnad 2/233 dari Nu’man bin Basyir Rhadiyallahu’ anhu.

HADITS KE EMPAT PULUH EMPAT

ﺎﻨﻌﺟر

دﺎﻬﺟ ﺮﺒﻛﻷا دﺎﻬﺠﻟا ﻰﻟإ ﺮﻐﺻﻷا دﺎﻬﺠﻟا ﻦﻣ

ﺲﻔﻨﻟا

“Kita telah kembali dari Jihad yang lebih kecil menuju jihad yang lebih

besar, Jihad melawan diri sendiri (hawa nafsu)”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Mungkar. Al-Hafidz Al-Iroqi dalam Takrijul Ihya’ (2/6) berkata : “Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Az-Zuhud dari hadits Jabir Rhadiyallahu’ anhu“

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ fatwa (11/197) : “Tidak memiliki asal dan tidak ada satu pun ahli ma’rifat (ahi hadits)

meriwayatkannya dari ucapan maupun perbuatan Nabi Shalallahu ‘alahi

(57)

paling mulia bahkan pendekatan insan yang paling utama kepada Allah

(Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 2460 dengan ringkasan)

HADITS KE EMPAT PULUH LIMA

ﻞﻫأ ﻦﻣ نﺎﻤﻠﺳ

ﺖﻴﺒﻟا

“Salman Al-Farisi adalah bagian dari kami, Ahlul Bait”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) sangat lemah. Diriwayatkan dari Amr’ bin auf, Anas bin Malik, Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Abi Aufa. (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah no. 3704)

Hadits ini dilemahkan pula oleh Al-Allamah Muqbil bin Hady Al-Wadi'i dalam Ar-Risalatani fil Masa’il ats-tsaman (hal. 19)

Datang dengan sanad yang hasan hingga Ali bin Abi Thalib Rhadiyallahu' anhu, beliau berkata :

ﻪﻧﺄﻓ ﻩﻮﻋد

ﻞﻫأ ﺎﻨﻣ ﻞﺟر

“Tingalkanlah dia, sesungguhnya dia seorang laki-laki bagian dari kami

ahlul bait”

(58)

ﻖﺤﻟا ﻦﻋ ﺖﻛﺎﺴﻟا

نﺎﻄﻴﺷ

سﺮﺧأ

“Diam dari kebenaran adalah setan akhros”

Hadits ini tidak memiliki asal yang shahih maupun lemah dari Shalallahu ‘alahi wassallam bahkan dari sahabat maupun tabi’in. (Nukilan dari Tuhfathul Muhibbin. Hal. 81)

HADITS KE EMPAT PULUH TUJUH

اﻮﺤﺼﺗ اﻮﻣﻮﺻ

“Berpuasalah agar kalian sehat”

(59)

HADITS KE EMPAT PULUH DELAPAN

دﺎﻬﺟ لﻼﺤﻟا ﺐﻠﻃ

Mencari nafkah yang halal adalah Jihad”

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Lemah, Dikeluarkan oleh Muhammad bin Makhlad dalam kitabnya Al-Fawa’id disandarkan dari Ibnu Abbas dari Nabi Shalallahu ‘alahi wassallam (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhoi’fah No. 1301)

Dalil tentang keutamaan mencari nafkah yang halal diantaranya adalah hadits dari Abu Hurairah Rhadiyallahu’ anhu, Rasulullah Shalallahu ‘alahi wassallam bersabda :

ﻷَ

ـﻴﺧ ﻩﺮﻬﻇ ﻰﻠﻋ ﺔﻣﺰﺣ ﻢﻛﺪﺣَأ ﺐﻄﺘﺤﻳ ن

ْ

َ ِ

ِ َْ ََ ًَُْ َ

ْ ُُ َ َ ْ

ِ

ْ

َ

ﻪﻌـﻨﻤﻳ وَأ ﻪﻴﻄﻌـﻴـﻓ اﺪﺣَأ لﺄﺴﻳ نَأ ﻦﻣ ﻪﻟ ﺮ

ُ

َ ْ ْ

َ َ َ ُ َ

ُ ْ

ِ َ

ً ََْ

َ

ْ

ْ

ِ َ

ُ

ٌ

◌ٍ

”Seorang hamba memikul kayu bakar di atas punggungnya lebih baik

baginya dibanding meminta seseorang, baik dia diberi atu tidak” (Bukhari-Muslim)

HADITS KE EMPAT PULUH SEMBILAN

Referensi

Dokumen terkait