• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMASI TINGKAT PEMBERIAN PAKAN TERHADAP BENIH KERAPU SUNU (Plectropomus leopardus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMASI TINGKAT PEMBERIAN PAKAN TERHADAP BENIH KERAPU SUNU (Plectropomus leopardus)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Tingkat pemberian pakan yang optimum memiliki peranan penting dalam budidaya karena berkaitan erat dengan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan pakan serta pertumbuhan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan tingkat pemberian pakan dan tingkat pemberian pakan yang optimum terhadap benih kerapu sunu yang berukuran bobot awal 0,50-0,69 g dan panjang total awal 3,20-4,20 cm. Penelitian dilakukan pada 9 bak fibre glass volume ± 30 L selama 4 minggu. Pakan yang digunakan adalah pakan pelet komersial. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah perbedaan tingkat pemberian pakan, yaitu 5%, 10%, dan 15% dari total biomassa benih. Sampling dilakukan setiap minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan tingkat pemberian pakan berpengaruh terhadap ukuran bobot badan dan panjang total, laju pertumbuhan harian, laju pertumbuhan spesifik, nisbah konversi pakan, dan efisiensi pakan pada benih kerapu sunu. Tingkat pemberian pakan 10% menghasilkan pertumbuhan benih yang optimal dengan bobot badan (3,52±0,68 g) dan panjang total (6,42±0,35 cm), laju pertumbuhan bobot badan harian (10,19±0,73%), dan panjang total (9,39±0,19%) harian serta laju pertumbuhan bobot badan spesifik (6,31±0,19%) dan panjang total spesifik (1,90±0,02%), serta nisbah konversi pakan (1,25) dan efisiensi pakan (80,00%) yang baik bagi benih kerapu sunu dengan bobot 0,50-0,69 g dan panjang total 3,20-4,20 cm.

KATA KUNCI: benih kerapu sunu, efisiensi pakan, optimasi pakan, pertumbuhan, rasio konversi pakan

PENDAHULUAN

Ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus) merupakan salah satu jenis komoditas perikanan laut yang bernilai ekonomis tinggi. Untuk mencegah terjadinya penangkapan yang berlebih, akibat besarnya jumlah permintaan pasar dan tingginya harga ikan tersebut, maka kegiatan budidaya terhadap jenis ikan tersebut mutlak harus dilakukan. Di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL) Gondol, usaha budidaya ikan kerapu sunu telah dilakukan dengan serangkaian kegiatan penelitian, baik pada induk (Permana et al., 2006; Suwirya, 2004) dan larva hingga benih (Andamari et al., 2008; Melianawati et al., 2007).

Dalam kegiatan budidaya, pakan memegang peranan yang penting. Pakan merupakan faktor yang berpengaruh secara dominan terhadap pertumbuhan ikan karena pakan berfungsi sebagai pemasok energi untuk memacu pertumbuhan (Huet, 1971). Pemberian pakan dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu harus diupayakan supaya ikan budidaya dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan rasio konversi pakan yang rendah (Lamidi & Asmanelli, 1994). Rasio pemberian pakan secara optimal tidak hanya penting untuk pertumbuhan dan memperkecil konversi pakan tetapi juga untuk alasan ekonomis dan lingkungan seperti mencegah penurunan kualitas air media pemelihaaraan sebagai akibat kelebihan pemberian pakan (Langar & Guilaume, 1994).

Tingkat pemberian pakan merupakan faktor yang perlu diperhitungkan dalam pengelolaan pakan karena memegang peranan penting dalam efektivitas penggunaan pakan (Sumeru & Ana, 1992). Jumlah pakan untuk ikan budidaya dihitung dalam persentase dari bobot badan (Lagler et al., 1977 dalam Sunyoto, 1990). Persentase jumlah pakan yang dibutuhkan semakin berkurang dengan bertambahnya ukuran dan umur ikan. Ikan yang berukuran kecil dan berumur muda membutuhkan jumlah pakan yang lebih banyak daripada ikan dewasa berukuran besar (Djarijah, 1995).

Pakan yang diberikan pada stadia benih umumnya pakan buatan berupa pelet. Penggunaan pakan buatan dirasa lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan pakan berupa ikan rucah

OPTIMASI TINGKAT PEMBERIAN PAKAN TERHADAP BENIH KERAPU SUNU

(

Plectropomus leopardus

)

Regina Melianawati dan Ketut Suwirya Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut

Jl. Br. Gondol Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, Kotak Pos 140 Singaraja, Bali 81101 E-mail: regina_melnawati@yahoo.com

(2)

karena pakan buatan dapat disediakan setiap saat, lebih mudah disimpan dan nilai gizinya pun dapat diatur sesuai dengan kebutuhan ikan (Zonneveld et al., 1991).

Beberapa penelitian menunjukkan adanya pengaruh rasio pemberian pakan terhadap pertumbuhan, misalnya pada ikan white sturgeon (Acipenser transmontanus) (Hung & Lutes, 1987), rainbow trout (Cho et al., 1976) dan pada yuwana ikan kakap merah, Lutjanus argentimaculatus (Melianawati & Suwirya, 2005). Pada benih ikan kerapu sunu belum diketahui tingkat pemberian pakan yang opti-mum. Oleh karenanya dirasa perlu adanya penelitian terhadap hal tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan tingkat pemberian pakan dan tingkat pemberian pakan yang optimum bagi benih ikan kerapu sunu.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL) Bali. Tempat penelitian berada di dalam ruang (indoor). Hewan uji yang digunakan adalah benih ikan kerapu sunu yang merupakan hasil pembenihan di BBRPBL, berukuran bobot awal 0,50-0,69 g dan panjang total awal 3,20-4,20 cm.

Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah perbedaan tingkat pemberian pakan, yaitu 5%, 10%, dan 15% dari total biomassa.

Penelitian dilakukan pada 9 bak fibre glass volume 30 L yang dilengkapi dengan sistem aerasi. Pemeliharaan dilakukan dengan sistem air mengalir. Setiap bak diisi 20 ekor benih ikan kerapu sunu. Lama waktu penelitian selama 4 minggu. Jenis pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan komersial yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran mulut benih. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari yaitu pada pukul 08:00, 12:00, dan 16:00 WITA. Penyiponan sisa metabolisme dan sisa pakan pada dasar tangki dilakukan secara rutin ± 30 menit setelah dilakukan pemberian pakan.

Penimbangan benih dilakukan secara rutin setiap 7 hari sekali untuk penghitungan biomassa dan jumlah pakan yang diperlukan. Penimbangan pakan untuk masing-masing perlakuan dilakukan setiap 7 hari setelah dilakukan penimbangan pada benih. Penimbangan pakan dan benih dilakukan dengan timbangan digital berkapasitas maksimum 200 g dengan tingkat ketelitian 0,01 g. Pengukuran panjang benih dilakukan dengan mistar. Penghitungan benih dilakukan setiap hari dengan cara melihat secara langsung jumlah benih pada masing-masing tangki.

Parameter yang diamati meliputi ukuran panjang dan bobot, laju pertumbuhan harian, laju pertumbuhan spesifik, nisbah konversi pakan, dan efisiensi pakan. Pada akhir penelitian data dianalisis dengan analisis sidik ragam dengan tingkat kepercayaan 95% kemudian dilanjutkan dengan uji jarak ganda duncan untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan (Steel & Torrei, 1980).

HASIL DAN BAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pemberian pakan yang berbeda berpengaruh terhadap bobot badan (Gambar 1) dan panjang total (Gambar 2) benih ikan kerapu sunu. Bobot badan dan panjang total benih kerapu sunu dengan tingkat pemberian pakan 10% (3,52±0,68 g dan 6,42±0,35 cm), dan 15% (3,45±0,55 g dan 6,34±0,32 cm) adalah lebih besar dibandingkan dengan benih pada tingkat pemberian pakan 5% (2,17±0,53 g dan 5,63±0,39 cm) dan secara statistik hasil tersebut berbeda nyata. Namun tingkat pemberian pakan 10% dan 15% tidak berpengaruh nyata terhadap bobot badan dan panjang total benih.

Perbedaan tingkat pemberian pakan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan harian (Gambar 3) dan laju pertumbuhan spesifik (Gambar 4). Laju pertumbuhan bobot badan harian pada tingkat pemberian pakan 5%, 10%, dan 15%, masing-masing adalah 5,55±0,61%; 10,19±0,73%; dan 9,98%±0,77%, sedangkan laju pertumbuhan panjang total harian pada masing-masing tingkat pemberian pakan tersebut adalah 6,73±0,44%; 9,39±0,19%; dan 9,28±0,31%. Secara statistik tingkat pemberian pakan 5% berbeda nyata dengan tingkat pemberian pakan 10% dan 15%, terhadap laju pertumbuhan bobot badan dan panjang total harian, namun antara tingkat pemberian pakan 10%

(3)

* Diagram yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata (P>0,05) Gambar 2. Rata-rata panjang total benih ikan kerapu sunu dengan

tingkat pemberian pakan berbeda

a b b 0 1 2 3 4 5 6 7 awal I II III IV Waktu (minggu) Pa nj an g b ad an (c m ) 5% 10% 15% b b a y = -9.726x2 + 2.388x - 0.039 r = 0.965 0.0% 2.0% 4.0% 6.0% 8.0% 10.0% 12.0% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16%

Tingkat pemberian pakan

La ju p er tum bu ha n bo bo t badan h ar ian b b a y = -5.524x2 + 1.359x + 0.013 r = 0.977 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16%

Tingkat pemberian pakan

La ju p er tum bu ha n pa nj an g to ta l h ar ia n

Gambar 3. Hubungan antara laju pertumbuhan bobot harian (A) dan laju pertumbuhan panjang harian (B) benih ikan kerapu sunu dengan tingkat pemberian pakan berbeda * Diagram yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata (P>0,05)

Gambar 1. Rata-rata bobot badan benih ikan kerapu sunu dengan tingkat pemberian pakan berbeda

a b b 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 awal I II III IV Waktu (minggu) Ra ta -r at a bo bo t badan (g ) 5% 10% 15%

(4)

dan 15% tidak berbeda nyata. Laju pertumbuhan bobot badan dan panjang total spesifik pada tingkat pemberian pakan 5% adalah 4,65±0,29% dan 1,47±0,07%, sedangkan pada tingkat pemberian pakan 10% dan 15%, masing-masing adalah 6,31±0,19% dan 1,90±0,02% serta 6,26±0,23% dan 1,90±0,04%. Secara statistik tingkat pemberian pakan 5% berbeda nyata dengan tingkat pemberian pakan 10% dan 15%, terhadap laju pertumbuhan bobot badan dan panjang total spesifik, namun antara tingkat pemberian pakan 10% dan 15% tidak berbeda nyata. Tingkat pemberian pakan 10% dari bobot badan menghasilkan laju pertumbuhan harian dan spesifik, baik bobot badan maupun panjang total harian, yang optimum.

Perbedaan tingkat pemberian pakan berkorelasi positif dengan laju pertumbuhan harian dan laju pertumbuhan spesifik, baik pada bobot badan maupun panjang total. Bentuk korelasi pada keduanya adalah polinomial, yang menunjukkan bahwa peningkatan tingkat pemberian pakan akan diikuti dengan peningkatan laju pertumbuhan harian dan spesifik hingga mencapai titik yang optimal. Setelah melewati titik optimal tersebut maka peningkatan tingkat pemberian pakan sudah tidak efektif dan tidak efisien lagi karena pakan yang diberikan sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi bagi pertumbuhan benih. Dari segi ekonomis, tingkat pemberian pakan yang sudah tidak efektif dan tidak efisien hanya akan meningkatkan biaya operasional usaha budidaya dan tidak memberi keuntungan.

Nisbah konversi pakan dan efisiensi pakan merupakan indikator untuk menentukan efektifitas pakan (NRC, 1993). Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa nisbah konversi pakan semakin meningkat dengan meningkatnya tingkat pemberian pakan, sebaliknya efisiensi pakan justru semakin menurun

* Diagram yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata (P>0,05)

Gambar 4. Hubungan antara laju pertumbuhan bobot badan spesifik (A) dan laju pertumbuhan panjang total spesifik (B) benih ikan kerapu sunu dengan tingkat pemberian pakan berbeda

b b a y = -3.417x2 + 0.844x + 0.012 r= 0.969 0% 2% 4% 6% 8% 0% 5% 10% 15% 20%

Tingkat pemberian pakan

La ju p er tum buha n sp es ifik b ob ot b ad an b b a y = -0.872x2 + 0.218x + 0.006 r = 0.981 0.0% 0.5% 1.0% 1.5% 2.0% 2.5% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16%

Tingkat pemberian pakan

La ju p er tum buha n sp es ifik p an ja ng t ot al

Gambar 5. Hubungan antara nisbah konversi pakan (A) dan efisiensi pakan (B) pada benih ikan kerapu sunu dengan tingkat pemberian pakan berbeda

* Diagram yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata (P>0,05)

c b a y = 0.502e9.497x r = 0.976 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16%

Tingkat pemberian pakan

Ni sb ah k on ver si p ak an c a b y = -7.423x + 1.572 r = 0.983 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 16%

Tingkat pemberian pakan

Ef isie ns i p ak an

(5)

dengan semakin meningkatnya tingkat pemberian pakan. Nisbah konversi pakan dan efisiensi pakan pada tingkat pemberian pakan 5%, 10%, dan 15%, masing-masing adalah 0,82 dan 121,67%; 1,25 dan 80,00% serta 2,15 dan 47,44%.

Rendahnya nisbah konversi pakan pada tingkat pemberian pakan 5% menunjukkan bahwa pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan seluruhnya untuk pertumbuhan benih sehingga efisiensi pemanfaatan pakannya tinggi. Sebaliknya nisbah konversi pakan yang lebih tinggi pada tingkat pemberian pakan 15% menunjukkan bahwa pakan yang diberikan tidak seluruhnya dimanfaatkan untuk pertumbuhan benih sehingga efisiensi pemanfaatan pakannya juga lebih rendah. Pakan yang tidak termanfaatkan tersebut, selain berpengaruh buruk bagi kualitas air media pemeliharaan benih, juga berpengaruh terhadap tingginya biaya operasional pemeliharaan benih.

Perbedaan tingkat pemberian pakan berkorelasi positif dengan nisbah konversi pakan (Gambar 5a) dan efisiensi pakan (Gambar 5b) dan secara statistik berbeda nyata (P<0,05). Nisbah konversi pakan yang semakin kecil menunjukkan bahwa jumlah pakan yang diberikan semakin efektif untuk pertumbuhan benih, sebaliknya semakin besar rasio konversi pakan menunjukkan bahwa jumlah pakan yang diberikan semakin tidak efektif untuk pertumbuhan (Fujaya, 2004). Namun demikian, dalam penelitian ini tingkat pemberian pakan 5% dirasa belum dapat mencukupi kebutuhan pakan benih karena nisbah konversi pakannya masih di bawah nilai 1 (0,82) dan efisiensi pakannya melebihi 100% (121,67%), yang berarti bahwa jumlah pakan yang diberikan masih dapat ditingkatkan lagi.

Tingkat pemberian pakan yang optimum bagi benih kerapu sunu dalam penelitian ini adalah 10% (Gambar 6) karena pada tingkat pemberian pakan tersebut terjadi pertumbuhan, baik pada bobot badan dan panjang total, yang optimal serta nisbah konversi pakan dan efisiensi pakan yang baik, baik secara biologis maupun ekonomis. Peningkatan tingkat pemberian pakan tidak dapat memacu pertumbuhan benih kerapu sunu lagi. Hal ini dapat diasumsikan bahwa tingkat pemberian pakan sebesar 10% sudah sesuai dengan kapasitas lambung dan kemampuan cerna benih sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan benih yang optimal.

Tingkat pemberian pakan akan berbeda menurut jenis dan ukuran ikan (Sudradjat et al., 1985). Tingkat pemberian pakan benih kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) ukuran 4,4-6,8 g adalah 5,09±0,53% dengan frekuensi pemberian empat kali sehari. Pada benih kerapu bebek (Cromileptes altivelis) ukuran 8 g, dengan frekuensi pemberian pakan yang sama, tingkat pemberian pakannya 3,64±0,48% (Suwirya & Marzuki, belum dipublikasi). Pada benih kerapu bebek yang lebih kecil,

Gambar 6. Tingkat pemberian pakan yang optimum terhadap tingkat pertumbuhan bobot spesifik y = 0.331x + 0.029 r = 0.971 0% 2% 4% 6% 8% 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 y = -0.027x + 0.066 r = 0.342 0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.00 0.04 0.08 0.12 0.16 Laj u p e rt um buh an ber at t ubuh s p es if ik ( % ) B ody w e ight s pec if ic gr ow th r a te ( % )

(6)

0,725±0,317 g, tingkat pemberian pakan yang menghasilkan pertumbuhan terbaik adalah 6% (Setiawati et al., 1998). Sedangkan pada benih kerapu pasir (Epinephelus corallicola) 6,72±1,11 g tingkat pemberian pakan optimalnya 2,19% dengan frekuensi pemberian dua kali sehari (Astuti et al., 2009). Pada benih kakap merah Lutjanus sebae berukuran 3,14±1,29 g, tingkat pemberian pakan 7% menghasilkan nisbah konversi pakan yang terbaik yaitu 0,89-1,00 (Melianawati et al., 2005). Pada benih kakap merah L. johni ukuran 125,6-125,8 g, tingkat pemberian pakan 7% memberikan pertumbuhan dan sintasan yang terbaik (Ismail & Andreas, 1994).

KESIMPULAN

♦ Perbedaan tingkat pemberian pakan berpengaruh terhadap ukuran bobot badan dan panjang to-tal, laju pertumbuhan harian, laju pertumbuhan spesifik, nisbah konversi pakan dan efisiensi pakan pada benih kerapu sunu.

♦ Tingkat pemberian pakan 10% menghasilkan pertumbuhan yang optimal serta nisbah konversi pakan (1,25) dan efisiensi pakan (80,00%) yang baik bagi benih kerapu sunu dengan bobot 0,50-0,69 g dan panjang total 3,20-4,20 cm.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Saudara Mujimin dan Made Miniarti selaku teknisi BBRPBL yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini, serta kepada Dr. Adi Hanafi dan Dr. Gede S. Sumiarsa, M.Sc. selaku Tim Pemeriksa Makalah BBRPBL yang telah mengoreksi penulisan makalah ini.

DAFTAR ACUAN

Andamari, R. 2008. Peran lama pencahayaan dalam pemeliharaan larva ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus). Seminar Nasional Tahunan V Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. Yogyakarta, BP12, hlm. 1-5.

Astuti, N.W.W., Suwirya, K., Marzuqi, M., & Giri, N.A. Pengaruh tingkat pemberian pakan terhadap pertumbuhan juvenile kerapu pasir, Epinephelus corallicola. Makalah disampaikan dalam Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Surabaya, 23-25 Juni 2009.

Cho, C.Y., Slinger, S.J., & Bayley, H.S. 1976. Influence of level and type of dietary protein, and of level of feeding on feed utilization by rainbow trout. J. of Nutrition, 106: 1547-1556.

Djarijah, A.S. 1995. Pakan ikan alami. Penerbit Kanisius. Yogyakarta, 87 hlm. Fujaya, Y. 2004. Fisiologi ikan. PT Rineka Cipta. Jakarta, 179 hlm.

Huet, M. 1971. Texbook of fish culture: Breeding and cultivation of fish. Fishing News Book Ltd. England, 436 pp.

Hung, S.S.O. & Lutes, P.B. 1987. Optimum feeding rate of hatchery-produced juvenile white surgeon (Acipenser transmontanus): at 20°C. Aquaculture, 65: 307-317.

Ismail, A. & Andreas, I.P. 1994. Pertumbuhan ikan kakap merah, Lutjanus johni dengan dosis pemberian pakan berbeda dalam keramba jaring apung. J. Pen Budidaya Pantai, 10(5): 69-74.

Lamidi & Asmanelli. 1994. Pengaruh dosis pakan terhadap pertumbuhan ikan lemak, Cheilinus undulatus dalam keramba jaring apung. J. Pen. Budidaya Pantai,10(5): 61-67.

Langar, L. & Guillaume, J. 1994. Estimation of the daily ration of fingerling sea bass, Dicentrarchus labrax using radioisotope method. Aquaculture, 123: 121-126.

Melianawati, R. & Suwirya, K. 2005. Pengaruh perbedaan dosis pakan terhadap pertumbuhan juvenil ikan kakap merah, Lutjanus argentimaculatus. Buku Perikanan Budidaya Berkelanjutan. Pusat Riset Perikanan Budidaya, hlm.133-141.

______________, Andamari, R., Imanto, P.T., & Suastika, M. 2005. Pertumbuhan benih kakap merah Lutjanus sebae pada skala budidaya. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia, hlm 101-105.

______________, Suwirya, K., & Andamari, R. 2007. Upaya pemeliharaan larva kerapu sunu (Plectropomus leopardus). Buku “Pengembangan Teknologi Budidaya Perikanan”. Pusat Riset Perikanan Budidaya, hlm. 408-414.

(7)

National Research Council. 1993. Nutritional requirements of fish. National Academy of Science. Wash-ington D.C., 114 pp.

Permana, G.N., Hutapea, J.H., Haryanti & Sugama, K. 2006. Struktur populasi genetik ikan kerapu sunu, Plectropomus leopardus dari perairan Indonesia. Aquacultura Indonesia, 7(2): 69-76.

Setiawati, K.M., Aslianti, T., Hutapea, J.H., & Wardoyo. 1998. Pengaruh perbedaan persentase pakan terhadap pertumbuhan juvenil kerapu bebek, Cromileptes altivelis. Dalam: Sudradjat, A. et al., (Eds.) 1998. Prosiding Seminar Teknologi Perikanan Pantai. Jakarta, hlm. 155-58.

Sudradjat, A., Oedin, H., & Amini, S. 1985. Pengaruh cara pemberian pakan terhadap pertumbuhan ikan kerapu lumpur, Epinephelus tauvina Forskal dalam kurung apung. J. Pen. Budidaya Pantai,1: 45-54.

Sumeru, S.U. & Ana, S. 1992. Pakan udang windu (Penaeus monodon). Kanisius. Yogyakarta.

Sunyoto, P. 1990. Pengaruh jumlah pakan berbeda terhadap pertumbuhan ikan kakap merah Lutjanus argentimaculatus dalam keramba jaring apung. Warta Balitdita, 2(2): 1-4.

Suwirya, K. 2004. Pematangan induk kerapu sunu (Plectropomus leopardus) dengan manipulasi hor-mone. Laporan Teknis Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol T.A. 2004, 8 pp.

__________, Andamari, R., & Melianawati, R. 2005. Penyerapan energi endogen larva ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus) pada tahap awal. Prosiding Seminar Nasional dan Kongres Biologi XIII. Yogyakarta, hlm. 359-363.

__________ & Marzuki, M. Pendugaan konsumsi pakan harian pada benih kerapu bebek, Cromileptes altivelis dan kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus. Belum dipublikasi.

Steel, R.G.D. & Torrie, J.H. 1980. Principles and Procedures of statictics. McGraw Hill, New York, USA. Zonneveld, N., Huisman, E.A., & Boon, J.H. 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan. PT Gramedia Pustaka

Gambar

Gambar 2. Rata-rata panjang total benih ikan kerapu sunu dengan tingkat pemberian pakan berbeda
Gambar 5. Hubungan antara nisbah konversi pakan (A) dan efisiensi pakan (B) pada benih ikan kerapu sunu dengan tingkat pemberian pakan berbeda
Gambar 6. Tingkat pemberian pakan yang optimum terhadap tingkat pertumbuhan bobot spesifik y =  0.331x + 0.029r =  0.9710%2%4%6%8%00.020.040.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16y =  -0.027x +  0.066r =  0.3420.000.020.040.060.080.000.040.080.120.16

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat dikemukakan beberapa simpulan yaitu pengetahuan orang tua tentang stimulasi dini pada anak usia 4-5 tahun di

Setelah paham mengenai keuangan publik, selanjutnya pada Modul 2 Anda akan kami ajak untuk membahas tentang pengertian penerimaan publik, sumber-sumber penerimaan publik

Permasalahan yang perlu dikaji adalah kurang berkembangnya wisata alam goa jika dibandingkan dengan wisata religi di Kabupaten Tuban. Karena jika dijangkau dari lokasi,

PJTB1 PJTB2 PJTKB Penjelasan Kuesioner Individu Blok XII : Lingkungan PJTB1 PJTB2 PJTKB B : Perilaku PJTB1 PJTB2 PJTKB Penjelasan Kuesioner Individu Blok XIII C :

Berdasarkan hasil penelitian terungkap bahwa Komite Sekolah telah menunjukkan perannya sebagai mediator dalam mengakses elemen-elemen masyarakat yang berkaitan

Berdasarkan nilai absorbansi sampel dihitung pula aktivitas antioksidan dari ekstrak daun binahong yang ditinjau dari hasil perhitungan persentase penghambatan radikal

Setelah hasil klasifikasi dari metode K-Nearest Neighbor (K-NN) dan metode Multivariate Adaptive Regression Spline (MARS) didapatkan, langkah selanjutnya

(3) Alokasi pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dirinci lebih lanjut dengan memperbatikan Rekap RDKK yang disusun oleh Kepala Unit Pelayanan Terpadu