• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NO. : 10, 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 10 TAHUN 2006

TENTANG KERJASAMA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 216 ayat (1) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 menjadi Undang- Undang serta ketentuan pasal 85 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, perlu diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah;

b. bahwa keberhasilan pembangunan Desa juga ditentukan oleh adanya kerjasama Desa dalam mengelola dan memanfaatkan berbagai potensi sumber daya yang dimiliki masing-masing secara berkesinambungan dan saling menguntungkan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Kerjasama Desa. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);

2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah-Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005

(2)

menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dengan Kewenangan Propinsi sebagai Dearah Otonom (Llembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4539);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ALOR dan

BUPATI ALOR MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG KERJASAMA DESA. BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Alor;

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Alor;

3. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD;

4. Bupati adalah Bupati Alor;

5. Camat adalah pimpinan kecamatan yang menyelenggarakan tugas dan fungsi pemerintahan dalam wilayah kecamatan di Kabupaten Alor berdasarkan pelimpahan tugas dan wewenang yang diberikah oleh Bupati;

6. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa;

(3)

8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa;

9. Kepala Desa adalah pimpinan pemerintah desa yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan pelaksanaan Pemerintahan Desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa;

10. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa;

11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebut APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan desetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan Peraturan Desa;

12. Kerjasama Desa selanjutnya disebut kerjasama adalah suatu usaha bersama antar desa maupun dengan pihak ketiga dalam bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dengan tujuan untuk memanfaatkan potensi desa secara maksimal dalam rangka peningkatan kemampuan dan kesejahteraan masyarakat desa;

13. Pihak ketiga adalah instansi, lembaga, badan hukum dan/atau perorangan diluar pemerintah antara lain Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat yang melakukan kerjasama dengan Pemerintahan Desa;

14. Perselisihan adalah perbedaan pendapat dan atau tindakan yang mengakibatkan terhentinya sebagian ataupun keseluruhan kerjasama;

15. Penyelesaian perselisihan adalah upaya menyelesaikan perbedaan pendapat terkait dengan permasalahan diantara para pihak yang melakukan kerjasama;

16. Peraturan Desa adalah Peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa bersama BPD;

17. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan, perencanaan, penelitian, pengembangan, bimbingan, pendidikan dan pelatihan, konsultasi supervisi dan monitoring, pengawasan umum dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa.

BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 2

Desa dapat melakukan kerjasma untuk kepentingan desa masing-masing. Pasal 3

Kerjasama dimaksud dalam Pasal 2 yang membebani masyarakat dan desa harus mendapatkan persetujuan BPD.

Pasal 4

Ruang lingkup kerjasama desa meliputi bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Pasal 5

(1) Kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi bidang : a. peningkatan perekonomian masyarakat desa;

b. peningkatan pelayanan pendidikan; c. kesehatan;

d. sosial Budaya;

(4)

f. pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

(2) Bidang kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Desa dengan mendapat persetujuan dari BPD.

BAB III

BENTUK KERJASAMA Pasal 6

Kerjasama dapat dilakukan antara :

a. desa dengan Desa dalam satu Kecamatan; b. desa dengan Desa dalam satu Kabupaten; c. desa dengan Desa diluar Kabupaten; d. desa dengan pihak ketiga.

BAB IV

TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB Pasal 7

Tugas dan tanggungjawab BPD dalam kerjasama Desa adalah :

a. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah desa terhadap rencana kerjasama;

b. memberikan persetujuan bersama kepada Kepala Desa sebelum menetapkan peraturan bersama.

Pasal 8

Tugas dan tanggungjawab Kepala Desa dalam kerjasama Desa adalah : a. membuat rencana kerjasama;

b. menetapkan peraturan bersama dan atau nota kesepakatan bersama; c. mengadakan musyawarah mufakat; dan

d. mensosialisasikan isi kerjasama.

BAB V PELAKSANAAN

Pasal 9

(1) Untuk pelaksanaan kerjasama dapat dibentuk Badan Kerjasama

(2) Badan Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas untuk menyusun rencana kegiatan dan pelaksanaannya;

(3) Badan Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab kepada Kepala Desa;

(4) Untuk kepentingan kerjasama dapat dibentuk sekretariat bersama dengan kepengurusan yang terdiri dari wakil-wakil desa dan/atau para pihak yang bekerjasama.

Pasal 10

Pembentukan badan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) harus disesuaikan dengan kebutuhan dan memperhatikan cakupan obyek kerjasama, pembiayaan dan kompleksitas jenis kegiatan.

(5)

Pasal 11

Kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 harus disampaikan kepada Bupati melalui Camat sebelum dan sesudah penandatanganan akta perjanjian kerjasama.

Pasal 12

Muatan materi kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 meliputi : a. obyek/bidang kerjasama;

b. ruang lingkup kerjasama;

c. tata cara ketentuan pelaksanaan; d. hak dan kewajiban para pihak; e. jangka waktu pelaksanaan; f. pembiayaan;

g. pembagian keuntungan dan kerugian; h. pembinaan dan pengawasan;

i. penyelesaian perselisihan;

j. ketentuan-ketentuan lain yang dianggap perlu dan disepakati oleh para pihak. Pasal 13

Perubahan, penundaan dan pembatalan kerjasama harus didasarkan pada alasan yang mendasar serta merupakan kesepakatan dari para pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian kerjsama dengan tetap mengacu pada ketentuan dalam Pasal 3 Paraturan Daerah ini.

Pasal 14

(1) Setiap perubahan, penundaan dan pembatalan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 harus dibuat dalam berita acara yang ditandatangani oleh para pihak;

(2) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Bupati melalui Camat, paling lambat 3 (tiga) hari setelah penandatanganan berita acara.

BAB VI

PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 15

(1) Setiap perselisihan yang timbul sebagaimana akibat dari perjanjian kerjasama, wajib diselesaikan secara musyawarah mufakat oleh para pihak;

(2) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam berita acara dan ditandatangani oleh para pihak.

Pasal 16

(1) Perselisihan kerjasama dalam 1 (satu) Kecamatan difasilitasi dan diselesaikan oleh Camat; (2) Perselisihan kerjasama pada kecamatan yang berbeda dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota

difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati;

(3) Perselisihan kerjasama pada Kabupaten yang berbeda dalam 1 (satu) propinsi difasilitasi dan diselesaikan oleh Kedua Bupati;

(4) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dilakukan secara adil dan tidak memihak;

(5) Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) bersifat final.

(6)

Pasal 17

(1) Perselisihan kerjasama dengan pihak ketiga dalam 1 (satu) kecamatan, difasilitasi dan diselesaikan oleh camat;

(2) Perselisihan kerjasama dengan pihak ketiga pada kecamatan yang berbeda dalam 1 (satu) kabupaten difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati;

(3) Apabila pihak ketiga tidak menerima penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat mengajukan penyelesaian ke Pengadilan.

BAB VII JANGKA WAKTU

Pasal 18

(1) Kerjasama dilakukan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan dan paling lama 1 (satu) tahun;

(2) Evaluasi pelaksanaan kerjasama, dilakukan pada bulan ketiga untuk jangka waktu 6 (enam) bulan dan pada bulan keenam untuk jangka waktu 1 (satu) tahun;

(3) Kerjasama dapat diperbaharui dan atau diperpanjang setelah berakhirnya pelaksanaan kerjasama dan atas persetujuan para pihak;

BAB VIII PEMBIAYAAN

Pasal 19

(1) Segala biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan kerjasama dibebankan kepada para pihak;

(2) Pembiayaan dari Pemerintah Desa yang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian kerjasama dibebankan pada APB Desa.

BAB IX

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 20

(1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Pemerintah Kabupaten dan Camat membantu memfasilitasi penyelenggaraan kerjasama;

(2) Bentuk fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan upaya pemberdayaan pemerintahan desa melalui pemberian pedoman, bimbingan, arahan, supervisi dan pelatihan.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP Pasal 21

(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut oleh Bupati;

(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Alor Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kerjasama Antar Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Alor Tahun 2004 Nomor 19) dinyatakan tidak berlaku.

(7)

Pasal 22

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Alor.

Ditetapkan di Kalabahi

Pada tanggal 23 Desember 2006

Diundangkan di Kalabahi

Pada tanggal 27 Desember 2006

(8)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 10 TAHUN 2006

TENTANG KERJASAMA DESA I UMUM

Desa sebagai wilayah yang memiliki otonomi tersendiri harus dapat memanfaatkan secara optimal semua potensi yang dimiliki demi keberhasilan pembangunan desa. Dalam konteks ini perlu adanya dukungan dari berbagai pihak termasuk desa-desa lainnya dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan. Dengan adanya kerjasama tersebut, maka tentunya akan saling melengkapi, tukar menukar informasi tentang berbagai potensi yang dimiliki masing-masing desa demi kemajuan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat desa yang bersangkutan.

II PASAL DEMI PASAL Pasal 1 :

Angka 1 : Cukup jelas Angka 2 : Cukup jelas Angka 3 : Cukup jelas Angka 4 : Cukup jelas Angka 5 : Cukup jelas

Angka 6 : Definisi desa sebagaimana dimaksud dalam Psal ini tidak membatasi persehatian tapal batas wilayah administrasi pemerintah Desa dan Kelurahan.

Pasal 2 : Cukup jelas. Pasal 3 : Cukup jelas. Pasal 4 : Cukup jelas. Pasal 5 : Cukup jelas. Pasal 6 : Cukup jelas. Pasal 7 : Cukup jelas. Pasal 8 : Cukup jelas. Pasal 9 : Cukup jelas. Pasal 10 : Cukup jelas. Pasal 11 : Cukup jelas. Pasal 12 : Cukup jelas. Pasal 13 : Cukup jelas. Pasal 14 : Cukup jelas. Pasal 15 : Cukup jelas. Pasal 16 : Cukup jelas. Pasal 17 : Cukup jelas. Pasal 18 : Cukup jelas. Pasal 19 : Cukup jelas. Pasal 20 : Cukup jelas. Pasal 21 : Cukup jelas. Pasal 22 : Cukup jelas.

Referensi

Dokumen terkait

Dimana mutu tempe yang diamati adalah kandungan protein, sifat organoleptik (aroma, warna, tekstur, dan rasa), dan jenis substrat yang digunakan adalah kacang buncis

Berdasarkan berita acara hasil evaluasi dokumen penawaran nomor KU.03.10.93.11.11.5103 dan berita acara hasil pelelangan (BAHP) nomor KU.03.10.93.11.11.5104, kami

Sistem Pemberian Nama Orang dalam Budaya Sunda: Sebuah Kajian Diakronis.. Bandung:

Mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang / Jasa untuk pelaksanaan kegiatan Tahun anggaran 2013, seperti tersebut dibawah ini :. SUMBER DANA

Aplikasi perkantoran memiliki paket lengkap dengan pemroses kata-kata (word processing), pengolah data/ lembar kerja (spreadsheet) dan presentasi.K. LCD 15,6” (merk sama

Many Americans feel that Marijuana is helping fund the war on terror, but making a war on drugs and keeping Marijuana illegal has not stopped millions of Americans from smoking

Berdasarkan hasil Evaluasi dan Pembuktian Kualifikasi serta Penetapan Hasil Kualifikasi, Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pokja Non Konstruksi II Kabupaten Sukamara Tahun 2014,

Dana alokasi umum adalah semua pengeluaran Negara yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah, sebagaimana dimaksud dalam