• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESRC National Conference 2011 DESIGN FOR INDONESIA'S NEW EARTHQUAKE MAP 2010 Feb 26, 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ESRC National Conference 2011 DESIGN FOR INDONESIA'S NEW EARTHQUAKE MAP 2010 Feb 26, 2011"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ESRC National Conference 2011

DESIGN FOR INDONESIA'S NEW

EARTHQUAKE MAP 2010 Feb 26, 2011

ASPEK PENTING DALAM PEMODELAN DAN ANALISIS DINAMIK GEDUNG TAHAN GEMPA

DENGAN SANSPRO

(TINJAUAN TERHADAP PETA GEMPA 2010) By

NATHAN MADUTUJUH

(2)

DESIGN FOR INDONESIA'S NEW EARTHQUAKE MAP 2010

1. POTENSI BAHAYA GEMPA

- Telah terjadi banyak gempa Besar

(Aceh 9.2, Nias 8.6, Padang 7.6, Jogja 6.3, Tasikmalaya 7.4, Jambi 6.6, dsb)

- Terjadi berbagai Fenomena:

Tsunami (Aceh, Nias, Mentawai,

Pangandaran), Liquefaction (Padang, Ende)

- Terjadi banyak korban jiwa dan gedung

(3)

DESIGN FOR INDONESIA'S NEW EARTHQUAKE MAP 2010 PENYEBABNYA :

- Indonesia terletak di daerah bahaya gempa

Berapa besar bahayanya ? Potensi Tsunami dan Liquefaction ? Gempa vertikal ?

Peta 1983 → Peta 2003 → Peta 2010 → NEXT ?

- Banyak gedung tidak direncanakan dengan baik : Kenapa ? Siapa yang bertanggung

jawab ?

- Tidak ada Manajemen Pencegahan / Penanggulangan Bencana yang baik

(4)

DESIGN FOR INDONESIA'S NEW EARTHQUAKE MAP 2010

POTENSI BAHAYA GEMPA

- Percepatan Tanah akibat gempa dan Durasi getaran gempa

→ Peta PGA (1983 → 2003 → 2010) Padang +15%, Bandung +70%

- Potensi kerusakan pada gedung - Potensi Liquefaction (→ Peta ?) - Potensi Tsunami (→ Peta ? )

(5)

DESIGN FOR INDONESIA'S NEW EARTHQUAKE MAP 2010

(6)
(7)
(8)

● Peta 2010 terhadap peta 2003:

(Indonesia Bagian Barat)

- Secara keseluruhan hampir sama

– Ada kenaikan nilai pada pantai barat

Sumatra karena adanya data baru akibat gempa 2005, 2009

– Pulau Jawa, pembagian Zona lebih halus

dan ada zona lokal (Sukabumi, Bandung, Jogja) akibat data yang lebih lengkap

(9)

● Peta 2010 terhadap peta 2003:

(Indonesia Bagian Tengah dan Timur)

– Ada perbaikan signifikan akibat penggunaan

data yang lebih banyak dibandingkan 2003

– Terutama Daerah Sulawesi tengah, Kepala

Burung, Maluku, dan Pegunungan tengah Papua

– Zona gempa pada peta banyak yang

(10)

DESIGN FOR INDONESIA'S NEW EARTHQUAKE MAP 2010

● Keakuratan Peta Gempa Baru 2010:

Probabilistik 1/2500 (1 kejadian per 2500 thn)

(2% untuk 50 tahun umur bangunan)

Data yang digunakan adalah 200 tahun

terakhir saja (data sebelumnya tidak ada)

Kalau ada data sebelumnya → mungkin beda

Lokasi dan magnitude pusat gempa sulit

ditentukan secara akurat (apalagi 100 tahun yang lalu, belum ada PC) → USGS vs BMKG, dsb

Fungsi peredaman yang berbeda-beda dan

seharusnya tergantung pada kondisi lokal dan jenis sumber gempa

(11)

PERHITUNGAN Cd MENURUT ASCE-07 dan IBC-2009

1. Dari Peta Gempa : Ss, S1

2. Tentukan Site Class atau Soil Classification (Tbl 20.3-1)

3. Dari Site Class dan Ss → didapat Fa (Table 11.4-1)

4. Dari Site Class dan S1 → Didapat Fv (Table 11.4-2)

5. Hitung Sms dan Sm1 : Sms = Fa * Ss, Sm1 = Fv * S1 6. Hitung Sds dan Sd1 : Sds = (2/3) Sms, Sd1 = (2/3) Sm1

7. Buat Kurva Respons Spektra:

Untuk T ≤ T0 : Sa = (0.60) (SDS/To)T + 0.40 SDS Untuk T = 0 : Sa = 0.40 SDS

(12)

PERHITUNGAN Cd MENURUT ASCE-07 dan IBC-2009

BERIKUT INI ADALAH CONTOH PERHITUNGAN YANG DILAKUKAN IR. STEFFIE (2010) YANG

MEMBANDINGKAN :

PETA LAMA + SNI-1726-2003 DAN

PETA BARU + ASCE-07 + IBC-2009 KESIMPULAN:

UNTUK KONDISI JAKARTA & TANAH LUNAK, GUNAKAN Ss, S1 YANG LEBIH BESAR

(13)

ASCE 7-05. Table 20.3-1

(14)

~ 0.60g-0.70g

Misalkan diambil : SS = 0.65g

Peta Gempa 2010 (Daerah Jakarta)

(15)

~ 0.25g

Misalkan diambil : S1 = 0.25g

Peta Gempa 2010 (Daerah Jakarta)

(16)

SS = 0.65g Fa = 1.40 S1 = 0.25g Fv = 3.0 ASCE 7-05 Steffie 2010

(17)

Adjusted Maximum Considered Earthquake (MCE) Spectral Response Accelerations

SMS = Fa SS = 1.40 (0.65g) = 0.91g SM1 = Fv S1 = 3.0 (0.25g) = 0.75g

Design Spectral Response Acceleration Parameters SDS = 2/3 SMS = 2/3 (0.91g) = 0.61g

SD1 = 2/3 SM1 = 2/3 (0.75g) = 0.50g

(18)

Untuk Perioda T ≤ T0 ; Sa = (0.60) (SDS/To)T + 0.40 SDS Untuk T = 0 ; Sa = 0.40 SDS = 0.40 (0.61g)

= 0.24g

Pada puncak kurva : Sa = SDS = 0.61g

(19)

SNI 03-1726-2002

(20)

Jakarta

(21)

SNI 03-1726-2002 (Tanah Lunak)

SNI 03-1726-2010 (Tanah Lunak)

Sa = (SD1)/T

(22)

PERBANDINGAN PETA LAMA (2003) dan BARU (2010)

UNTUK DAERAH LAIN DAN JENIS TANAH LAIN BAGAIMANA ?

PERLU DIAMBIL NILAI YANG LEBIH BESAR ANTARA METODE LAMA DAN BARU.

DENGAN BANTUAN PROGRAM SANSPRO

(23)
(24)
(25)

GEDUNG 15 LT, MEDIUM SOIL

2003 2010 % Diff Jakarta 0.022 0.023 4.5 Padang 0.034 0.044 29.4 0.030 0.044 46.7 Bandung 1 0.026 0.038 46.2 Bandung 2 0.026 0.027 3.8 0.026 0.031 19.2 0.026 0.075 188.5 0.014 0.017 21.4 Jayapura 0.030 0.075 150.0 0.034 0.075 120.6

Perbandingan Nilai Cd (Lama vs Baru) Bangunan Menengah 15 Lt, Medium Soil

Kota Aceh Jogja Palu Balikpapan Nias

(26)

GEDUNG 4 LT, MEDIUM SOIL

2003 2010 % Diff Jakarta 0.131 0.082 -37.4 Padang 0.206 0.141 -31.6 0.183 0.141 -23.0 Bandung 1 0.160 0.188 17.5 Bandung 2 0.160 0.089 -44.4 0.160 0.141 -11.9 0.160 0.235 46.9 0.086 0.056 -34.9 Jayapura 0.183 0.188 2.7 0.206 0.235 14.1

Perbandingan Nilai Cd (Lama vs Baru) Bangunan Rendah 4 Lt, Medium Soil

Kota Aceh Jogja Palu Balikpapan Nias

(27)

DESIGN FOR INDONESIA'S NEW EARTHQUAKE MAP 2010 SOLUSI:

Gunakan nilai PGA yang konservatif dari Peta Gempa Baru

Hindari daerah yang memiliki patahan atau gunakan nilai PGA yang lebih tinggi

Untuk daerah dengan tanah lunak →

Gunakan nilai yang lebih tinggi (Peta Lama vs Baru ?)

Untuk daerah dengan potensi Liquefaction

→ Gunakan disain pondasi khusus → Perhatikan differential settlement → Jangan membangun diatas lerengUntuk daerah dekat pusat gempa : av

(28)

2. FAKTOR PENTING LAINNYA DALAM ANALISIS DINAMIK GEMPA:

JENIS LAPISAN TANAH + M.A.T

JARAK TERHADAP PUSAT GEMPAARAH RAMBATAN GEMPA

PERCEPATAN GEMPA VERTIKAL

FUNGSI BANGUNAN (IMPORTANCY)REDUKSI BEBAN HIDUP

NILAI R (TINGKAT DAKTILITAS STRUKTUR)BENTUK BANGUNAN DAN TINGKAT

(29)

PENGARUH JARAK TERHADAP PUSAT GEMPA: (Posisi Anda ?)

1. Jauh (> 60km)

- Getaran horizontal, arah beraturan - Pada Getaran durasi panjang

→ berbahaya untuk gedung tinggi

2. Dekat (< 60 km)

- Getaran horizontal + Vertikal, Arah tidak beraturan

- Differential settlement akibat gelombang gempa vertikal dan Liquefaction

- Tambahan beban gravitasi akibat percepatan gempa vertikal

(30)

DESIGN FOR INDONESIA'S NEW EARTHQUAKE MAP 2010

Besar av = 0.3g – 1.0g, Disp. Vertical = s/d 50cm

(31)

DESIGN FOR INDONESIA'S NEW EARTHQUAKE MAP 2010 Akselerasi Vertikal Besar:

Besar av = 0.3g – 1.0g

SNI-2003 av,max = 0.304 (Zone 6,I=1) → Use 0.5g Perlu Pencatatan av aktual untuk validasi

Antisipasi untuk Large av :

- Hindari penggunaan Balok/Pelat Prestress - Kombinasi Beban dengan pengaruh av = 0.5 - Penambahan Tulangan Lapangan Balok 20%

1.2 DL + 1.6 LL

1.5 * (DL + LL) +/- EQx +/- 0.3 EQz

(32)

DESIGN FOR INDONESIA'S NEW EARTHQUAKE MAP 2010 Pengaruh displacement vertikal permukaan yang besar :

- Differential Settlement Besar, pondasi dapat

turun/terangkat naik, Potensi Kegagalan Sloof besar → Gunakan min = L/100

- Arah Gempa = Arah Panjang Gedung -> Berbahaya Karena sebagian bangunan dapat terangkat.

- Arah tipis bangunan sebaiknya sejajar arah gempa, dengan rasio L:W max = 4:1

- Arah kuat bangunan (arah kolom/wall) sebaiknya sejajar arah gempa

(33)

IMPORTANCY FACTOR

Category I,II (STANDARD) : 1.0

Category III (PUBLIC) : 1.25

Category IV (EMERGENCY) : 1.5 STANDARD: Houses, Farms, Temporary

PUBLIC: School, Hotel, Auditorium, Power Plant, Water supply

EMERGENCY : SAR, Fire, Pusat Bencana, Toxic, Chemical, Aviation, Nuclear

(34)

SOIL TYPE

VERY SOFT SOIL → SPECIAL CASE

Response Spectrum SOFT SOIL

MEDIUM SOIL

STIFF SOIL = SOFT ROCK ROCK

SOFTER SOIL → LARGER Cd

FINE / LOOSE SAND LAYER + HIGH GROUND WATER LEVEL → POTENSI LIQUEFACTION

(35)

REDUKSI BEBAN HIDUP

Gunakan Faktor Reduksi maksimum = 50% (Peraturan beban lama = 30%)

Untuk Daerah dengan Potensi Gempa Vertikal, Faktor Reduksi Beban Hidup diambil 100%

(Tanpa Reduksi)

(36)

PENENTUAN NILAI R

Nilai R menentukan :

1. Besar gempa yang diberikan pada bangunan

2. Disain kapasitas balok/kolom 3. Drift maksimum

4. Disain kapasitas pondasi

Nilai R maksimum yang diperbolehkan diberikan dalam SNI-1726-2003 dan IBC-2009

Untuk Daerah dengan Potensi Gempa Besar, dan/atau Mutu pekerjaan kurang baik, Gunakan Nilai R yang

lebih rendah

(37)

LATERAL RESISTANT SYSTEM

Komponen Struktur mana yang direncanakan menahan beban gempa :

Kolom, Shearwall, atau keduanya

Lateral System harus ada pada kedua arah

dominan gempa

Lateral System harus tersebar merata

(Mengurangi eksentrisitas)

Kekakuan lateral setiap tingkat jangan terlalu berbeda jauh (Soft-Story / Stiff-Story effects)

(38)

EFEK DARI LIQUEFACTION

Gaya aksial dan Displacement Vertikal besar : - Kegagalan pondasi

(Daya dukung pondasi berkurang, fs=0)

- Kegagalan sloof

- Kegagalan struktur balok - Bangunan terguling

Bangunan di lereng bergerak ke samping

(Horizontal Liquefaction) : - Kalau bisa dihindari

- Gunakan pondasi tiang menembus bedrock

(39)

MENGURANGI EFEK DARI LIQUEFACTION

- Menggunakan Pondasi Tiang menembus sampai bedrock

- Perbaikan tanah dengan menggunakan

grouting air semen sampai lapisan Liquefaction dengan tekanan

(40)

SOFT STORY EFFECTS SHORT-COLUMN EFFECTS

EFEK TORSI YANG BESAR FLAT SLAB STRUCTURE WALL-SLAB STRUCTURE

PILE-RAFT FOUNDATION

HAL-HAL LAIN YANG PERLU

DIPERHATIKAN

(41)
(42)
(43)
(44)
(45)

FLAT SLAB STRUCTURE

- Konstruksi mudah, Daktilitas rendah, penulangan pelat rapat

- Maksimum Tingkat NF <= 20

- Untuk daerah gempa kecil/sedang

- Kolom Kantilever (Tanpa Shear Wall) : Nilai R = 2.2 (sangat kecil), NF <= 8

- Kolom + Shearwall :

Nilai R = 4.0, NF <= 20

Penempatan Shearwall harus seimbang pada kedua arah dominan gempa

(46)

FLAT SLAB STRUCTURE

- Alt. 1 : Menggunakan balok ekivalen

Misalkan: B=400cm, h=20cm

Untuk bangunan dengan denah regular

- Efek Pons tidak dapat dicheck - Penulangan seperti untuk balok

- Unit weight balok ekivalen = 0

- Alt. 2 : Flat slab menggunakan elemen shell, dengan ukuran a <= 1.0-1.5m, t=20-30cm

Untuk bangunan dengan denah sembarang - Efek pons dapat dicheck

- Penulangan dengan mencari Mx,My,Mxy dari FEM dan program tulangan balok/pelat.

(47)
(48)

KONTUR MOMEN FLAT SLAB / RAFT

SANSPRO dapat menghitung momen lentur dan melakukan penulangan pelat Flat Slab dan

Pelat RAFT secara otomatis, termasuk koreksi terhadap Mx,My akibat Mxy.

Alternatif: Menggunakan Program SAFE dari CSI.

(49)

PILE-RAFT FOUNDATION MODEL

- Pile / Pile-Raft Foundation Model

menggunakan Model pelat raft dengan

elemen shell dengan berbagai ketebalan

- Pada bagian pilecap elemen dapat lebih tebal - Dibawah raft, diberikan Spring vertikal, lateral

dengan beberapa opsi model spring

- Penulangan raft prosedurnya sama dengan penulangan flat slab

(50)

PILE-RAFT FOUNDATION MODEL

1. Spring vertikal dan lateral Ksp untuk setiap tiang atau spring vertikal dan lateral dari grup

tiang untuk satu pilecap (Unit = N/cm) Ksp = dari loading test vertikal dan lateral

Aproksimasi : Ksp = Pijin/dmax

2. Spring vertikal terdistribusi Ksd untuk tanah dibawah raft (Unit = N/cm3)

Aproksimasi : Ksd = qall / dmax

(51)

EFEK DINDING BESMEN TERHADAP GEMPA

1. Efek dinding Besmen terhadap gempa dapat dimodelkan dengan Spring lateral ekivalen Ks1 (tanpa elemen shell) atau Spring lateral terdistribusi ksd (dengan elemen shell) pada

dinding besmen. (Ks1 = Ksd x Area)

2. Karena tanah hanya dapat menahan tekan,

Nilai Ks direduksi 50% (kalau ada dua sisi dinding yang berhadapan).

3. Kalau hanya ada satu dinding besmen, sebaiknya diabaikan, karena perlu metode

(52)

3. PEMODELAN BEBAN LATERAL GEMPA

1. STATIK (Static Equivalent Model)

Tergantung Zona, Jumlah tingkat, denah, SDC

2. DINAMIK (Dynamic Response Spectrum) Untuk bangunan menengah, tinggi, ada torsi

3. TIME HISTORY (Dynamic Direct Integration) Untuk bangunan tidak beraturan, sangat

tinggi, Interaksi tanah-struktur, dsb

Metode 2 umumnya dapat digunakan untuk

(53)

4. VERIFYING DYNAMIC ANALYSIS OUTPUT

Effective Mass Participant:

EMF > 90%

Naikkan jumlah Eigen bila perlu

Dominant Mode direction:

Mode 1,2 = Translasi

Atur kembali masa dan kolom/wall bila perlu

Time Period:

T1,T2 <= 0.17 NF (or 0.13 NF)

Perkaku kolom/wall, naikkan mutu beton, Perpendek tingkat

(54)

4. VERIFYING DYNAMIC ANALYSIS OUTPUT

Base Shear: Vd >= 80% Vs

Sesuaikan Td dan Ts terlebih dahulu

Design Eccentricity:

Eksentrisitas Rencana <= edmax Atau gunakan koreksi Eksentrisitas

P-Delta Effect:

Gunakan P-delta Effect bila NF >= 20, dan Kolom langsing

Lateral Drift:

Check drift <= drift,max

(55)

KESIMPULAN METODE ANALISIS

Karena kompleksitas yang tinggi, analisis struktur harus dikerjakan dengan bantuan

komputer

Pemodelan dan penggunaan program

komputer harus dilandasi dasar pengetahuan yang benar.

Dengan adanya program SANSPRO, keahlian ini dapat dipelajari dengan mudah dan cepat.

(56)

5. DISAIN KAPASITAS

Keruntuhan Daktail harus lebih dahulu terjadi

Kolom lebih kuat dari Balok

Kapasitas geser lebih kuat dari lentur

Pondasi harus kuat pada saat gempa kuat

Disain Kapasitas → harus dengan bantuan komputer (SANSPRO dll) kalau tidak akan lama dan sulit → akhirnya tidak dikerjakan.

Disain kapasitas → Bergantung pada kualitas pendetailan (Paper Prof. Iswandi)

(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)

Mengurangi Potensi Kegagalan Pondasi Pemilihan Jenis Pondasi:

- Pondasi Tiang Pancang - Pondasi Pile-Raft

- Pondasi Raft + Grouting

Perencanaan Pondasi dengan Cara Kapasitas:

DL + Llrt <= P

DL + Llrf + EQx +/- 0.3 Eqz <= 1.3 P DL + Llrf + W(EQx +/- 0.3 Eqz) <= 2.0 P

Redundansi Sistem Pondasi:

Large Pilecap (s >= 3.0 D) Grouting sekeliling Pile

(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)

6. MENGURANGI EFEK KERUNTUHAN

Masih mungkin gagal ?

Kalaupun gagal bagaimana ?

- Meningkatkan Redundansi

Tulangan lapangan tambahan,

Kolom praktis, Pelat besmen, dsb

- Jalur Evakuasi

(Perhatikan koridor dan penulangan angkur tangga)

(74)

7. KESIMPULAN

DISAIN TAHAN GEMPA YANG BAIK

MEMERLUKAN:

1. Data gempa yang lebih akurat (2010)

2. Pemahaman bahan dan

perilaku model struktur

3. Pemodelan, analisis, disain dengan

program komputer

4. Pendetailan secara kapasitas

5. Cadangan kekuatan dengan redundansi

(75)

Gambar

Gambar Detail Pondasi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Meningkatkan Kinerja Aparatur Desa adalah kemampuan yang di miliki oleh seorang pemimpin dalam hal ini adalah Kepala Desa dalam mempengaruhi perilaku

latihan soal pedagogik ukg 2013 latihan soal pedagogik online 2012 latihan soal pedagogik smp latihan soal pedagogik ukg smp latihan soal pedagogik ukg smk contoh soal pedagogik on

Dalam pelarutannya atau proses leaching, diperlukan konsentrasi optimum NaCl untuk melarutkan PbSO4 dalam proses daur ulang aki bekas ini, maka diperlukan penelitian tentang

Monitor tekanan vena berada pada venous line tepatnya sesudah dialiser sampai akses vaskuler (outlet). Tekanan fistula, arteri dan vena dapat mengalami peningkatan

Peserta Alih Jenis Semester Genap Tahun Akademik 2016/2017 yang diterima/lulus seleksi di Universitas Jember diwajibkan melakukan pengisian data secara online

Kompetensi yang dimaksud meliputi kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk menjadi manusia Indonesia yang cerdas dan pekerja yang kompeten, sesuai dengan standar

Penelitian ini akan menguji kembali pengamh motivasi terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) dengan menambahkan variabel motivasi sosial

Model pembelajaran kooperatif hasil pengembangan memiliki kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran biasa (ekspositori) dalam dua aspek yang menjadi sasaran