• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian tindakan kelas ini ditetapkan pokok bahasan suhu dan kalor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian tindakan kelas ini ditetapkan pokok bahasan suhu dan kalor"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini ditetapkan pokok bahasan suhu dan kalor yang diajarkan kepada 19 orang siswa kelas XI IPS Tridarma Kota Gorontalo. Penelitian tindakan kelas ini hanya terdiri dari dua siklus. Penelitian ini tidak dapa dilanjutkan pada siklus III karena target yang diharapkan telah tercapai. Siklus I terdiri dari dua pertemuan, dimana pertemuan penelitian ini membahas tentang lingkungan hidup. Hasil belajar siswa dapat dilihat pada jumlah siswa yang tuntas belajar atau memperoleh nilai minimal 75 pada hasil evaluasinya. Untuk proses pembelajaran dapat dilihat pada aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar pengamatan.

4.1.1 Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan berdasarkan prosedur yang telah dibuat, yakni dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Berikut ini diuraikan hasil observasi proses pembelajaran (kegiatan guru dan aktivitas siswa), hasil belajar siswa, dan refleksi.

a. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I

Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada siklus I dilakukan secara bersama-sama oleh peneliti dan guru pengamat. Kegiatan guru maupun kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dipantau dan dinilai dengan menggunakan lembar pengamatan seperti terdapat pada Lampiran 03 dan Lampiran 04 Dari hasil pengamatan

(2)

kegiatan guru maupun kegiatan siswa dalam proses pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:

Untuk mengamati kegiatan guru dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan di kelas dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw, digunakan lembar pengamatan kegiatan guru pada setiap pertemuan yang terdiri dari 15 aspek. Dari 15 aspek yang diamati diperoleh 2 aspek untuk kriteria sangat baik (13,33%), 6 aspek untuk kriteria baik (40%), 4 aspek dengan kriteria cukup (26,67%) dan aspek criteria kurang (20%). Secara ringkas hasil pengamatan ini disajikan pada lampiran 3. Seperti terlihat pada diagram dibawah ini:

Tabel 4.1 Hasil observasi kegiatan guru siklus I

No Krieria Aspek Jumlah Aspek Persentase (%) 1. 2. 3. 4. Sangat Baik Baik Cukup Kurang 2 6 4 3 13,33 40 26,67 20 Jumlah 15 100

(3)

Gambar 4.1 Hasil observasi kegiatan guru siklus I b. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I

Untuk mengamati kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan di kelas dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw, digunakan lembar pengamatan kegiatan siswa pada setiap pertemuan yang terdiri dari 11 aspek. Dari 15 aspek yang diamati diperoleh 1 aspek untuk kriteria sangat baik (6,67%), 4 aspek untuk kriteria baik (26,67%) dan 7 aspek dengan kriteria cukup (46,66%). Secara ringkas hasil pengamatan ini disajikan pada lampiran 4 Seperti terlihat pada table dibawah ini.

Tabel 4.2 Hasil observasi kegiatan siswa siklus I

No Krieria Aspek Jumlah Aspek Persentase (%) 1. 2. 3. Sangat Baik Baik Cukup 1 4 7 6,67 26,67 46,66

(4)

4. Kurang 3 20

Jumlah 15 100

Gambar 4.2 Hasil observasi kegiatan siswa siklus I c. Hasil Belajar Siswa Siklus I

Terkait dengan capaian hasil belajar di siklus I ini memperlihatkan data sebagai berikut. Dari 19 siswa yang dites, maka yang telah dinyatakan tuntas hasil belajarnya 9 siswa atau sebesar 47,37% sedangkan yang dinyatakan belum tuntas sebanyak 10 siswa atau sebesar 52,63%. Secara klasikal hasil belajar siswa dicapai sebesar 68,95% termasuk dalam klasifikasi “kurang” (lihat lampiran 5). Lebih jelas dapat pula dilihat pada sajian tabel halaman berikut.

Tabel 4. Klasifikasi Akhir Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Ketuntasan Jumlah

Siswa Persentase Rata-Rata Nilai

Daya Serap Klasikal

(5)

Tidak Tintas 7 36,84% 72,63

Jumlah 19 100%

Gambar 4.3 Hasil belajar siswa siklus I d. Refleksi

Yang menjadi titik acuan dalam melakukan refleksi ialah hasil observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa. Terkait dengan kegiatan guru dalam pembelajaran tampak belum optimal pelaksanaannya sebab masih ada sebagian besar indikator kegiatan yang pelaksanaannya belum “baik”. Demikian halnya juga aktivitas siswa belum memperlihatkan kondisi seperti yang diharapkan.

Atas dasar hal di atas, dilakukan perbaikan-perbaikan atas kelemahan-kelemahan yang terjadi di siklus I ini, baik menyangkut kegiatan guru maupun aktivitas siswa. Oleh karena itu, dilakukan perencanaan kembali yang lebih matang untuk pelaksanaan siklus berikutnya, yakni dengan memantapkan proses pembelajaran secara baik.

(6)

4.1.2 Siklus II

Pelaksanaan pada siklus ini dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun berdasarkan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran di siklus I. Berikut ini diuraikan hasil observasi kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa. a. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus II

Hasil pemantauan proses pembelajaran pada siklus II ini diperoleh informasi sebagai berikut. Keseluruhan indikator pengamatan telah terlaksana secara optimal, yakni 6 indikator atau sebesar 40% tergolong klasifikasi “baik sekali” , 7 indikator atau sebesar 46,67% tergolong klasifikasi “baik” dan 2 atau sebasar 13,33 indikator (cukup) (lihat lampiran ). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4 Hasil observasi kegiatan guru siklus II

No Krieria Aspek Jumlah Aspek Persentase (%) 1. 2. 3. 4. Sangat Baik Baik Cukup Kurang 6 7 2 -40 46,67 13,33 -Jumlah 15 100

(7)

Gambar 4.4 Hasil observasi kegiatan guru siklus II b. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II

Hasil observasi tentang aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran pada sisklus II memperlihatkan kondisi sesuai dengan harapan. Dari 15 indikator yang diamati, keseluruhannya telah tampak 8 indikator atau sebesar 53,33% tergolong klasifikasi “sangat baik” dan 6 indikator atau sebesar 40% tergolong klasifikasi “baik” dan 1 indikato atau sebesar 6,67% tergolong klafikasi “cukup” (lihat lampiran 6). Selanjutnya dapat pula dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5 Hasil observasi kegiatan siswa II

No Krieria Aspek Jumlah Aspek Persentase (%) 1 2 3 4 Sangat baik Baik Cukup Kurang 8 6 1 -53,33 40 6,67

(8)

-Jumlah 15 100

Gambar 4.1 Hasil observasi kegiatan siswa siklus II c. Hasil Belajar Siswa Siklus II

Hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan data sebagai berikut. Dinyatakan “tuntas” telah dicapai sebanyak 17 siswa atau sebesar 89,48% dengan rata-rata nilai 89,73; sedangkan 2 siswa lainnya atau sebesar 10,52% dinyatakan “tidak tuntas”. Secara klasikal, daya serap mencapai 79,473 termasuk pada klasifikasi dan dinyatakan “tuntas” Selengkapnya dapat dilihat pada sajian tabel berikut.

Tabel . Klasifikasi Akhir Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Diklus II Ketuntasan Jumlah

Siswa Persentase Rata-Rata Nilai

Daya Serap Klasikal

Tuntas 17 89,47%

89,473

(9)

Jumlah 19 100%

Gambar 4.6 Hasil belajar siswa siklus II

d. Refleksi

Siklus II merupakan siklus lanjutan dari siklus sebelumnya, tujuannya untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan aspek aspek yang belum tercapai atau belum tuntas pada sikus sebelumnya. Pada siklus II peneliti tetap menggunakan lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran kooperatif yang sama seperti yang di pakai pada siklus I dengan nilai15 aspek. Dari penilaian 15 aspek tersebut pada RPP I, mencapai kategori sangat baik 4 aspek mendapat kategori sangat baik. dan 2 aspek mencapai ketegori baik. Sedangkan pada RPP II 5 aspek mencapai kategori sangat baik. Dan 1 aspek mencapai kategori baik. Dengan baik seluruh pengelolaan pembelajaran kooperatif telah terlaksana dengan baik.

(10)

Pengamatan untuk aktivitas siswa juga tedtap menggunakan lembar pengamatan yang sama, dengan jumlah aspek yang di amati sebanyak 15 aspek. untuk aspek aktivitas siswa semuanya juga dapat terlaksana juga dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari presentase keberhasilan untuk tiap-tiap kategori sangat baik sebesar 53,33%, katergori baik sebesar 40%.

Hal yang sama juga berlaku juga pada hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. secara rinci dapat di lihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 9. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II

No Kriteria Jumlah Persentase

1 Siswa yang tuntas 17 89,47 %

2 Siswa yang tidak tuntas 2 10,53%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa semua siswa tuntas pada tes hasil belajar siklus I. Secara kesluruhan persentase yang di capai siswa yang tuntas telah mencapai kriteria ketuntasan sebesar 85% secara klasikal, sehingga dapat dikatakan hasil belajara siswa pada siklus ini tuntas oleh karenanya proses tindakan tidak perlu lagi dilanjuti ke siklus berikutnya.

4.2 Pembahasan

Penelitian ini dinamakan penelitian tindakan kelas dan dilaksanakan dengan maksud untuk memperbaiki proses pembelajaran sebelumnya yang hasil belajarnya cenderung menurun akibat dari penggunaan metode yang monoton. Dengan demikian

(11)

Peneliti model pembelajaran Jigsaw dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran geografi.

Perangkat yang digunakan untuk menunjang keberhasilan penelitian berupa lembar pengelolaan pembelajaran kooperatif, pengamatan aktivitas siswa dan evaluasi hasil belajar siswa. Dari instrument inilah proses pembelajaran dapat diukur tingkat kemajuanya.

Berdasarkan analisis data penelitian, diperoleh bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw pembelajaran geografi mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh karena model pembelajaran dengan menggunakan tipe ini memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi yang dilakukan melalui wawancara. Melalui pembelajaran tipe ini maka akan terjadi ketergantungan siswa dalam kelompok dan membelajrakan siswa untuk dapat bertanggung jawab secara individu serta menumbuhkan keikutsertaan semua siswa.

Penggunaan model pembelajaran Jigsaw ini dapat memotivasi siswa untuk belajar dan mendengarkan dengan aktif penyampaian materi yang diajarakan karena model ini menekankan siswa untuk daat bertanggung jawab secara individu. Mengapa demikian? hal ini karena siswa tersebut harus mengusai benar benar materi yang akan ia sampaikan pada anggota kelompoknya karena jika tidak maka proses pembelajaran yang dilakukan tidak berjalan dengan baik karena jika salah seorang siswa tidak mengusai materinya maka akan dampak berdampak pada teman-teman yang lain sehingga wawancara tidak dapat diteruskan.

(12)

Pada siklus I, pengelolaan pembelajaran berjalan dengan baik. Akan tetapi ada beberapa aspek pengamatan yang belum tuntas

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran komunikasi antara guru dan siswa sangat penting karena pada prinsipnya belajara mengajar membangun komunikasi antara kedua belah pihak, dan siklus I peneliti mengalami kesulitan membangun komunikasi dengan siswa akibatnya tujuan pemelajaran yang akan dicapai tidak maksimal.

Pada pelaksanaan siklus II seluruh aspek aspek yang cukup baik pada siklus I di perbaiki, guna memperbaiki pengelolaan pembelajaran. Perbaikan pada siklus II ini sangat memuaskan, karena kategori sangat baik, dan baik ada siklus ini mengalami peningkatan. Penyebab keberhasilan adalah karena terciptanya komunikasi dan terbangunya ikatan emosional antara guru dan siswa, sehingga sangat membantu dan mencapai tujuan pembelajaran.

4.2.2 Pengamatan Aktivitas siswa

Pada pelaksanaan siklus I, ada beberapa aspek pengamatan aktivitas siswa yang memperoleh kategori cukup baik, yaitu untuk meyimpulkan hasil wawancara. menjawab pertanyaan, menyampaikan ide atau pendapat, melakukan wawancara. Penyebab munculnya aspek ini adalah (1) kurangnya komunikasi antara siswa, siswa terkesan kaku saat mau bertanya atau mengukapkan ide karena malu atau takut salah, (2) kurangnya penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari.

Pada pelaksanaan siklus II, semua kekuragan atau kelemahan kelemahan pada siklus I di perbaiki. jika pada siklus sebelumnya komunikasi guru dan siswa belum

(13)

terbangun dengan baik, pada siklus ini komunikasi diperbaiki dengan lebih banyak bertanya dan memberikan siswa kesempatan untuk menbaca buku materi

mengenai materi yang diajarkan sehingga siswa dapat mengusai materi yang akan dipelajari sebelum melakukan wawancara.

Hasilnya pada siklus II ini, siswa yang diberi tindakan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Dalam pembelajaran siswa dapat melakaukan wawancara, memberikan perencanaan menjawab pertanyaan dan menjawab pertanyaan dan mengukapkan gagasan dengan baik. Aspek aspek yang ada siklus sebelumnya mendapat kategori cukup baik dan kurang baik, maka pada siklus II mendapat kategori baik dan sangat baik.

4.2.3 Hasil Belajar

Hasil evaluasi pada siklus I menuntaskan 2 butir soal dari 5 butir soal yang di berikan. Persentase terbesar dicapai oleh butir soal nomor 3 dengan persentase 91 dan persentase terendah terdapat pada nomor 5 dengan persentase 68%. Persentase siswa yang tuntas pada evaluasi belajar pada siklus II ini adalah 100% dengan daya serap klasikal sebesar 79,6%. Tidak tercapainya persentase siswa yang tuntas pada sikus I disebabakan karena kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Hal ini terlihat dari ketidakmampuan siswa untuk mengerjakan siswa untuk mengerjakan soal-soal pemahaman dan penerapan.

Berdasarkan hasil analisis, maka guru mengadakan perbaikan dan penyempurnaan ada proses selanjutnya yaitu pada siklus II. Tindakan yang dilakukan

(14)

yang diberikan bahan pada siswa mengenai materi yang dibelajarkan dan mengorganisir siswa kembali pada kelompok untuk melakukan wawancara.. Setelah diadakan evaluasi kembali, hasilnya adalah seluruh siswa yang dikenai tindakan sebanyak 17 orang tuntas dengan persentase sebesar 89,47 % dengan daya serap klasikal pada siklus II adalah sebesar 89,47%.

Dengan demikian penelitian ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajran Jigsaw pada pembelajaran geografi mampu meningkatkan hasil belajara siswa.

Gambar

Tabel 4.1 Hasil observasi kegiatan guru siklus I
Gambar 4.1 Hasil observasi kegiatan guru siklus I
Gambar 4.2 Hasil observasi kegiatan siswa siklus I
Gambar 4.3 Hasil belajar siswa siklus I
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kuswanto (1996) menjelaskan pada kategori pertama benih harus disebarkan di atas permukaan lahan untuk mengecambahkan, kategori kedua be- nih tersebut dibenamkan di

Tinggi Hilal yang ditampilkan pada kedua gambar di atas dinyatakan sebagai ketinggian pusat piringan Bulan dari horizon-teramati dengan elevasi pengamat dianggap 0 meter

Semakin Anda sering berlatih, Anda akan terbiasa mengerjakan silogisme dengan cepat. Beberapa dosen bergabung dalam tim karawitan. Tim karawitan tidak ada yang

Penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk melakukan pengukuran atau tidak menggunakan prosedur-prosedur statistik dalam menjelaskan hasil penelitian. Penelitian

Siswa yang berpindah akan mendiskusikan mengenai langkah-langkah penyelesaian permasalahan yang diberikan guru, pada saat ini siswa akan saling bertanya, menjawab pertanyaan,

Pada suhu penyimpanan refrigerasi (9 o C) laju penurunan kadar karoten produk minuman emulsi sebesar 5,541 ppm/minggu, merupakan laju penurunan terrendah

Pada penelitian ini ditemukan hampir seluruh mahasiswa asal Kabupaten Mimika yang mempunyai kebiasaan menyirih di Manado memiliki karies gigi, dengan rerata indeks DMF-T

Sebagai konsekuensinya, pada tingkat ini pendidikan bukan hanya sebagai hak tetapi juga sebagai kewajiban bagi setiap warga negara pada tingkat umur tertentu (di