• Tidak ada hasil yang ditemukan

HELEN SAGITA SIMBOLON NIM RSA1C213002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HELEN SAGITA SIMBOLON NIM RSA1C213002"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL ILMIAH

ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

SISWA EKSTROVERT DAN INTROVERT DALAM

MENYELESAIKAN SOAL MATERI SISTEM

PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

DI KELAS VIII SMPN 1

KOTA JAMBI

Oleh:

HELEN SAGITA SIMBOLON NIM RSA1C213002

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

(2)

Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 1

ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA EKSTROVERT DAN INTROVERT DALAM

MENYELESAIKAN SOAL MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

DI KELAS VIII SMPN 1 KOTA JAMBI

Oleh :

Helen Sagita Simbolon1), Kamid2), Syaiful2)

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi 2Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi

Email: 1helensagitasimbolon@gmail.com

ABSTRAK

Seseorang yang mampu berpikir kritis adalah orang yang tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Erat kaitannya dengan kepribadian yang dimiliki oleh seseorang. Kepribadian seseorang akan mempengaruhi kemampuan berpikir kritis yang dimilikinya. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ekstrovert dan introvert dalam menyelesaikan soal. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa ekstrovert mampu memenuhi indikator berpikir kritis yaitu kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau relevan. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ekstrovert 25% berada pada level 3 (kritis) dan 75% berada pada level 1 (tidak kritis). Sedangkan siswa introvert mampu memenuhi indikator berpikir kritis yaitu kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau relevan dan hampir memenuhi kemampuan mendeteksi kekeliruan konsep dan memperbaiki kekeliruan konsep. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa introvert 25% berada pada level 3 (kritis), 25% berada pada level 2 (cukup kritis) dan 50% berada pada level 1 (tidak kritis).

Kata Kunci : berpikir kristis, ekstrovert, introvert, spldv.

PENDAHULUAN

Perkembangan pendidikan yang sema-kin maju menyadarkan manusia terhadap hakikat dan pentingnya kegunaan matema-tika baik sebagai ilmu pengetahuan yang diajar-kan di sekolah maupun sebagai ilmu terapan yang digunakan sehari-hari. Mate-matika merupakan ilmu universal yang men-dasari perkembangan teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam ber-bagai disiplin dan memajukan data pikir manusia.

Menurut Badan Standar Nasional Pen-didikan (BSNP) (2006:139) “mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemam-puan berpikir logis, analitis, sistematis,

kri-tis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasa-ma”. Menandakan bahwa setelah mempela-jari matematika siswa dituntut harus mem-punyai berbagai macam kemampuan berpi-kir yang harus terus dikembangkan oleh gu-ru saat belajar matematika. Salah satu dari kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki siswa karna akan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Wijaya (2010:72) mengungkapkan ga-gasannya mengenai berpikir kritis, yaitu ke-giatan menganalisis ide atau gagasan kearah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. Kemampuan berpikir kritis

(3)

sa-Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 2

ngat diperlukan untuk menganalisis suatu permasalahan hingga pada tahap pencarian solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Berpikir kritis digunakan dalam berbagai situasi dan kesempatan dalam upa-ya memecahkan persoalan kehidupan.

Menurut Somakim (2011:43) kemam-puan berpikir kritis sangat penting bagi siswa karena dengan kemampuan ini siswa mampu bersikap rasional dan memilih al-ternatif pilihan yang terbaik bagi dirinya. Menanamkan kebiasaan berpikir kritis bagi pelajar perlu dilakukan agar mereka dapat mencermati berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Namun kenya-taannya, berdasarkan hasil penelitian Syah-bana (2012:54) menunjukkan bahwa masih rendahnya rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP.

Tingkat kemampuan berpikir kritis se-tiap siswa tentunya berbeda-beda. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan terse-but salah satunya adalah tipe kepribadian siswa tersebut. Tipe kepribadian merupa-kan sikap yang khas yang dimiliki setiap in-dividu dalam berperilaku yang dapat dibeda-kan dengan individu lain. Setiap kepribadian siswa tentunya berbeda-beda tidak ada kepribadian siswa yang sama seutuhnya, di-sini peran guru juga penting untuk mengeta-hui bagaimana guru mem-perlakukan siswa tersebut ketika proses pembelajaran dikelas.

Carl G. Jung mengelompokkan tipe kepribadian menjadi dua kelompok besar berdasarkan bagaimana memusatkan per-hatiannya yaitu tipe kepribadian ekstrovert dan tipe kepribadian introvert. Kepribadian ekstrovert yaitu individu yang mempunyai ciri-ciri tidak suka belajar sendiri, suka mengambil tantangan, tidak banyak pertim-bangan (easy going) dan memerlukan um-pan balik dari guru pada saat proses pem-belajaran. Sedangkan kepribadian introvert adalah individu yang mempunyai ciri-ciri suka belajar sendiri, berhati-hati dalam me-ngambil keputusan, tenang dan rajin. Tipe ekstrovert merupakan tipe yang memerlukan umpan balik dari guru, tidak suka belajar dan tidak banyak pertimbangan oleh karna itu guru harus selalu memberi umpan balik

dan lebih memperhatikan tipe ekstrovert na-mun bukan berarti tipe introvert tidak diper-hatikan. Menurut Widayanti (2016:84) “per-bedaan sifat dan perilaku tiap individu mempengaruhi output mereka ketika meme-cahkan masalah karena orang satu dengan yang lain berbeda dalam menerima infor-masi, memproses informasi dan cara menin-daklanjuti masalah”. Hal ini berarti kepri-badian setiap siswa mempunyai pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ketika menyelesaikan soal matematika.

Berdasarkan hasil ulangan siswa se-lama peneliti PPL di sekolah tersebut masih sangat rendah, hanya beberapa siswa yang bisa memenuhi KKM. Selain itu, peneliti memberikan test materi SPLDV kepada 36 siswa kelas VIII hasilnya, hanya lima siswa yang dapat menjawab soal dengan benar selebihnya hanya menjawab satu soal dan sama sekali tidak menjawab. Sebagian siswa tidak mengerti maksud dari soal yang di-berikan. Hal ini juga diperkuat oleh guru yang mengampuh dan mengajar di kelas VIII, jika kemampuan berpikir kritis dise-kolah tersebut masih terbilang kurang, ma-sih perlu bimbingan dan arahan saat me-ngerjakan soal cerita apalagi materi SPLDV. Sebagian siswa masih sangat sulit dalam menganalisis maksud dari soal yang diberi-kan sehingga tidak mampu menyelesaidiberi-kan soal dengan baik. Berbagai macam kepri-badian yang ada pada diri siswa secara tidak langsung berdampak pada tingkat kemam-puan berpikir kritisnya.

Salah satu materi yang ada dalam ke-las VIII semester genap adalah sistem per-samaan linear dua variabel (SPLDV). Cara dalam penyelesaian soal SPLDV yaitu cara eliminasi, subsitusi, eliminasi subsitusi dan grafik. Dalam menyelesaikan soal SPLDV siswa diharuskan mampu untuk merumus-kan masalah, menganalisis soal, mengubah menjadi model matematika dan menentu-kan penyelesaian apa yang amenentu-kan digunamenentu-kan. Oleh sebab itu berdasarkan wawancara guru dan hasil analisis peneliti ketika prape-nelitian soal SPLDV ini cocok digunakan untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa, dimana indikator kemampuan

(4)

berpi-Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 3

kir kritis yang akan dilihat adalah mampu menolak informasi bila tidak benar atau ti-dak relevan (K1), mampu mendeteksi keke-liruan dan memperbaiki kekekeke-liruan konsep (K2), mampu untuk mengambil keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta di-kumpulkan atau dipertimbangkan (K3) dan ketertarikan untuk mencari solusi baru (K4). Karena pada dasarnya seseorang yang me-miliki kemampuan berpikir kritis meme-miliki pemikiran yang masuk akal dan reflektif dalam menganalisis, memilih, memecahkan masalah, dan membuat keputusan dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Ekstro-vert dan IntroEkstro-vert dalam Menyelesaikan So-al Materi Sistem Persamaaan Linear Dua Variabel di Kelas VIII SMPN 1 Kota Jam-bi”. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan ting-kat kemampuan berpikir kritis siswa ekstro-vert dan introekstro-vert dalam menyelesaikan soal materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMPN 1 Kota Jambi.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan subjek berjumlah delapan orang siswa kelas VIII-B SMPN 1 Kota Jambi, dimana empat siswa yang memiliki kepribadian ektrovert dan empat siswa yang memiliki kepribadian introvert. Instrumen dalam penelitian ini adalah tes MBTI

(Myers-Briggs Type Indicator) untuk

memi-lih subjek penelitian, lembar soal tes berpi-kir kritis materi sistem persamaan linear dua variabel, dan pedoman wawancara.

Adapun prosedur pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes pemi-lihan subjek yaitu melalui tes MBTI dan di-pilih empat orang subjek yang memiliki ke-pribadian ekstrovert dan empat orang subjek yang memiliki kepribadian introvert berda-sarkan nilai tertinggi menurut hasil tes MBTI dan dicocokkan dengan ciri dan ka-rakteristik secara teoritis, kemudian setelah subjek diperoleh kedelapan siswa itu

diberi-kan lembar soal berpikir kritis materi sistem persamaan linear dua variabel. Untuk meli-hat validasi data pada penelitian ini meng-gunakan uji kredibilitas data yang dilakukan adalah dengan menggunakan triangulasi tek-nik dan triangulasi sumber yaitu dengan pe-ngecekan data dengan sumber yang sama te-tapi dengan teknik yang berbeda yaitu hasil jawaban lembar tes berpikir kritis dan hasil wawancara serta pengecekan data dengan sumber yang berbeda tetapi waktu dan tek-nik sama. Selanjutnya setelah masing-ma-sing subjek menyelesaikan soal maka selan-jutnya dilakukan wawancara terkait lembar tes berpikir kritis yang diberikan.

Menurut Bogdan dan Biklen (Mo-leong, 2014:248), analisis data adalah upa-ya upa-yang dilakukan dengan jalan bekerja de-ngan data, mengorganisasikan data, memi-lah-milah yang menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, me-nemukan apa yang penting dan apa yang pelajari, dan memutuskan apa yang dapat di-ceritakan kepada orang lain. Sementara itu, analisis data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknis analisis yang mengacu pada pendapat Miles dan Huber-man (2014:15-21) yang meliputi: (1) reduksi data yakni data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Reduksi data dalam penelitian ini akan memfokuskan pada siswa yang memiliki kepribadian eks-trovert dan ineks-trovert dan hasil jawabannya yang memenuhi indikator berpikir kritis; (2) penyajian data adalah pemaparan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pe-nyusunan informasi secara sistematis dalam rangka memperoleh kesimpulan sebagai te-muan penelitian, serta pengklasifikasian dan identifikasi data mengenai jawaban siswa berdasarkan indikator berpikir kritis dan di-paparkan berdasarkan pada setiap soal ja-waban subjek penelitian; (3) penarikan ke-simpulan dalam penelitian ini yakni kesim-pulan yang akan diambil yaitu tingkat ke-mampuan berpikir kritis siswa ekstrovert dan introvert. Dimana dalam penelitian ini kesimpulan yang diambil berdasarkan

(5)

ke-Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 4

mampuan berpikir kritis siswa dalam me-nyelesaikan soal akan diadopsi dari karakter Ferret yaitu sebagai berikut:

a) Kemampuan untuk menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan (K1) b) Kemampuan mendeteksi kekeliruan dan

memperbaiki kekeliruan konsep (K2) c) Kemampuan untuk mengambil

keputu-san atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbang-kan (K3) d) Ketertarikan untuk mencari solusi baru

(K4)

Berikut tingkat kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan karakteristik Ferret: Tabel 2.1 Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis

Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis

Indikator Berpikir Kritis yang dicapai Siswa Level 3 (Kritis) (K1, K2, K3, K4), (K1, K2, K3) atau (K1, K2, K4). Level 2 (Cukup Kritis) K1, K3, K4), (K2, K3, K4), (K1, K2), (K1, K3), (K1, K4), (K2, K3), atau (K2, K4). Level 1 (Tidak Kritis) (K3, K4), (K1), (K3), atau (K4)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHA-SAN

Deskripsi Data Hasil Tes MBTI (Myers-Briggs Type Indicator)

Tes ini lakukan dengan siswa me-ngerjakan tes kepribadian Indicator MBTI. Tes ini berupa perintah untuk menjawab so-al dengan memilih sso-alah satu pilihan jawa-ban yang terdiri dari dua pilihan jawajawa-ban se-suai dengan kriteria yang ada pada diri sendiri. Terdapat 25 soal dengan dua pilihan jawaban yaitu A dan B, dimana jawaban A menunjukkan ciri ekstrovert dan jawaban B menunjukkan ciri introvert. Untuk menen-tukan kelompok siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert dan introvert diguna-kan kategori berdasardiguna-kan pendapat yang dikemukan oleh Zaman dan Abdillah (2009:74) dimana jika siswa memilih jawa-ban paling jawa-banyak A, berarti siswa tersebut cenderung memiliki kepribadian ekstrovert, jika jawaban siswa paling banyak B, berarti siswa tersebut cenderung memiliki kepri-badian introvert. Tes keprikepri-badian dilakukan pada tanggal 29 Maret 2017 diikuti oleh 36 siswa. Setelah pelaksanaan tes MBTI,

dila-kukan pemeriksaan dan diperoleh hasil yaitu 28 siswa ekstrovert dan 8 siswa intro-vert. Tabel 3.1 Persentase Perolehan Hasil Kepribadian

Siswa

Kepribadian Frekuensi Persentase

Ekstrovert 28 77,78%

Introvert 8 22,22%

Total 36 100%

Berdasarkan tabel 3.1 menunjukan bahwa dari kelas yang diambil peneliti seba-gai subjek penelitian, mayoritas siswa me-miliki kepribadian ekstrovert yakni sebesar 77,78% dari jumlah siswa, sedangkan intro-vert hanya 22,22%. Setelah melihat hasil skor pada tes MBTI, peneliti menetapkan empat orang siswa sebagai subjek penelitian masing-masing dari setiap kepribadian, di-pilih berdasarkan skor tertinggi dari hasil tes MBTI.

Hasil Lembar Soal Tes Berpikir Kritis dan Wawancara Siswa Ekstrovert dan Introvert

Setelah didapat delapan orang subjek penelitian, selanjutnya subjek tersebut dibe-rikan lembar soal tes berpikir kritis materi sistem persamaan linear dua variabel pada tanggal 05 April 2017 yang terdiri dari 2 soal yang telah divalidasi oleh para dua do-sen pendidikan matematika serta guru mata pelajaran matematika dan telah dinyatakan valid.

Penelitian ini bertujuan untuk menga-nalisis tingkat kemampuan berpikir kritis siswa berkepribadian ekstrovert dan intro-vert dalam menyelesaikan soal materi sistem persamaan linear dua variabel. Kemampuan berpikir kritis ini ditelusuri melalui indikator kemampuan berpikir kritis yaitu kemam-puan untuk mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep, kemam-puan untuk mengambil keputusan atau ke-simpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan, dan ketertarikan un-tuk mencari solusi baru.

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan wawancara subjek SE.01 mampu me-menuhi 3 indikator berpikir kritis yaitu K1, K2, dan K3 pada soal nomor 1 dan 2, se-dangkan indikator K4 pada soal nomor 1

(6)

Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 5

dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk mem-berikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek guna-kan untuk menyelesaiguna-kan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan subjek SE.01 mampu memenuhi tiga indikator yaitu K1, K2 dan K3.

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan wawancara pada subjek SE.02 mampu memenuhi indikator K1, K2, dan K3 pada soal nomor 1, tetapi pada soal nomor 2 subjek tidak mampu memenuhi K1, K2, dan K3 dikarenakan subjek tidak mengerti mak-sud dari soal nomor 2 dan tidak mampu me-nyelesaikannya, sedangkan indikator K4 pa-da soal nomor 1 pa-dan 2 subjek tipa-dak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masa-lah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpul-kan SE.02 tidak mampu memenuhi semua indikator berpikir kritis yaitu K1, K2, K3, dan K4.

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan wawancara Pada subjek SE.03 ha-nya mampu memenuhi indikator K1 pada soal nomor 1, sedangkan K2 dan K3 pada soal nomor 1 subjek tidak mampu memenuhi-nya karena subjek tidak mampu memper-baiki kekeliruan konsep yang ada dan tidak mampu membuat kesimpulan dengan benar. Pada soal nomor 2 subjek mampu meme-nuhi K1, K2, dan K3, sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberikan solusi atau nyelesaian baru selain solusi atau pe-nyelesaian yang subjek gunakan untuk me-nyelesaikan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan subjek SE.03 hanya mampu memenuhi satu inidikator yaitu K1.

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan wawancara pada subjek SE.04 subjek mampu memenuhi indikator ber-pikir kritis K1, K2 dan K3 pada soal nomor 1. Pada soal nomor 2 subjek hanya memenuhi indi-kator K1, sedangkan pada indiindi-kator K2 dan K3 subjek tidak mampu memenuhinya

kare-na subjek tidak mampu mendeteksi kekeli-ruan dan memperbaikinya serta subjek juga tidak mampu menyelesaikan soal nomor 2 sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberi-kan solusi atau penyelesaian baru selain so-lusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan SE.04 ha-nya memenuhi satu indikator berpikir kritis yaitu K1.

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan wawancara pada subjek SI.01 mampu memenuhi 3 indikator berpikir kritis yaitu K1, K2, dan K3 pada soal nomor 1 dan 2, sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk memberi-kan solusi atau penyelesaian baru selain so-lusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam soal tersebut (subjek hanya menggunakan satu cara). Jadi dapat disimpulkan subjek SI.01 mampu memenuhi tiga indikator yaitu K1, K2 dan K3.

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan wawancara pada subjek SI.02 hanya mampu memenuhi indikator K1 pada soal nomor 1, sedangkan K2 dan K3 pada soal nomor 1 subjek tidak mampu memenuhinya karena subjek tidak mampu memperbaiki kekeliruan konsep yang ada dan tidak mam-pu membuat kesimmam-pulan dengan benar. Pada soal nomor 2 subjek mampu memenuhi K1, K2, dan K3, sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu me-menuhinya. Karena subjek tidak mampu un-tuk memberikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek gunakan untuk menyelesaikan masa-lah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpul-kan subjek SI.02 hanya mampu memenuhi satu inidikator yaitu K1.

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan wawancara pada subjek SI.03 mampu memenuhi 3 indikator berpikir kritis yaitu K1, K2, dan K3 pada soal nomor 1. Pada soal nomor 2 subjek memenuhi indikator K1 dan K2, sedangkan indikator K3 tidak

(7)

mam-Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 6

pu memenuhinya karena ketidaktelitian sub-jek dalam menyelesaikannya sehingga be-lum bisa membuat kesimpulan dengan benar sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya. Karena subjek tidak mampu untuk membe-rikan solusi atau penyelesaian baru, penye-lesaian yang subjek gunakan untuk menye-lesaikan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan subjek SI.03 mampu me-menuhi dua indikator yaitu K1 dan K2.

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan wawancara pada subjek SI.04 subjek mampu memenuhi indikator berpikir kritis K1, K2 dan K3 pada soal nomor 1. Pada soal nomor 2 subjek hanya memenuhi indi-kator K1, sedangkan pada indiindi-kator K2 dan K3 subjek tidak mampu memenuhinya kare-na subjek tidak mampu mendeteksi kekeli-ruan dan memperbaikinya serta subjek juga tidak mampu menyelesaikan soal nomor 2 sedangkan indikator K4 pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak mampu memenuhinya, karena subjek tidak mampu untuk membe-rikan solusi atau penyelesaian baru selain solusi atau penyelesaian yang subjek guna-kan untuk menyelesaiguna-kan masalah dalam soal tersebut. Jadi dapat disimpulkan SI.04 hanya memenuhi satu indikator berpikir kri-tis yaitu K1.

Berdasarkan deskripsi data hasil lem-bar tes berpikir kritis dan data hasil wawan-cara dapat diketahui tingkat kemampuan berpikir kritis masing-masing subjek pene-litian yang telah dipaparkan sebelumnya dan kembali disajikan dalam bentuk tabel 3.2: Tabel 3.2 Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis

Subjek Indikator Berpikir Kritis Level %

K1 K2 K3 K4 Kepribadian Ekstrovert SE.01 √ √ √ - L.3 (Kritis) 25% SE.02 - - - - L.1 (Tidak Kritis) 75% SE.03 √ - - - L.1 (Tidak Kritis) SE.04 √ - - - L.1 (Tidak Kritis) Kepribadian Introvert SI.01 √ √ √ - L.3 (Kritis) 25% SI.03 √ - - - L.2 (Cukup Kritis) 25% SI.02 √ - - - L.1 (Tidak Kritis) 50% SI.04 √ - - - L.1 (Tidak Kritis) Pembahasan

Pada hasil lembar jawaban tes dan hasil wawancara subjek SE dan SI secara umum ditemukan persamaan dan perbedaan seperti cara, strategi, langkah dan penyam-paian pernyataan yang berbeda-beda dalam penyelesaiannya. Ini terjadi karena subjek memiliki kepribadian yang berbeda serta pa-da umumnya memang tipa-dak apa-da seorang individu yang sama persis dalam melakukan sesuatu.

Siswa yang memiliki kepribadian eks-trovert yang terpilih sebagai subjek peneli-tian memenuhi indikator berpikir kritis yaitu kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan. Sedangkan indika-tor kemampuan mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep, kemampu-an membuat keputuskemampu-an atau kesimpulkemampu-an se-telah seluruh fakta dikumpulkan dan diper-timbangkan dan ketertarikan dalam mencari solusi baru, siswa ekstrovert belum mampu memenuhinya dengan benar.

Siswa yang memiliki kepribadian in-trovert yang terpilih sebagai subjek pene-litian memenuhi indikator berpikir kritis yaitu kemampuan menolak informasi bila ti-dak benar atau titi-dak relevan dan hampir da-pat memenuhi kemampuan mendeteksi ke-keliruan konsep dan memperbaiki kekeli-ruan konsep. Sedangkan untuk indikator ke-mampuan membuat keputusan atau kesim-pulan setelah seluruh fakta dikumpulkan dan dipertimbangkan dan ketertarikan dalam mencari solusi baru, siswa introvert belum mampu memenuhinya dengan benar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa in-trovert lebih unggul dibandingkan dengan siswa ektrovert. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Arief (2016:17) hasil penelitian yang diperoleh bahwa siswa yang memiliki tipe kepribadian dalam dimensi introvert dikategorikan lebih unggul dalam tingkat berpikir kritis untuk menyelesaikan soal dibandingkan dengan siswa yang memiliki tipe kepribadian dalam dimensi ekstrovert.

(8)

Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 7

KESIMPULAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan analisis tingkat kemampuan ber-pikir kritis siswa ekstrovert dan introvert dalam menyelesaikan soal materi sistem persamaan linear dua variabel sebagai berikut:

a) Siswa yang memiliki kepribadian eks-trovert yang terpilih sebagai subjek pe-nelitian memenuhi indikator berpikir kri-tis yaitu kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan. Se-dangkan untuk indikator kemampuan mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep, kemampuan membuat keputusan atau kesimpulan setelah selu-ruh fakta dikumpulkan dan dipertim-bangkan dan ketertarikan dalam mencari solusi baru, siswa ekstrovert belum mam-pu memenuhinya de-ngan benar. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa ekstro-vert adalah 25% berada pada level 3 yaitu kritis dan 75% berada pada level 1 yaitu tidak kritis.

b) Siswa yang memiliki kepribadian intro-vert yang terpilih sebagai subjek pene-litian memenuhi indikator berpikir kritis yaitu kemampuan menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan dan hampir dapat memenuhi kemampuan mendeteksi kekeliruan konsep dan memperbaiki ke-keliruan konsep. Sedangkan untuk indi-kator kemampuan membuat keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta di-kumpulkan dan dipertimbangkan dan ke-tertarikan dalam mencari solusi baru, sis-wa introvert belum mampu meme-nuhinya dengan benar. Tingkat kemam-puan berpikir kritis siswa introvert adalah 25% berada pada level 3 yaitu kritis, 25% berada pada level 2 yaitu cukup kritis dan 50% berada pada level 1 yaitu tidak kritis.

c) Secara umum subjek ekstrovert dan sub-jek introvert memliki perbedaan kemam-puan berpikir kritis, yaitu dari cara berpi-kir menganalisis informasi, mendeteksi kekeliruan, ketelitian, dan kecepatan da-lam menyelesaikan soal, dimana kemam-puan berpikir kritis siswa introvert lebih

unggul dibandingkan dengan siswa ektro-vert.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang te-lah dilaksanakan, saran dari penulis antara lain:

a) Sebagai bahan pertimbangan untuk me-rancangan pembelajaran yang mening-katkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan melihat kepribadian siswa. b) Dengan adanya penelitian ini diharapkan

dapat menjadi gambaran untuk pene-litian selanjutya mengenai tingkat ke-mampuan berpikir kritis siswa ekstrovert dan introvert dalam menyelesaikan soal. Rekomendasi Peneliti Lain

Peneliti merekomendasikan untuk pe-neliti lain untuk mepe-neliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan ber-pikir kritis siswa berdasarkan tipe kepri-badiannya, serta karakteristik yang seperti apa yang mempengaruhi siswa terhadap ke-mampuan berpikir kritisnya pada subjek yang lebih banyak, dengan materi yang le-bih cocok untuk melihat kemampuan ber-pikir kritisnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arini, Z & Rosyidi, A.H. 2016. Profil Ke-mampuan Penalaran Siswa SMP Da-lam Menyelesaikan Masalah Mate-matika Ditiinjau Dari Tipe Kepri-badian Extrovert Dan Introvert,

Mathedunesa, 2(05): 128. ISSN:

2301-9085.

Arief, A & Naafidza, J.H. 2016. Iden-tifikasi Tingkat Kemampuan Ber-pikir Kritis Siswa Dalam Menye-lesaikan Soal-Soal Fisika Berdasar-kan Tipe Kepribadian, Jurnal

Ino-vasi Pendidikan Fisika, 05(01):

18-21. ISSN: 2302-4496.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006).

Standar Kompetensi Dan Kompe-tensi Dasar. BSNP.

(9)

Helen S Simbolon : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 8

Fahrurrozi & Wicaksono, A. 2016. Sekilas

Tentang Bahasa Indonesia.

Yog-yakarta: Garudhawaca.

Jumaisyaroh, T., Napitupulu, E.E., dan Hasratuddin. 2014. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Mate-matis dan Kemandirian Belajar Sis-wa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, Jurnal Kreano, 5(02): 158. ISSN: 2086-2334.

Klimovienė, G., Urbonienė, J., & Barzdžiukienė, R. 2006. Developing Critical Thinking Trough Cooperative Learning, Kalbu

Stu-dijos, (09): 79. ISSN: 1648-2824

Miles, M. B & Huberman, A. M. 2014. Analisis Data Kualitatif. Terje-mahan Tjetjep Rohendi Rohidi, UI Press. Jakarta.

Moleong, L.J. 2014. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Somakim. 2011. Peningkatan Kemampuan

Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama De-ngan Penggunaan Pendidikan Ma-tematika Realistik. Forum FMIPA.

Vol. 14 No. 1.

Syahbana, A. 2012. Peningkatan Kemam-puan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning,

Edumatica, 02(01): 46. ISSN:

2088-2157.

Wijaya, C. 2010. Pendidikan Remidial:

Sarana Pengembangan Mutu Sum-ber Daya Manusia. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Zaman, S & Abdillah, S.I. 2009. MBTI

(Mayyers-Brrggs Type indikator).

Gambar

Tabel 3.2 Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis  Subjek  Indikator Berpikir Kritis

Referensi

Dokumen terkait