• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS MATA KULIAH FITUR DASAR LAUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS MATA KULIAH FITUR DASAR LAUT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH

FITUR DASAR LAUT

“ Teori Tektonik Lempeng dan Pengaruh Pergeseran Lempeng Secara Global ”

Dosen :

Danar Guruh Pratomo, ST, MT, PhD

Oleh :

Khariz Syaputra 3514100027

TANGGAL PENGUMPULAN 27 September 2017

Departemen Teknik Geomatika Fakultas Tenik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2017

(2)

TEORI TEKTONIK LEMPENG DAN PENGARUH PERGESERAN LEMPENG SECARA GLOBAL

A. Pengertian Tektonik Lempeng

Kata tektonik dipakai untuk menyatakan segala sesuatu yang berhubungan dengan perubahan kedudukan dan bentuk lapisan batuan. Kedudukan lapisan-lapisan batuan mengalami berbagai macam perubahan karena gaya-gaya yang bekerja di dalam kulit bumi (Bambang dkk, 1977: 105). Teori yang menjelaskan mengenai bumi yang dinamis (mobile) dikenal dengan teori tektonik lempeng (Djauharii, 2014: 121).

Sementara itu lempeng merupakan kerak bumi dan dibagi menjadi dua yaitu lempeng samudra yang sifatnya lebih lunak dan lempeng benua yang sifatnya lebih keras dari pada lempeng samudra. Lempeng merupakan object yang bergerak dan di gerakan oleh tenaga konveksi dari dalam bumi. Dapat disimpulkan bahwa tektonik lempeng merupakan pergerekan lempeng bumi dikarenakan arus konveksi di dalam mantel bumi dan terjadi secara terus menerus.

B. Perkembangan Teori Lempeng Tektonik

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakan-kenampakan utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis seperti pegunungan bisa dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan dalam teori geosinklin. Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai Samudera Atlantik yang berhadap-hadapan antara benua Afrika dan Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu. Ketepatan ini akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana. Sejak saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi semuanya menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.

Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian ulang umur bumi, karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya dan dengan asumsi permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam. Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi adalah sebuah benda yang merah-pijar, suhu Bumi akan menurun menjadi seperti sekarang dalam beberapa puluh juta tahun. Dengan adanya sumber panas yang baru ditemukan ini maka para ilmuwan menganggap masuk akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan intinya masih cukup panas untuk berada dalam keadaan cair.

Teori Tektonik Lempeng berasal dari hipotesis continental drift yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang

(3)

lebih padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.

Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi, namun selanjutnya justeru lebih mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan oseanograf Ron G. Mason menunjukkan dengan tepat mekanisme yang menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru

Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan beragam observasi geologis lainnya tak lama kemudian mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan prediksi.

Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang pesat pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan teori ini. Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara cukup universal di semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi dengan memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis dan juga implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi dan paleobiologi.

C. Teori Pergeseran Lempeng

1. Teori Kontraksi (Contraction Theory), 1596 – 1650 oleh Descartes, dilanjutkan oleh Suess (1831 – 1914)

Menurut Rene Descartes, bumi mengalami pendinginan dalam jangka waktu yang sangat lama. Massa yang panas bertemu dengan udara dingin membuatnya mengerut. Zat yang berbeda-beda menyebabkan pengerutan yang tidak sama antara satu tempat dengan tempat yang lain, sehingga ini menjadi

(4)

penyebab terjadinya pengerutan itu tidak sama bentuknya di setiap daerah, sehingga terbentuk gunung dan lembah.

Teori ini banyak dikritik, karena tidak mungkin penurunan suhu (pembentuk pegunungan dan lembah) berlangsung sangat drastis. Kenyataannya, di dalam bumi masih terdapat unsur pijar dan lapisan bumi yang terus mengalami pergerakan.

Terbentuknya tanggul dasar samudera terdapat di tempat dua lempeng merenggang. Terbentuknya tanggul itu akibat produk vulkanisme yang bertumpuk sepanjang celah. Tanggul seperti itu terdapat di Lautan Atlantik, memanjang dari dekat Kutub utara samapai mendekati kutub Selatan. Celah ini menjadikan benua Amerika bergerak saling menjauh dengan benua Eropa dan Afrika. Di Samudera Pasifik terdapat tanggul di bagian Tenggara samudera ini, membujur ke Utara sampai ke teluk California. Di bagian Selatan Samudera Hindia, tanggul seperti itu memanjang dari barat ke Timur, mendorong lempeng dasar Samudera Hindia atau lempeng Indo-Australia kea rah utara . Pergeseran lempeng tsb mendorong anak benua India yang berasal dari dekat Antarktika bertabrakan dengan lempeng benua Asia dan menyebabkan pembentukan Pegunungan Himalaya.

Di daerah dua lempeng saling bertumbukan, terjadi beberapa fenomena yaitu :

a. Lempeng dasar samudera menunjam ke bawah lempeng benua b. Terbentuk palung laut di tempat tumbukan itu

c. Pembengkakan tepi lempeng benua yang merupakan deretan pegunungan

d. Terdapat aktivitas vulkanisme, intrusi, dan ekstrusi e. Merupakan darah hiposentra gempa dangkal dan dalam f. Penghancuran lempeng akibat pergesekan lempeng

g. Timbunan sedimen campuran yang dalam geologi disebut batuan bancuh ( mélange, bhs Perancis)

Di daerah dua lempeng saling menjauh terdapat beberapa fenomena, seperti :

a. Perenggangan lempeng yang disertai pertumbukan kedua tepi lempeng tersebut

b. Pembentukan tanggul dasar samudera di sepanjang tempat perenggangan lempeng

c. Aktivitas vulkanisme laut dalam yang menghasilkan lava basa berstruktur bantal dan hamparan leleran lava encer

d. Aktivitas gempa di dasar laut dan sekitarnya.

2. Teori apungan benua (the theory of continental drift), 1912, Alfred Lothar Wegener

Muka bumi selalu mengalami perubahan atau perkembangan, dan terus berlangsung hingga kini. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pergerakan/pergeseran daratan (benua). Celah yang terbentuk di Atlantik,

(5)

Samudera Hindia, dan lautan sebelah selatan, bukan disebabkan oleh bencana, tapi terjadi secara bertahap dan perlahan dalam cakupan massa geologi.

Jika dirunut pada sejarah masa lalu, mula – mula bumi terdiri dari satu benua tunggal, yang disebut Pangaea. Jutaan tahun yang lalu, Pangaea terpecah - pecah, mengapung secara perlahan dan menduduki posisinya saat ini. Greenland bergerak menjauhi daratan Eropa dengan kecepatan yang dapat diukur. Dengan demikian, benua - benua yang besar (supercontinent) yang oleh Eduard Suess diberi nama Laurasia (di bagian Utara) dan Gondwana land (di bagian Selatan). Lautan besarnya bernama equator. Rotasi bumi juga diduga menimbulkan kekuatan yg mendorong benua - benua ke arah khatulistiwa (equator) dan belahan Bumi barat.

Inti dari teori ini adalah :

a. Adanya persamaan yang mencolok antara garis kontur pantai timur Benua Amerika Utara dan Selatan dengan garis kontur pantai Barat Eropa dan Afrika. Kedua garis yang sama tersebut dahulu merupakan daratan yang berimpitan. Formasi geologi di sepanjang pantai Afrika barat dari Sierra leone sampai Tanjung Afrika Selatan sama dengan apa yang ada di pantai Timur Amerika, dari Peru sampai Bahia Blanca. b. Daerah Greenland sekarang ini bergerak menjauhi daratan Eropa

dengan kecepatan 36 m/th, sedangkan Kep. Madagaskar menjauhi Afrika Selatan dengan kecepatan 9 m/th.

Menurut Wegener, benua - benua yang sekarang ini, dahulunya adalah satu benua yang disebut Benua Pangea. Benua tunggal ini memecah karena gerakan benua besar di selatan ke arah barat maupun ke utara menuju khatulistiwa. Hal ini mengakibatkan terjadi :

a. Bentangan – bentangan samudera dan benua - benua mengapung sendiri – sendiri.

b. Samudera Atlantik menjadi semakin luas karena Benua Amerika masih terus melangsungkan gerakannya ke arah barat. Dengan demikian terjadi lipatan - lipatan kulit bumi yang menjadi jajaran pegunungan utara - selatan, yang terdapat di sepanjang pantai Amerika utara Selatan. c. Adanya kegiatan seismik yang luar biasa di sepanjang patahan St

Andreas, dekat pantai barat Amerika Serikat.

d. Batas Samudera Hindia makin mendesak ke utara. Anak benua India semula diduga agak panjang, tetapi karena gerakannya ke utara maka India makin menyempit dan makin mendekat ke benua Eurasia. Proses ini menimbulkan lipatan Pegunungan Himalaya. Benua - benua sekarang ini pun masih terus bergerak, dapat dibuktikan dengan makin melebarnya celah yang terdapat di alur - alur dalam samudera.

a. Bukti Paleoklim

Wegener menyertakan bukti - bukti paleoklimatologi pada bukunya yang keempat. Suatu lapisan batuan yang diendapkan dapat menunjukan iklim lokasi pada saat batuan tersebut diendapkan. Keberadaan glacier, keberadaan lapisan batubara yang mengindikasikan iklim tropis basah, serta keberadaan lapisan

(6)

garam dan gipsum yang mengindikasikan iklim padang dari berbagai benua sepanjang Karbon dan Perm lalu dipetakan.

Gambar 1. Peta Wegener untuk menunjukkan keberadaan endapan es dan sedimen dari Pangea sepanjang Karbon dan Perm (Diktat Kuliah Tektonofisika). b. Bukti Paleontologi

Sebelum Wegener, para ahli paleontologi pernah mengumpulkan data yang memperlihatkan keserupaan flora dan fauna dari Benua Amerika Selatan dan Benua Afrika. Data - data tersebut memberikan bukri bahwa memang ada gabungan benua sehingga adanya keserupaan flora dan fauna di kedua benua tersebut.

Gambar 2. Peta penyebaran fosil hewan dan fosil tumbuhan (USGS, 2001). Peta tersebut menunjukkan adanya kemenerusan jalur – jalur penemuan fosil

antara Amerika Selatan, Afrika, India, Antartika, dan Australia. 3. Teori Arus Konveksi (Convection Zone)

a. Hubungan arus konveksi dan gerakan benua

Hipotesa pengapungan benua Wegener diteliti lebih lanjut oleh Arthur Holmes dan Alexander du Toit. Keduanya menggunakan dinamika arus konveksi untuk menjelaskan mekanisme penyebab gerakan benua. Du Toit menerangkan arus konveksi sebagai mekanisme penyebab peregangan kerak benua yang mengasilkan sistem rift (pada cekungan samudra lazim terdapat blok - blok sesar turun), sistem kompresi, dan pelipatan yang menghasilkan pegunungan lipatan. Sedangkan Holmes menyatakan bahwa kerak samudra yang semakin tua semakin berat akan menyusup ke bagian bawah kerak benua sehingga menyebabkan terbentuknya palung. Mekanisme ini akan

(7)

mempercepat arus konveksi sehingga terbentuknya pengunungan di sekitar batas benua terhadap kerak samudera.

Gambar 3. Ilustrasi du Toit (1927) untuk memperlihatkan hipotesanya mengenai arus konveksi mantel sebagai gaya pengendali pembentukan sistem

rift dan pegunungan lipatan (Diktat Kuliah Tektonofisik).

Gambar 4. Ilustrasi Arthur Holmes (1944) untuk memperlihatkan hipotesanya mengenai arus konveksi mantel sebagai gaya pengendali pengapungan benua dan pembukaan samedera baru (Diktat Kuliah

Tektonofisik). b. Tenaga penggerak arus konveksi

Pada masa Wegener, kebanyakan ahli geologi percaya bahwa bumi kita bersifat padat dan terdiri dari bagian - bagian yang tidak dapat bergerak. Tetapi beberapa dekade kemudian, J. Tuzo Wilson (1968) menyatakan “bumi adalah benda yang hidup dan bergerak”, baik pada permukaan maupun bagian dalamnya dan sejak saat itu berbagai model dari arus konveksi telah dibuat. Arus konveksi bergerak ke mantel atas melalui bagian tengah dari kerak benua dan lama kelamaan membentuk zona pemekaran antar benua. Mekanisme dari arus konveksi diperkirakan mirip dengan mekanisme konveksi ketika pemanasan air pada panci dilakukan.

(8)

Gambar 5. Mekanisme arus konveksi pada pemanasan air (USGS, 2001) Konveksi pada interior bumi hanya dapat berlangsung jika terdapat sumber panas yang cukup. Panas di dalam bumi mungkin dapat berasal dari dua sumber utama, yaitu dari peluruhan radioaktif dan panas residual. Peluruhan radioaktif merupakan proses spontan yang terjadi ketika suatu isotop mengalami kehilangan partikel - partikel dari nukleusnya lalu membentuk isotop dari unsur yang lainnya. Peluruhan radioaktif secara alamiah terjadi pada unsur - unsur kimia seperti uranium, thorium, dan sebagainya dan akan melepaskan energi panas yang secara lambat bermigrasi ke permukaan bumi. Panas residual merupakan energi gravitasi yang tersisa sejak masa pembentukan bumi melalui proses kompresi debu kosmis, tetapi mekanisme yang memungkinkan bahwa panas ini dapat terkonsentrasi pada daerah - daerah tertentu lalu menciptakan arus konveksi masih belum dapat dijelaskan dengan baik.

Gambar 6. Arus konveksi pada mantel (USGS, 2001). Arus ini menyebabkan terjadinya basal drag dan slab pull, sedangkan gaya gravitasi

lempeng menyebabkan slub suction.  Basal Drag

Basal Drag merupakan istilah gerakan lempeng yang disebabkan oleh arus konveksi. Dalam hal ini, arus konveksi terjadi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui asthenosfer sehingga pergerakan didorong oleh gesekan (shearing) antara asthenosfer dan litosfer.  Slab suction

(9)

Arus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah pada lempeng di daerah penunjaman di palung (trench). Slab suction ini bisa terjadi dalam kondisi geodinamik dimana basal drag terus bekerja pada lempeng - lempeng tersebut memasuki mantel, meskipun sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja pada kedua sisi lempengan. Slab suction mempercepat gerakan lempeng yang awalnya disebabkan oleh basal drag.

 Slab pull sebagai Mekanisme Penggerak Lempeng

Holmes (1944) menyatakan bahwa lempeng samudra yang semakin tua akan mengalami pertambahan berat berat. Sehingga gerakan lempeng juga mungkin disebabkan oleh berat lempeng yang mendingin dan memadat yang turun ke mantel di palung samudera. Slab pull sendiri sangat mungkin menjadi salah satu gaya terbesar yang bekerja pada lempeng. Gerakan lempeng - lempeng dapat terjadi karena gabungan dari basal drag, slab suction, dan slab pull. Ketiganya juga dapat berperan untuk membentuk zona regangan di tengah lempeng yang memungkinkan terbentuknya terjadinya pemekaran.

 Mekanisme Penyebab Gerakan Lainnya

Dalam studi yang dipublikasikan pada edisi Januari - Februari 2006 dari buletin Geological Society of America, sebuah tim ilmuwan dari Italia dan Amerika Serikat berpendapat bahwa komponen lempeng yang mengarah ke barat berasal dari rotasi Bumi dan gesekan pasang bulan yang mengikutinya. Diduga Venus dan Mars tidak memiliki lempeng tektonik disebabkan karena ketidakadaan bulan di Venus dan kecilnya ukuran bulan Mars untuk memberi efek seperti pasang seperti di Bumi.

4. Teori Pergeseran Dasar Samudera (Ocean Floor Spreading), Robert Diezt

Robert Diesz, seorang Ahli Geologi dasar laut Amerika Serikat mengembangkan teori konveksi yang dikemukakan Hess. Penelitian topografi dasar laut yang dilakukannya menemukan bukti - bukti baru tentang terjadinya pergeseran dasar laut dari arah punggung dasar laut ke kedua sisinya.

Penyelidikan umur sedimen dasar laut mendukung teori tersebut, yaitu makin jauh dari punggung dasar laut umurnya makin tua. Hal itu berarti ada gerakan yang arahnya dari punggung dasar laut. Beberapa contoh punggung dasar laut adalah cost Pacific Rise, Mid Atlantic Ridge, Atlantic Indian Ridge, dan Pacific Atlantic Ridge.

5. Teori Lempeng Tektonik (Plate Tectonic Theory), abad 20, 1956 – 1967

Wegener menyatakan bahwa benua- benua terus bergerak melewati dasar laut, sedangkan teori lempeng tektonik menyatakan bahwa benua ibarat rakit yang membeku dalam es dari suatu arus yang mengalir (kerak bumi dan litosfer yang mengapung di atas astenosfer dianggap satu lempeng yang saling berhubungan).

Aliran arus konveksi yang keluar dari punggung laut menyebar ke kedua sisinya, sedangkan bagian lainnya akan masuk kembali ke dalam dan bercampur

(10)

dengan materi di lapisan itu. Daerah tempat masuknya materi tersebut merupakan patahan yang ditandai dengan adanya palung laut dan pulau vulkanis.

Lempeng Tektonik adalah bagian terluar dari bumi yang bersifat masif, berbentuk iregular, dan padat, serta terdiri dari litosfer benua dan samudra. Litosfer adalah bagian bumi yang terdiri dari kerak dan mantel atas bagian atas. Ukuran dari lempeng tektonik dapat beraneka ragam dengan ketebalan yang berkisar antara 15 km pada litosfer samudera muda sampai sekitar 200 km pada litosfer benua tua. Istilah Lempeng Tektonik tampaknya belum popular pada saat teori apungan benua diperkenalkan, pada saat itu istilah yang umum digunakan adalah kerak, baik oleh ahli - ahli aliran “fixist” ataupun pendukung teori apungan dunia.

Teori tektonik lempeng merupakan pengembangan dari teori pengapungan benua Wegener. Teori ini menggambarkan lempeng - lempeng yang berupa litosfer samudra dan benua yang berada di atas astenosfer, yang merupakan lapisan lunak dan pejal, serta selalu bergerak. Mantel bagian atas yang memiliki temperatur tinggi dan dapat mengalir (plastis). Lempeng - lempeng tersebut bergerak di atas astenosfer melalui “shearing motion”

D. Pergerakan Lempeng

Ada beberapa pergerakan lempeng : 1. Divergen

Pergerakan lempeng yang saling menjauh dan membentuk kerak bumi baru. 2. Konvergen

Pergerakan lempeng yang menunjam ke bawah lempeng lainnya, menyebabkan lempeng yang menunjam meleleh. Berdasarkan jenis lempengnya, konvergen dibagi tiga yaitu:

a. Samudra-Benua

Jenis konvergen ini akan membentuk vulkanik yang aktif, seperti di Pegunungan Andalas.

b. Samudra-Samudra

Jenis konvergen ini membentuk busur kepulauan yang sejajar dengan palung. Contohnya adalah Palung Mariana.

c. Benua-Benua

Pada jenis konvergen ini tidak ada lempeng yang menunjam karena batuan benua yang ringan, yang ada hanya lempeng akan melipat dan akan membentuk pegunungan atau dataran tinggi. Contohnya adalah Pegunungan Himalaya dan dataran tinggi Tibet.

3. Transform

Lempeng-lempeng bergesekan satu sama lain secara horizontal dan kebanyakan terjadi di dasar samudra.

E. Penggerak Lempeng

Kebanyakan ilmuwan setuju dengan teori yang menyatakan bahwa aliran konveksi pada astenosfer yang panas dan lunak yang menyebabkan bergeraknya

(11)

lempeng. Batuan di bawah lempeng dipercaya bergerak melingkar yang disebut aliran konveksi. Aliran konveksi terjadi ketika air yang panas naik ke permukaan, kemudian menyebar hingga panasnya turun, dan karena panasnya turun, maka bergerak lagi ke bawah, kemudian memanas lagi, lalu naik lagi ke permukaan. Konveksi terjadi karena ada sumber panas. Sumber panas yang ada di dalam bumi ada dua, yaitu uraian radio-aktif dan sisa-sisa panas. Ketika inti sel dari sebuah isotop kehilangan partikel-partikel, maka akan terbentuk sebuah isotop baru. Proses inilah yang menyebabkan keluarnya energi dalam bentuk panas yang disebut penguraian radioaktif. Panas yang dihasilkan akan berpindah ke permukaan bumi dengan lambat. Sumber panas yang kedua adalah sisa-sisa panas, yaitu energi gravitasi yang tertinggal pada waktu pembentukan bumi.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa pembentukan relief yang ada dimuka bumi dikontrol oleh subduksi, sehingga dijadikan mekanisme yang lebih penting. Di mekanisme ini, peran gravitasi lah yang membantu saat meleburkan salah satu lempeng yang menunjam. Gaya ini disebut slab pull yang sampai saat ini dipertimbangkan sebagai gaya yang menyebabkan lempeng tektonik bergerak.

(12)

Daftar Referensi :

Kious, W. Jacquelyne, dan Tilling, Robert I. 2008. USGS This Dynamic Earth: The Story of Plate Tectonics. Washington: U.S. Government Printing Office.

Gambar

Gambar 1. Peta Wegener untuk menunjukkan keberadaan endapan es dan  sedimen dari Pangea sepanjang Karbon dan Perm (Diktat Kuliah Tektonofisika)
Gambar 3. Ilustrasi du Toit (1927) untuk memperlihatkan hipotesanya  mengenai arus konveksi mantel sebagai gaya pengendali pembentukan sistem
Gambar 6. Arus konveksi pada mantel (USGS, 2001). Arus ini  menyebabkan terjadinya basal drag dan slab pull, sedangkan gaya gravitasi

Referensi

Dokumen terkait

Fusi adalah penyatuan dua benih gigi yang berdekatan, selalu melibatkan dentin. Pada pemeriksaan klinis, kondisi ini nampak serupa dengan geminasi

Ketika dioda berada dalam kondisi “on” atau short circuit seperti ditunjukkan pada gambar 5, tegangan output vo  dapat dihitung dengan menggunakan hukum Kirchoff

Dari hasil pemodelan dapat dilihat untuk jenis A-Jack round end dan square end bahwa untuk mutu beton, K-225, K-250, K-275 dan K-300, hanya pada kondisi

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN Seleksi / Tes Tertulis dilaksanakan pada tanggal 04 November 2008 untuk wilayah Bengkulu dimulai pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai, untuk wilayah

Disisi lain tumbuhan mangrove banyak tumbuh di pinggiran muara sungai, sehingga dengan adanya tumbuhan ini, maka limbah-limbah yang berbahaya (logam berat) mampu diserap

Oleh sebab itu yang perlu diantisipasi mulai dari dari sekarang untuk menghadapi masa depan, umat Islam harus berani menerobos dinding-dinding perkembangan sains

Dalam hal ini nelayan pancing ulur, baik pemilik kapal dan rumpon juga nelayan buruh/ABK yang menjadi respondennya guna mendukung tujuan penelitian.1. 3.3

Akun yang tidak bisa dihapus di dalam MYOB adalah akun yang sudah pernah digunakan untuk mencatat suatu transaksi, tidak terhubung dengan linked account yang ditentukan dari