PENGARUH ALIRAN UDARA TERHADAP TINGKAT
RADIOAKTIVITAS α DI UDARA DALAM LABORATORIUM
INSTALASI RADIOMETALURGI
Sri Wahyuningsih , Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -Batan Sudaryo
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir -Batan
ABSTRAK
Telah dilakukan pengukuran keradioaktifan udara di ruang laboratorium Instalasi Radiometalurgi (IRM) untuk melihat adanya pengaruh VAC terhadap tingkat radioaktivitas di udara. Udara dicuplik dengan air sampler di beberapa ruangan pada saat VAC normal, saat dimatikan dan setelah dihidupkan. Kontaminan udara dicuplik melalui kertas filter fiber glass kemudian dicacah secara kuantitatif dengan alat Scintilation Alpha Counter-4 (SAC – 4). Untuk mengetahui jenis kontaminan udara filter juga dicacah menggunakan Spektrometer gamma. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keradioaktifan udara pada saat VAC mati. Kemudian tingkat radioaktivitas menurun setelah VAC dihidupkan sampai menuju kondisi normalnya yaitu untuk operating area (1,227 ± 0,662) Bq/m3 dan untuk service area (1,570 ± 0,763) Bq/m3 . Tingkat radioaktivitas udara setelah 2 hari dimatikan mencapai (8,210 ± 3,157)Bq/m3. Dari sudut pandang keselamatan tingkat radioaktivitas udara tersebut masih di bawah batas yang diijinkan yaitu 20 Bq/m3, sehingga memungkinkan VAC dimatikan selama 2 hari.
ABSTRACT
A measurement of airborne radioactivity in laboratory of Radiometallurgy Installation to know effect of VAC against airborne radioactivity level has been done. The airs was sampled by air sampler in condition of VAC normal, cut off and turn on. Air contamination was collected by fiber glass filter and then counted by Scintillation Alpha Counter -4 (SAC-4) to know gross alpha radioactivity. In order to check radio nuclides of air contamination the sample was also measured by Gamma Spectrometer. The results shows that the airborne radioactivity increase when the VAC cut off, and then decrease after the VAC turn on until normal condition around (1,227 ± 0,662) Bq/m3 at operating area and (1,570 ± 0,763) Bq/m3 at service area. After two days the VAC cut off, the airborne radioactivity was about (8,210 ± 3,157)Bq/m3. From view point of safety, the airborne radioactivity less then Maximum Permissible Concentration (MPC) 20 Bq/m3, so that it is possible to cut off theVAC during two days.
PENDAHULUAN
nstalasi Radiometalurgi Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir Dan Daur Ulang ( IRM – P2TBDU) memiliki 12 bilik panas ( Hot
cell ) yang terdiri dari 3 bilik beton dan 9 bilik baja.
Karena IRM memiliki bilik panas dan melakukan penelitian elemen bakar pasca irradiasi maka IRM merupakan daerah potensial bagi timbulnya bahaya radiasi interna. Timbulnya bahaya radiasi interna dimungkinkan jika ada masalah dengan sistem
ventilation air condisioning ( VAC ). Hal ini bisa
terjadi karena gagalnya sistem tata udara sehingga pola alir udara dalam laboratorium tidak memenuhi persyaratan. Unsur radioaktif yang terdapat di udara di dalam laboratorium Instalasi Radiometalurgi dapat berasal dari radioaktif alam deret Uranium, deret Aktinium dan deret Thorium. Sedangkan unsur radioaktif yang bukan berasal dari alam
I
biasanya berasal dari produk fisi elemen bakar bekas ataupun berasal dari penelitian yang menggunakan bahan nuklir untuk kegiatan penelitian di laboratorium IRM.
Data-data dari elemen bahan bakar bakas tipe pelat hasil produksi Instalasi Elemen Bakar Reaktor Riset menunjukkan adanya produk fisi diantaranya : As, Se, Br, Kr, Rb, Sr, Y, Zn, Nb, Mo, Tc, Rn, Rh, Sn, Sb, Te, I, Xe, Cs, Ba, La, Ce, Pr, Nd, dan Pm. [1]
Ventilasi dan pengkondisian udara atau
Ventilation and Air Conditioning yang disingkat VAC adalah sistem tata udara atau penyegaran
udara yang dioperasikan untuk mengkondisikan dan mengatur aliran udara di dalam bangunan pada kondisi yang diinginkan dalam hal jumlah aliran, kebersihan udara, suhu, kelembaban dan tekanan udara di dalam bagian-bagian gedung. Khusus
sistem VAC untuk bangunan Instalasi Nuklir mempunyai persyaratan spesifik. Persyaratan spesifik tersebut diantaranya pola alir udara akan bergerak dari daerah yang tidak aktif menuju ke daerah yang aktif. Pengkondisian udara tidak sekedar membuat segar dan nyaman bagi para pekerja radiasi bekerja, tetapi juga menjaga kondisi peralatan laboratorium dalam kondisi temperatur kamar, serta menjadi sarana keselamatan pekerja radiasi terhadap bahaya radiasi interna.
Peralatan yang dipergunakan dalam Instalasi Nuklir seperti perangkat kendali reaktor, peralatan laboratorium, perangkat instrumentasi dan elektronika sangat peka dan mudah terpengaruh pada perubahan temperatur ruangan. Oleh karena udara di dalam ruangan peralatan itu berada perlu dikondisikan pada suhu dan kelembaban yang dipersyaratkan, misal suhu di bawah 24 °C dengan kelembaban relatif RH 60 %, untuk menjamin kehandalan dan akurasi unjuk kerja alat. [2]
Berdasarkan fungsi dan resiko yang dihasilkan, maka IRM dibagi dalam 4 daerah kerja yaitu :
- Zona I (tidak aktif) : Ruang perkantoran
- Zona II D< 25μSv/jam : Laboratorium dan
operating area.
- Zona III 25<D<3000 μSv/jam: Service area, ruang penyimpanan limbah, ruang deko
- Zona IV D>3000 μSv/jam : Sel beton berat dan sel baja (Hot Cell)
Zona-zona tersebut juga ditandai denga perbedaan warana pelapis lantainya, yaitu :
- Zona I : Warna putih dan warna biasa - Zona II : Warna hijau
- Zona III : Warna kuning
- Zona IV : Lantai beton dan lantai baja (Hot Cell)
Kualitas bahan dan pekerjaan saluran udara (ducting) yang kuat dan tidak bocor sangat mendukung kehandalan operasi sistim VAC. Tetapi adakalanya karena sesuatu hal VAC tidak dapat beroperasi normal sehingga perlu diadakan penelitian tentang pengaruh VAC terhadap tingkat perubahan radioaktivitas α di udara dalam laboratorium dan kapan seorang pekerja radiasi boleh bekerja dalam laboratorium setelah VAC dihidupkan. Disamping itu juga dipelajari apakah memungkinkan VAC dimatikan ( tidak termasuk
VAC didalam hot cell ) setiap hari Sabtu dan
Minggu.
Di dalam penelitian ini dipakai batasan yang diijinkan untuk kadar U238 dan U235 batas turunan di
udara dengan penyinaran selama 2000 jam per tahun sebesar 20 Bq/m3 dalam harian yaitu menurut
SK Ka. BAPETEN No.1/Ka BAPETEN/V-99 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi 1999 [3].
TATA KERJA
Bahan
Kertas filter berdiameter 5,8 cm dan Nitrogen cair
Alat
1. Pencuplik udara (Air Sampler), petri disc, pinset, Scintillation Alpha Counter – 4.
2. (SAC-4), Spektrometer Gamma yang dihubungkan dengan Multi Channel Analyzer (MCA).
Cara Kerja
Pengambilan cuplikan udara
1. Tempatkan alat pencuplik udara (movable) ditempatkan di ruangan kerja yang akan dipantau tingkat radioaktivitas udaranya pada ketinggian sekitar 150 cm.
2. Pasang kertas filter di filter holder pencuplik udara.
3. Hubungkan alat pencuplik udara dengan sumber listrik tegangan 220 volt.
4. Hidupkan alat pencuplik udara.
5. Catat : posisi penunjuk flow ratemeter awal dan akhir pencuplikan, nomor ruangan kerja, waktu awal dan akhir pencuplikan (lama pencuplikan) 6. Matikan alat pencuplik udara setelah
pencuplikan selama 15 menit dan matikan sumber listrik serta lepaskan kabel listrik yang terpasang.
7. Lepaskan kertas filter dengan menggunakan pinset dan tempatkan dalam wadahnya.
8. Kembalikan pencuplik udara ke tempat semula.
Pencacahan cuplikan udara
1. Persiapan alat pencacah cuplikan : alat cacah dihidupkan, diatur lama pencacahan (5 menit),
Am 241), cacah radiasi latar. Pencacahan akan
berhenti secara otomatis setelah 5 menit. Hasil cacahan adalah cacahan per 5 menit. Unit cacahan tersebut dapat diubah menjadi cacahan per detik (cps).
2. Masukkan kertas filter tersebut dalam laci filter alat cacah dengan menggunakan pinset. Untuk filter yang berukuran lebih besar daripada wadah filter pada laci, filter dapat digunting dan debit udara yang melalui filter tersebut harus diperhatikan dalam perhitungan-perhitungan. 3. Cacah besarnya radioaktifitas yang terdapat di
kertas filter cuplikan udara dan catat besar cacahannya.
4. Matikan alat cacah setelah seluruh cuplikan udara selesai dicacah.
5. Hitung tingkat radioaktivitas α di udara dengan menggunakan rumus dibawah ini [4] :
E
x
V
x
N
Ak
=
1
1
...………(1) Dimana : Ak = Aktivitas zat radioaktif α di udara(Bq/m3)
N = laju cacahan (cps)
E = efisiensi pencacahan (%)
V =volume udara (m3)
Dan ralat aktivitas radioaktif di udara dengan rumus :
SAk
Ak
Ak
=
±
………....……….(2)( )
( )
( )
2 2 2 2 2 2Se
E
Ak
Sv
V
Ak
Sn
N
Ak
SAk
∂
∂
+
∂
∂
+
∂
∂
=
( )
( )
( )
2 2 2 2 2 2 2 21
1
1
1
1
1
Se
E
V
N
Sv
E
V
N
Sn
E
V
−
×
×
+
−
×
×
+
×
=
……… (3) Dimana :Sn = ralat statistik dari pencacahan (cps)
Sv = deviasi standar dari volume udara yang
dihisap (m3)
Se = deviasi standar dari efisiensi detektor (%) Sak = ralat aktivitas radioaktif α di udara (Bq/m3 ) Ak = rerata aktivitas zat radioaktif α di udara
(Bq/m3)
Multi Channel Analyzer (MCA)
Langkah-langkah penggunaan alat MCA Ortec adalah sebagai berikut :
1. Kalibrasi MCA dengan sumber Co-60 (untuk ke-2 puncak tenaga Co-60)
2. Lakukan pengukuran aktivitas dan jenis radionuklida yang terdapat di ruang peletakan cuplikan (latar radionuklida).
3. Letakkan filter bekas menangkap debu udara ke dalam ruang peletakan cuplikan.
4. Cacah kertas filter tersebut dengan alat MCA
Ortec detektor PGT-HPGe selama 6000 detik.
5. Cetak jenis radionuklida yang tercacah dengan mesin printer.
6. Ulangi langkah c, d dan e untuk kertas filter yang berbeda.
HASIL PERCOBAAN DAN
PEMBA-HASAN
Hasil percobaan dapat dilihat pada Tabel 1-3 dan Gambar 1-8
Kondisi VAC normal
Pada saat VAC laboratorium beroperasi normal, aktivitas radioaktif α di udara dalam laboratorium berkisar antara 1,086 Bq/m3 – 1,728
Bq/m3. Aktivitas radioaktif α di udara pada operating area rata-rata adalah ( 1,227 ± 0,660 )
Bq/m3 sementara aktivitas radioaktif α di udara
pada service area rata-rata adalah (1,570 ± 0,789) Bq/m3 .Keadaan ini dapat dilihat di tabel-1 dan
gambar-1 untuk daerah operating area dan service
area. Dalam keadaan VAC hidup aktivitas radioaktif
α di udara operating area lebih kecil daripada aktivitas radioaktif α di udara service area. Hal ini
dikarenakan tekanan udara di daerah service area lebih kecil daripada operating area sehingga saat
VAC hidup aliran udara berjalan dari operating area
ke service area baru dibuang ke lingkungan, sehingga terjadi penumpukan kontaminan udara di
Tabel-1. Aktivitas radioaktif α di udara operating area dan service area pada kondisi VAC normal
Waktu
(jam) Aktivitas ± RalatAk ± Sak(Bq/m3 )
Operating area Service area
1 1,346±0,704 1,514±0,767 2 1,086±0,670 1,650±0,819 3 1,249±0,670 1,728±0,845 4 1,300±0,633 1,468±0,750 5 1,155±0,633 1,492±0,633 Aktivitas rerata radioaktif α di udara pada kondisi
VAC normal operating area (1,227 ± 0,662) Bq/m3
dan service area (1,570 ± 0,763) Bq/m3
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 0 1 2 3 4 5 6 Waktu(jam) A k ti v it a s (B q /m 3) Operating Servis
Gambar-1. Grafik radioaktifitas α versus waktu pada saat VAC normal di operating area dan service area
Dengan menggunakan Spektrometer gamma dapat dilihat nuklida-nuklida yang terdapat dalam udara pada kondisi VAC normal, seperti dalam gambar-2 untuk cacah latar, gambar-3 untuk
Operating area dan gambar-4 untuk Service area.
Hasil pengamatan dengan menggunakan Spektrometer gamma adalah sebagai berikut : Latar : Pb212, Pb214, Tl208, Bi214, Ac228, K40. Operating area : Pb212,Pb214,Tl208, Bi214, Ac228, K40. Service area : Pb212, Pb214, Tl208, Bi214, Ac228, K40.
Gambar -2. Spektrum gamma latar.
Gambar 3. Spektrum gamma pada saat VAC hidup di Operating Area
Gambar-4. Spektrum gamma pada saat VAC hidup di Service Area
Pada saat VAC dimatikan terjadi peningkatan aktivitas radioaktif α di udara pada laboratorium. Pada tabel -2 dan gambar-5 dapat dilihat peningkatan aktivitas radioaktif α diudara pada
operating area dan service area. Peningkatan
aktivitas radioaktif α diudara pada operating area mencapai 3,970 Bq/m3. Peningkatan aktivitas
radioaktif α diudara pada service area mencapai 3,739 Bq/m3.Hal ini disebabkan pada saat VAC
dimatikan maka ventilasi tidak bekerja sehingga tidak ada aliran udara yang mengakibatkan difusi Radon222dinding menumpuk dalam ruangan dan AC
(pengkondisian udara) juga tidak bekerja sehingga suhu udara meningkat yang akan mempercepat difusi Radon222 dari dinding sehingga menambah tumpukan
Radon222 dalam ruangan yang berakibat
meningkatnya radioaktivitas α di udara. Setelah dua jam VAC dimatikan terjadi peningkatan aktivitas radioaktif α di udara dua kali lipat dari pada aktivitas normalnya. Walaupun aktivitas meningkat tetapi masih dibawah nilai batas kontaminasi udara yang diijinkan yaitu 20 Bq/m3 .
Dalam keadaan VAC mati aktivitas radioaktif α di udara operating area lebih besar daripada aktivitas radioaktif α di udara service area hal ini dikarenakan pada saat VAC mati berarti udara tidak mengalir ke tempat yang seharusnya yang tekanan lebih negatif dan ternyata ruangan service area lebih dekat dengan udara luar daripada operating area hal ini dapat dilihat pada denah ruangan sehingga pertukaran udara dengan lingkungan lebih cepat terjadi pada daerah service area. Ruangan daerah
operating area lebih sempit dengan banyak dinding
dan langit-langit pendek sehingga difusi Radon222
dari dinding semakin banyak sedangkan ruangan dalam service area lebih luas dan langit-langit yang tinggi sehingga Radon222 lebih menyebar, keadaan
ini mengakibatkan radioaktivitas α di udara service
area lebih kecil dibanding operating area.[5]
Tabel-2. Peningkatan aktivitas radioaktif α di udara operating area dan service area pada kondisi VAC dimatikan.
Waktu
(jam) Ak ± Sak(Bq/mAktivitas ± Ralat3 )
Operating area Service area
0,25 1,920±0,914 1,865±0,899 1 2,238±1,029 1,927±0,921 1,5 2,484±1,116 2,137±0,998 2 2,891±1,260 2,914±1,280 2,5 3,174±1,367 3,031±1,319 3 2,997±1,302 2,945±1,285 3,5 3,313±1,413 3,136±1,353 4 3,442±1,469 3,225±1,389 5 3,556±1,503 3,250±1,394 6 3,565±1,153 3,225±1,389 7 3,614±1,127 3,431±1,462 8 3,970±1,655 3,739±1,572 0 1 2 3 4 5 6 0 2 4 6 8 10 Waktu(jam) A k ti v it a s (B q /m 3) Operating Servis
Gambar-5. Grafik radioaktivitas α versus waktu pada saat VAC dimatikan di opera-ting area dan service area.
Dengan menggunakan Spektrometer gamma dapat dilihat nuklida-nuklida yang terdapat dalam udara pada kondisi VAC mati, seperti terlihat dalam gambar-6 untuk Operating area dan gambar 7 untuk Service area. Hasil pengamatan dengan menggunakan Spektrometer gamma adalah sebagai berikut :
Latar : Pb212, Pb214, Tl208, Bi214, Ac228, K40.
Operating area :Pb212,Pb214,Tl208, Bi214, Ac228, K40. Service area : Pb212, Pb214, Tl208, Bi214, Ac228, K40.
Gambar-6. Spektrum gamma pada saat VAC mati di Operating Area
Gambar-7. Spektrum gamma pada saat VACmati di Service Area
Kondisi VAC baru dihidupkan
Pada saat VAC mati selama 48 jam Radioaktivitas α di udara operating area mencapai 8,210 Bq/m3 dan service area mencapai 5,557
Bq/m3. Keadaan ini menunjukkan bahwa
radio-kontaminan dalam udara di laboratorium tetap dalam keadaan aman karena nilai tersebut masih di bawah batas kontaminasi udara yang diijinkan. Oleh sebab itu dengan dimatikannya VAC pada hari libur maka dapat mengurangi penggunaan listrik yang pada akhirnya menuju pada penghematan anggaran
belanja kantor, keadaan laboratorium masih dalam keadaan aman.
Setelah VAC dihidupkan maka terjadi pertukaran udara. Hal ini terjadi pengenceran udara laboratorium sehingga menurunkan radioaktivitas α dalam laboratorium dan mencapai kondisi operasi normal yaitu untuk operating area (1,227 ± 0,660) Bq/m3 dan service area (1,570 ± 0,789) Bq/m3 .
Keadaan ini dapat dilihat pada tabel-3 dan gambar-8 untuk operating area dan service area . Kondisi udara di laboratorium mencapai normal setelah 2,5 jam VAC dihidupkan.
Tabel-3. Penurunan aktivitas radioaktif α di udara operating area dan service area pada kondisi VAC dihidupkan.
Waktu
(jam) Aktivitas ± RalatAk ± Sak(Bq/m3 )
Operating area Service area
0 8,210±3,157 5,557±2,217 0,25 4,895±1,978 5,086±2,046 0,5 3,124±1,349 3,653±1,541 1 2,351±1,075 2,698±1,199 1,5 1,859±0,892 2,565±1,152 2 1,477±0,756 1,912±0,912 2,5 1,377±0,717 1,554±0,785 3 1,147±0,630 1,568±0,786 3,5 1,109±0,615 1,426±0,736 4 1,049±0,597 1,453±0,744 5 1,071±0,601 1,632±0,813 6 1,205±0,655 1,568±0,786 7 1,147±0,630 1,442±0,738 8 1,195±0,650 1,415±0,730 0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10 Waktu (jam) A k ti v it a s (B q /m 3) Operating Servis
Gambar-8. Grafik radioaktivitas α versus waktu pada saat VAC dihidupkan di operating area dan service area.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Aktivitas radioaktif α di udara untuk operating
area pada kondisi VAC normal rata-rata ( 1,227 ±
0,660 ) Bq/m3 dan untuk service area (1,570 ±
0,789) Bq/m3 .
Terjadi peningkatan radioaktivitas α di udara laboratorium ketika VAC dimatikan selama 8 jam sebesar (3,970 ± 1,655) Bq/m3 untuk operating area dan untuk service area sebesar (3,739
±1,572) Bq/m3, tetapi masih dibawah batasan
yang diijinkan.
Tingkat radioaktivitas tersebut akan mencapai pada tingkat aktivitas normal setelah sistem VAC dihidupkan selama 2,5 jam.
2. Radionuklida yang terdapat di udara pada kondisi sistem VAC normal adalah sebagai berikut :
Latar : Pb212, Pb214, Tl208, Bi214, Ac228, K40. Operating area : Pb212, Pb214, Tl208, Bi214, Ac228,
K40.
Service area : Pb212, Pb214, Tl208, Bi214, Ac228, K40.
3. Radionuklida yang terdapat di udara pada kondisi sistem VAC mati adalah sebagai berikut : Latar : Pb212, Pb214, Tl208, Bi214, Ac228, K40.
Operating area : Pb212, Pb214, Tl208, Bi214, Ac228, K40. Service area : Pb212, Pb214, Tl208, Bi214, Ac228, K40.
4. Setelah 48 jam VAC dimatikan radioaktivitas α di udara laboratorium IRM maksimum mencapai 8,210 Bq/m3 sehingga sistem VAC laboratorium dapat dimatikan pada hari Sabtu dan Minggu tanpa membahayakan pekerja radiasi yang bekerja pada hari Senin berikutnya.
SARAN
Untuk menindaklanjuti penelitian yang dilakukan diatas dapat disarankan beberapa penelitian lanjutan diantaranya :
1. Agar dilakukan penelitian khususnya tentang peningkatan radioaktif α di udara laboratorium IRM seandainya terjadi kegagalan listrik dari sumber PLN dan Genset yang ada di P2TBDU sehingga VAC untuk seluruh Gedung IRM tidak berfungsi melebihi dari 48 jam.
2. Perlu ditelusuri adanya produk radionuklida yang bukan berasal dari alam baik saat VAC laboratorium hidup maupun saat VAC mati.
DAFTAR PUSTAKA
1. PRAYITNO, B, WIBOWO L. N, DARMINI, “ Analisis Kemampuan Hepa Filter Terhadap Radionuklida Di Instalasi Radiometalurgi” , Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir II, PEBN-BATAN, 1996.
2. Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir Dan Daur Ulang, “Laporan Analisis Keselamatan Instalasi Radiometalurgi”, Revisi 5, P2TBDU, Serpong, 2000.
3. Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No. 01 / Ka- BAPETEN / V-99 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi, 1999.
4. Prosedur Pengambilan Dan Pengukuran Cuplikan Udara, BATAN-PTDBR-P2TBDU nomor Dok : KK 22 D11003 rev. 2 , 2000. 5. SOEDOYO, P., ‘Mekanisme Transport Dan
Dis-tribusi Gas Radon Alam”, Disertasi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1983.
TANYA JAWAB
Sutri Indaryati
−Kontaminan apa yang mayoritas terdapat didalam udara, service area,dengan ventilasi hidup atau mati?
Sri Wahyuningsih
−Kontaminan yang terdapat di udara baik hidup atau mati kebanyakan adalah unsure-unsur radioaktif alam seerti : Pb, Tl, Bi, Ac dan K.
Deni Swantono
−Kenapa pada saat VAC normal,aktivitas service area lebih besar daripada operating?
Sri Wahyuningsih
−Hal ini dikarenakan tekanan di daerah service area lebih kecil daripada di operating area sehingga saat VAC normal aliran udara berjalan dari operating area ke service area baru dibuang ke lingkungan, sehingga terjadi penumpukan kontaminan di service area.
Kartini Megasari
−Pada gambar 5, ditunjukkan radioaktivitas a Vs waktu ditunjukkan sampai 8 jam. Apa pertimbangannya?
Sri Wahyuningsih
−Penelitian dilakukan sampai 8 jam saja dengan asumsi bahwa pegawai berada di laboratorium maximum 8 jam setiap harinya.