• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. merupakan tanggal penetapan UU Pilkada. Berita-berita mengenai UU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. merupakan tanggal penetapan UU Pilkada. Berita-berita mengenai UU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

1. Penyajian Data

Dalam Penelitian ini diamati netralitas media massa yaitu terkait seputar penetapan UU Pilkada 2014, di mana pada tanggal 27 Oktober merupakan tanggal penetapan UU Pilkada. Berita-berita mengenai UU Pilkada 2014 diluar periode 27 Oktober 2014-23Oktober 2014 tidak termasuk dalam penelitian ini. berita seputar Penetapan UU Pilkada 2014.

A. Berita Penetapan UU Pilkada 2014 di Harian Kompas dan Suara Merdeka Periode 27 September-23 Oktober 2014

Berita mengenai penetapan UU Pilkada 2014 dalam Harian Kompas yang mengandung kategorisasi stereotype sebagai berikut:

Berita dengan judul “Warisan Buruk Rezim SBY” pada harian Kompas, Sabtu 27 September 2014. Dalam berita ini wartawan

menuliskan Pengesahan UU Pilkada itu juga dinilai sebagai bukti warisan buruk demokrasi Indonesia pada akhir rezim Susilo Bambang Yudhoyono. Padahal di dalam penetapan UU Pilkada terdapat berbagai faktor yang menentukan bukan hanya pengaruh dari Susilo Bambang Yudhoyono. Sehingga menimbulkan efek negatif bahwa orang yang paling bertanggung

(2)

jawab dalam keputusan penetapan UU Pilkada adalah Susilo Bambang Yudhoyono.

Berita dengan judul “Kepala Daerah Kecewa” pada harian

kompas, Sabtu 27 September 2014. Dalam berita ini wartawan menuliskan Isi UU Pilkada merupakan kemunduran demokrasi. Sedangkan tidak ada penjelasan yg detail mengenai isi UU Pilkada. Ada kemungkinan bahwa isi UU Pilkada yang ditetapkan oleh para anggota DPR yang notabene dipilih oleh rakyat itu merupakan produk baru dari sebuah demokrasi. Berita dengan judul “SBY Janji Berjuang Ubah UU Pilakada” pada harian Kompas, 27 September 2014. Dalam berita ini wartawan menuliskan bahwa SBY berjanji untuk merubah UU Pilkada yang telah ditetapkan. Padahal di dalam kutipan wawancara SBY yang ada dalam pemberitaan yaitu “Selain berat bagi saya untuk menandatangani UU Pilkada, saya akan berjuang mengubah UU Pilkada itu melalui MK atau MA.” dalam kalimat tersebut tidak ada kata janji yang diucapkan oleh SBY. Sehingga pemberitaan ini memberikan efek positif bagi SBY.

Berita dengan judul “Parpol Rampas Kedaulatan” pada harian Kompas, 28 September 2014. Dalam pemberitaan ini terdapat kalimat “partai politik perampas kedaulatan rakyat” kata perampas di sini memiliki konotasi negatif. Padahal partai politik merupakan bentuk representasi kedaulatan rakyat.

(3)

Berita dengan judul “Kinerja DPR 2014-2019 Diragukan” pada harian Kompas, 14 Oktober 2014 dalam pemberitaan ini ditulis separuh dari anggota DPR memiliki rekam jejak yang buruk, tanpa menyampaikan kinerja positif yang telah dilakukan oleh para anggota DPR sebelumnya. Sehingga secara tidak langsung citra negatif didapatkan para anggota DPR yang selanjutnya.

Untuk berita netral yaitu: berita-berita yang ditulis tanpa

memasukkan unsur sensasi, stereotype, juntaposition, dan linkage. Jika dalam suatu berita mengandung salah satu unsur tersebut, dapat

menjadikan berita tersebut bernilai tidak netral.

Berita-berita mengenai penetapan UU Pilkada 2014 dalam harian Suara Merdeka yang memunculkan kategori sensasionalisme:

Berita dengan judul “SBY Banjir Kecaman” dalam harian Suara Merdeka, Sabtu 27 September 2014. Dalam berita ini memunculkan Sensasionalisme dengan menuliskan “Bahkan Partai itu dituding tengah bersandiwara” pada awal kalimat yang menunjukkan sensasi bahwa partai demokrat melakukan sandiwara ditengah rapat paripurna. Yang

sebenarnya bukan hanya SBY dan partai demokrat yang bisa memutuskan pengesahan RUU Pilkada.

(4)

Berita-berita mengenai penetapan UU Pilkada 2014 dalam Harian Suara Merdeka yang memunculkan kategori stereotype yaitu:

Berita dengan judul “SBY Mainkan Isu Perppu” dalam harian Suara Merdeka, Rabu 1 Oktober 2014. Memunculkan stereotype negatif dengan ditulis langkah SBY dinilai sebagai upaya memulihkan pencitraan diri dan isu yang sulit diwujudkan, memunculkan stereotype negatif karena berita ini memaknai langkah yang dilakukan SBY hanya sebuah pencitraan. Dalam hal ini berita dapat merugikan untuk SBY.

Berita dengan judul “PDIP Siap Bantu Pengajuan Perppu Pilkada” dalam harian Suara Merdeka, Kamis 2 Oktober 2014.

Memunculkan stereotype positif bagi PDIP dikarenakan memuat statement dari politikus PDIP yang menyampaikan pesan akan memperjuangkan Perppu Pilkada. Padahal partai lain seperti Hanura dan PKB ikut mendukung Perppu yang akan dibuat oleh SBY.

Berita dengan judul “Rapor SBY Merah” dalam harian Suara Merdeka, Minggu 12 Oktober 2014.memunculkan stereotype negatif bagi SBY dikarenakan dalam penulisannya hanya ditulis hal-hal yang

menjadikan rapor buruk pemerintahan SBY termasuk penetapan UU Pilkada tanpa menyajikan keberhasilan yang telah dicapai oleh pemerintah. Seharusnya kedua sisi disampaikan sehingga masyarakat dapat menilainya secara netral.

(5)

Berita dengan judul “SBY-KMP Deal” dalam harian Suara Merdeka, Senin 6 Oktober 2014. Memunculkan sterotype positif bagi ke dua belah pihak dalam penetapan Perppu sedangkan dukungan untuk menerbitkan Perppu keluar dari berbagai pihak. Partai2 dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH) juga menyatakan dukungannya agar Perppu dikeluarkan oleh SBY.

Untuk berita netral yaitu: berita-berita yang ditulis tanpa

memasukkan unsur sensasi, stereotype, juntaposition, dan linkage. Jika dalam suatu berita mengandung salah satu unsur tersebut, dapat

menjadikan berita tersebut bernilai tidak netral. 2. Analisis Data

Analisis data dari netralitas media massa terhadap penetapan UU Pilkada 2014 pada Harian Kompas dan Suara Merdeka periode 27

September-23 Oktober 2014, akan dilakukan analisis dan interpretasi data yang telah dideskripsikan diatas yang merupakan data primer hasil

pengodingan pada kedua surat kabar tersebut mengenai netralitas media massa terhadap penetapan UU Pilkada 2014 pada Harian Kompas dan Suara Merdeka periode 27 September-23 Oktober 2014.

Analisis data ini akan membandingkan antara data yang diperoleh dari Harian Kompas dan Suara Merdeka terkait kategori sensasionalisme, stereotype, juntaposition, dan linkage. Dari analisis data inilah yang nantinya dapat diketahui apakah terdapat perbedaan kecenderungan, untuk

(6)

mnegetahui lebih jelas netralitas media dalam menyajikan berita penetapan UU Pilkada 2014.

Analisis data ini akan membandingkan antara data yang diperoleh dari Harian Kompas dan Suara Merdeka terkait kategori sensasionalisme, streotype, juntaposition, dan linkage. Dari analisis data inilah yang

nantinya dapat diketahui apakah terdapat perbedaan kecenderungan, untuk mengetahui lebih jelas netralitas media dalam menyajikan berita penetapan UU Pilkada pada Harian Kompas dan Suara Merdeka periode 27

September-23 Oktober 2014. Tolak ukur yang digunakan untuk

mengetahui netralitas tersebut adalah dengan melakukan Uji Chi Square dan Uji Realibilitas.

A. Uji Chi Square

Uji Chi Square adalah suatu teknik statistik yang dimaksud untuk menguji perbedaan antara dua kelompok atau lebih. Metode untuk menghitung untuk menguji perbedaan dua kelompok atau lebih maka harus menghitung frekuensi-frekuensi yang ada di dalam suatu kategori tertentu yang sekaligus juga termasuk ke dalam kategori tertentu yang lain. Frekuensi-frekuensi yang ada pada setiap sel yang merupakan perpaduan antara berbagai kategori itulah yang akan dibandingkan.

(7)

Tabel 4. Frekuensi yang diamati (fo) berita penetapan UU Pilkada 2014

Kategori Kompas Suara Merdeka

Sensasionalisme - 1 Stereotype 5 4 Juntaposition - - Linkage - - Netral 27 25 Total 32 30

Sumber: Hasil Koding Peneliti

Dari tabel diatas dapat dilihat ada sejumlah petak-petak yang berfrekuensi kurang dari lima. Dengan demikian maka hasil diatas tidak dapat diuji dengan Chi Square.

Dari tabel diatas dapat dilihat adanya perbedaan dalam

pemberitaan seputar penetapan UU Pilkada 2014 antara harian Kompas dan Suara Merdeka untuk berita yang mengandung kategori

sensasionalisme, stereotype, juntaposition, dan linkage. Berita mengenai penetapan UU Pilkada 2014 dalam harian Kompas dapat dilihat untuk berita yang mengandung sensasionalisme tidak ada, berita yang memunculkan stereotype sebanyak 5 berita, sedangkan untuk kategori

(8)

juntaposition dan linkage tidak ada. Sementara berita yang netral atau tidak memasukkan empat ketegori tersebut sejumlah 27 berita. Dari jumlah berita keseluruhan sejumlah 32 berita tentang penetapan UU Pilkada 2014 maka harian Kompas dapat dikatakan netral namun tidak secara penuh, karena masih ditemukan beberapa berita yang memasukkan empat katgori netralitas McQuail walaupun hanya beberapa berita saja.

Berita mengenai penetapan UU Pilkada 2014 dalam Harian Suara Merdeka untuk m=berita yang mengandung kategori sensasionalisme sebanyak 1 berita, untuk berita yang memunculkan stereotype sebanyak 4 berita, dan untuk kategori juntaposition dan linkage tidak ada. Sementara berita yang netral atau tidak memasukkan kategori sensasionalisme, stereotype, juntaposition, dan linkage sejumlah 25 berita. Dari jumlah berita keseluruhan sejumlah 30 berita tentang penetapan UU Pilkada 2014 maka Harian Suara Merdeka belum netral secara penuh. Hal ini karena masih ditemukan beberapa berita yang memasukkan kategori netralitas McQuail sehingga menjadikan berita tersebut bernilai tidak netral.

1) Hasil Berita di Harian Kompas

(9)

No Kategorisasi Frekuensi Persentase 1 Berita Sensasi - - 2 Berita Stereotype 5 16% 3 Berita Juntaposition - - 4 Berita Linkage - - 5 Berita Netral 27 84% Jumlah 32 100%

Sumber : Hasil koding data peneliti

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan berita tentang penetapan UU Pilkada 2014 dalam Harian Kompas untuk kategori berita yang mengandung stereotype memiliki presentase 16 % dengan frekuensi berita sebanyak 5 berita. Sedangkan berita yang memunculkan sensasi, juntaposition, dan linkage tidak ada. Dan berita yang netral atau tidak memasukkan kategori netralitas McQuail sebesar 84% dengan frekuensi berita sebanyak 27 berita.

(10)

2) Hasil Berita di Harian Suara Merdeka

Tabel 6. Frekuensi berita di Harian Suara Merdeka

No Kategorisasi Frekuensi Persentase

1 Berita Sensasi 1 3% 2 Berita Stereotype 4 13% 3 Berita Juntaposition - - 4 Berita Linkage - - 5 Berita Netral 25 84% Jumlah 30 100%

Sumber : Hasil koding data peneliti

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan berita tentang penetapan UU Pilkada 2014 dalam Harian Suara Merdeka untuk kategori berita yang

mengandung sensasionalisme sebesar 3% dengan frekuensi berita sebanyak 1 berita. Berita yang memunculkan kategori stereotype sebesar 13 % dengan frekuensi berita sebanyak 4 berita. Untuk berita dengan kategorisasi juntaposition dan linkage tidak ada. Dan berita yang netral atau tidak memasukkan kategori netralitas McQuail sebesar 84% dengan frekuensi berita sebanyak 25 berita.

Gambar

Tabel 4. Frekuensi yang diamati (fo) berita penetapan  UU Pilkada 2014
Tabel 6. Frekuensi berita di Harian Suara Merdeka

Referensi

Dokumen terkait

Observasi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan penerapan pendekatan model Duo TT An Competitive Prise (Dua tinggal dua tamu) yang dilakukan oleh

Dalam proses persalinan tidak terlepas dari suami sebagai pendamping persalinan, suami pendamping persalinan memiliki respon yang bermacam-macam oleh karena itu

Kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di SMAI tersebut diatas, menjadi suatu pertanyaan “Apakah kegiatan tersebut dapat membentuk karakter siswa seperti yang tertuang dalam

bahwa 8 (delapan) fakultas yang menjadi objek penelitian yaitu FIP, FBS, FIS, FMIPA, FT, FIK, FE, dan FH telah mampu merumuskan visi dan misi yang sangat sesuai dengan

Tikta Kavya adalah sebuah game visual novel dengan setting kerajaan Majapahit pada masa pemberontakan Ra Kuti dan memiliki genre fiksi historis dengan tema

Berdasarkan judul penelitian, yaitu “Pengaruh Perubahan Harga Saham Sebelum dan Sesudah Tanggal Pengumuman Laba Terhadap Tingkat Pengembalian Saham (Return) (Studi

Lokasi yang akan dijadikan sebagai pilot project pada perencanaan adalah perumahan Karangtengah Prandon, Perencanaan SPAL dan IPAL Komunal di.. Kabupaten Ngawi (Studi

Another theory of feminism are going to be used to discuss the way Lysistrata tries to survive live without the men to stop the war and show to them that a woman have a big