• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI BIOEKIVALENSI AMOKSISILIN GENERIK DAN DAGANG MENGGUNAKAN MATRIKS URIN BIOEQUIVALENT STUDY OF GENERIC AND BRANDED AMOXICILLIN USING URIN MATRIX

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI BIOEKIVALENSI AMOKSISILIN GENERIK DAN DAGANG MENGGUNAKAN MATRIKS URIN BIOEQUIVALENT STUDY OF GENERIC AND BRANDED AMOXICILLIN USING URIN MATRIX"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI BIOEKIVALENSI AMOKSISILIN GENERIK DAN DAGANG

MENGGUNAKAN MATRIKS URIN

BIOEQUIVALENT STUDY OF GENERIC AND BRANDED AMOXICILLIN

USING URIN MATRIX

Elly Wahyudin, Tadjuddin Naid dan Dwi Wahyuni Leboe

Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar

Alamat Korespondensi

Dwi wahyuni

Fakultas farmasi

Universitas hasanuddin

Makassar 90245

HP. 085242550032

(2)

ABSTRAK

Telah dilakukan studi bioekivalensi amoksisilin yang berasal dari obat generik (OGB) sebagai produk uji dengan obat dagang sebagai pembanding menggunakan matriks urin. Tujuan penelitian ini ialah mengukur parameter bioavailabilitas berdasarkan urin 24 jam, sehingga diketahui bioekivalen atau bioinekivalen.Berdasarkan pendekatan obat generik yang murah dan bermutu, serta mengacu pada pedoman uji bioekivalensi BPOM RI maka penelitian ini menggunakan 12 orang sehat berusia 18 -21 tahun sebagai subyek. Desain penelitian adalah desain menyilang 2 arah ( 2 way) untuk 2 periode perlakuan pada 2 produk obat, demikian dengan pemilihan matriks urin 24 jam dan penetapan kadar amoksisilin secara spektrofotometri UV Vis pada panjang gelombang 273 nm, sedangkan parameter bioavailabilitas ditetapkan dengan menggunakan kadar profil kadar amoksisilin kumulatif dalam urin 24 jam dan laju ekskresinya.Hasil nilai rasio rata-rata geometrik dan rasio CI 90% berdasarkan kadar amoksisilin kumulatif adalah 104,67% dan 117,65%, sedangkan berdasarkan laju ekskresi amoksisilin dalam urin 24 jam adalah 105,23% dan 118,29% semua berada dalam rentang 80-125% sebagai obat dengan indeks terapi yang luas.Berarti produk amoksisilin generik (OGB) yang diteliti bioekivalen dengan produk amoksisilin dagang.

Kata Kunci: Bioekivalensi, Amoksisilin, Urin.

ABSTRACT

Bioequivalencestudies of amoxicillin which derivedfromgenericdrugs(OGB) had been done as aproducttest withbranded amoxicillinas a comparisonusing urinematrix. The purposeof this studyis tomeasure thebioavailabilityparametersbased on24 hours urine, so itis known as bioequivalentorbioinequivalent.Based onapproach to cheap and quality generic drugs, and referring to the BPOM RI guidelines forbioequivalence, so this studyusing 12healthy peopleaged 18-21years as asubject. The study designis the designcrossedtwo-way (2way)for 2periods oftreatmentintwodrug products, according to the selection of 24-hoururine matrix and determination of amoxicillin level by spectrophotometry UV at wavelength of273 nm, whereas thebioavailabilityparametersdeterminedby using the cumulative profile ofamoxicillin in the 24 hours urine andthe rate ofexcretion.The results ofthegeometric mean and ratio CI 90%based oncumulativelevels ofamoxicillinwere104.67% and117.65%, while based onthe rate of amoxicillin excretion in 24 hours urineis105.23% and118.29%. Allwithin the range80-125% as a drugwitha broadtherapeutic index.Means that amoxicillingenericproduct(OGB) which had been studied is bioequivalenwith the productbranded amoxicillin. Key words : Bioequivalence, amoxicillin, urine

(3)

PENDAHULUAN

Kewajiban Badan Pengawas Obat Dan Makanan Repoblik Indonesia menilai semua

produk obat sebelum dipasarkan memberi izin pemasaran dan melakukan pengawasan setelah

dipasarkan. Tujuannya untuk memberikan jaminan dalam hal efikasi, keamanan dan mutu

produk obat yang beredar kepada masyarakat dengan harga yang terjangkau. (BPOM, 2004).

Untuk tujuan tersebut maka selain memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat Yang

Baik (CPOB), beberapa prodak obat memerlukan uji ekivalensi secara in vivo atau

bioekivalensi. Uji Bioekivalensi (BE) merupakan data ekivalensi untuk melihat kesetaraan

sifat dan kerja obat didalam tubuh suatu obat “copy” dibandingkan dengan obat inovator

sebagai pembanding. Dua produk obat disebut bioekivalen jika keduanya mempunyai

bioekivalensi farmaseutik dan alternatif farmaseutik dan pada pemberian dengan dosis yang

sama akan menghasilkan bioavailabilitas yang sebanding sehingga efek dalam efikasi maupun

keamanan akan sama. Bioavailabilitas (BA) adalah persentase dan kecepatan zat aktif dalam

produk obat yang mencapai atau tersedia dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh / aktif,

setelah pemberian obat diukur dari kadarnya dalam darah terhadap waktu atau dari

ekskresinya dalam urin. (BPOM, 2004., BPOM, 2006., Hakim, 2002)

Harga obat generik yang lebih rendah dibandingkan obat paten (nama dagang) dengan

efek terapeutik yang sama merupakan pertimbangan dalam menerbitkan Peraturan Menteri

Kesehatan RI No: 085/MENKES/Per/I/1989 untuk menghasilkan harga obat yang rendah atau

terjangkau oleh sebagian besar masyarakat, maka biaya dalam pembuatan, pengujian dan

lain-lain diusahakan seminimal mungkin. Penggunaan matriks urin dengan penentuan kadar

amoksisilin secara spektrofotometri adalah salah satu cara pelaksanaan maksud tersebut.

(BPOM, 2004., BPOM, 2006)

Uji bioavailabilitas dan bioekivalensi (BABE) mensyaratkan pelaksanaan sesuai dengan

pedoman praktek laboratorium yang benar (Good Laboratory Practice) dan pedoman cara uji

klinik yang baik (Good Clinical Practice). Setiap laboratorium pengujian, untuk menyusun

proposal uji BABE diharuskan melakukan penelitian dan kajian pustaka, karena dalam

pedoman uji bioekivalensi tidak menentukan produk yang harus diuji maupun inovator atau

komparatornya demikian pula dengan metode yang digunakan. (BPOM, 2004., BPOM, 2006)

(4)

Uji BA-BE umumnya menggunakan matriks darah dan pengukuran kadar obat dengan

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), sedangkan urin dapat digunakan apabila kadar

obat yang utuh dalam urin lebih besar dari 40%. Pemilihan amoksisilin dalam studi ini karena

kadarnya dalam urin tinggi sekitar 82% sehingga pengukuran dapat menggunakan

spektrofotometer yang lebih sederhana dibandingkan KCKT dan amoksisilin merupakan

derivat penisilin yang banyak produk “copy”nya. (Shargel, 2005., ISO, 2006)

Permasalahan apakah kadar amoksisilin dalam urin yang ditentukan secara

spektrofotometri UV dapat digunakan untuk uji bioekivalensi. Tujuan mengukur kecepatan

absorbsi dan ekskresi amoksisilin produk OGB dan produk dengan Nama Dagang (ND)

METODE PENELITIAN

Alat, Bahan dan Subyek yang Digunakan

Alat alat yang digunakan antara lain spektrofotometer UV-VIS (Cary 50), timbangan

analitik (Sartorius

®

), labu tentukur (Pyrex), pH-meter digital (Litron tipe pH-201), mikropipet

(Socorex), lemari pendingin (LG), gelas ukur (Pyrex), botol/vial penampung urin.

Bahan-bahan yang digunakan adalah kaplet amoksisilin generik OGB 500 mg,

selanjutnya disebut amoksisilin OGB, kaplet amoksisilin dengan nama dagang 500 mg

selanjutnya disebut amoksisilin ND, urine (Spike), air suling/aqua bidestilata, larutan asam

asetat 0,4 M, natrium asetat, amoksisilin trihidrat baku bersertifikat

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah memenuhi kriteria inklusi yaitu:

pria belum berkeluarga, usia 18 s.d 21 tahun, berat badan 48 s.d 70 kg dalam kisaran normal

berdasarkan IMT. Sehat fisik dan psikis berdasarkan surat keterangan dari dokter, tidak

merokok, tidak ketergantungan alkohol dan narkoba, sedangkan kriteria eksklusi adalah

hipersensitif terhadap amoksisilin, dan pada saat penelitian tidak menderita penyakit akut,

diare dan demam berdarah. Jumlah subyek adalah jumlah minimal yaitu 12 orang ditambah 3

orang untuk mengatasi adanya dropouts.

Lokasi penelitian

Badan Pengawas Obat dan Makanan mensyaratkan penerapanGood Laboratory

Practice (GLP) dan Good Clinical Practice (GCP). Untuk penerapan GPL penelitian

dilakukan di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin dan Laboratorium Uji

(5)

yang telah diakreditasi oleh KAN sedangkan GCP belum sepenuhnya dilakukan kecuali lolos

kaji etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Untuk pendekatan konsistensi produksi maka, sampel amoksisilin OGB dan ND berasal dari

pabrik yang sama. (DitjenYanmed Depkes RI, 2004., Lachman, 2007)

Pelaksanaan

Studi menggunakan desain menyilang 2-way (2 periode untuk pemberian 2 produk

obat pada setiap subyek). Periode I, subyek diacak, 8 orang mendapat amoksisilin OGB dan 7

orang amoksisilin ND. Periode II, subyek disilang, yang mendapat amoksisilin OGB pada

periode I, diberikan amoksisilin ND sedangkan yang mendapatkan amoksisilin ND pada

periode I, diberikan amoksisilin OGB pada periode II. Antara periode I dan II diselingi

periode washoutselama 7 hari.

Penentuan Kadar Amoksisili

Pembuatan kurva baku amoksisilin

Ditimbang 0,1024 g, amoksisilin trihidrat baku, ditambahkan 5 ml urin normal sambil

diaduk ditambahkan aqua bidestilata sampai larut, kemudian dipindahkan ke labu tentukur

100 ml dicukupkan volumenya. Dipipet beberapa ml dimasukkan kedalam kedalam tentukur

10 ml, ditambahkan 3 tetes dapar asetat pH 4,6 dicukupkan volumenya sehingga diperoleh

konsentrasi 20 bpj, 40 bpj, 60 bpj, 80 bpj, dan 100 bpj. Diukur serapannya pada panjang

gelombang 273 nm menggunakan spektrovotometer UV.

Pengukuran kadar amoksisilin dalam urin

Dipipet 50 μl urin subyek dimasukkan kedalam labu tentukur volume 10 ml

ditambahkan 3 tetes dapar asetat pH 4,6 dicukupkan volumenya dengan aqua bidestilata.

Diukur serapannya pada panjang gelombang 273 nm dengan menggunakab spektrofotometer

UV. Pengukuran masing-masing dilakukan duplo. Berdasarkan pedoman BPOM subyek

sebagai cadangan belum ditentukan kadar amoksisilin dalam urin kecuali ada subyek yang

dropout dan tetap disimpan sampai akhir studi.

Analisa Data

Sesuai dengan rencana jumlah subyek yang dianalisis adalah 12 orang. Kadar

amoksisilindalam urin setiap kali subyek berkemih ditentukan dan ditabulasi dari awal (t

0

)

(6)

jam. Data berupa kadar amoksisilin ditransformasi logaritmik kemudian dianalisis secara

statistik. Berdasarkan data-data dalam Tabel ANOVA dihitung CV. Intra subyek, rasio

rata-rata geometrik T/R. jika rasio rata-rata-rata-rata geometrik (Aet)T / (Aet)R = 1,00 dengan 90% CI =

80-125% maka dinyatakan bioekivalen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data volume urin dan kadar amoksisilin setiap kali sebyek berkemih pada periode I

dan II ditabulasi dan dikumulatif selama 24 jam baik produk amoksisilin OGB maupun Nama

Dagang (ND). Hasil pengukuran tersebut seperti terlihat pada lampiran tabel 1.

Data sebelum ditransformasi logaritmik (Ln) nampak bervariasi bahkan salah satu

diantaranya sangat menonjol pada periode I. Hal tersebut disebabkan karna belum

diterapkannya Cara Uji Klinik Yang Baik (CUKB) antara lain aktivitas subyek pada saat

penelitian tidak dikontrol, makanan dan minuman 24 jam sebelum pemberian obat tidak

distandarisasi apalagi 1 minggu sebelum pemberian obat. Adanya pengaruh variasi subyek

dalam penelitian ini diketahui dari nilai Coefisien Variance (CV) diperoleh nilai 28,65%.

Walaupun demikian, berdasarkan analisis statistik diperoleh hasil yang tidak berbeda

atau non signifikan (ns) antara periade perlakuan I dan II, demikian pula tidak ada perbedaan

antara kadar amoksisilin produk OGB dengan ND, seperti yang terlihat pada lampiran tabel 2.

Hasil analisis tersebut belum cukup untuk menjawab apakah amoksisilin dalam produk

OGB bioekivalen dengan amoksisilin dalam produk ND. Untuk penggujian menggunakan

matriks urin perlu diketahui laju ekskresi, sehingga hasil pengukuran dari tiap-tiap subyek

digabung kemudian dikumulasikan dikelompokkan kedalam waktu berkemih 0-2, 2-4, 4-8,

8-12 dan 8-12-24 jam setelah pemerian obat. Data tersebut dapat dilihat dalam lampiran tabel 3

dan 4.

Dari data tersebut diatas diplotting pada kertas logaritmik untuk mendapatkan kurva

logaritmik dan analisis residual antara fase eliminasi dan fase absorbsi sehingga diperoleh

hasil sebagai berikut.

Kinetika amoksisilin OGB dosis tunggal 500 mg

t½ ab : 2,25 jam

(7)

t½ el = 3,25 jam

laju eliminasi (K) = 0,185 jam

-1

intersep 580 mg/jam

bioavailabilitas amoksisilin peroral (F) = 93% atau 0,93 (Shargel 2005) sehingga diperoleh

laju ekskresi (Ke) amoksisilin OGB 0,498 jam

-1

Kinetika amoksisilin ND dosis tunggal 500 mg

t½ ab : 1,75 jam

laju absorbsi (Ka) = 0,396 jam

-1

t½ el = 5 jam

laju eliminasi (K) = 0,139 jam

-1

intersep 320 mg/jam

bioavailabilitas amoksisilin peroral (F) = 93% atau 0,93 (Shargel 2005) sehingga diperoleh

laju ekskresi (Ke) amoksisilin ND 0,447 jam

-1

Dengan membandingkan laju absorbsi dan laju eliminasi antara ke 2produk tersebut

dapat diperoleh gambaran bahwa amoksisilin ND lebih cepat diabsorbsi dan lambat diekskresi

dibandingkan dengan amoksisilin OGB sehingga diperoleh laju ekskresi (Ke) amoksisilin ND

lebih kecil dibandingkan laju ekskresi (Ke) amoksisilin OGB. Berdasarkan data-data tersebut

dapat diprediksi bahwa amoksisilin ND lebih lama berada dalam sistem sistemik

dibandingkan amoksisilin OGB.

Perbedaan tersebut diatas dapat terjadi karena banyak faktor antara lain : 1) Faktor kadar

amoksisilin yang berbeda, 2) Bahan eksipien yang digunakan berbeda, 3) Kompresibilitas

pada waktu pembuatan kaplet berpengaruh, 4) Bahan baku yang digunakan berbeda misalnya

bentuk garam berbeda dengan bentuk basa. Bentuk anhidrat berbeda dengan trihidrat dan

adanya perbedaan polimorfisme. (8)

Rasio geometrik kadar amoksisilin dalam urin 24 jam diperoleh : 1) Perbedaan

(difference) = 0,04565, Rasio rata-rata geometrik T/R = 104,67%, 2) Diperoleh (90% CI) diff

= 0,1626, Maka (90% CI) Ratio = 117,65%, Dengan demikian amoksisilin OGB bioekivalen

dengan amoksisilin ND karena berada dalam kisaran 80-125% untuk obat dengan indeks

terapi yang luas.

(8)

Rasio geometrik laju ekskresi amoksisilin dalam urin diperoleh :1) Perbedaan (difference)

= 0,051, Rasio rata-rata geometrik T/R = 105,23%, 2) Diperoleh (90% CI) diff = 0,168Maka

(90% CI) Ratio = 118,29%

Dari kedua hasil perhitungan tersebut diatas dapat diketahui bahwa. Baik kadar

amoksisilin kumulatif dalam urin 24 jam, maupun berdasarkan laju ekskresi amoksisilin

dalam urin, diperoleh amoksisilin OGB bioekivalen dengan amoksisilin ND.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data hasil penelitian, analisis dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan

sebagai berikut : 1) Nilai rasio rata-rata geometrik dan rasio CI 90% kadar kumulatif

amoksisilin dalam matriks urin antara Amoksisilin OGB dan Amoksisilin Nama Dagang (ND)

masuk dalam rentang kriteria bioekivalensi 80-125%. Berarti amoksisilin OGB bioekivalen

dengan amoksisilin ND dalam studi ini, 2) Penentuan kadar amoksisilin dalam urin subyek

secara spektrofotometri UV dapat digunakan untuk menentukan parameter bioavailabilitas

untuk studi bioekivalensi. Telah dilakukan studi bioekivalensi amoksisilin dalam urin antara

produk amoksisilin OGB dengan produk Amoksisilin ND sebagai inovator terdapat hal-hal

yang belum terselesaikan. Untuk itu disarankan sebagai berikut : 1) Sebelum digunakan dalam

protokol uji bioekivalensi harus dilakukan validasi sebelum dan selama pengujian. 2)

Menggunakan urin sebagai matriks, sebaiknya dilakukan penelitian tersendiri terhadap

kebiasaan berkemih dari setiap subyek. Contohnya kapan subyek tidak berkemih dan kapan

kemihnya paling yang banyak untuk memprediksi sampling urin 2-4 jam. 3) Aktivitas subyek

perlu dikondisikan dalam satu ruangan sebagai syarat cara uji klinik yang baik (CUKB) dan

diwajibkan minum air pada waktu-waktu yang telah ditentukan untuk mengurangi besarnya

Coefisience Varians (CV) intra subyek.

(9)

Tabel 1 : Hasil pengukuran kadar amoksisilin kumulatif dalam urin 24 jam pada 12

subyek dari produk amoksisilin OGB dan amoksisilin ND menggunakan

spektrofotometer UV.

Produk

Periode

Amoksisilin OGB

Amoksisilin ND

mg/L

Ln

mg/L

Ln

I

44,2595

36,3263

26,7921

104,6699

29,2115

28,7809

1,6460

1,5602

1,4280

2,0198

1,4655

1,4591

20,4523

20,6342

18,6434

21,1503

20,8938

16,1470

1,3107

1,3145

1,2705

1,3253

1,3200

1,2080

II

16,0300

26,5678

15,1708

16,3934

15,0276

22,8018

1,2049

1,4558

1,1810

1,2146

1,1768

1,3579

46,5565

18,6275

24,8301

29,7476

37,1901

31,3405

1,6679

1,2701

1,3949

1,4734

1,5704

1,4961

Tabel 2 : ANOVA. Antara kadar amoksisilin kumulatif urin 24 jam, pada 12 subyek

dari produk Amoksisilin OGB dan Amoksisilin ND.

Sumber

Variasi

Df

SS

MS

F

Inter Subyek

Urutan

(Sequence)

Residual

(Subyek)

Intra Subyek

Produk Obat

Periode

Residual

(2-1) = 1

n – 2 = 10

(2-1) = 1

(2-1) = 1

n – 2 = 10

0,2158

0,8498

0,0125

0,0314

0,8217

0,2158

0,0849

0,0126

0,0314

0,0821

2,5394

ns

0,1521

ns

0,3785

ns

Total

2n – 1 = 23

(10)

Keterangan :

Df / dk

: Derajat Kebebasan

SS / JK

: Jumlah Kuadrat

MS / KT

: Kuadrat Tengah

F

: Distribusi F

Tabel 3 : Analisis Ekskresi Uriner Amoksisiln OGB Dalam Rentang Waktu 24 Jam

Setalah Pemberian Dosis Oral Tunggal 500 mg

Rentang

waktu

sampling

urin

(jam)

Kadar obat

yang

dieksresikan

dalam urin

(mg/I)

Volume

urin yang

dieksresikan

(I)

Jumlah obat

yang

dieksresikan

dalam urin,

Du (mg)

Rentang

waktu

sampling

dt (jam)

Waktu

tengah

rentang

sampling,

t (jam)

Laju

eksresi,

Du/dt

(mg/jam)

0 – 2

17,9172

3,174

56,869

2

1

28,435

2 – 4

166,3849

3,774

627,937

2

3

313,968

4 – 8

118,8062

6,126

727,807

4

6

181,952

8 – 12

55,2442

6,477

357,817

4

10

89,454

12 – 24

25,6791

11,142

286,117

12

18

23,843

Tabel 4: Analisis Ekskresi Uriner Amoksisilin ND Dalam Rentang Waktu 24 Jam

Setalah Pemberian Dosis Oral Tunggal 500 Mg

Rentang

waktu

sampling

urin

(jam)

Kadar obat

yang

dieksresikan

dalam urin

(mg/I)

Volume

urin yang

dieksresikan

(I)

Jumlah obat

yang

dieksresikan

dalam urin,

Du (mg)

Rentang

waktu

sampling

dt (jam)

Waktu

tengah

rentang

sampling

t (jam)

Laju

eksresi,

Du/dt

(mg/jam)

0 – 2

25,8991

3,209

83,110

2

1

41,555

2 – 4

103,4371

3,271

338,343

2

3

169,171

4 – 8

86,3327

6,046

521,968

4

6

130,492

8 – 12

65,9244

5,916

390,009

4

10

97,502

12 – 24

24,6198

12,490

307,501

12

18

25,625

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM) (2004), Pedoman Uji

Bioekivalensi. cetakan I, Badan pengawas obat dan makan RI. Jl. Percetakan Negara

No. 23. Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM) (2006). Pedoman Cara

Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta

Hakim, L, (2002), Farmakokimetik Konsep Dasar untuk Pengembangan Obat, Kalkulasi

Regimen Dosis, Pengendalian Mutu Obat dan Toksikokinetik. Penerbit Bursa Ilmu.

Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada. Jogyakatra.

Shargel, L., (2005), Applied Biopharmaceutics & Pharmacoki netics, McGrow - Hill

Compainies. Singapore. Hal 864.

Ikatan Apoteker Indonesia (2006), Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia, Volume 41.

2006

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)., (2001), Pedoman Cara Uji Klinik yang Baik

di Indonesia, Badan pengawas obat dan makan RI. Jl. Percetakan Negara No. 23.

Jakarta.

Ditjen Yanmed Depertemen Kesehatan Repoblik Indonesia, (2004) Pedoman Praktek

Laboratorium yang Benar (Good Laboratory Practice), Cetakan 3. Direktorat

Laboratorium Kesehatan DepKes RI., Jakarta

Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L., (2007). Teori Dan Praktek Farmasi Industri.

Edisi ke 3 Alih Bahasa Siti Suyatmi. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Jakarta. 10430.

Gambar

Tabel 2  :   ANOVA.  Antara  kadar  amoksisilin  kumulatif  urin  24  jam,  pada  12  subyek  dari produk Amoksisilin OGB dan Amoksisilin ND
Tabel  4:  Analisis  Ekskresi  Uriner  Amoksisilin  ND  Dalam  Rentang  Waktu  24  Jam  Setalah Pemberian Dosis Oral Tunggal 500 Mg

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, pada preeklampsia telah diketahui adanya penurunan bioavailabilitas nitrit oksida, kemungkinan diakibatkan dari akumulasi ADMA, sebuah inhibitor endogen

Pilih Tabel Atau View Yang Akan Dibuat Report dengan cara double klik AplikasiPembelian, maka akan tampil.. Pilih misalnya tabelsupplier, klik tanda maka

atas tiga bagian, yaitu: wanita hamil dengan HIV positif, pengobatan dengan menggunakan AZT harus dimulai pada usia kehamilan 14-34 minggu dengan dosis 100 mg, 5

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya kepada Peneliti, sehingga penelitian yang berjudul: Problematika

Penelitian ini dilakukan untuk melihat jumlah rata-rata leukosit, dan rasio heterofil/limfosit pada ayam broiler yang diberi metionina untuk melihat efek metionina dalam

Untuk ekspresi gen metallothionein (MT), beberapa peneliti juga menggunakan Real Time PCR antara lain van Hoof et al (2001) yang menggunakan metode ini untuk