• Tidak ada hasil yang ditemukan

B ADAN K E T AHANAN PANG AN J l. Ha rs ono rm no 3 ra guna n ja ka rta s ela ta n

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "B ADAN K E T AHANAN PANG AN J l. Ha rs ono rm no 3 ra guna n ja ka rta s ela ta n"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

B ADAN K E T AHANAN

PANGAN

(2)
(3)

RINGKASAN EKSEKUTIF

LAKIP Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011 disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dan kinerja yang dicapai oleh Badan Ketahanan Pangan selama tahun 2011. Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian melaksanakan tugas pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang ketahanan pangan, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan (DKP), BKP juga ditetapkan secara ex-officio sebagai Sekretariat DKP yang diketuai oleh Presiden dan Ketua Harian oleh Menteri Pertanian. DKP yang dibentuk diarahkan untuk memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan pangan antar sektor, antar wilayah, dan antar waktu.

Berdasarkan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan 2010 – 2014 edisi revisi Juni 2011, Visi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian: ”menjadi institusi yang handal, inovatif, dan aspiratif dalam pemantapan ketahanan pangan”. Untuk mencapai visi tersebut, maka disusun misi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian: (1) Peningkatan kualitas pengkajian dan perumusan kebijakan pembangunan ketahanan pangan; (2) Pengembangan dan pemantapan ketahanan pangan masyarakat, daerah, dan nasional; (3) Pengembangan kemampuan kelembagaan ketahanan pangan daerah; dan (4) Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan, pengembangan ketahanan pangan, serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaannya.

Sejalan dengan visi dan misi serta memperhatikan perkembangan masalah, tantangan, potensi, dan peluang, disusun tujuan pembangunan ketahanan pangan Tahun 2010-2014. Namun demikian, dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa perubahan tujuan dan sasaran sesuai dengan perubahan kondisi lingkungan strategis, sehingga tujuan strategis ketahanan pangan tahun 2011 yang telah disepakati oleh seluruh Eselon II lingkup Badan Ketahanan Pangan meliputi: (1) Mengembangkan sistem distribusi, cadangan pangan dan harga; (2) Meningkatkan ketersediaan pangan serta mengantisipasi dan menanggulangi kerawanan pangan; (3) Mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan dan peningkatan keamanan pangan segar; dan (4) Melayani dukungan manajemen dan teknik lainnya dalam pemantapan ketahanan pangan.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian selama tahun 2011, telah menetapkan tiga sasaran yang akan dicapai. Ketiga sasaran tersebut yaitu : 1) Meningkatnya

(4)

Kemampuan Kelembagaan Distribusi dan Cadangan Pangan serta Stabilitas Harga Pangan; 3) Meningkatnya Kualitas Analisis Ketersediaan dan akses Pangan, dan Penanganan Rawan Pangan. Selanjutnya ketiga sasaran tersebut diukur dengan menggunakan 12 (dua belas) indikator kinerja.

Realisasi pencapaian sasaran sampai dengan akhir tahun 2011 menunjukkan bahwa sebagian besar indikator kinerja telah dicapai dengan hasil yang baik atau telah terealisasi lebih dari 85 persen, kecuali pada indikator kinerja “Jumlah kab/kota yang melakukan intervensi penanganan rawan pangan berdasarkan hasil analisis SKPG” nilai pencapaian sasaran terealisasi 56,09 persen hal ini diakibatkan karena beberapa faktor antara lain : (a) Daerah tidak optimal dalam melaksanakan dan memanfaatkan hasil analisi SKPG; (b) Provinsi dan kabupaten/kota tidak melakukan penyusunan juklak dan juknis; (c) Tidak terbentuk Tim Investigasi di beberapa daerah; (d) Tingginya tingkat mutasi aparat sehingga petugas sering berganti; dan (e) Pencairan tidak sesuai RUK.

Dalam melanjutkan pembangunan ketahanan pangan, pada TA.2011 Badan Ketahanan Pangan (BKP) beserta lembaga ketahanan pangan di propinsi dan kabupaten/kota memperoleh alokasi anggaran senilai Rp.628,97 milyar. Jumlah alokasi anggaran tersebut naik sebesar Rp.231 milyar atau naik 37 persen dibanding alokasi tahun 2010 sebesar Rp.397,68 milyar. Kenaikan tersebut berada di tingkat daerah, khususnya di kabupaten/kota, yaitu sebesar Rp.52,89 miliyar atau 41,04 persen. Sedangkan pada tingkat pusat dan propinsi, masing-masing Rp.13,08 milyar atau 22,13 persen dan Rp. 165,31 milyar atau 78,84 persen. Naiknya alokasi anggaran antara lain disebabkan oleh bertambahnya bansos yang diberikan melalui dana Tugas Pembantuan (TP) ke daerah antara lain bansos Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yang pada tahun 2010 sebanyak 2.000 kelompok menjadi 4.020. Selain itu pada tahun 2011 Badan Ketahanan Pangan mendapatkan APBNP (Anggaran Penghematan) melalui kegiatan P2KP sebanyak 700 desa dengan realisasi 100 persen, dengan demikian total seluruhnya sebanyak 4.700 desa atau 99,57 persen dari target 4.720 desa. Selain itu pada tahun 2011 Badan Ketahanan Pangan mendapatkan APBNP (Anggaran Penghematan) melalui kegiatan P2KP sebanyak 700 desa dengan realisasi 100 persen, dengan demikian total seluruhnya sebanyak 4.700 desa atau 99,57 persen dari target 4.720 desa.

Seluruh anggaran 2011 dialokasikan dalam 253 satker berupa: (a) Dana Sentralisasi di Pusat Rp.72,20 milyar atau 11,47 persen; (b) Dana Dekonsentrasi (Dekon) di 33 propinsi Rp.233,09 milyar atau 37,05 persen; (c) Dana Tugas Pembantuan Propinsi (TP Propinsi) di 33 propinsi Rp.141,91 milyar atau 22,56 persen; dan (c) Dana Tugas Pembantuan di 220 Kabupaten/Kota Rp.181,78 milyar atau 28,90 persen.

(5)

Pelaksanaan berbagai kegiatan tahun 2011, masih menemui beberapa hambatan dan tantangan, terutama: (1) Adanya dinamika masyarakat dan perkembangan tehnologi dalam pembangunan ketahanan pangan; (2) Perkembangan era otonomi daerah yang memberikan kesempatan kepada daerah untuk menyusun perangkat organisasi sesuai kebutuhannya; dan (3) Peranan pemerintah yang lebih sebagai fasilitator dan mediator memerlukan pencerahan dan pencarian bentuk pola fikir dalam menata kesisteman ketahanan pangan yang lebih aplikatif.

Terpaut dengan berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam kinerja pembangunan ketahanan pangan tahun 2011, maka dalam upaya peningkatan kinerja Badan Ketahanan Pangan ke depan diperlukan berbagai perbaikan dan inovasi dengan pendekatan antara lain: 1) Membangun dukungan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan dalam upaya perwujudan ketahanan pangan; 2) Peningkatan peranan eksekutif dan legislatif dalam penentuan kebijakan ketahanan pangan wilayah, serta peningkatan pemahaman daerah dalam pembangunan ketahanan pangan melalui sosialisasi, seminar/workshop, advokasi, pemanfaatan multi media yang tersedia, penyebaran bahan informasi berupa booklet dan leaflet yang praktis tentang ketahanan pangan, dan lainnya; 3) Kemampuan dan kualitas SDM Aparat perlu ditingkatkan, dengan: pendidikan, pelatihan, dan pengembangan jejaring kerja melalui akses informasi ketahanan pangan khususnya dalam pengembangan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan; 4) Mensinkronkan kebijakan pembangunan ketahanan pangan pusat dan daerah melalui berbagai upaya pemberdayaan masyarakat; 5) Mengembangkan sistem kordinasi dan pembinaan dalam pemupukan cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat yang bersifat pokok sesuai pola pangan setempat, guna mengantisipasi terjadinya kasus rawan pangan kronis dan transien, serta mendukung stabilisasi harga pangan pokok; 6) Meningkatkan sosialisasi, advokasi, dan pembinaan bagi daerah dalam mengimplementasikan berbagai peraturan dan pedoman ketahanan pangan yang disusun di pusat.

(6)

KATA PENGANTAR

Pembentukan Badan Ketahanan Pangan (BKP) sebagai salah satu unit kerja setingkat Eselon I dalam struktur organisasi Kementerian Pertanian, ditetapkan dalam: Pasal 45 dan 46 Keppres Nomor 9 Tahun 2005 tanggal 15 Oktober 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia; serta Pasal 23 huruf k dan Pasal 24 angka (11) Perpres Nomor 10 Tahun 2005 tanggal 31 Januari 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, yang ditindaklanjuti dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, yang menetapkan tugas Badan Ketahanan Pangan yaitu: "Melaksanakan pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang pemantapan ketahanan pangan". Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Badan Ketahanan Pangan didukung oleh empat Eselon II dengan struktur organisasi, yaitu: Sekretariat Badan, Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, serta Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan.

Sebagaimana diatur dalam instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999, serta dilengkapi PermenPAN dan RB Nomor 29 Tahun 2010, maka disusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011. LAKIP ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan selama tahun 2011, dan diharapkan dapat ditindaklanjuti penyusunan LAKIP tingkat Eselon II.

Dengan telah tersusunnya LAKIP Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011 ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan ketahanan pangan pada lingkungan strategis yang cepat berubah dan berkembang dalam era globalisasi. Semoga Allah SWT selalu memberikan taufik dan hidayahnya atas semua upaya dalam pencapaian ketahanan pangan yang mantap dan berkelanjutan.

Jakarta, Maret 2012

Kepala Badan Ketahanan Pangan

(7)

DAFTAR ISI

Hal RINGKASAN EKSEKUTIF i KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

BAB I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi 3

BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 5

A. Rencana Strategik 5

B. Penetapan Kinerja 12

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 14

A. Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011 14

B. Pengukuran Kinerja Kegiatan dan Analisis Capaian Kinerja 15

C. Akuntabilitas Keuangan 26

BAB IV. PENUTUP 30

A. Tinjauan Utama 30

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penetapan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011

Tabel III.1. Pengukuran Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011

Tabel III.2. Pengukuran Pencapaian Sasaran Meningkatnya Penganekaragaman Konsumsi

Pangan dan Keamanan Pangan Segar Tahun 2011

Tabel III.3 Kumulatif Jumlah Lokasi Kegiatan P2KPG/P2KP Tahun 2007-2011

Tabel III.4. Pengukuran Pencapaian Sasaran Meningkatnya Kemampuan Kelembagaan

Distribusi dan Cadangan Pangan serta Stabilitas Harga Pangan

Tabel III.5. Perbandingan Kegiatan Utama Penguatan LDPM Tahun 2010 dan 2011

Tabel III.6. Penyebaran Gapoktan dan jumlah bansos yang dialokasikan dan yang dicairkan

untuk kegiatan Penguatan LDPM Tahun 2011

Tabel III.7. Perbandingan Kegiatan Panel Harga dan Pasokan Pangan Tahun 2010 dan 2011

Tabel III.8. Pengukuran Pencapaian Sasaran Meningkatnya Kualitas Analisis Ketersediaan dan

Akses Pangan, dan Penanganan Rawan Pangan Tahun 2011

Tabel III.9. Perkembangan Jumlah Lokasi dan Anggota Pengembangan Demapan Tahun 2006

– 2011

Tabel III.10. Perbandingan Alokasi Anggaran Lingkup BKP pada TA. 2010 dan 2011

Tabel III.11. Alokasi Anggaran Berdasarkan Jenis Pendanaan pada TA. 2011(dalam Rp. 000) Tabel III.12. Realisasi Penyerapan dan Sisa Anggaran BKP Pusat dan Daerah pada TA.2011 Tabel III.13. Alokasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan per Kegiatan Utama Tahun 2011

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketahanan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia. Selain itu, ketahanan pangan juga merupakan salah satu pilar ketahanan nasional suatu bangsa, dan menunjukkan eksistensi kedaulatan bangsa. Terkait dengan hal tersebut, ketahanan pangan tidak akan dapat terwujud dengan hanya melibatkan satu komponen bangsa, tapi harus melibatkan seluruh komponen bangsa, baik pemerintah maupun masyarakat, harus bersama-sama membangunan ketahanan pangan secara sinergi. Hal inilah yang kemudian dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, yang merumuskan ketahanan pangan sebagai “kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, halal, merata, dan terjangkau” dan ketahanan pangan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Undang-undang tentang Pangan tersebut kemudian dijabarkan dalam berbagai Peraturan Pemerintah untuk diimplementasikan dalam keputusan Pimpinan Pemerintah.

Dalam rangka mencapai ketahanan pangan yang mantap dan berkesinambungan, ada 3 (tiga) komponen pokok yang harus diperhatikan: (1) Ketersediaan pangan yang cukup dan merata; (2) Distribusi pangan yang efektif dan efisien; serta (3) Konsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang. Ketiga komponen tersebut perlu diwujudkan sampai tingkat rumah tangga, dengan: (1) Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang beragam untuk peningkatan ketersediaan pangan dengan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan; (2) Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk kesehatan; (3) Mengembangkan perdagangan pangan regional dan antar daerah, sehingga menjamin pasokan pangan ke seluruh wilayah dan terjangkau oleh masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); (4) Memanfaatkan pasar pangan internasional secara bijaksana bagi pemenuhan konsumen yang beragam; serta (5) Memberikan jaminan bagi masyarakat miskin di perkotaan dan perdesaan dalam mengakses pangan yang bersifat pokok.

Upaya untuk mewujudkan pemantapan ketahanan pangan tersebut, kemudian dijabarkan dalam berbagai program dan kegiatan pembangunan ketahanan pangan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan (BKP). Guna mengetahui perkembangan pelaksanaan program dan

(10)

kegiatan pembangunan ketahanan pangan tersebut selama tahun 2011, disusunlah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BKP Tahun 2011.

1. Landasan Hukum

Pembentukan BKP sebagai salah satu unit kerja setingkat Eselon I dalam struktur organisasi Kementerian Pertanian, ditetapkan dalam: Pasal 45 dan 46 Keppres Nomor 9 Tahun 2005 tanggal 15 Oktober 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia; serta Pasal 23 huruf k dan Pasal 24 angka (11) Perpres Nomor 10 Tahun 2005 tanggal 31 Januari 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia. Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor: 299/Kpts/OT.140/7/2005 tanggal 25 Juli 2005, kemudian disempurnakan kembali dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, yang menetapkan tugas BKP yaitu: "Melaksanakan pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang pemantapan ketahanan pangan".

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) didasarkan pada instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999, tanggal 15 Juni 1999 dalam rangka mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok, fungsi, serta kewenangan pengelolaan sumberdaya dan kebijaksanaan yang dipercayakan berdasarkan perencanaan stratejik yang telah dirumuskan.

2. Maksud dan Tujuan

Laporan Akuntabilitas Pemerintah (LAKIP) tahun 2011 disusun sebagai

pertanggungjawaban kinerja Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian kepada Menteri Pertanian selaku pimpinan tertinggi kementerian.

Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi kewajiban Badan Ketahanan Pangan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya selama tahun 2011 dan digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan LAKIP pada tingkat kementerian.

3. Sistematika Penyusunan LAKIP 2011

Sistematika penyusunan LAKIP berdasarkan format yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi (RB) No. 29 tahun 2010 yaitu tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja (PK) dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

(11)

B. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi

Tugas BKP berdasarkan Permentan Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 yaitu:

"Melaksanakan pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang pemantapan ketahanan pangan". Dalam melaksanakan tugasnya, BKP menyelenggarakan fungsi:

1. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan;

2. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan distribusi pangan dan cadangan pangan;

3. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan pola konsumsi dan penganekaragaman pangan;

4. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pengawasan keamanan pangan segar; serta

5. Pelaksanaan administrasi Badan Ketahanan Pangan.

Mengingat luasnya substansi dan banyaknya pelaku yang berperan dalam pembangunan ketahanan pangan, maka sangat diperlukan kerjasama yang sinergis dan terarah antar institusi dan komponen masyarakat serta koordinasi program dan kegiatan berbagai subsektor dan sektor. Guna mewujudkan sinergi dan harmonisasi kebijakan dan program, serta memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan pangan antar sektor, antar wilayah, dan antar waktu, dibentuk Dewan Ketahanan Pangan (DKP) yang bertugas merumuskan kebijakan serta melaksanakan evaluasi dan pengendalian dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui Keppres Nomor 132 Tahun 2001 yang disempurnakan dengan Perpres Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan (DKP), menetapkan BKP secara ex-officio sebagai Sekretariat DKP yang diketuai oleh Presiden dan Ketua Harian oleh Menteri Pertanian.

BKP selaku Sekretariat DKP memfasilitasi pelaksanaan tugas Menteri Pertanian selaku Ketua Harian DKP dalam membantu Presiden RI untuk: (1) Merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional; dan (2) Melaksanakan evaluasi dan pengendalian dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional. Tugas Dewan meliputi kegiatan di bidang: penyediaan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, serta pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan gizi.

(12)

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, BKP didukung oleh empat Eselon II dengan struktur organisasi pada Gambar I.1, yaitu:

1. Sekretariat Badan, mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Badan Ketahanan Pangan.

2. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan.

3. Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan distribusi pangan.

4. Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan, dan pemantapan konsumsi dan keamanan pangan.

Badan Ketahanan Pangan sebagai ex-officio Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan (DKP), dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden RI selaku Ketua DKP melalui Menteri Pertanian selaku Ketua Harian DKP.

(13)

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. Rencana Strategik

Rencana Strategik Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010-2014 disusun dengan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan dan kegiatan sebagai berikut :

1. Visi

Mengacu visi, arah, dan kebijakan pembangunan pertanian, maka Visi BKP Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 ”menjadi institusi yang handal, aspiratif, dan inovatif dalam pemantapan ketahanan pangan”. Handal berarti mampu mengerjakan pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diemban dengan penuh tanggung jawab berdasarkan pada target sasaran yang telah ditetapkan. Aspiratif berarti mempu menerima dan mengevaluasi kembali atas saran, kritik, dan kebutuhan masyarakat. Inovatif berarti mampu mengikuti perkembangan informasi dan teknologi yang terbaru. Pemantapan Ketahanan Pangan adalah upaya mewujudkan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

2. Misi

Untuk mencapai visi tersebut dan dengan tetap berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/OT.140/7/2005 dan Nomor 394/Kpts/RC.120/11/2005, maka disusun Misi BKP Kementerian Pertanian dalam tahun 2010-2014 sebagai berikut :

a. Peningkatan kualitas pengkajian dan perumusan kebijakan pembangunan ketahanan

pangan;

b. Pengembangan dan pemantapan ketahanan pangan masyarakat, daerah, dan nasional;

c. Pengembangan kemampuan kelembagaan ketahanan pangan daerah;

d. Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan, pengembangan ketahanan pangan, serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaannya.

(14)

3. Tujuan

Seiring visi dan misi serta memperhatikan perkembangan masalah, tantangan, potensi, dan peluang, disusun tujuan pembangunan ketahanan pangan Tahun 2010-2014, memberdayakan masyarakat agar mampu mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang dikuasainya untuk mewujudkan ketahanan pangan secara berkelanjutan, dengan cara :

a. Meningkatkan ketersediaan dan cadangan pangan dengan mengoptimalkan

sumberdaya yang dimilikinya/dikuasainya secara berkelanjutan;

b. Membangun kesiapan dalam mengantisipasi dan menanggulangi kerawanan pangan;

c. Mengembangkan sistem distribusi, harga, dan cadangan pangan untuk memelihara

stabilitas pasokan dan harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat;

d. Mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman guna meningkatkan kualitas SDM dan penurunan konsumsi beras perkapita;

e. Mengembangkan sistem penanganan keamanan pangan segar.

4. Sasaran Strategis

Berdasarkan visi, misi, dan tujuan strategis Badan Ketahanan Pangan, disusunlah sasaran stategis Badan Ketahanan Pangan tahun 2011 yang hendak dicapai, terdiri dari:

a. Meningkatnya penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan segar;

b. Meningkatnya kemampuan kelembagaan distribusi dan cadangan pangan serta stabilitas harga pangan;

c. Meningkatnya kualitas analisis ketersediaan dan akses pangan, serta penaganan rawan

pangan

5. Cara Pencapaian Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran strategis ketahanan pangan tahun 2011 tersebut, ditempuh melalui strategi, kebijakan, program, kegiatan yang masih mengacu pada tahun sebelumnya sebagai berikut:

a. Strategi

Strategi yang akan ditempuh Badan Ketahanan Pangan 2010-2014 yaitu :

i. Melaksanakan koordinasi secara sinergis dalam penyusunan kebijakan

(15)

ii. Mendorong pengembangan cadangan pangan, sistem distribusi pangan, penganekaragaman konsumsi dan pengawasan keamanan pangan segar;

iii. Mendorong peran serta swasta, masyarakat umum, dan kelembagaan masyarakat lainnya dalam ketersediaan, distribusi, konsumsi, dan pengawasan keamanan pangan segar;

iv. Menyelenggarakan program aksi pemberdayaan masyarakat dalam memecahkan permasalahan ketahanan masyarakat;

v. Mendorong sinkronisasi pembiayaan program aksi antara APBN, APBD dan dana masyarakat;

vi. Memecahkan permasalahan strategis ketahanan pangan melalui koordinasi Dewan Ketahanan Pangan

Strategi Badan Ketahanan Pangan tahun 2010-2014 tersebut, diimplementasikan melalui :

i. pemantapan ketersediaan pangan, penanganan kerawanan dan akses pangan; ii. pemantapan system distribusi, stabilisasi harga dan cadangan pangan;

iii. percepatan penganekaragaman konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman;

iv. penajaman keamanan pangan segar; dan

v. penguatan kelembagaan dan manajemen ketahanan pangan pemerintah dan masyarakat.

Langkah operasional yang ditempuh dalam mengakomodasi strategi diatas adalah sebagai berikut :

i. Pemantapan ketersediaan pangan, penanganan kerawanan pangan dan akses pangan, melalui : (a) Mendorong kemandirian pangan melalui swasembada pangan untuk komoditas strategis (beras, jagung, kedelai, gula dan daging sapi); (b) Meningkatkan keragaman produksi pangan berdasarkan potensi sumberdaya lokal/wilayah; (c) Revitalisasi System Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG); (d) Memberdayakan masyarakat di daerah rawn pangan; dan (e) Meningkatkan akses pangan di tingkat wilayah dan rumahtangga.

(16)

kabupaten/kota, desa) dan cadangan pangan masyarakat; (b) Mengembangkan penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat (penguatan LDPM) di daerah sentra produksi padi dan jagung; dan (c) Memantau stabilisasi pasokan dan harga komoditas pangan serta daya beli masyarakat.

iii. Percepatan penganekaragaman konsumsi beragam, bergizi seimbang dan aman, melalui : (a) Sosialisasi, promosi dan edukasi budaya pangan beragam, bergizi seimbang dan aman; (b) Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan; (c) Menumbuhkan dan mengembangkan industry pangan berbasis tepung-tepungan berbahan baku lokal (non beras, non terigu); (d) Melakukan kemitraan dengan perguruan tinggi, asosiasi, dan lembaga swadaya masyarakat; dan (e) Pengawasan keamanan pangan segar.

iv. Penguatan kelembagaan dan manajemen ketahanan pangan, dilakukan melalui : (a) Koordinasi program pembangunan ketahanan pangan lintas sector; (b) Peningkatan motivasi dan partisipasi masyarakat; (c) Koordinasi evaluasi dan pengendalian pencapaian kondisi ketahanan pangan; (d) Peningkatan pelayanan perkantoran dan perlengkapan terhadap program diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat; (e) Pengembangan pemberdayaan masyarakat ketahanan pangan; dan (f) Efektivitas peran dan fungsi Dewan Ketahanan Pangan.yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis berdasarkan subsistem ketahanan pangan, meliputi:

1) Subsistem Ketersediaan Pangan: (a) Menumbuhkembangkan koordinasi dan

sinergi kebijakan ketersediaan pangan; (b) Mengkoordinasikan

pengembangan cadangan pangan; (c) Berperan serta dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan.

2) Subsistem Distribusi Pangan: (a) Menumbuhkembangkan koordinasi dan sinergi kebijakan distribusi pangan; (b) Mendorong dan memberikan kontribusi terhadap kelancaran distribusi pangan; serta (c) Mendorong peranserta kelembagaan masyarakat dalam meningkatkan kelancaran distribusi, menciptakan stabilisasi harga, dan meningkatkan akses pangan. 3) Subsistem Konsumsi Pangan: (a) Menumbuhkembangkan koordinasi dan

sinergi kebijakan konsumsi pangan; (b) Mensinergikan upaya pemantapan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman; (c) Mendorong peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan; serta (d) Meningkatkan peran dalam sistem keamanan dan preferensi pangan masyarakat.

(17)

Untuk menopang berbagai strategi tersebut, diperlukan strategi penunjang yang tidak terlepas dari Tugas Pokok dan Fungsi BKP, yaitu sebagai berikut:

i. Melaksanakan manajemen pembangunan ketahanan pangan yang profesional,

bersih, peduli, transparan, dan bebas KKN.

ii. Meningkatkan koordinasi perencanaan ketahanan pangan.

iii. Merumuskan produk hukum dibidang ketahanan pangan yang berpihak kepada petani.

iv. Membangun sistem evaluasi dan pengendalian pembangunan ketahanan pangan yang efektif.

v. Meningkatkan kemampuan SDM aparatur dalam penanganan ketahanan pangan.

b. Kebijakan

Kebijakan yang berkaitan dengan ketahanan pangan yang bersifat umum dan strategis tidak sepenuhnya berada dalam kewenangan BKP, tetapi menyebar di berbagai subsektor lingkup Kementerian Pertanian dan instansi terkait lainnya. Beberapa kebijakan yang berada dalam kewenangan dan penanganan dari BKP antara lain:

i. Peningkatan ketersediaan, penanganan kerawanan pangan dan akses pangan,

diarahkan untuk: (i) Meningkatkan dan menjamin kelangsungan produksi dalam negeri menuju kemandirian pangan; (ii) Mencegah dan menanggulangi kondisi rawan pangan secara dinamis; (iii) Mengembangkan koordinasi sinergis lintas ektor dalam pengelolaan ketersediaan pangan, peningkatan akses pangan dan penanganan kerawanan pangan.

ii. Peningkatan sistem distribusi, stabilitasi harga dan cadangan pangan, kebijakannya diarahkan untuk : (i) Mengembangkan sistem distribusi pangan yang efektif dan efisien untuk menjamin stabilitas pasokan dan harga pangan; (ii) Mengembangkan kemampuan pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat secara sinergis dan partisipatif; (iii) Mengembangkan koordinasi sinergis lintas sektor dalam pengelolaan distribusi, harga dan cadangan pangan; dan (iv) Meningkatkan peranserta kelembagaan masyarakat dalam kelancaran distribusi, kestabilan harga dan cadangan pangan.

iii. Peningkatan pemenuhan kebutuhan konsumsi dan keamanan pangan, antara lain: (i) Mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan lokal; (ii)

(18)

dan non terigu, guna meningkatkan nilai tambah dan nilai sosial; (iii) Meningkatkan pengawasan keamanan pangan segar; dan (iv) Mengembangkan koordinasi sinergis lintas sek tor dalam pengelolaan konsumsi dan keamanan pangan.

Dalam pelaksanaan implementasi kebijakan-kebijakan tersebut, diperlukan dukungan kebijakan, antara lain : (i) Peningkatan dukungan penelitian dan pengembangan pangan; (ii) Peningkatan kerjasama internasional; (iii) Peningkatan pemberdayaan dan peranserta masyarakat; (iv) Penguatan kelembagaan dan koordinasi ketahanan pangan; serta (v) Dorongan terciptanya kebijakan makro ekonomi dan perdagangan yang kondusif bagi ketahanan pangan.

iv. Peningkatan peran Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan, antara lain: (i) Mendorong koordinasi program ketahanan pangan lintas sektor dan lintas daerah; (ii) Meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat bersama pemerintah dalam rangka memantapkan ketahanan pangan; (iii) Meningkatkan peranan kelembagaan formal dan informal dalam pelaksanaan ketahanan pangan.

c. Program

Berbagai strategi dan kebijakan sebagai upaya untuk mencapai sasaran strategis ketahanan pangan tahun 2011, dioperasionalkan melalui penyelenggaraan berbagai program pembangunan pertanian yang mengacu pada program pembangunan tahun 2010-2014 yaitu Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan

Masyarakat, sasaran (outcome) yang hendak dicapai dalam program tersebut adalah

meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi, dan keamanan pangan segar serta terkoordinasinya kebijakan ketahanan pangan, program tersebut mempunyai 4 (empat) kegiatan utama yaitu :

i. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan, sasaran yang

hendak dicapai yaitu meningkatnya kemampuan kelembagaan distribusi dan cadangan pangan serta stabilitas harga pangan.

ii. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan, sasaran yang

hendak dicapai yaitu meningkatnya kualitas analisis ketersediaan dan akses pangan, serta penanganan rawan pangan.

(19)

iii. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar, sasaran yang hendak dicapai yaitu meningkatnya

penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan segar.

iv. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan,

dengan sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya pelayanan administrasi dan manajemen terhadap penyelenggaran ketahanan pangan. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi: (a) Pengelolaan gaji, honorarium, dan tunjangan, untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam melaksanakan berbagai kegiatan melalui pemberian gaji kepada 353 pegawai Badan Ketahanan Pangan; (b) Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran, untuk menunjang pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan; dan (c) Pelayanan Publik atau Birokrasi, yang diarahkan untuk mendukung perencanaan, pemantauan, evaluasi, dan kerjasama dalam penyelenggaraan ketahanan pangan. Namun demikian, kegiatan ini tidak dicantumkan dalam laporan ini karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh setiap instansi, sehingga dianggap tidak dapat mewakili kinerja Badan Ketahanan Pangan.

6. Rencana Kinerja Tahun 2011

Rencana kinerja yang direncanakan pada tahun 2011 merupakan implementasi rencana jangka menengah ke dalam rencana kerja jangka pendek, yang mencakup tujuan dan sasaran kegiatan beserta indikator kinerja.

Sasaran Kinerja Tahun 2011 berdasarkan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Badan Ketahanan Pangan, sebagai berikut:

a. Meningkatnya penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan segar,

ditunjukkan oleh indikator: (1) Jumlah desa yang telah melakukan gerakan P2KP sebanyak 4.020 desa; (2) Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang telah memasyarakatkan konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman sebanyak 402 kabupaten/kota di 33 provinsi; (3) Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang sudah menerapkan penanganan keamanan pangan segar ditingkat produsen dan konsumen sebanyak 100 kabupaten/kota di 33 provinsi.

b. Meningkatnya kemampuan kelembagaan distribusi dan cadangan pangan serta stabilitas harga pangan, yang ditunjukkan oleh: (1) Jumlah gapoktan yang telah

(20)

gapoktan; (3) Jumlah lumbung untuk antisipasi musim paceklik dan bencana sebanyak 700 lumbung; (4) Jumlah propinsi yang menindaklanjuti hasil analisis harga dan pasokan pangan sebanyak 16 provinsi

c. Meningkatnya kualitas analisis ketersediaan dan akses pangan, serta penanganan

rawan pangan, ditunjukkan oleh indikator: (1) Jumlah provinsi yang menindaklanjuti hasil analisis ketersediaan pangan sebanyak 33 provinsi; (2) Jumlah alternatif pengembangan akses pangan masyarakat sebanyak 2 dokumen (3) Jumlah provinsi yang melakukan penanganan rawan pangan berdasarkan hasil analisis SKPG dan melakukan intervensi rawan pangan transien sebanyak 33 propinsi; (4) Jumlah kabupaten/kota yang melakukan intervensi penanganan rawan pangan berdasarkan hasil analisis SKPG sebanyak 410 kabupaten/kota di 33 provinsi; dan (5) Jumlah desa rawan pangan yang menjadi mandiri sebanyak 221 desa di 33 kabupaten/kota.

B. Penetapan Kinerja

Sebagai tindaklanjut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Badan Ketahanan Pangan telah menyusun Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2011 sebagai acuan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja yang akan dicapai pada tahun 2011 sebagai berikut :

Tabel 1. Penetapan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011

Unit Organisasi Eselon I : Badan Ketahanan Pangan

Tahun Anggaran : 2011

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

(0) (1) (2) (3)

1. Meningkatnya

penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan segar

1. Jumlah desa yang telah melakukan gerakan P2KP

4.020 Desa

2. Jumlah provinsi dan Kab/Kota yang telah

memasyarakatkan konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman

33 Provinsi, 402 Kab/Kota

(21)

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

(0) (1) (2) (3)

3. Jumlah provinsi dan Kab/Kota yang sudah menerapkan Penanganan Keamanan Pangan Segar ditingkat produsen dan konsumen

33 Provinsi, 100 Kab/Kota

2. Meningkatnya kemampuan

kelembagaan distribusi dan cadangan pangan serta stabilitas harga pangan

1. Jumlah gapoktan yang telah memfungsikan cadangan pangan gapoktan

1.000 Gapoktan

2. Jumlah Gapoktan yang telah memfungsikan unit

distribusi/pemasaran

1.000 Gapoktan

3. Jumlah lumbung untuk antisipasi musim paceklik dan bencana

700 Lumbung

4. Jumlah provinsi yang menindaklanjuti hasil analisis harga dan pasokan pangan

16 Provinsi

3. Meningkatnya kualitas

analisis ketersediaan dan akses pangan, serta penanganan rawan pangan

1. jumlah propinsi yang menindaklanjuti hasil analisis ketersediaan pangan

33 Propinsi

2. jumlah alternatif

pengembangan akses pangan masyarakat

2 Dokumen

3. jumlah propinsi yang melakukan penanganan rawan pangan berdasarkan hasil analisis SKPG dan melakukan intervensi rawan pangan transien

33 Provinsi

4. Jumlah Kab/Kota yang melakukan intervensi penanganan rawan pangan berdasarkan hasil analisis SKPG

410 Kabupaten/ Kota

5. Jumlah desa rawan pangan yang menjadi mandiri

221 Desa

(22)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2011

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian selama tahun 2011, telah menetapkan tiga sasaran yang akan dicapai. Ketiga sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan menggunakan 12 (dua belas) indikator kinerja. Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut dapat diilustrasikan dalam Tabel III.1.

Tabel 2. Pengukuran Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011

No. Sasaran Indikator Kinerja

Uraian Target Capaian %

1. Meningkatnya penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan segar

a. Jumlah desa yang telah melakukan gerakan P2KP

4.020 4.000 99,58

b. Jumlah provinsi kab/kota yang telah memasyarakatkan konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman

33 402 33 393 100 97,76

c. Jumlah provinsi, kab/kota yang menerapkan penanganan keamanan pangan segar ditingkat produsen dan konsumen

33 100 32 96 96,97 96 2. Meningkatnya kemampuan kelembagaan distribusi dan cadangan pangan serta stabilitas harga pangan

a. Jumlah gapoktan yang telah memfungsikan cadangan pangan gapoktan

1.000 984 98,40

b. Jumlah gapoktan yang telah memfungsikan unit distribusi/pemasaran

1.000 984 98,40

c. Jumlah lumbung untuk antisipasi musim paceklik dan bencana

700 700 100

d. Jumlah provinsi yang menindaklanjuti hasil analisis harga dan pasokan pangan

16 16 100

3. Meningkatnya kualitas analisis ketersediaan dan akses pangan, serta penanganan rawan pangan

a. Jumlah propinsi yang menindaklanjuti hasil analisis ketersediaan pangan

33 33 100

b. Jumlah alternative pangembangan akses pangan masyarakat

2 2 100

c. Jumlah provinsi yang melakukan

penanganan rawan pangan berdasarkan hasil analisis SKPG dan melakukan intervensi rawan pangan transien

33 29 87,88

d. Jumlah kab/kota yang melakukan intervensi penanganan rawan pangan berdasarkan hasil analisis SKPG

410 230 56,09

e. Jumlah desa rawan pangan yang menjadi mandiri

(23)

Realisasi pencapaian sasaran sampai dengan akhir tahun 2011 menunjukkan bahwa sebagian besar indikator kinerja telah dicapai dengan hasil yang baik atau telah terealisasi lebih dari 85 persen, kecuali pada indikator sasaran “Jumlah kab/kota yang melakukan intervensi penanganan rawan pangan berdasarkan hasil analisis SKPG” nilai pencapaian sasaran terealisasi 56,09 persen hal ini diakibatkan karena beberapa faktor antara lain : (a) Daerah tidak optimal dalam melaksanakan dan memanfaatkan hasil analisi SKPG; (b) Provinsi dan Kabupaten tidak melakukan penyusunan juklak dan juknis; (c) Tidak terbentuk Tim Investigasi di beberapa daerah; (d) Tingginya tingkat mutasi aparat sehingga petugas sering berganti; dan (e) Pencairan tidak sesuai RUK.

B. Pengukuran Kinerja Kegiatan dan Analisis Capaian Kinerja

Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa sasaran dapat dilaksanakan melalui satu program, dan pencapaian setiap sasaran dilaksanakan oleh beberapa kegiatan. Namun demikian, pada laporan ini, kegiatan yang dilaporkan untuk mencapai setiap sasaran dibatasi hanya pada kegiatan yang bersifat strategis. Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2011 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sasaran Meningkatnya Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan Segar

Sasaran tersebut dicapai dengan mengukur tiga indikator kinerja. Pencapaian dari masing-masing indikator kinerja dapat digambarkan pada tabel III.2 sebagai berikut:

Tabel III.2 Pengukuran Pencapaian Sasaran Meningkatnya Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan Segar Tahun 2011

Indikator Kinerja Target Realisasi %

1. Jumlah desa yang telah melakukan gerakan P2KP 4.020 4.000 99.50

2. Jumlah provinsi dan kab/kota yang telah memasyarakatkan konsumsi pangan yang beragam,

33 402 33 393 100 97,76 seimbang dan aman

3. Jumlah Provinsi dan Kab/Kota yang sudah menerapkan 100 96 96

penanganan Keamanan Pangan Segar ditingkat produsen dan konsumen

(24)

Indikator kinerja sasaran ini telah tercapai dengan baik, ditunjukkan oleh indikator kinerja sasaran yang telah terealisasi rata-rata diatas 95 persen. Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa :

a. Jumlah desa yang telah melakukan gerakan P2KP sebanyak 4.000 desa atau 99,50

persen dari target 4.020 desa; sebanyak 20 desa yang tidak merealisasikan dari Kabupaten

Sanggau Provinsi Kalimantan Barat 10 desa dan Kabupaten Keerom Provinsi Papua 10 desa.

b. Jumlah provinsi dan kab/kota yang telah memasyarakatkan konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman sebanyak 33 provinsi atau 100 persen dan 393 kab/kota atau 97,76 persen dari target 402 kab/kota;

c. Jumlah provinsi dan kab/kota yang sudah menerapkan penanganan keamanan pangan

segar ditingkat produsen dan konsumen sebanyak 96 kab/kota atau 96 persen dari target 100 kab/kota; sebanyak 4 kab/kota blm menerapkan penanganan keamanan pangan segar karena berbagai kendala yaitu : keterbatasan fasilitas laboratorium pengujian, SDM yang terbatas serta sering terjadi mtasi pegawai.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan anggaran sebesar Rp. 184,94 milyar atau 87,75 persen dari alokasi Rp. 210,75 milyar, terdiri dari: Rp. 47,25 milyar untuk bansos P2KP dengan realisasi 46,96 milyar atau 99,39 persen, sisanya digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan pendukung diversifikasi pangan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh 434 instansi pelaksana yang terdiri dari BKP Kementan khususnya Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, 33 unit kerja ketahanan pangan propinsi, dan 400 unit kerja ketahanan pangan kabupaten/kota.

Anggaran tersebut digunakan untuk melaksanakan kegiatan pemberdayaan melalui P2KP untuk kelompok wanita melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan, sosialisasi P2KP bagi siswa SD/MI, pengembangan usaha pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan, serta berbagai kegiatan pendukung diversifikasi pangan seperti: sosialisasi dan promosi P2KP, penanganan keamanan pangan segar di tingkat propinsi dan

kabupaten/kota, pameran/visualisasi/publikasi dan promosi dalam rangka

Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar, pemantapan perumusan kebijakan ketahanan pangan, pengembangan kelembagaan keamanan pangan, dan pengawasan penanganan keamanan pangan. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kinerja pencapaian sasaran ini sudah lebih baik karena telah meliputi lebih banyak desa dan kabupaten/kota di 33 propinsi.

Implementasi kebijakan P2KP pada tahun 2011 sebagai bentuk keberlanjutan dari kegiatan P2KP tahun 2010 dengan desa sasaran sebanyak 4.020 desa di 259 kab/kota, 33 provinsi

(25)

diwujudkan melalui kegiatan utama yaitu (a) Pemberdayaan kelompok wanita; (b) optimalisasi pemanfaatan pekarangan; (c) Pengembangan usaha/industri pengolahan pangan lokal; (d) Kerja sama dengan Perguruan Tinggi/Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP) dan stakeholder lain; dan (e) Sosialisasi bagi dan promosi penganekaragaman konsumsi pangan. Selain itu kegiatan P2KP mendorong peran serta dunia usaha melalui Corporate Social Responsibility (CSR)/Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Sampai dengan Bulan Desember 2011 terealisasi 4.000 desa atau 99,50 persen dari target sebanyak 4.020 desa, sebanyak 20 desa yang tidak merealisasikan dari Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat 10 desa dan Kabupaten Keerom Provinsi Papua 10 desa. Selain itu pada tahun 2011 Badan Ketahanan Pangan mendapatkan APBNP (Anggaran Penghematan) melalui kegiatan P2KP sebanyak 700 desa dengan realisasi 100 persen, dengan demikian total seluruhnya sebanyak 4.700 desa atau 99,57 persen dari target 4.720 desa.

Jumlah desa yang melaksanakan kegiatan P2KP sejak tahun 2007 hingga 2011 meningkat cukup signifikan seperti pada Tabel III.3, terutama karena pada tahun 2009 sudah masuk kedalam 4 program utama Kementerian Pertanian.

Tabel III.3. Kumulatif Jumlah Lokasi Kegiatan P2KPG/P2KP Tahun 2007-2011

Target Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

1. P2KPG/P2KP a. Pemberdayaan Kelompok Wanita melalui

optimalisasi pemanfaatan pekarangan

- - 825 2.000 4.720

b. Anak SD/MI - 32 148 2.000 4.720

c. Pengembangan Usaha Pengolahan Pangan Lokal Berbasis Tepung-tepungan

- - 130 2.000 4.720 d. Desa 604 604 825 2.000 4.720 e. Kabupaten/Kota 180 180 201 200 400 f. Propinsi 32 32 33 33 33 2. Promosi a. Kabupaten/Kota - - 201 200 400 b. Propinsi - - 33 33 33

3. Kerjasama Perguruan Tinggi - - 10 19 29

1. Perguruan Tinggi/Universitas 7 12 22

2. STPP 3 7 7

Berbagai permasalahan yang dihadapi terkait dengan pelaksanaan kegiatan Diversifikasi Konsumsi Pangan, antara lain:

a. Kurang optimalnya partisipasi aparat kabupaten/kota dalam pembinaan kelompok

wanita untuk pemanfaatan pekarangan guna pengembangan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman;

(26)

b. Kurang optimalnya partisipasi aparat propinsi dalam pembinaan dan inventarisasi kebutuhan peralatan yang diperlukan kelompok unit usaha kecil untuk pengembangan tepung-tepungan sebagai bahan baku pangan olahan di pedesaan;

Guna mengatasi permasalahan tersebut, telah dilakukan berbagai upaya sebagai berikut:

a. Meningkatkan dan mengintensifkan pembinaan kelompok oleh pendamping di

masing-masing desa;

b. Melanjutkan kegiatan pada TA. 2012 Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) untuk: penambahan desa baru, pembinaan kelompok yang dibangun pada tahun 2011, sosialisasi dan promosi, serta pengembangan teknologi inovatif pangan lokal

2. Sasaran Meningkatnya Kemampuan Kelembagaan Distribusi dan Cadangan Pangan serta Stabilitas Harga Pangan

Sasaran tersebut dicapai dengan mengukur empat indikator kinerja. Pencapaian dari masing-masing indikator kinerja dapat digambarkan pada Tabel III.4, sebagai berikut:

Tabel III.4. Pengukuran Pencapaian Sasaran Meningkatnya Kemampuan Kelembagaan Distribusi dan Cadangan Pangan serta Stabilitas Harga Pangan

Indikator Kinerja Target Realisasi %

1. Jumlah gapoktan yang telah memfungsikan cadangan

pangan gapoktan 1.000 984 98,40

2. Jumlah gapoktan yang telah memfungsikan unit

distribusi/pemasaran 1.000 984 98,40

3. Jumlah lumbung untuk antisipasi musim paceklik dan

bencana 700 700 100

4. Jumlah propinsi yang menindaklanjuti hasil analisis

harga dan pasokan pangan 16 16 100

Indikator kinerja sasaran ini telah tercapai dengan baik, ditunjukkan oleh indikator kinerja sasaran yang telah terrealisasi rata-rata diatas 95 persen. Dari tabel diatas bisa dilihat bahwa :

a. Jumlah gapoktan yang telah memfungsikan cadangan pangan gapoktan sebanyak 984

(27)

b. Jumlah gapoktan yang telah memfungsikan unit distribusi/pemasaran sebanyak 984 gapoktan atau 98,40 persen dari target 1.000 gapoktan;

c. Jumlah lumbung untuk antisipasi musim paceklik dan bencana sebanyak 700 lumbung

atau 100 persen;

d. Jumlah provinsi yang menindaklanjuti hasil analisis harga dan pasokan pangan sebanyak 16 provinsi atau 100 persen.

Pelaksanaan kegiatan LDPM Tahun 2011 mencakup 3 tahapan yaitu tahap penumbuhan, tahap pengembangan dan tahap kemandirian dengan jumlah gapoktan sebanyak 1.000 gapoktan. Tahap penumbuhan (tahun pertama) dilaksanakan di 25 provinsi untuk mempersiapkan dan menumbuhkan 235 gapoktan. Tahap pengembangan (tahun kedua) di 21 provinsi untuk mengembangkan 237 gapoktan yang terdiri dari 204 gapoktan yang ditumbuhkan pada tahun 2010 dan 33 gapoktan yang ditumbuhkan pada tahun 2009. Tahap kemandirian (tahun ketiga) di 27 propinsi untuk memberdayakan 512 gapoktan pengembangan cadangan pangan masyarakat. Realisasi pelaksanaan kegiatan LDPM keseluruhan sebanyak 984 gapoktan atau 98,40 persen dari target 1.000 gapoktan, 1 gapoktan dari Gorontalo (tahun 2009) mengundurkan diri karena masalah internal gapoktan, sedangkan yang 15 gapoktan tidak mendapatkan bansos karena masuk dalam pra penumbuhan. Kelima belas gapoktan tersebut direncanakan akan mendapatkan akan mendapatkan dana bansos pada Tahun 2012.

Berdasarkan Evaluasi maka jumlah LDPM yang diberdayakan pada Tahun 2011 lebih banyak tetapi persentasi capaian kinerjanya lebih rendah yaitu sebesar 98,40% daripada Tahun 2010 yaitu sebesar 99,87%, seperti digambarkan pada Tabel III.5 sebagai berikut.

Tabel III.5. Perbandingan Kegiatan Utama Penguatan LDPM Tahun 2010 dan 2011

Indikator Kinerja Target Realisasi % Keterangan

Jumlah LDPM yang diberdayakan

a. Tahun 2010 750 749 99,87

b. Tahun 2011 1.000 984 98,40 Terdiri dari 512 gapoktan Mandiri, 237 gapoktan

pengembangan serta 235 gapoktan penumbuhan tahun 2009 dan

(28)

dana bansos sebesar Rp. 53,40 milyar dan anggaran yang dilaksanakan oleh Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan untuk mendukung pelaksanaan LDPM sebesar 1,17 milyar.

Anggaran yang dialokasikan untuk dana Bansos sebesar Rp 53,40 milyar terdiri dari Rp 36 milyar untuk Tahap Penumbuhan dan Rp 17,40 milyar untuk Tahap Pengembangan. Penyaluran dana Bansos untuk tahap penumbuhan telah dilakukan kepada 235 Gapoktan atau mencapai realisasi 100%, sedangkan untuk Tahap Pengembangan terealisasi sebanyak 220 Gapoktan atau 92,83 % terdiri dari 12 Gapoktan dari Tahun 2009 dan 5 Gapoktan dari tahun 2010. Anggaran yang dilaksanakan oleh Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan adalah Rp 1,17 milyar telah digunakan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM sebesar Rp 1,13 milyar atau sebesar 83,43 %.

Semua Gapoktan yang sudah masuk tahap Pengembangan, umumnya telah mencairkan dana Bansos Tahap Pertama senilai Rp.150 juta setiap Gapoktan untuk digunakan membangun atau merehabilitasi gudang dan modal pembelian gabah/jagung milik anggota. Namun demikian, untuk Bansos Tahap Kedua senilai Rp.75 juta setiap Gapoktan Tahap Pengembangan, hanya 220 Gapoktan atau 92,83 persen yang mencairkan dana, sehingga masih ada 17 Gapoktan yang belum mencairkan yaitu 5 gapoktan yang berasal dari gapoktan penumbuhan tahun 2010 dan 12 gapoktan berasal dari gapoktan penumbuhan tahun 2009. Tidak dicairkannya dana pengembangan tersebut karena tidak tercapainya kriteria kinerja pembelian gabah/ jagung minimal 2 kali putaran oleh gapoktan serta terjadinya permasalahan di intern pengurus gapoktan. Dana Bansos Tahap Kedua yang tidak dicairkan tersebut telah dikembalikan ke Kas Negara. Terhadap ke 17 Gapoktan tersebut pembinaannya dilanjutkan pembinaannya hingga menghasilkan kinerja yang baik dalam melakukan pembelian gabah/ jagung yaitu minimal 2 kali putaran. Bagi 235 Gapoktan yang dibangun pada tahun 2011 atau Tahap Penumbuhan, 100 persen sudah

mencairkan dana Bansos yang dialokasikan senilai Rp.150 juta untuk

(29)

Tabel 7. Alokasi dan Realisasi Gapoktan Pada Tahap Pengembangan, Penumbuhan untuk kegiatan Penguatan LDPM Tahun 2011

Realisasi

Jumlah Gapoktan

Anggaran

(Rp. Juta) Jumlah Gapoktan

Anggaran

(Rp. Juta) % Jumlah Gapoktan

Anggaran (Rp. Juta) Anggaran (Rp. Juta) % 1 Aceh 5 375 4 300 80.00 3 450 450 100 2 Sumut 15 1,125 10 750 66.67 13 1,950 1,950 100 3 Sumbar 8 600 8 600 100.00 12 1,800 1,800 100 4 Riau 0 - 0 - 0.00 3 450 450 100 5 Jambi 10 750 6 450 60.00 4 600 600 100 6 Bengkulu 0 - 0 - 0.00 2 300 300 100 7 Sumsel 11 825 10 750 90.91 16 2,400 2,400 100 8 Lampung 22 1,650 19 1,425 86.36 17 2,550 2,550 100 9 Banten 7 525 7 525 100.00 7 1,050 1,050 100 10 D I Y 3 225 3 225 100.00 6 900 900 100 11 Jabar 33 2,475 33 2,475 100.00 21 3,150 3,150 100 12 Jateng 25 1,875 25 1,875 100.00 26 3,900 3,900 100 14 Jatim 41 3,075 41 3,075 100.00 24 3,600 3,600 100 15 Bali 3 225 3 225 100.00 3 450 450 100 16 N T B 5 375 5 375 100.00 8 1,200 1,200 100 17 N T T 5 375 5 375 100.00 7 1,050 1,050 100 13 Kalbar 7 525 7 525 100.00 6 900 900 100 18 Kalsel 6 450 6 450 100.00 12 1,800 1,800 100 19 Kalteng 0 0 0 0 0.00 3 450 450 100 20 Kaltim 0 0 0 0 0.00 0 - - 0 21 Sulsel 17 1,275 17 1,275 100.00 18 2,700 2,700 100 22 Sulbar 0 0 0 0 0.00 0 - - 0 23 Sulteng 9 675 7 525 77.78 6 900 900 100 24 Sultra 2 150 2 150 100.00 3 450 450 100 25 Sulut 1 75 0 0 0.00 9 1,350 1,350 100 26 Gorontalo 0 0 0 0 0.00 4 600 600 100 27 Papua 0 0 0 0 0.00 0 - - 0 28 Maluku 2 150 2 150 100.00 2 300 300 100 No Tahap Penumbuhan Realisasi

Provinsi Alokasi Alokasi

Tahap Pengembangan

Catatan:

 Alokasi dana : Tahap Pengembangan untuk Bansos Tahap Kedua senilai Rp.75 juta/Gapoktan, dan Tahap

Penumbuhan untuk Bansos Tahap Pertama senilai Rp.150 juta/Gapoktan.

Kegiatan pengembangan cadangan pangan realisasinya mencapai 700 lumbung atau mencapai 100 persen dari target. Dari 31 yang telah mencairkan dana bansos kepada kelompok, 25 provinsi telah melaporkan pemanfaatan dana tersebut yaitu untuk pengadaan

(30)

gabah sebesar 2.068.691 kg, beras sebesar 467.314 kg dan pangan pokok lainnya sebesar 38.274 kg.

Dari pengadaan gabah sebanyak 2.068.691 kg gabah dan telah disalurkan kepada anggotanya sebanyak 594.998 kg sehingga masih ada stock gabah di gudang kelompok sebesar 1.473.694 kg. Sedangkan untuk beras dari pengadaan sebanyak 467.314 telah disalurkan kepada anggota sebanyak 238.647 kg, sisa stok beras yang ada di gudang kelompok adalah 228.66 kg. Sementara itu untuk bahan pangan pokok lainnya pengadaannya sebanyak 38.274 kg dan disalurkan ke anggota sebesar 29.836 kg, sehingga sisa yang ada lumbung kelompok saat ini adalah 8.438 kg.

Alokasi anggaran kegiatan pengembangan cadangan pangan di provinsi sebesar Rp. 18.950.000.000,- yang dilaksanakan oleh 31 provinsi dengan total Bansos sebesar Rp. 14.000.000.000,- untuk 700 kelompok lumbung yang terdiri dari tahap pengembangan 425 kelompok dan tahap kemandirian 275 kelompok. Anggaran di pusat distribusi dan cadangan pangan dalam rangka pemantauan/pengumpulan data cadangan pangan masyarakat sebesar Rp. 598.850.000,- telah teralisasi sebesar Rp.526.811.800,- atau 87.97 persen. Realisasi anggaran sebesar Rp. 526.811.800,- tersebut dipergunakan untuk persiapan sebesar Rp. 38.131.500,- pelaksanaan Rp. 464.820.300,- dan pelaporan Rp. 23.860.000,-

Untuk menyediakan data harga dan pasokan pangan dari daerah, secara cepat (up to date) dan akurat, sehingga dapat segera dilakukan antisipasi dan respon terhadap kemungkinan terjadinya gejolak, dilakukan melalui pengembangan metoda panel. Metode ini merupakan salah satu cara terbaik untuk mengamati ”dinamika distribusi pangan antar-waktu dan antar wilayah” secara cepat dan akurat. Dengan metoda ini pengumpulan data dilkaukan oleh enumerator di kabupaten/kota, melalui pengamatan secara periodik (time series) terhadap sekumpulan objek (panel). Selanjutnya data dari enumerator tersebut dilaporkan ke pusat Distribusi dan Cadangan Pangan dengan menggunakan Sort Masage Service (SMS).

Secara umum tahapan panel harga dan pasokan pangan mencakup pengumpulan data oleh enumerator di kabupaten/kota, yang dikoordinasikan oleh Badan/kantor/instansi yang menagani ketahanan pangan provinsi, dan kompilasi dan analisis data nasional di Pusat. Selain dimanfaatkan oleh pusat, data yang terkompilasi tersebut juga dmanfaatkan oleh BKP provinsi dan kabupaten untuk menganalisis kondisi perkembangan harga dan pasokan di masing-masing wilayah.

(31)

Pada tahun 2011 telah dikembangkan metode panel di 16 provinsi yang terdiri dari 91 kabupaten/kota dan didanai melalui alokasi dana dekonsentrasi. Selain dana yang dialokasikan ke daerah melalui dana dekonsentrasi, untuk mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan panel di pusat dialokasikan dana APBN sebesar Rp 417,05 juta. Dari alokasi tersebut di realisasi sebesar Rp 385,53 juta, yang digunakan untuk: (a) biaya persiapan sebesar Rp 34 juta; (b) pelaksanaan sebesar Rp 316,078 juta dan ; (c) Pelaporan sebesar Rp 35,446 juta.

Untuk mengetahui capaian kinerja kegiatan panel harga dan pasokan pangan digunakan indikator jumlah provinsi yang melaksanakan kegiatan panel. Berdasarkan indikator tersebut, semua provinsi yang ditargetkan, dapat melaksanakan kegiatan panel, yaitu 16 provinsi atau 100 persen. Angka capaian tersebut lebih besar dari angka capaian kinerja tahun 2010, yaitu 91,67 persen. Rincian selengkapnya mengenai capaian kinerja kegiatan panel harga dan pasokan pangan dapat dilihat pada Tabel III.7 dibawah ini.

Tabel III.7. Perbandingan Kegiatan Panel Harga dan Pasokan Pangan Tahun 2010 dan 2011

Indikator Kinerja Target Realisasi % Keterangan

1. Jumlah provinsi panel

c. Tahun 2010 12

Prov

11 Prov

91,67 Terdiri dari 82 kab/kota

d. Tahun 2011 16

Prov

16 Prov

100,00 Terdiri dari 99 kab/kota

Dilihat dari indikator jumlah provinsi yang melaksanakan panel, capaiannya mencapai 100 persen. Namun demikian dari sisi pelaksanaanya terdapat bebarapa permasalahan, seperti:

a. Kurangnya pembinaan enumerator oleh daerah, sehingga enumerator kurang intensif

dalam mengirim data melalui SMS,

b. Adanya satuan pengukuran yang belum seragam, khususnya untuk data stok,

c. BKP provinsi dan kabupaten belum memanfaatkan data panel untuk bahan perumusan

kebijakan di daerah masing-masing secara optimal

Guna mengatasi berbagai permasalahan tersebut, telah dilakukan berbagai upaya antara lain:

a. Mengirimkan hasil rekapitulasi absensi ke provinsi dan melakukan kegiatan validasi

(32)

b. Melakukan koordinasi dengan BKP daerah, sekaligus pembinaan terhadap enumerator;

c. Memberikan pencerahan tentang analisis dan pelaporan kepada petugas daerah pada

acara-acara apresiasi, workshop yang dilakukan oleh Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan atau oleh BKP daerah.

2. Sasaran Meningkatnya Kualitas Analisis Ketersediaan dan akses Pangan, dan Penanganan Rawan Pangan

Guna mencapai sasaran ini dengan mengukur lima indikator kinerja. Pencapaian dari masing-masing indikator kinerja dapat digambarkan pada Tabel III.8 sebagai berikut:

Tabel III.8 Pengukuran Pencapaian Sasaran Meningkatnya Kualitas Analisis Ketersediaan dan Akses Pangan, dan Penanganan Rawan Pangan Tahun 2011

Indikator Kinerja Target Realisasi %

a. Jumlah propinsi yang menindaklanjuti hasil analisis

ketersediaan pangan

33 33 100

b. Jumlah alternative pengembangan akses pangan

masyarakat

2 2 100

c. Jumlah propinsi yang melakukan penanganan rawan

pangan berdasarkan hasil analisis SKPG dan melakukan intervensi rawan pangan transien

33 29 87,88

d. Jumlah kab/kota yang melakukan intervensi

penanganan rawan pangan berdasarkan hasil analisis SKPG

400 230 57,50

e. Jumlah desa rawan pangan yang menjadi mandiri 221 221 100

Indikator kinerja sasaran ini telah terealisasi diatas 85 persen, kecuali indikator sasaran ”Jumlah kab/kota yang melakukan intervensi penanganan rawan pangan berdasarkan hasil analisi SKPG” yang terealisasi 57,50 persen atau 230 kelompok dari target 400 kelompok. Kecilnya realisasi tersebut dikarenakan (a) Daerah tidak optimal dalam melaksanakan dan memanfaatkan hasil analisi SKPG; (b) Provinsi dan Kabupaten tidak melakukan penyusunan juklak dan juknis; (c) Tidak terbentuk Tim Investigasi di beberapa daerah; (d) Tingginya tingkat mutasi aparat sehingga petugas sering berganti; dan (e) Pencairan tidak sesuai RUK. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa :

(33)

a. Jumlah propinsi yang menindaklanjuti hasil analisis ketersediaan pangan sebanyak 33 provinsi atau mencapai 100 persen.

b. Jumlah alternatif pengembangan akses pangan masyarakat sebanyak 2 dokumen atau mencapai 100 persen;

c. Jumlah propinsi yang melakukan penanganan rawan pangan berdasarkan hasil analisis

SKPG dan melakukan intervensi rawan pangan transien sebanyak 29 provinsi atau 87,88 persen dari target 33 provinsi;

d. Jumlah kab/kota yang melakukan intervensi penanganan rawan pangan berdasarkan hasil analisis SKPG sebanyak 230 kab/kota atau 57,50 persen dari target 400 kab/kota;

e. Jumlah desa rawan pangan yang menjadi mandiri sebanyak 221 atau mencapai 100

persen.

Kegiatan Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan dilaksanakan dengan menggunakan anggaran sebesar Rp. 171,56 milyar dengan relisasi Rp. 158,07 milyar atau 92,14 persen terdiri dari Rp. 61,86 milyar untuk dana bansos yang dialokasikan ke daerah dengan realisasi Rp. 58,06 milyar atau 93,85 persen dan sisanya untuk melaksanakan berbagai kegiatan terkait pelaksanaan Desa Mapan di Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan; dan untuk pelaksanaan kegiatan pendukung Apresiasi Analisis Ketersediaan Pangan.

Akumulasi perkembangan Desa Mandiri Pangan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 yaitu jumlah Desa Mandiri Pangan yang dibangun selama 5 tahun sebanyak 2.851 desa di 399 kabupaten/kota pada 33 provinsi atau terealisasi 111,8 persen dari rencana 2.550 desa. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah desa pelaksana Demapan tahun ini lebih banyak daripada sebelumnya. Kegiatan Pengembangan Demapan dilaksanakan secara bertahap selama 5 tahun sejak tahun 2006. Pada tahun 2011, jumlah desa pelaksana Demapan telah bertambah menjadi 1.994 desa dari sebelumnya 1.174 desa pada tahun 2009. Pada tahun 2010, sejumlah 122 desa bentukan tahun 2006 telah menjadi desa inti dan replikasi dan 128 desa telah dalam proses gerakan, serta 354 desa telah memasuki tahap kemandirian. Secara lebih terperinci, dapat dilihat pada Tabel III.9 berikut.

(34)

Tabel III.9. Perkembangan Jumlah Lokasi dan Anggota Kelompok Pengembangan Demapan Tahun 2006 – 2011

Tahun Posisi Tahap Pembangunan

Lokasi Jumlah KK Kelompok Afinitas Jumlah Bantuan Modal Usaha (Rp.000) Pro-vinsi Kabu-paten Desa KK KK Miskin KK % 2006 Gerakan 30 122 250 459.869 240.097 52,21 25.000.000 2007 Gerakan 32 180 354 467.514 242.825 51,94 35.400.000 2008 Kemandirian 32 201 221 61.232 31.326 51,16 22.100.000 2009 Pengembangan 33 275 349 61.082 27.922 45,71 34.900.000 2010 Penumbuhan 33 350 829 92.272 41.970 45,48 50.890.000 2011 Persiapan 33 399 838 93.274 42.426 45,49 44.230.000 Jumlah 2.851 Sumber : Laporan Akhir Desa Mapan Tahun 2011

C. Akuntabilitas Keuangan

1. Akuntabilitas Keuangan Badan Ketahanan Pangan Pusat dan Daerah Tahun 2011

Dalam melanjutkan pembangunan ketahanan pangan, pada TA.2011 Badan Ketahanan Pangan (BKP) beserta lembaga ketahanan pangan di propinsi dan kabupaten/kota memperoleh alokasi anggaran senilai Rp.628,97 milyar (Tabel III.10). Jumlah alokasi anggaran tersebut bertambah Rp.231 milyar atau naik 37 persen dibanding alokasi tahun 2010 sebesar Rp.397,68 milyar. Kenaikan tersebut berada di tingkat daerah, khususnya di kabupaten/kota, yaitu sebesar Rp.52,89 miliyar atau 41,04 persen. Sedangkan pada tingkat pusat dan propinsi, masing-masing Rp.13,08 milyar atau 22,13 persen dan Rp. 165,31 milyar atau 78,84 persen.

Tabel III.10. Perbandingan Alokasi Anggaran Lingkup BKP pada TA. 2010 dan 2011

No Uraian Alokasi 2010 Alokasi 2011 Pertumbuhan

Rp.000 % Rp.000 % Rp.000 % 1 Pusat 59.118.200 14,87 72.200.500 11,48 13.082.300 22,13 2 Daerah : 338.565.300 85,13 556.765.500 88,52 218.204.200 64,45 a. Propinsi 209.679.450 61,93 374.993.600 59,62 165.314.150 78,84 b. Kab/Kota 128.885.850 38,07 181.775.900 28,90 52.890.050 41,04 Jumlah 397.683.500 100,00 628.970.000 100,00 231.286.500 58,16

Naiknya alokasi anggaran antara lain disebabkan oleh bertambahnya bansos yang diberikan melalui dana Tugas Pembantuan (TP) ke daerah antara lain bansos Percepatan

Gambar

Tabel 1. Penetapan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011
Tabel 2. Pengukuran Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011
Tabel III.2   Pengukuran  Pencapaian  Sasaran  Meningkatnya  Penganekaragaman  Konsumsi Pangan dan Keamanan Pangan Segar Tahun 2011
Tabel III.3.  Kumulatif Jumlah Lokasi Kegiatan P2KPG/P2KP Tahun 2007-2011
+7

Referensi

Dokumen terkait