5 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. HUKUM KIRCHOF I
Adalah: jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan”.
Secara matematis dinyatakan :
I
masuk =I
keluar atau nI
masuk = nI
keluar ………..….(2.1)Bila digambarkan dalam bentuk rangkaian bercabang maka akan diperoleh sebagai berikut:
I
masuk= I
1+
I
2+ I
3 ……….….(2.2)2.2. KWH METER
KWH Meter adalah alat pengukur energi listrik yang mengukur secara langsung hasil kali tegangan, arus factor kerja,kali waktu yang tertentu (U.I.Cosφ.t) yang bekerja padanya selama jangka waktu tertentu tersebut. Hal ini berdasarkan bekerjanya induksi megnetis oleh medan magnit yang dibangkitkan oleh arus melalui kumparan arus terhadap disc (piring putar) kWh meter, dimana induksi megnetis ini berpotongan dengan induksi mgnetis yang dibangkitkan oleh arus melewati kumparan tegangan terhadap disc yang sama. Koppel putar dapat dibangkitkan terhadap disc karena induksi magnetis kedua medan magnit tersebut diatas bergeser fasa sebesar 900 satu terhadap lainnya (azas Ferrari). Hal ini dimungkinkan dengan konstruksi kumparan tegangan dibuat dalam jumlah besar
6
gulungan sehingga dapat dianggap inductance murni. Meter dengan cara prinsip induksi ini paling umum dipakai untuk mengukur energi listrik bolak-balik, baik untuk beban perumahan maupun beban industri, karena meter ini memiliki gesekan yang elatif kecil, torsi yang cukup besar dan ketelitiannya tidak terpengaruh oleh beban lebih dan temperatur yang berubah-ubah.
2.3. Prinsip Kerja KWH Meter
Berputarnya piringan kWh meter adalah disebabkan oleh adanya tegangan dan arus beban pada meter tersebut, putaran piringan ini diteruskan ke alat pencacah atau yang disebut Register yang mencatat dan menunjukkanenergi yang diukur pada waktu tertentu.
Prinsip kerja kWh meter adalah sesuai dengan prinsip kerja dari meter tipe induksi seperti yang telah diuraikan diatas. Uraian lebih lanjut mengenai prinsip kerja dari kWh meterdapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini :
7 Keterangan gambar :
D = piringan logam M = magnit permanent
Cp = inti bosi kumparan tegangan
Wp = kumparan tegangan yang dapat dianggap sebagai reaktansi murni,
karena lilitannya cukup besar. Cc = inti besi kumparan arus
Wc = kumparan arus
Ip = arus yang mengalir melalui Wp
Ip = arus beban yang mengalir melalui Wc
F = kumparan penyesuaian phesa yang diberi tahanan R RGS = register
1S dan 2S = terminal daya masuk 1L dan 2L = terminal daya keluar.
8
Sistem penggerak terdiri dari dua buah kumparan elektro magnetis, pertama adalah kumparan tegangan Wp yang dihubungkan paralel dengan tegangan beban
dan kedua adalah kumparan arus Wc yang dihubungkan serie dengan arus beban.
Kumparan tegangan mempunyai jumlah lilitan yang banyak sehingga mendekati induktor murni, arus Ip yang melaluinya mempunyai beda sudut phasa hampir 900
terbelakang terhadap tegangannya.
Untuk lebih jelas kita perhatikan diagram vector pada Gambar 2.3. di bawah ini :
9 Keterangan gambar :
V = tegangan beban I = arus beban
= sudut phasa beban
Ip = arus yang melalui kumparan tegangan
= sudut phasa antara Ip dan V
f = frekwensi
Z = impendansi jalur arus pusar v = flux akibat arus Ip
i = flux akibat arus I
Ev = tegangan induksi karena v
Ei = tegangan induksi karena i
Ip-v = arus pusar akibatv
IP-i = arus pusar akibat i
= sudut phasa antara v dan i
Q = sudut phasa jalur arus pusar Dari persamaan 2.3 : 1 2 Sin .Cos Z Mg
pada kasus diatas 1 = v ; 2 = 1 , dan
10 Maka : 1 Sin
-
.CosZ Mg v
Karena v sebanding dengan V dan i sebanding dengan I, serta , Z dan Q
merupakan konstanta, maka :
Mg = K . V . I . Sin ( - ) ……….………(2.3)
Untuk = 900, didapat
Mg = K . V . I . Cos ) ……..………(2.4)
dimana V.I.Cos Q = daya beban, jadi Mg yang menimbulkan
percepatan pada piringan sebanding dengan daya beban.
Untuk kWh meter momen lawan (ML) merupakan momen pengereman dari
magnit permanen yang besarnya sebanding dengan kecepatan perputaran piringan dan bantalan menyebabkan adanya momen gesek (Mr), maka dalam keadaan
setimbang : Mg = ML + Mr ………...………..(2.5) Dimana : ML = KL . ……...………..…………... (2.6) KL = Konstanta = kecepatan sudut Maka : = L L K M = L r g K M M ………..…...(2.7)
11 Kecepatan sudut dapat juga dinyatakan sebagai :
= 2 dt dn n = jumlah putaran jadi : n =
dt 2 =
ML Mr dt L K . 2 =
M dt
M dt
KL g r . 2 1 ……….…..…...(2.8)bila Mr konstan untuk suatu selang waktu t1 dan t2 maka :
n =
( ) . 2 1 1 2 2 1 t t M dt M K t t r g L ………..(2.9)Momen gesek Mr adalah salah situ penyebab kesalahan ukur, oleh karena itu
harus dibuat sekecil mungkin dengan mengurangi gesekan-gesekan pada bantalan. Dari persamaan (2.12) dapat dilihat bahwa jumlah putaran n sebanding dengan Mg dt, yang menyatakan suatu bentuk matematis dari energi. Dengan
perkataan lain n menghasilkan suatu pengukuran energi listrik.
Jika daya yang mengalir konstan, maka untuk suatu kWh meter didapat hubungan : A = P . t = n C n ………...……….... (2.10)
12 Dimana :
A = jumlah energi yang ditunjukan oleh kWh meter n = jumlah putaran piringan
Cn = konstanta meter kWh (put/kWh)
P = daya t = waktu
Dari hubungan tersebut jelaslah bahwa untuk suatu harga daya tertentu, kecepatan perputaran piringan () tertentu pula :
=
t n
= Cn . P ………... (2.11)
Atau untuk suatu jumlah putaran tertentu dibutuhkan waktu : t = P C n n. ………... (2.12)
Kita dapat mengukur waktu untuk jumlah perputaran tertentu dengan Stopwatch dan kita bandingkan dengan harga sebenarnya. Hal ini dapat dipakai untuk menghitung kesalahan kWh meter pada saat dilakukan kalibrasi.
2.4. Konstruksi
Susunan bagian-bagian terpenting dari kWh meter tipe induksi satu fasa dapat dilihat pada gambar 2.1. Empat bagian dasar utama dari sebuah kWh meter adalah :
13 1 . Stator elektromagnit
2 . Magnit permanen atau magnit pengerem 3 . Rotor
4 . Register.
2.4.1 Stator elektromagnit
Stator elektromagnit berfungsi sebagai elemen penggerak terdiri dari inti magnit, kumparan tegangan dan kumparan arus. Untuk kumparan tegangan terdiri satu kutub sedangkan kumparan arus terdiri dua kutub.
Letak kumparan tegangan dan kumparan arus saling berhadapan dan ditengahnya terdapat piringan logam dan celah udara, sehingga piringan dapat bebas berputar, untuk lebih jelas lihat gambar 2.4.
Terjadinya momen gerak adalah sebagai berikut :
Pada kumparan tegangan dihubungkan dengan sumber tegangan V, maka pada kumparan tegangan akan mengalir arus IP, arus ini akan menghasilkan v dan
menginduksikan arus pusar atau arus-eddy Ip-v pada piringan. Sedangkan arus
beban I yang mengalir pada kumparan arus akan menghasilkan i dan
menginduksikan arus-eddy Ip-i pada piringan.
Interaksi antara v dengan Ip-i menimbulkan momen gerak Mgl, demikian
juga interaksi i dengan Ip-v menimbulkan momen gerak Mg2. Kedua momen
gerak tersebut mempunyai arah yang berlawanan, jadi yang menyebabkan piringan berputar adalah resultante dari kedua momen gerak tersebut.
14
Gambar 2.4. Stator elektromagnetik dan terjadinya momen gerak
2.4.2. Magnit Permanen
Rem magnit adalah terbuat dari magnit permanen, mempunyai satu pasang kutub (utara dan selatan) yang gunanya untuk :
a. Mengatasi akibat adanya gaya berat dari piringan kWh meter
b. Menghilangkan / meredam ayunan perputaran piringan serta alat kalibrasi semua batas arus.
15
Magnit permanen pada kWh meter tipe induksi berfungi sebagai pembangkit momen lawan yang besarnya sebanding kecepatan perputaran piringan dengan prinsip arus-edy.
Terjadinya momen lawan adalah sebagai berikut :
Piringan berputar diantara kutub-kutub magnit permanent dengan kecepatan sudut rad/detik, lihat gambar 2.7, maka besarnya emf yang diinduksikan oleh magnit permanen pada piringan sebesar :
e = a . B . r . . 10-8 volt ………. (2.13) dimana :
a = lebar permukaan magnit permanen (cm) B = kerapatan flux magnit permanen (weber/cm2)
r = jarak antara pusat permukaan magnit dengan poros piringan (cm) = kecepatan sudut piringan (radian/detik)
Kemudian emf induksi tersebut akan menghasilkan arus-arus pusar pada piringan yang besarnya : i = R e ………. (2.14) jika : R = k . t b a . . …..………..(2.15) maka : i = . . . . a k t b e
16 = .10 8 . . . . . . k t b r B a amper ………..……. (2.16)
Gambar 2.5. Terjadinya momen lawan dari magnit permanen.
ML = momen lawan
p = piringan
m = maknit pengerem
w = kecepatan sudut piringan B = kerapatan fluksi.
Dimana : R = tahanan lintasan magnit pada piringan k = konstanta
= tahanan jenis piringan b = panjang permukaan magnit t = tebal piringan
17 gaya lawan yang terjadi :
FL = i.B.a.10-1 = dyne k b t a B 9 2 10 . . . . . . , bila B = b a. Maka FL = dyne b a k r b t a 9 2 2 2 10 . . . . . . . . . = dyne b a k r t 9 2 10 . . . . . . . ………... (2.17)
Jadi monen lawan yang dihasilkan oleh magnit permanent adalah : ML = FL . r = dynecm b a k r t . 10 . . . . . . . 9 2 2 ………...(2.18) 2.4.3. Rotor
Gambar 2.6 adalah gambar sebuah rotor kWh meter yang terdiri piringan, batang rotor atau poros dan bantalan. Piringan dibuat dari aluminium murni yang
.
diproses secara khusus, pada bagian pinggir atas diberi garis skala untuk kalibrasi dan pada samping diberi tanda hitam sepanjang +
100
4 lingkaran piringan untuk
memudahkan menghitung jumlah putaran piringan. Sedangkan batang rotor dibuat dari baja anti magnit dan tahan gesekan, pada bagian atas dipasang gigi berulir untuk meneruskan putaran ke register.
Bagian yang cukup penting pada rotor dan menentukan stabilitas meter adalah bantalan, dimana batang rotor bertumpu. Sehingga rotor dapat berputar dengan lancar.
18
Tahanan gesek antara ujung-ujung poros dengan bantalan harus dibuat sekecil mungkin, dan bantalan juga harus dapat mengurangi effek gaya-gaya axial atau radial yang timbul apabila meter mengalami goncangan atau vibrasi. Gesekan ini dapat diperkecil apabila bentuk ujung poros dan bantalan dibuat dengan tepat dan teliti.
Gambar 2.6. Rotor kWh meter
2.4.4. Register
Fungsi register adalah untuk mencatat besarnya energi listrik yang diukur oleh kWh meter. Pada dasarnya yang ditunjukkan itu adalah jumlah putaran rotor. Sebagai transmisi perputaran piringan, sehingga alat pencatat merasakan adanya perputaran, untuk mencatat jumlah energi yang diukur oleh kWh meter tersebut dan mempunyai satuan, puluhan, ratusan, ribuan dan puluh ribuan.
Register ini terdiri dari suatu susunan roda-roda gigi yang berhubungan satu dengan yang lain dan dihubungkan dengan batang rotor, lihat gambar 2.7. Pada
19
masing-Masing roda diberi angka 0 sampai 9, dan roda-roda tersebut disusun sedemikian rupa sehingga antara roda yang satu dengan roda yang berdekatan mempunyai kelipatan sepuluh. Hasil pengukuran energi yang ditunjukan oleh roda-roda tersebut untuk dibaca secara langsung atau harus dikalikan lebih dahulu dengan suatu konstanta tertentu.
Perkalian dengan konstanta ini sebagai akibat dari sistem konstruksi kWh meter itu sendiriv dan atau dari rasio transformator pengukuran yaitu CT dan PT
yang dipasang sebagai alat bantu pada instalasi pengukuran.
20 2.5. KWH Meter Tiga Phasa
Gambar 2.8 Diagram pengawatan kWh meter tiga phasa, empat kawat sambungan langsung, tarif tunggal
Energi pada system tiga fasa dapat diukur dengan 3 buah meter fasa tunggal yang disambung sesuai dengan teorema Blondel’s. Total energi merupakan jumlah ajabar dari hasil pengukuran ketiga meter tersebut dan untuk meter yang berputar mundur berarti negatif. Tetapi cara ini tidak lazim dalam pengukuran komersial, karena selain tidak ekonomis juga lebih menyulitkan dibandingkan pengukuran dengan sebuah meter fasa tiga.
Meter fasa tiga ini mempunyai dua atau lebih elemen meter fasa tunggal dalam satu rangka, satu poros dan satu register. Ada meter yang mempunyai 1 piringan untuk setiap elemen penggerak dan ada yang 2 elemen penggerak 1 pioringan, yang masing-masing elemen disekat untuk menghindari interaksi antara flux dari elemen yang satu dengan arus-eddy dari elemen lainnya. Tetapi walau
21
bagaimanapun baik tipe piringan banyak maupun tipe piringan tunggal harus disusun dan dilindungi agar tidak terjadi interaksi antar elemen.
Penyetelan meter fasa tiga pada dasarnya adalah sama dengan penyetelan pada meter fasa tunggal. Penyetelan beban nominal dengan mengatur magnit permanen. Untuk sistem piringan banyak, dimana setiap piringan mempunyai magnit permanen, pada sistem ini bila salah satu magnit distal efeknya akan ke seluruh sistem. Begitupun penyetelan beban rendah dari satu elemen memberikan momen gerak yang sama, walaupun seluruh beban dipikul oleh elemen lain.
Penyetelan elemen-elemen ini harus dibuat seimbang, karena jika tidak seimbang akan terjadi kesalahan pengukuran pada saat beban tidak seimbang. Keseimbangan dapat dilakukan dengan penyetelan elemen-elemen sampai didapat kecepatan putaran piringan yang sama untuk setiap elemen pada kondisi beban indentik.
2.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerja KWH Meter 2.6.1. Faktor Beban Lebih
Berputarnya piringan kWh adalah karena kutub tegangan dan kutub arus menginduksikan arus eddy, dan induksi itu akibat dari adanya perubahan flux. Arus eddy ini bereaksi dengan flux-flux sebagai efek pengereman yang dihasilkan oleh magnit permanen, pada lintasan yang sama.
Momen lawan yang terjadi adalah sebanding dengan kecepatan putaran piringan dan kuadrat flux aktif, maka momen lawan yang dihasilkan oleh kutub tegangan juga sebanding dengan kecepatan, pada keadaan biasa fluktuasi tegangan line relatif kecil dan dengan demikian flux kutub tegangan mendekati
22
konstan. Jadi pada tegangan line konstan, flux hasil dari kutub tegangan juga konstan dan ini tidak sebagai penyebab kesalahan ukur.
Tetapi flux dari kutub arus selalu mengikuti perubahan beban, dan karena pengereman sebanding dengan 2 itu menyebabkan redaman menjadi sangat besar dengan bertambah besarnya arus beban.
Pengereman akibat dari aksi flux kutub/arus sebenar-benarnya sangat menentukan tingkat keakuratan kWh meter pada kondisi beban lebih. Efek pengereman dari flux kutub arus ini dapat diperkecil dengan mengurangi jumlah lilitan kumparan arus (dengan suatu penyesuaian menambah lilitan pada kumparan tegangan), dan mengurangi kecepatan putaran piringan untuk suatu daya beban (dengan menambah kekuatan magnit permanen). Tetapi jalan ini tidak cukup untuk keperluan menjaga keakuratan pengukuran beban lebih (sampai 400% arus nominal), maka suatu alat konpensasi beban lebih dipakai dalam meter-meter modern untuk memperbesar daerah kerjanya.
Alat ini berupa suatu magnit shunt diantara dua kutub arus, sehingga pada arus yang besar shunt mengalihkan kelebihan flux kutub arus, juga sebagian besar flux muncul pada celah udara.
Gambar 2.9. Memperlihatkan kurva kesalahan kWh meter modern dan konvesional pada berbagai beban.
23 2.6.2. Faktor Variasi Tegangan
Flux dari kutub tegangan akan bertambah dengan bertambahnya tegangan. Hal ini mengakibatkan bertambahnya pengereman dan meter cenderung berputar pelan pada saat tegangan naik dan berputar lebih cepat pada saat tegangan turun dari tegangan nominalnya.
Bertambah besarnya tegangan juga akan menambah daya yang diserap kumparan tegangan, sehingga temperatur dan tahanan akan naik. Ini akan sedikit mengurangi sudut fasa, akibatnya pada faktor daya rendah kesalahannya bertambah besar.
Tetapi semua effek tersebut relatif kecil, untuk sebagian besar meter kesalahannya tidak lebih dari 0,2 sampai 0,3% untuk variasi tegangan sebesar 10% dari tegangan nominalnya. Gambar 2.11 menunjukan effek dari perubahan tegangan operasi, pada arus nominal dan faktor daya 1 dan 0,5.
Gambar 2.10. Kurva kesalahan meter terhadap variasi tegangan.
2.6.3. Faktor Variasi Frekuensi
Kumparan tegangan lebih bersifat induktif, sehingga arus dan flux akan berkurang dengan bertambah besarnya frekuensi. Kumparan arus hampir tidak bersifat induktif, maka flux dari kumparan arus mendekati independent terhadap
24 frekuensi.
Arus eddy di dalam piringan yang disebabkan oleh flux tegangan akan mendekati independent terhadap frekuensi, karena flux tegangan berbanding terbalik terhadap frekuensi tegangan induksi didalam piringan berbanding lurus terhadap frekuensi. Oleh karena itu momen hasil dari reaksi antara flux kutub arus "konstan" dengan arus eddy "konstan" dari flux kutub tegangan juga mendekati independent terhadap frekuensi. Jadi untuk pendekatan pertama ini, pada faktor daya beban 1 diharapkan kesalahan meter akan independent terhadap frekuensi.
Tetapi masih ada faktor-faktor lain yang harus dilihat, bagian dari flux kumparan tegangan antara celah piringan lintasan shunt (lihat gambar 2.12) berubah dengan berubahnya frekuensi, hal ini mengakibatkan berubahnya tahanan relatif dari lintasan sebagai akibat berubahnya kerapatan flux, dan manfaat flux tegangan sedikit berkurang. Juga tmpendansi dari lintasan arus eddy di dalam piringan bertambah besar dengan.bertambahnya frekuensi dan besarnya arus eddy relatif kurang dari pada pendekatan pertama diatas.
Konsekuensi dari kedua faktor tersebut adalah berkurangnya momen gerak dengan bertambah besarnya frekuensi. Jadi meter akan cenderung berputar pelan pada faktor daya beban 1 dan frekuensi diatas normal. Gambar 2.13. Menunjukkan pengaruh perubahan frekuensi terhadap kesalahan meter.
25
Gambar 2.12. Kurva kesalahan meter terhadap perubahan frekuensi.
2.6.4. Faktor Temperatur
Sejak kWh meter sering dipasang diluar rumah dan harus menahan perubahan temperatur yang cukup besar, maka efek dari perubahan temperatur dan kompensasinya menjadi sangat penting.
Tahanan dari piringan, kumparan tegangan dan kumparan fuse semuanya akan dipengaruhi oleh temperatur, juga karakteristik rangkaian magnit dan kekuatan magnit permanen. Besar dan hubungan fasa dari flux-flux aktif juga berubah dengan berubahnya temperatur, dan konsekuensinya pencatatan meter pada faktor daya 1 dan faktor daya rendah terpengaruh oleh variasi temperatur.
Pengaruh temperatur ini dapat dibagi kedalam dua kelompok. Faktor-faktor yang effeknya terhadap besarnya macam-macam flux (flux penggerak dan flux pengerem) sebagai kelompok I effek temperatur, maka yang effeknya terhadap sudut fasa antara flux tegangan dengan flux arus adalah kelompok II.
Berdasarkan percobaan, sumber kesalahan akibat temperatur, terbesar dari kelompok I adalah berubahnya kekuatan magnit permanen. Karena besarnya momen lawan sebanding dengan kuadrad flux, maka ini akan mengurangi pengereman sebesar 0,4 sampai 0,6 % untuk setiap kenaikan temperatur 100 C dan
26
ini berarti mengurangi kecepatan putaran piringan. Perubahan tahanan dari kumparan tegangan dan permibilitas rangkaian magnit juga akan menyebabkan perubahan harga flux penggerak, tetapi perubahan ini relatif kecil.
Karena pada dasarnya sumber kesalahan dari kelompok I adalah berubahnya kekuatan magnit permanen, maka kompensasi dapat dipasang pada magnit permanen untuk memperkecil kesalahan.
Salah satu metode yang telah dipakai untuk kompensasi ini adalah memasang magnit diatas bingkai penyangga yang mempunyai koefisien temperatur yang sesuai untuk menjaga besarnya momen penggerak pada suatu harga yang dikehendaki. Ini akan secara otomatis menambah jarak radial dari pu-sat piringan sebab flux celah udara berkurang sebagai akibat bertambahnya temperatur.
Tetapi, tipe kompensasi ini hampir umumnya diganti dengan menggunakan magnit shunt. Magnit shunt ini dari bahan Thermalloys, penyusutan permibilitas akan menjadi sangat cepat dengan bertambahnya temperatur sesuai dengan batas yang diinginkan kompensasi.
Prinsip pemasangan shunt seperti terlihat pada gambar 2.13, dimana satu elemen dari shunt adalah efektif pada temperatur lebih tinggi dan yang lain pada temperatur lebih rendah dari temperatur normalnya. Dengan cara ini kompensasi untuk kesalahan temperatur kelompok mempunyai daerah kerja yang luas. Sumber kesalahan temperatur untuk kelompok II adalah berubahnya tahanan dari kumparan tegangan, sehingga sudut fasa dari flux tegangan berubah. Akibatnya menurunkan momen gerak pada faktor daya lagging. Kompensasinya adalah dengan cara mengikatkan pita thermalloys pada sekeliling cincin pengatur beban
27
rendah, kemudian pita itu disambungkan dengan suatu core yang sensitif terhadap temperatur.
Variasi kesalahan meter terhadap temperatur seperti yang terlihat pada gambar 2.14 adalah untuk suatu meter modern yang memiliki kompensasi yang baik untuk kedua kelompok kesalahan temperatur. Meter tanpa kompensasi variasi kesalahan akibat temperatur mungkin dapat mencapai 10 – 20 kali kesalahan terbesar yang ditunjukan gambar.
Gambar 2.13. Prinsip pemasangan magnit shunt
28 2.6.5. Faktor Stabilitas kWh meter
Umur ketelitian atau stabilitas kWh meter adalah sangat penting untuk diperhatikan, karena jumlah meter yang terpasang sudah sangat besar, sehingga waktu dan biaya harus turut diperhitungkan untuk peneraan ulang berkala. Hal ini jelas sangat berguna untuk suatu konstruksi meter yang harus dapat menjamin keakuratan pengukuran untuk jangka waktu yang lama. Umumnya desain dan konstruksi melihat ke massa datang, seperti menjaga pengaruh fluktuasi beban kerja bagian-bagian meter dan kemampuan untuk menahan resiko pemakaian. Dua kemungkinan penyebab kesalahan yaitu bantalan dan magnit. permanen. Jika gesekan berkembang melampui batas, meter akan berputar pelan, terutama pada beban rendah. Jika kekuatan magnit berkurang, meter akan berputar cepat pada semua beban.
Gambar 2.15 adalah skema konstruksi tiga tipe bantalan yang diharapkan dapat memperkecil kerugian akibat gesekan, konstruksi a adalah sebuah poros konvensional dan batu permata dipakai sebagai bantalan bawah, konstruksi b ada-lah sebuah bantalan bawah yang terdiri dari sebuah bola baja sangat keras diantara batu bawah yang menetap dan batu atas yang berputar serta menahan batang rotor, bantalan ini telah memperlihatkan karakteristik pemakaian lebih baik dari pada bantalan konvensional dan ini telah banyak dipakai pada meter-meter modern. Sedangkan konstruksi c salah satu tipe dari bantalan atas yang berupa suspensi magnit yang terdiri dari magnit silinder luar, magnit silinder dalam yang disam-bung dengan batang poros bagian atas, dan bingkai pemegang magnit luar.
Kerugian akibat dari menurunnya kekuatan magnit dapat dikurangi dengan memakai magnit permanen yang dibuat dari logam ALNICO yang stabilitasnya
29
sangat tinggi dan dibungkus oleh lapisan Silumin untuk mengurangi effek demagnitisasi akibat arus hubung singkat.
Gambar 2.15. Skema konstruksi bantalan