1
Makalah Seminar Kerja Praktek
PROSES PEMBUATAN CONDENSOR REFRIGERATOR MENGGUNAKAN
MESIN BENDING PADA PT. HARTONO ISTANA TEKNOLOGI (POLYTRON)
Satria Nur Cahya Muhammad Abdullah.¹, Sumardi ST, MT.2 1
Mahasiswa dan 2Dosen Jurusan Teknik elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl.Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
PT. Hartono Istana Teknologi merupakan perusahan elektronik terkenal di Indonesia yang menghasilkan produk elektronik dengan kualitas internasional. PT. Hartono Istana Teknologi Sayung memproduksi Home Appliances atau kebutuhan rumah tangga, seperti refrigerator, mesin cuci, AC, dispenser, rice cooker dengan berbagai tipe. Sedangkan pada PT. Hartono Istana Teknologi Kudus memproduksi perangkat audio visual, seperti televisi, LCD, radio, home theater, speaker, dan berbagai produk lainnya.
Pada proses pembuatan refrigerator menggunakan mesin bending. Mesin bending digunakan ketika proses pembuatan condensor refrigerator. Mesin bending dapat membengkokkan copper (tembaga) atau besi. Pembengkokkan dari mesin bending dapat membentuk sudut 90° dan 180°.
Dalam operasinya mesin bending beroprasi dalam 5 langkah yaitu: pengisian copper (tembaga) atau besi, proses pelurusan( straightening), proses encoder, proses pembengkokkan (bending), dan proses pemotongan (cutting). Pada langkah langkah tersebut komponen seperti sensor, encoder, PLC, hidrolik, dan pneumatic sangatlah berperan dalam proses produksi. Dengan adanya komponen-komponen tersebut, diharapkan kualitas dari refrigerator yang dihasilkan oleh PT. Hartono Istana Teknologi selalu terjaga dengan baik dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Kata Kunci : condensor refrigerator, mesin bending
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia yang cukup pesat membutuhkan banyak sekali tenaga kerja yang siap pakai. Tenaga kerja yang terampil dalam mengoperasikan alat-alat industri, serta memiliki kemampuan adaptasi yang cukup tinggi terhadap penggunaan teknologi sangat dibutuhkan didunia industri.
PT. Hartono Istana Teknologi merupakan perusahan elektronik terkenal di Indonesia yang menghasilkan produk elektronik dengan kualitas internasional. PT. Hartono Istana Teknologi Sayung memproduksi Home Appliances atau kebutuhan rumah tangga, seperti refrigerator, mesin cuci, AC, dispenser, rice cooker dengan berbagai tipe.
Mesin bending digunakan dalam proses pembuatan bagian refrigerator yaitu bagian condensor refrigerator.
1.2 Maksud dan Tujuan
Hal-hal yang menjadi tujuan penulisan laporan Kerja Praktek ini adalah:
1. Mengetahui sistem dan lingkungan kerja di PT. Hartono Istana Teknologi.
2. Mengetahui sistem otomatisasi pada alat produksi yang digunakan di PT. Hartono Istana Teknologi.
3. Mengetahui cara kerja dan otomatisasi pada mesin bending pada proses pembuatan condensor refrigerator.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penulisan Laporan Keja Praktek ini pembahasan ditekankan pada :
1. Pembahasan cara kerja Mesin Bending pada proses pembuatan condensor refrigerator di PT. HIT.
2. Tidak membahas mekanik mesin. 3. Tidak mendetail pada program PLC. II. PROSES PRODUKSI PADA UNIT
REFRIGERATOR
Proses produksi yang akan dibahas disini adalah proses produksi refrigerator, karenan produksi ini menggunakan banyak sekali mesin-mesin elektromekanis. Produksi secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
2
2.1 Metal FormingAdalah proses awal dimana bahan baku berupa plat metal dipotong serta dibentuk menurut ukuran dan modelnya. Plat metal dilapisi dengan vinyl coated metal (VCM). 2.2 Piping
Proses pembentukan pipa, dimana pipa panjang berbahan tembaga dipotong dan dibentuk sesuai dengan ukuran yang tergantung pada fungsi pipa dalam siklus refrigerasi.
2.3 Painting
Pengecetan plat metal, untuk melindungi dari proses oksidasi akibat bersentuhan langsung dengan udara dari luar dan untuk fungsi artistik. Terdiri dari proses pretreatment, powder coating, dan pemanasan ( dengan oven 1800c berbahan bakar gas LPG). 2.4 Plastic
Lembaran plastik dibentuk, selain sebagai pan holder juga sebagai pelindung bahan isolator serta untuk fungsi interior. Prosesnya terdiri dari ekstruksi (desain biji plastic menjadi door dan kabinet) dan transforming ( pemanasan door dan cabinet dengan mesin COMI ).
2.5 Assembling
Proses penyusunan bahan-bahan baku yang sudah diproses sebelumnya sehingga menjadi barang jadi yang siap jual terdiri dari pre ( door assemling ) dan final assy.
2.6 Polyurithane
Proses pengisian dan pembentukan bahan isolator, agar tidak terjadi perpindahan panas dari ruang refrigrasi dengan lingkungan selama proses berlangsung. Bahan yang digunakan adalah isocyanate dan polynol. III. DASAR TEORI
3.1 PLC (Programmable Logic Control) Definisi Programmable Logic Controller menurut Capiel (1982) adalah : sistem elektronik yang beroperasi secara digital dan didisain untuk pemakaian di lingkungan industri, dimana sistem ini menggunakan memori yang dapat diprogram untuk penyimpanan secara internal instruksi-instruksi yang mengimplementasikan fungsi-fungsi spesifik seperti logika, urutan, perwaktuan, pencacahan dan operasi aritmatik untuk
mengontrol mesin atau proses melalui modul-modul I/O dijital maupun analog[1].
3.1.1 Bagian – Bagian PLC
Sistem PLC terdiri dari lima bagian pokok,
yaitu :
1.
Central processing unit (CPU)
2. Programmer / monitor (PM) 3. Modul input / output (I/O) 4. Printer5. The Program Recorder / Player
Gambar 1 Layout Sistem PLC dan koneksinya[2]
3.1.2 Dasar Pemrograman
Bahasa program yang digunakan sudah dikonversi menjadi bahasa yang dimengerti manusia. Bahasa program disajikan dalam dua bentuk yaitu diagram tangga ( Ladder Diagram ) dan Statement List.
1. Ladder Diagram / Diagram Tangga Diagram Tangga merupakan bahasa teknik yang menggunakan simbol-simbol dan keterangan-keterangan mengenai input dan output dalam bentuk gambar diagram untuk mewakili fungsi kerja suatu proses dari sistem yang dikontrol. Simbol-simbol yang digunakan dalam pemrograman PLC, yaitu :
a. Load dan Load Not
Gambar 2 Simbol LOAD dan LOAD NOT
b. And dan And Not
Gambar 3 Simbol AND dan AND NOT
c. Or dan Or Not
Gambar 4 Simbol OR dan OR NOT
LO AD
LOAD NOT
3
d. Normal
Terbuka
dan
Normal
Terhubung
Gambar 5 Simbol Normally Open dan Normally Close
e. Output dan Output Not
Gambar 6 Simbol OUT dan OUT NOT
2. Statement List
Penulisan program pada ladder diagram dapat dibuat secara grafik sedangkan penulisan program melalui statement list dilakukan melalui penulisan secara verbal yang dibuat berdasarkan baris instruksi individual sehingga memungkinkan untuk menuliskan komentar pada setiap baris instruksi dan bias menunjukkan dengan pasti input (masukan) mana yang dikehendaki.
Penulisan singkatan dalam program statement list ini berbeda- beda sesuai dengan jenis dan merk PLC yang digunakan[3].
3.2 Incremental Rotary Encoder
Prinsip kerja incremental rotary encoder adalah mengukur nilai sesaat posisi angular dari sebuah shaft yang sedang berotasi dan menghasilkan pulsa-pulsa pada channel-channel-nya. Pulsa-pulsa yang dihasilkan ini berbentuk gelombang square. Incremental rotary encoder biasanya memiliki tiga buah sinyal keluaran, yaitu sinyal A, sinyal B, dan sinyal Z, ditunjukkan dalam gambar berikut.
Gambar 7 Tiga Buah Sinyal Keluran Encoder
Untuk kebanyakan peralatan mesin motor atau aplikasi positioning, sinyal Z dikenal sebagai index signal, yang memiliki peranan penting dalam menentukan zero position dengan cara memberikan sebuah pulsa keluaran tunggal per satu revolusi[4].
3.3 Proximity Switch Induktif
Alat ini terdiri dari suatu osilator, demodulator, trigger, dan switching amplifier.
Alat ini beroperasi dengan prinsip transistor osilator yang operasinya dumped ketika objek metal mendekati elemen yang beresonansi. Efisiensi dumping effect ini tergantung dari tipe metal dan jarak.
Jika objek metal memasuki medan magnet kumparan osilator, arus pusar akan diinduksi pada kumparan yang mengubah amplitudo osilasi. Demodulator akan mengkonversi perubahan amplitudo menjadi sinyal DC yang akan mengaktifkan trigger[5]. 3.4 Pneumatic
Sistem pneumatik prinsip kerjanya tergantung pada kompresi udara. Piranti yang digunakan pada sistem ini berdasarkan hukum fisika dasar. Pengaturan pada sistem pneumatik dilakukan padengan mengatur tekanan udara dan arah aliran udara, yang diatur dengan valve.
Aktuator adalah bagian keluaran untuk mengubah energi suplai menjadi energi kerja yang dimanfaatkan. Sinyal keluaran dikontrol oleh sistem kontrol dan aktuator bertanggung jawab pada sinyal kontrol melalui elemen kontrol terakhir. Aktuator pneumatik dapat digolongkan menjadi 2 kelompok : gerak lurus dan putar[6].
3.5 Hidrolik
Sistem Hidrolik adalah teknologi yang memanfaatkan zat cair, biasanya oli, untuk melakukan suatu gerakan segaris atau putaran. Sistem ini bekerja berdasarkan prinsip jika suatu zat cair dikenakan tekanan, maka tekanan itu akan merambat ke segala arah dengan tidak bertambah atau berkurang kekuatannya.
Prinsip dalam rangkaian hidrolik adalah menggunakan fluida kerja berupa zat cair yang dipindahkan dengan pompa hidrolik untuk menjalankan suatu sistem tertentu.
Dalam suatu rangkaian hidrolis biasanya terdiri atas aktuator, penggerak dan fluida kerja yang bekerja dalam sebuah sistem untuk tujuan tertentu[7].
IV. PROSES PEMBUATAN
CONDENSOR REFRIGERATOR
MENGGUNAKAN MESIN
BENDING
4.1 Tujuan Pembentukan Condensor Refrigerator
Condensor adalah alat penukar kalor untuk mengubah wujud gas bahan pendingin pada suhu dan tekanan tinggi menjadi wujud
4
cair. Condensor itu sendiri ada berbagai macam bentuk, tergantung kebutuhan yang akan digunakan. Alat yang digunakan untuk membentuk condensor adalah mesin bending (coil bending machine). Berikut ini adalah salah satu gambar dari condensor.Gambar 8 Condensor bentukan dari mesin bending
Condensor dibentuk seperti gambar diatas bertujuan untuk meratakan panas pada bagian refrigerator. Panas pada condensor berasal dari tekanan kompresor yang sangat tinggi. Pada desain refrigerator di PT. Hartono Istana Teknologi (HIT) posisi condensor berada pada bagian samping refrigerator, sehingga media yang digunakan hanya bagian samping saja. Panjang dari coil condensor ± 5 meter sedangkan medium pada refrigerator ± 1,5 meter.
4.2 Cara Kerja Mesin Bending
Mesin bending (Coil Bending Machine) adalah mesin yang dapat membengkokkan coil yang berupa tembaga (copper) atau besi. Mesin ini dapat membengkokkan tembaga (copper) atau besi dengan sudut 90º dan 180º baik clockwise (searah jarum jam) maupun counterclockwise (berlawanan arah jarum jam).
Gambar 9 Mesin bending (Coil Bending Machine)
Pada mesin bending ini, terdapat 2 jenis cara kerja yang ada pada mesin yaitu pengoprasian secara otomatis dan pengoprasian secara manual.
4.2.1 Cara Kerja Mesin Bending Secara Otomatis
Dalam proses produksi condensor dengan cara otomatis melalui berbagai macam proses. Semua proses yang dilakukan oleh mesin bending berdasarkan perintah dari PLC (Programable Logic Control). Adapun PLC (Programable Logic Control) yang digunkan adalah PLC Siemens S5 – 100U.
Langkah kerja mesin dengan cara otomatis yaitu sebagai berikut :
1. Proses pengisian copper (tembaga) atau besi tube coil
2. Straightening process (proses pelurusan) 3. Proses encoder pada mobile vice dan
fixed vice 4. Proses bending
5. Proses cutting (pemotongan)
Pada proses pengisian copper (tembaga) atau besi tube coil dilakukan secara manual oleh operator mesin. Dalam sekali proses produksi dapat menggunakan 10 copper (tembaga) atau besi tube coil. Copper (tembaga) atau almuium dimasukan ke dalam mesin hingga mencapai bagian cutting proses. Setelah mencapai bagian tersebut, maka mesin akan dijalankan secara otomatis.
Setelah proses pengisian copper (tembaga) atau besi kedalam mesin bending, selanjutnya adalah straightening process (proses pelurusan). Straightening process (proses pelurusan) bertujuan untuk meluruskan copper (tembaga) atau besi yang semula berupa gulungan. Selain itu straightening process (proses pelursan) juga akan memudahkan pada proses berikutnya. Pada proses ini, menggunakan 13 roller yang saling berdekatan. Roller tersebut berfungsi sebagai pelurus.
Gambar 10 Proses pelurusan copper dengan menggunakan roller
Pada gambar 10 menunjukan straightening process (proses pelurusan) copper (tembaga) atau besi oleh roller yang saling berdekatan
Kemudian setelah proses pelurusan (straightening process) adalah proses encoder pada mobile vice dan fixed vice. Pada proses ini, encoder dikopel dengan motor variator yang dihubungkan dengan mobile vice serta fixed vice dengan menggunakan rantai. Encoder berguna untuk ngukur arah gerak dan posisi benda.
Gerakan mobile vice yang maju atau mundur akan diukur oleh encoder. Semua gerakan yang dilakukan oleh mobile vice bermula dari perintah PLC (Programable Logic Control).
5
Gamabar 11 Proses encoder pada mobile vice dan ficed vice
Keterangan gambar : 1. Motor variator
2. Encoder Siemens 6FX2001-2EC50 3. Rantai
4. Mobile vice
5. Tembaga (copper) atau besi
Contoh perintah PLC pada proses encoder, adalah sebagai berikut :
Putar CCW ... putar motor dengan arah counter clockwise
Baca A 1000 ...baca A hingga pulsa ke 1000 (tembaga atau besi sejauh 800mm) Keterangan :
360º = 2500 pulsa 2000 mm = 2500 pulsa
360º adalah satu putaran penuh mesin yang dikopel dengan encoder, 2000 mm adalah keliling dari mesin tersebut.
Berikutnya adalah bending process (proses bending). Proses bending adalah proses dimana copper (tembaga) atau besi dibengkokkan dengan sudut tertentu sehingga menghasilkan suatu bentuk yang berbeda dari bentuk semula. Dalam proses ini, copper (tembaga) atau besi akan dibengkokkan sesuai dengan bentuk yang diperintahkan oleh PLC. Pembengkokkan dapat dilakukan dengan sudut 90º dan 180º. Berikut ini adalah gambar proses bending.
Gambar 12 Bending process (proses bending)
Keterangan gambar: 1. Upper bender 2. Lower bender
3. Copper (tembaga) atau besi
Pada proses bending, upper bender dan lower bender berfungsi sebagai penahan yang dapat digerakan hingga mencapai sudut 180º. Upper bender dan lower bender dapat digerakan dengan arah clockwise (searah jarum jam) maupun counter clocwise (berlawanan arah jarum jam). Upper bender dan lower bender dapat bergerak karena adanya brake motor yang menggerakannya.
Setelah melalui bending process (proses bending), selanjutnya adalah proses cutting (pemotongan). Proses cutting (pemotongan) dilakukan sesuai perintah dari PLC (Programable Logic Control). Pada proses cutting, alat yang digunakan untuk memotong adalah gergaji yang berbentuk melingkar, seperti gambar berikut.
Gambar 13 Gergaji berbentuk melingkar yang digunakan pada proses cutting
Namun, pada proses cutting (pemotongan) gergaji yang berbentuk melingkar hanya bertahan digunakan selama satu minggu, setelah lebih dari satu minggu gergaji rusak (tumpul). Dikarenakan harga gergaji yang cukup mahal, maka pada PT. Hartono Istana Teknologi (HIT) proses cutting (pemotongan) dilakukan secara manual oleh pekerjanya. Alat yang digunakan memotong secara manual dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 14 Alat yang digunakan untuk memotong copper (tembaga) atau besi secara manual
Alat pemotong secara manual tersebut mudah digunakan dan harganya lebih murah daripada gergaji yang berbentuk melingkar. Sehingga dengan menggunakan alat tersebut, biaya produksi akan lebih murah.
4.2.2 Cara Kerja Mesin Bending Secara Manual
Mesin bekerja secara manual ketika melakukan proses cutting. Mesin bekerja secara manual karena alat pemotong otomatis yang berupa gergaji berbentuk melingkar mudah rusak (tumpul). Oleh karena itu, pada proses
3
2
6
cutting dilakukan secara manual. Untuk mengerakkan mesin dengan mode manual, cukup menekan tombol yang ada pada operating panel mesin bending tersebut.Untuk melakukan proses cutting secara manual, pertama tekan tombol in manual, lalu putar tombol Buka/Tutup ke posisi Buka, lalu tandai bagian copper (tembaga) atau besi yang akan dipotong. Setelah itu, tekan dan tahan tombol maju hingga bagian yang telah ditandai dapat dipotong. Lalu potonglah copper (tembaga) atau besi pada bagian yang telah ditandai tersebut. Setelah selesai melakukan pemotongan, kembalikan mesin bending ke mode otomatis dengan cara menekan tombol in auto.
Selain pada saat proses cutting (pemotongan), mode manual dijalankan apabila ada kesalahan pada mode otomatis. Namun, pada saat proses otomatis jarang menemui kesalahan. Sehingga mode manual hanya sering digunakan pada saat proses cutting (pemotongan).
4.3 Bagian – Bagian Mesin Bending Dalam mesin ini terdiri banyak bagian – bagian pendukung guna memperlancar jalannya mesin ini.
4.3.1 Motor Variator
Motor variator adalah motor yang digunakan pada proses encoder. Motor variator ini sangat berguna pada proses encoder, karena motor inilah yang menggerakan mobile vice serta motor ini dikopel dengan encoder tersebut.
4.3.2 Pneumatic
Pneumatic digunakan ketika proses pemotongan copper ( tembaga) / besi pada mode automatik. Pneumatic yang digunakan adalah pneumatic dengan merk Festo tipe DNU-50-150-PPV-A.
4.3.3 Hidrolik Unit
Pada proses produksi condensor refrigerator, hidrolik unit digunakan ketika proses bending (pembengkokan). Perubahan bentuk logam secara plastik dengan cara penekanan dan tarik lewat roll penjepit dan pembentuk (upper dan lower bender) sebagai pelengkung dengan menggunakan press hidrolik dinamakan proses roll bending[8].
4.3.4 Proximity Switch
Proximity Switch adalah saklar otomatis yang mendeteksi logam berdasarkan jarak yang diperolehnya. Ketika ada objek logam yang mendekat kepadanya dengan jarak yang sangat dekat 5 mm misalkan, maka sensor akan bekerja dan menghubungkan kontaknya, kemudian melalui kabel yang tersedia bisa dihubungkan ke perangkat lainnya seperti lampu indikator, relay dll.
Pada mesin bending tersebut, proximity switch digunakan untuk mendeteksi copper (tembaga) atau besi pada proses pemotongan (cutting process).
4.3.5 PLC Siemens S5-100U
Pada PT. Hartono Istana Teknologi (HIT), PLC yang digunakan adalah PLC Siemens S5 – 100U seperti gambar dibawah ini[2].
Gambar 15 PLC Siemens S5-100U
Didalam PLC ini, bahasa program yang digunakan berupa statement list. Dari program yang berupa statement list dapat diubah kedalam bentuk diagram ladder. Berikut ini adalah sebagian contoh dari perintah prosedur kerja mesin untuk proses Bending Flags Management.
Statement List :
A F 12.0 TEST START BENDING A F 6.2 BENDING DX 90 TO EXECUTE A I 32.0 SI 320 – LOWER BENDER IN STAND-BY A I 32.2 SI 322 – UPPER BENDER IN STAND-BY A I 32.6 SM 326 – HIGH CUTTING A I 33.3 SI 333 – FIXED VICE CLOSED S F 12.3 SET CLOCKWISE ROT X DX 90 R F 12.0 RESET START BENDING
Keterangan :
Dari statement list diatas, maka kita dapat mengetahui bentuk diagram laddernya. Berikut ini adalah diagram ladder dari statement list diatas.
7
Gambar 16 Diagram ladder proses Bending Flags Movement
Dari gambar diatas terlihat bahwa semua inputan dihubungkan dengan gerbang logika And, lalu didapat output berupa Set Clockwise Rot X DX 90 (F 12.3) , kemudian output akan direset oleh Reset Start Bending ( F 12.0). 4.4 Human Machine Interface (HMI)
Human Machine Interface (HMI) merupakan tempat dimana user melakukan pengawasan atau monitoring pada proses yang ada di mesin.
4.4.1 Tampilan Operating Panel
Berikut ini adalah tampilan operating panel pada mesin bending yang ada di PT. Hartono Istana Teknologi (HIT) :
Gambar 17 Operating Panel pada mesin bending
Keterangan gambar panel :
1. Buka / Tutup Mobile Vice (selector) 2. Buka / Tutup Fixed Vice (selector) 3. Mundur (selector)
4. Maju (selector)
5. Line signal 24 v (lamp) 6. In auto (push button)
7. Out manual (selector with key) 8. In manual (push button) 9. Emergency inserted (lamp) 10. Reset (push button)
11. Stop cycle (push button) 12. Emergency inserted (lamp) 13. Start cycle (push button) 14. Available
15. Available
16. Emergency (push button)
17. Tampilan layar Operating Switch Board
4.4.2 Tampilan Layar Komputer
Berikut ini adalah tampilan layar komputer yang berfungsi sebagai tampilan pengganti dari Operating Switch Board yang
telah rusak. Software yang digunakan dalam membuat tampilan ini adalah Delphi.
Gambar 18 Tampilan layar komputer pada mesin bending
Pada tampilan tersebut terlihat bahwa mesin dapat bekerja secara manual maupun secara automatic. Pada saat bekerja secara otomatis, operator dapat memilih 14 macam program model. Pada gambar 4.24, model yang dipilih adalah model nomer 13 yaitu SSS Right. Tiap model yang dipilih memiliki hasil bentukan yang berbeda – beda.
Gambar 19 Hasil bentukan model 13. SSS Right
4.5 Perawatan Mesin Bending
Mesin bending ini juga tidak lepas dari kerusakan ataupun masalah yang terjadi. Oleh karena itu, mesin bending juga memerlukan perawatan. Proses perawatan dilakukan pada beberapa bagian, yaitu sebagai berikut :
Moving Part
Pada bagian ini dilumasi menggunakan pelumas, dilakukan pengecekan pada motor – motornya, melakukan penggantian apabila ada komponen – komponen yang rusak.
Pneumatik
Perawatan sistem Pneumatik terdiri dari memperbaiki, mencari gangguan, pembersihan dan pemasangan komponen, dan uji coba pengoperasian.
Hidrolik
Perawatan dari sistem hidrolik, memerlukan penggunaan fluida hidrolik yang layak, pemilihan tube dan seal yang layak.
Bending
Bagian yang digunakan untuk melakukan proses bending dipastikan kokoh dan tidak goyang. Agar pada saat proses bending, sudut tidak berubah (tetap presisi).
8
V. PENUTUP5.1 Kesimpulan
Selama melaksanakan kerja praktek di PT. Hartono Istana Teknologi Divisi Engineering, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Mesin bending adalah mesin yang berfungsi untuk membengkokkan copper(tembaga) atau besi pada proses pembuatan condensor refirgerator. 2. Mesin bending dapat dioperasikan secara
automatic dan manual.
3. PLC yang digunakan pada mesin bending adalah PLC Siemens S5-100U. 4. Pada mode automatic mesin berjalan
sesuai program yang ada pada PLC (Programmable Logic Controller) yang telah diprogram sebelumnya. Untuk memprogram PLC Siemens S5-100U dapat menggunakan diagaram leadder dan Statement List.
5. Pada mesin bending, proximity switch digunakan mendeteksi ada tidaknya copper (temabga) atau besi pada proses cutting (pemotongan).
6. Pada mesin bending encoder berguna untuk mengukur arah gerak dan posisi benda.
7. Pneumatic digunakan ketika proses pemotongan copper ( tembaga) / besi pada mode otomatis. Sedangkan, hidrolik unit digunakan ketika proses bending (pembengkokan).
5.2 Saran
Setelah pelaksanaan Kerja Praktek di PT. Hartono Istana Teknologi khususnya di Divisi Engineering, penulis banyak mendapatkan pelajaran dan ilmu yang berharga, serta pengalaman baru di dunia kerja yang InsyaAllah bermanfaat di hari kemudian. Penulis juga mengharapkan adanya kerja sama antara pihak industri dan pihak kampus baik dalam hal akademis maupun non akademis.
VI. DAFTAR PUSTAKA
[1] Setiawan Iwan, Programmable Logic control dan Teknik Perancangan Sistem Control, first edition, 2006, Yogyakarta [2] ____________, Manual of PLC Siemens
S5-100U [3]
www.migas-indonesia.com/files/article/PENGENAL AN_PLC.doc
[4] Morris, S Alan. Measurement and Instrumentation Principles, Butterworth-Heinemann, Oxford.2011
[5] Setiawan Iwan, Sensor dan Tranduser, Buku Ajar Program Studi Sistem Komputer, 2009, Semarang [6] http://modul.smkn1-cirebon.sch.id/ full-pneumatic1.pdf [7] http://hendrosuratno.blogspot.com/2008 /04/laporan-sistem-hidrolik.html [8] http://yefrichan.wordpress.com/2011 /08/15/prinsip-pembengkokan-pelat/ BIODATA
Satria Nur Cahya Muhammad Abdullah, dilahirkan di Yogyakarta, 8 Maret 1990. Saat ini masih menempuh studi S1 di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro angkatan 2008 mengambil konsentrasi Kontrol. Semarang, Nopember 2011 Mengetahui, Dosen Pembimbing Sumardi, ST, MT NIP. 196811111994121001