17 Jurnal Ilmiah POSTULATE Volume IX, No.3 Edisi Desember 2020
REGULASI INVESTASI PEMAJUAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) MUHAMMAD NASRUDDIN, SH., MH
Abstrak
Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) istilah umum dalam khazanah ekonomi merujuk pada usaha ekonomi produktif yang dimiliki perorangan atau badan usaha, berdasarkan peraturan Perundang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. Sebagai penggerak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berperan sangat vital dalam pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Nasional, karena selain menyerap paling banyak tenaga kerja, juga kontribusinya yang besar terhadap pertumbuhan domestik bruto. Namun pertumbuhan UMKM belum sesuai yang diharapkan, masih banyak terdapat sejumlah hambatan dalam membangunnya. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap regulasi yang ada telah ada, untuk menjamin kemudahan-kemudahan berusaha bagi UMKM, terutama regulasi terkait dengan indikator memulainya Usaha. Indikator Memulai usaha merupakan salah satu indikator yang disurvey oleh Bank Dunia untuk mengukur tingkat kemudahan berusaha (Ease of Doing Bussines (EODB)). Berdasarkan hasil analisis terhadap regulasi dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif, maka disimpulkan regulasi yang diterbitkan dapat mendukung kemudahan dalam memulai usaha, namun regulasi tersebut tidak akan berjalan efektif tanpa adanya dukungan dari pemerintah daerah untuk turut menciptakan regulasi yang berkesesuaian dengan pemerintah pusat.
Metodelogi pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, teknik pengambilan data dengan menggunakan metode literatur yaitu dengan cara pengumpulan data pustaka. Sumber data adalah texbook, artikel, jurnal, review literatur dan data statistik. Analisis mengacu pada penelitian terdahulu dari hasil literatur. Dari hasil deskripsi dalam kurun waktu 2018-2019 dengan diberikan penguatan UMKM dalam bentuk permodalan dan pengembangan SDM, terbukti UMKM mampu melakukan kontribusi menyerap tenaga kerja lebih banyak 97% menjadi pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) ditengah era Globalisasi memaksa para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) harus dapat menyesuaikan perubahan dan persiapan menghadapi tantangan global
18 Jurnal Ilmiah POSTULATE Volume IX, No.3 Edisi Desember 2020
INVESTMENT REGULATION FOR SMALL AND MEDIUM MICRO BUSINESS ADVANCEMENT (MSMEs)
MUHAMMAD NASRUDDIN, SH., MH
ABSTRACT
Empowerment of Micro, Small and Medium Enterprises (UMKM), a general term in the realm of economics, refers to productive economic enterprises owned by individuals or business entities, based on Law Number 20 of 2008. As a driving force, Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) play a very vital role in development and National economic growth, because in addition to absorbing the most workers, it also contributes significantly to gross domestic growth. However, the growth of MSMEs is not as expected, there are still many obstacles in building them. For this reason, it is necessary to evaluate the existing regulations, to ensure the convenience of doing business for MSMEs, especially regulations related to indicators of starting a business. The indicator of starting a business is one of the indicators surveyed by the World Bank to measure the level of ease of doing business (Ease of Doing Business (EODB)). Based on the results of the analysis of regulations using the normative juridical research method, it is concluded that the regulations issued can support the ease of starting a business, but these regulations will not run effectively without support from local governments to help create regulations that are compatible with the central government.
The methodology in this research is descriptive qualitative, data collection techniques using literature methods, namely by collecting library data. The data sources are textbooks, articles, journals, literature reviews and statistical data. The analysis refers to previous research from the literature results. From the results of the description in the period 2018-2019 with given the strengthening of MSMEs in the form of capital and human
resource development, it is proven that MSMEs are able to contribute to absorbing 97% more workforce into empowering micro, small and medium enterprises (MSMEs) in the midst of the globalization era forcing micro, small and medium enterprises (MSMEs) to be able to adjust changes and preparations facing global challenges
19 Jurnal Ilmiah POSTULATE Volume IX, No.3 Edisi Desember 2020
A. PENDAHULUAN
Bagi Negara berkembang sudah barang tentu dalam meningkatkan pembangunan perekonomiannya banyak membuka peluang bagi para investor menanamkan modalnya, baik investor lokal maupun investor asing yang berlomba-lomba untuk mencari keutungan yang harapkan akan datang. Namun tidak semua investor menanakan modalnya di Indonesia dengan mudah. Banyak peraturan-peraturan yang menjadi persyaratan bagi investor, terutama investor Asing yang selalu mengeluh aturan-aturan yang dibuat di Indonesia. Sering terjadi tumpang tindih aturan-aturan yang sehingga investor asing banyak yang pindah untuk menanamkan modalnya dari Indonesia. Dengan adanya dapak covid-19 juga mempengaruhi bagi para investor. Maka perlu ada regulasi undang-undang yang pasti bagi para investor untuk menanamkan modalnya.
Investasi merupakan salah satu faktor yang berperan penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatua negara, di Negara-Negara ASEAN, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling banyak dilirik oleh para Investor Asing, karena Indonesia mempunyai pasar domestik yang besar sehingga banyak dilirik Investor. Pada tahun 2018 dari data United Nation Conferrence on
Trade and Depelopment (UNCTD)
menunjukan Indonesia sebagai salah satu negara yang menjanjikan dalam menerima investasi Asia Tenggara lain seperti Negara Malaysia dan Negara Siangapura.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi Investasi sepanjang kuartal pertama 2019 mencapai Rp. 195,1 triliun. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan investasi tahun 2018 capaian tahun 2019 ini menurun dimana pada tahun 2018 pertumbuhan investasi tercatat 11,8 persen. Dari sisi porsi realisasi angka diketahui sebesar 34,6 persen dari target investasi tahun 2019 yang sebesar Rp. 972 triliun.
Terlambatnya perkembangan investasi ini dipengaruhi dari segi faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal dari negara-negara di
dunia mengalami penurunan penanaman modal asing (PMA) lantaran keterlambatan pertumbuhan ekonomi global serta imbas geopolitik dan Bank Amerika Serikat (USA) federal serve yang menaikan empat kali suku bunga acuan yang berpengaruh terhadap negara-negara lain. Sedangkan faktor internalnya pada tahun 2019 merupakan tahun politik. Di Indonesia juga mengalami keterlambatan para investornya disebabkan banyaknya regulasi atau peraturan dalam berusaha yang praktinya masih tumpang tindih dengan aturan yang lain. Misalanya, tentang perijinan yang sulit dan banyak aturan yang
20 Jurnal Ilmiah POSTULATE Volume IX, No.3 Edisi Desember 2020
rumit, ini menjadi bahan pertimbangan investor untuk berinvestasi di Indonesia. Regulasi yang tumpang tindih selama ini seperti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria di sebut jangka waktunya 30 tahun dan dapat diperpanjang maksimal 20 tahun ke depan. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal diungkapkan Hak Guna Bangunan (HGB) dapat diberikan hingga 80 tahun dengan memberikan dan diperpanjang dimuka 50 tahun serta diperbaharui untuk 30 tahun. Atruran yang berbeda dalam mengatur Hak Guna Bagunan (HGB) ini membuat para Investor bingung saat berkonsultasi dengan Badan Pertahanan Negara (BPN) saat Hak Guna Bagunan (HGB) akan berakhir.
Hal ini juga yang membuat para investor takut untuk menanamkan modalnya di Indonesia karena adanya perbedaan aturan-aturan yang dikeluarkan dan dipergunakan di Indonesia bagi para Investor. Peraturan lainnya seperti izin lingkungan yang merupakan regulasi yang tumpang tindih juga, karena peraturan pemerintah (PP) Nomor 142 Tahun 2015 tentang kawasan Industri, dikecualikan dari perizinan yang mengenai gangguan lingkungan, lokasi, tempat usaha, peruntukan penggunaan lahan, pengesahan rencana tapak tanah dan analisa dampak lalu lintas. Namun kenyataannya di lapangan izin lingkungan tetap
harus dimilki para pelaku usaha yang merujuk pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2009 tentang Izin Lokasi.
Dari ketidakserasiannya antar regulasi tentang izin lingkungan dan izin lokasi menjadi kendala bagi para Investor. Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2015 tidak terlaksan karena Pemda dan Investor takut akan acaman Pidana dan Denda dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dengan segala upaya meningkatkan Investasi, baik oleh Penanam Modal Dalam Negeri (PMDM) maupun Penanam Modal Asing (PMA) dalam hal ini mengusung tema pemberdayaan UMKM perusahaan, Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanam Modal Asing (PMA) untuk pertumbuhan Peningkatan Ekonomi di Indonesia.
Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menetapkan bahwa tujuan pembentukan Negara Republik Indonesia untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materiil maupun spiritual. Sejalan dengan tujuan tersebut, Pasal 27 ayat (2) UUD 19451 menentukan bahwa :
21 Jurnal Ilmiah POSTULATE Volume IX, No.3 Edisi Desember 2020
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” oleh karena itu, negara perlu melakukan berbagai upaya atau tindakan untuk memenuhi hak-hak warga negara untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak. Pemenuhan hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak pada prinsipnya merupakan salah satu aspek penting dalam Pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Upaya strategis yang dilakukan dalam
rangka penciptaan lapangan
pekerjaan secara garis besar dilakukan melalui 3 (tiga) upaya, yakni:
(a) peningkatan investasi; (b) penguatan UMKM; dan
(c) peningkatan kualitas SDM (ketenagakerjaan) Indonesia yang dirumuskan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Cipta Kerja. Pembentukan Rancangan UndangUndang tentang Cipta Kerja disusun dengan pertimbangan filosofis untuk mewujudkan Pembangunan nasional dan pembangunan pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
A. Hambatan Investasi di Indonesia
Menurut BKPM (Badan Kordinasi Penenaman Modal), bahwa hambatan yang sering dihadapi Investor Asing dalam berinvestasi di Indonesia ada lima kriteria : 1. Regulasi yang selalu
berbelit-belit/terlalu banyak birokrasi.
2. Akuisi lahan yang sulit mendapat ijin 3. Infrastruktur publik yang belum merata 4. Pajak dan insentif non-fiskal lain yang
tidak mendukung investasi
5. Tenaga kerja terampil yang belum memadai.2
Beberapa alasan investor asing lebih memilih berinvestasi di negara-negara lain yang jelas dan lebih mudah birokrasi hukumnya dan murah biayanya., dari pada di Indonesia yang terlalu banyak aturan dan birokrasinya antara lain biaya tenaga kerja, sewa kantor, dan tarif pajak penghasilan (PPh) badan usaha lebih mahal.
Di Indonesia rata-rata upah pekerja manufaktur USD5.421 pertahun sedangkan Vietnam lebih murah USD3.673 pertahun. Sewa kantor di negara Indonesia USD50/m2/bulan sedangkan di Negara Vietnam lebih murah yaitu
2 https://www.karyaone.co.id/blog/manajemen-sumber-daya-manusia/
22 Jurnal Ilmiah POSTULATE Volume IX, No.3 Edisi Desember 2020
USD17/Ms/bulan untuk perkantoran grade A di Ho Chi Minh. Tarif PPh badan usaha di Negara Indonesia sebesar 25% sedangkan Vietnam 17%, bahkan Pemerintah Vietnam memberikan diskon tarif PPh badan usaha untuk Investasi di daerah tertinggal 10%.3
Hambatan investasi ini menjadi penghambat yang sangat besar bagi Indonesia untuk memanfaatkan mementum perang dagang antara Amerika Serikat dengan China dimana sejumlah industri di China melakukan relokasi pabrik ke kawasan Asia Tenggara agar tidak terkena dampak kenaikan tarif. Indonesia tidak mampu menarik perusahaan asal China yang keluar dari Amerika Serikat ke Indonesia. Sementara hanya sedikit perusahaan dari Jepang yang berhasil melakukan investasi di Indonesia. Berdasarkan laporan Bank Dunia sebanyak 33 perusahaan asal China memutuskan keluar dari Amerika Serikat, tapi tak satupun pindah ke Indonesia4. Dari perusahaan yang pindah tersebut 23 perusahaan berinvestasi ke Vietnam, 10 Perusahaan lainnya berinvestasi ke Kamboja, Thailand dan Malaysia. Periode Juni dan Agustus 2019 ada 33 Perusahaan yang berada di China mengumumkan rencana memindahkan atau
3.https://ekonomi.bisnis.com/read/20190801/257/11314 11/ini-alasan-investasi-asing-di-vietnam-meningkat-pesat 01 Agustus 2019 4 .https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d- 4696914/bikin-jokowi-kesal-ini-paparan-bank-dunia-soal-33-perusahaan-ogah-lirik-ri 07 Sep 2019
memperluas produksi mereka ke luar negeri. 23 Perusahaan akan ke Vietnam dan 10 Perusahaan sisanya akan ke Kamboja, India, Malaysia, Mexico, Serbia dan Thailand. Sementara pada tahun 2017 sebanyak 73 Perusahaan Jepang pindah dari Jepang, China dan Singapura, ke Vietnam, 43 Perusahaan ke Thailand, 11 Perusahaan ke Filipina dan hanya 10 Perusahaan yang ke Indonesia.5 Dalam rapat terbatas tentang ekosistem Investasi September 2019, Presiden meminta jajaran dibawahnya untuk menginvetarisasi regulasi mengenai ekonomi dan investasi yang menghambat pertumbuhan ekonomi global menimbulkan kekhawatiran terhadap potensi resesi ekonomi sehingga Indonesia harus menyiapkan langkah-langkah antisipasi, salah satunya dengan membuat ekosistem investasi yang menarik bagi investor.6
B. Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Investasi
Pemerintah terus berupaya untuk menarik Investasi masuk ke Indonesia, dengan membuat kebijakan-kebijakan dan melancarkan berbagai program-program demi manarik investasi ke dalam negeri. Berbagai
5
.https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d- 4693574/darmin-beberkan-penyebab-33-perusahaan-cabut-dari-china-tak-lirik-ri 04 Sep 2019
6 https://nasional.kontan.co.id/news/ini-upaya-pemerintah-untuk-menarik-investasi 15 Oktober 2019
23 Jurnal Ilmiah POSTULATE Volume IX, No.3 Edisi Desember 2020
kebijakan telah dibuat oleh pemerintah Indonesia untuk mendorong daya saing investasi, terutama dalam kebijakan ekspor dan meningkatkan investasi di dalam negeri. Dari beberapa kebijakan yang sudah ditempuh pemerintah, tetapi masih banyak lagi yang harus ditempuh kebijakan-kebijakan yang lain diantaranya :
1. Pemerintah merevisi 72 Undang-Undang yang dianggap menghambat investasi dengan menggunakan skema
Omnibus Law. Omnibus Law adalah suatu
rancangan undang-undang yang mencakup lebih dari satu aspek yang digabungkan menjadi satu undang-undang7. Sebelumnya
pemerintah telah berupaya menyederhanakan ijin-ijin bagi para Investor (pengusaha) dengan meluncurkan
Online Single Submision (OSS) sebagai
cara memangkas masalah dan mempercepat perizinan investasi. Online Single Submision (OSS ) lebih lanjut terus
dilakukan dengan melibatkan peran aktif pemerintah daerah dan kementerian lembaga yang terkait, namun dinilai belum berjalan dengan efektif. Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dari 72 Undang-Undang dianggap menghambat lajunya Investasi masuk ke Indonesia,
7
https://money.kompas.com/read/2019/09/12/150300226/peme rintah-akan-revisi-72-undang-undang-yang-hambat-investasi
nantinya akan di rombak Undang-Undang tersebut menggunakan Skema Omnibus
Law, menurutnya ada beberapa aturan di
Indonesia yang mungkin sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan. Atas dasar itu, pemerintah ingin menyesuaikan aturan dengan perkembangan zaman. Karena mungkin masih ada aturan-aturan produk zaman Belanda dari tahun 1980-an sampai tahun 1990-an Undang-Undang itu sudah tidak relevan lagi. Jadi pemerintah terus memperbaiki ekosistem investasi dengan mereformasi berbagai regulasi terkait perizinan. Saat ini pemerintah sedang melakukan tahap akhir penyelesaian di
Omnibus Law. Konsep Omnibus Law akan
menggabungkan sejumlah aturan terkait dengan perizinan bisnis di berbagai kementerian/lembaga menjadi satu Undang-Undang yang akan dijadikan payung hukum baru. Mengingat dalam Undang-Undang, Presiden adalah penanggung jawab tertinggi atas semua kewenangan, maka presiden berhak mengatur, mengubah atau mencabut bila pelaksanaan tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2. Mengatasi akuisisi lahan yang sulit, bahwa persoalan tanah adalah persoalan besar, hal ini dilakukan supaya persoalan yang menyangkut tanah/lahan bisa
24 Jurnal Ilmiah POSTULATE Volume IX, No.3 Edisi Desember 2020
dipermudah. Jadi pemerintah dorong lahirnya kawasan industri, kawasan ekonomi khusus dan kawasan stragis pariwisata nasional. pemerintah berencana mengubah regulasi agar rencana tata ruang wilayah lebih fleksibel dan ramah Investor, melalui Rancangan Undang-Undang Pertanahan. Dimana pemerintah pusat dapat mengeluarkan rekomendasi untuk penyesuaian tata ruang wilayah. Hal yang sama telah dilakukan untuk Proyek Strategis Nasional yang selama ini berjalan, seperti Proyek Pembangunan Infastruktur Jalan Tol, Proyek Strategi Nasional Non-Tol dll.8
3. Untuk mengatasi infrastruktur yang belum merata, salah satu hal yang disoroti oleh pemerintah. Meskipun sumber pembiayaan itu berasal dari hal-hal yang cukup kompleks sampai juga Negara harus memilih jalan untuk berutang. Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat mendorong inovasi pembiayaan pembangunan infrastuktur melalui skema Kerja sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU). Manfaat pembiayaan infrastruktur melalui skema KPBU yaitu :
8 https://kppip.go.id/proyek-strategis-nasional/h- proyek-pembangunan-pelabuhan-baru-dan-pengembangan-kapasitas/
a. Transfer Knowledge kerjasama Swasta dan Pemerintah;
b. Transfer Pengetahuan dan Teknologi dari pihak swasta kepada pemerintah; c. Project delivery, ( upaya pihak swasta
untuk penyelesaian proyek sesuai kesepakatan dan kepastian target penyelesaian sehingga terhindar dari sklus anggaran);
d. Adanya Potensi Investasi, terbukanya peluang bagi pihak swasta lainnya untuk mengundang investor untuk masuk semuannya.9
4. Perubahan sistem perpajakan yang menyeluruh, termasuk pembenahan administrasi perpajakan, perbaikan regulasi, dan peningkatan berbasis perpajakan. yaitu kegiatan-kegiatan yang bersifat fiskal tetapi dilaksanakan diluar anggaran pemerintah, berupa peran Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Usaha, Lembaga Pembiayaan, serta kebijakan nonfiskal seperti deregulasi dan simflikasi prosedur. Dalam kaitan dengan kebijakan fiskal, pemerintah berencana menimplementasikan penurunan PPh Badan Usaha dari 25% menjadi 20%. Sebagai perbandingan menurut the Business Time, tarif pajak korporasi di Asean dari yang terendah
9 https://www.merdeka.com/uang/4-manfaat-jika-pemerintah-gandeng-swasta-bangun-infrastruktur.html, 14 Februari 2019
25 Jurnal Ilmiah POSTULATE Volume IX, No.3 Edisi Desember 2020
hingga tertinggi adalah sebagai berikut : Singapura 17%, Brunai Darussalam 18,5%, Thailand, Kamboja, Vietnam 20%, Myanmar 25% dan Filipina 30%.
Sejumlah insetif fiskal telah diberikan untuk memacu manufaktur, investasi dan pertumbuhan ekonomi. Selain tax holiday, pemerintah juga memberikan industri yang terlibat dalam vokasi berupa fasilitas pengurangan penghasilan brito maksimal 200% untuk vokasi dan 300% untuk kegiatan penelitian dan pengembangan (super deducation). Reformasi ini bertujuan agara indonesia mampu meningkatkan kemandirian dalam membiayai kebutuhan pembangunan nasional di masa mendatang. 5. Kebijakan perdaganagan untuk mendorong
ekspor dan menciptakan pertumbuhan ekonomi berkualitas di era industri 4.0 melalui peningkatan produk ekspor dengan terlibat sebagai bagian Global Value Chain (GVC), simplikasi prosedural untuk menakan biaya dan waktu, efisiensi logistik, serta diplomasi ekonomi dan peningkatan pasar.
6. Dalam upaya penyiapan SDM yang kompeten sesuai kebutuhan industri saat ini, pemerintah mengembangkan program pendidikan dan pelatihan vokasi yang meliputi tiga lembaga vokasi yakni SMA, BLK dan politeknik. Untuk itu peningkatan
kualitas tenaga kerja terampil, kementerian ketenagakerjaan mengeluarkan kebijakan, antara lain :
a. Pelatihan kerja berbasis kompetensi yang inklusif atau tidak mempersyaratkan batasan usia maupunlatar belakang pendidikan b. Program 3R, yaitu Re-orientasi,
Revitalisasi, dan Re-Branding Balai Latihan Kerja (BLK) milik pemerintah (UPTP);
c. Program Triple Skilling, yaitu Skilling, pelatihan bagi calon tenaga kerja yang belum suap bekerja; Up-skilling bagi pekerja yang ingin meningkatkan kompetensi; dan Re-skilling, bagi pekerja yang terdampak kehilangan pekerjaan maupun alih profesi.
7. Mengoptimalkan infrastruktur jalan tol, kereta api, pelabuhan, dan bandara yang akan dihubungkan dengan pusat-pusat perekonomian seperti pusat produksi, kawasan ekonomi khusus (KEK), industri kecil dan pariwisata. Dimana kawasan ekonomi khusus (KEK) untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lain yang bernilai tinggi dengan dukungan pemberian fasilitas dan insetif serta kemudahan berinvestasi. Di sisi lain guna menyederhanakan sistem perizinan di
26 Jurnal Ilmiah POSTULATE Volume IX, No.3 Edisi Desember 2020
Indonesia , Pemerintah tengah mempersiapkan rancangan berbasis konsep Omnibus Law. Dengan adanya Omnibus Law sejumlah peraturan terkait dengan perizinan yang ada di beberapa kemanterian dan lembaga akan ditinjau ulang dan direvisi agar terbentuk keharmonisan sistem perizinan untuk menbangun ekosistem investasi.
C. Pemajuan UMKM dan Dampak Covid-19
Upaya penciptaan lapangan pekerjaan secara garis besar dilakukan melalui:
(1) mendorong peningkatan investasi di Indonesia; dan
(2) mengembangkan sektor UMKM melalui dukungan riset dan inovasi sehingga UMKM dapat berkembang dan mampu bersaing di dunia usaha. Upaya dimaksud perlu dilakukan secara komprehensif dan menyeluruh mengingat berbagai kebijakan terkait investasi, UMKM yang tertuang dalam berbagai peraturan perundangan, terutamanya dalam undang-undang.
(3) Berbagai undang-undang yang mengatur investasi dan UMKM dihadapkan pada beberapa persoalan, yaitu:
a. tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan kebutuhan masyarakat;
b. terdapat disharmonisasi atau tumpang tindih antara undang-undang satu dengan yang lain karena pengaturan investasi, UMKM yang diatur dalam banyak sekali undang-undang. Berbagai peraturan perundang-undangan tersebut tidak sedikit yang disharmonisasi atau tumpang tindih. Sehingga dengan terdapatnya berbagai undang-undang tersebut ternyata menjadi penyebab persoalan rumitnya proses berusaha diberlakunya.. Ketiga persoalan di atas dapat digolongkan sebagai persoalan hukum. Masalahnya kemudian adalah persoalan hukum tersebut berkaitan dengan undang-undang dalam jumlah yang sangat banyak. Pembentukan kebijakan penciptaan lapangan kerja. Perubahan secara konvensional dengan cara mengubah satu persatu undang-undang seperti yang selama ini dilakukan tentu sangat tidak efektif dan efisien serta membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, pembentukan kebijakan Penciptaan Lapangan Kerja harus dilakukan melalui teknik Legislasi omnibus law.
27 Jurnal Ilmiah POSTULATE Volume IX, No.3 Edisi Desember 2020
Undang-Undang Omnibus
mencerminkan sebuah integrasi, kodifikasi peraturan dimana tujuan akhirnya adalah untuk mengefektifkan penerapan peraturan tersebut. Pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja melalui teknik omnibus law diyakini dapat mengatasi berbagai persoalan hukum sebagaimana diuraikan di atas. Dengan demikian, pembentukan Undang-Undang Cipta Kerja memiliki dasar yuridis.
Penyederhanaan Undang-Undang atau Omnibus Law di sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mulai dipersiapkan Kementerian Koperasi dan UMKM. Nantinya, penyederhanaan regulasi Undang-Undang tersebut akan memfokuskan pada peningkatan daya saing UMKM Nasional. Rencananya, hasil penyederhanaan berbagai aturan tersebut berupa Undang-Undanmg Pemberdayaan UMKM.
Berbagai pokok pengaturan akan tercantum dalam Undang-Undang tersebut antara lain kemudahan berusaha UMKM, ekspor, pembiayaan, perlindungan hukum hak cipta hingga pencegahan fraud. Selain itu, kehadiran Undang-Undang Pemberdayaan UMKM juga diharapkan dapat meningkatkan daya saing UMKM terhadap produk-produk impor.
“Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) juga harus punya kesempatan dan kemudahan berusaha, jadi harus ada keadilan bagi UMKM dengan menghilangkan regulasi Undang-Undang yang menghambat. Omnibus
law diperintah untuk membuat dan memberi
perlindungan hukum terhadap produk UMKM,” jelas Teten, Selasa (5/11).
Pihaknya sudah bicara dengan Kementerian Hukum dan HAM. Dia meminta ada perlindungan hukum UMKM dari tindakan
fraud dan mendapatkan playing field yang
sama di market place.
Dalam upaya untuk meningkatkan investasi, baik oleh Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA), dan dalam upaya mengusung pemberdayaan UMKM perusahaan, PMA/PMDN untuk dapat menumbuhkan peningkatan Ekonomi Nasional. Dimana Perpres Nomor 44 Tahun 2016 menyatakan bahwa setiap Penanam Modal Asing (PMA) maupun Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) diwajibkan bermitra dengan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), sehingga apapun yang menjadi permasalahan para investor dan pelaku usaha bisa dapat dilayani dengan cepat sesuai dengan mekanisme yang diberlakukan. Guna meningkatkan daya saing Nasional pemerintah menetapkan regulasi
28 Jurnal Ilmiah POSTULATE Volume IX, No.3 Edisi Desember 2020
Undang-Undang yang mendukung kemajuan UMKM di Indonesia agar siap menghadapi pasar global. Sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Prepres Nomor 44 Tahun 2016 tentang daftar bidang usaha yang terbuka dan tertutup yang menetapkan bidang usaha wajib bermitra dengan UMKM. Hal ini mendorong perekonomian Indonesia berkembang kearah yang lebih baik dengan momentum kemitraan usaha nasional dapat dicapai bersama dan berkontribusi bagi peningkatan ekonomi masyarakat
Dalam Pasar bebas yang ada hanyalah persaingan yang merupakan pasar dimana harga barang dan jasa disusun secara lengkap oleh ketidak saling memaksa yang disetujui para penjual dan pembeli, ditetapkan oleh hukum penawaran dan permintaan tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam regulasi harga, penawaran, dan permintaan.daya
Kelemahan UMKM karena keterbatasan akses informasi pasar yang mengakibatkan rendahnya orientasi pasar serta lemahnya daya saing di tingkat global. Kurang informasi tersebut menjadikan UMKM tidak dapat mengarahkan pengembangan usahanya secara jelas dan fokus, sehingga perkembangannya mengalami stagnasi. Kemampuan UMKM dalam menghadapi terpaan arus persaingan
global perlu dipikirkan lebih lanjut agar mampu bertahan demi kestabilan perekonomian Indonesia. Strategi pengembangan UMKM untuk tetap bertahan dapat dilakukan dengan peningkatan daya saing dan pengembanagan sumber daya manusia agar memilki nilai dan mampu bertahan menghadapai Pasar ACFTA (Asean-China Free Trade Area), sebagai kawasan perdagangan bebas di antara anggota-anggota ASEAN dan Tiongkok, kerangka kerjasama ini ditanda tangani di Phnom-Pen Camboja tahun 2002 dan ditujukan bagi pembentukkan kawasan perdagangan bebas pada tahun 2010. Setelah pembentukan menjadi kawasan perdagangan bebas terbesar di dunia dalam kurun waktu jumlah penduduk dan ketiga terbesar dalam ukuran volume perdagangan setelah kawasan perekonomian Eropa dan NAFTA. setelah diantaranya melalui penyaluran perkreditan (KUR), penyediaan akses informasi pemasaran, pelatihan lembaga keuangan mikro melalui
capacity building, dan pengembangan
information tecnology (IT).
Perkembangan Usaha Mikro menengah tergantung dukungan dari aspek-aspek penguatan permodalan, melihat perkembangan dari tahun ke tahun sejak tahun 2012 pemeritah menetapkan Undang-Undang Kredit bagi Usaha Mikro Kecil menengah (UMKM). Karena perkembangan usaha mikro kecil
29 Jurnal Ilmiah POSTULATE Volume IX, No.3 Edisi Desember 2020
menengah ini tidak terlepas dari dukungan perbankan di dalam penguatan permodalan. Untuk pengautan permodalan ini Bank Indonesia (BI) telah mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang mewajibkan kepada pihak perbankan untuk dapat mengalokasikan pinjaman/kredit/pembiayaan kepada usaha
mikro kecil menengah.
Pinjaman/kredit/pembiayaan yang pernah dilakukan perbankan pada tahun 2015 sebesar 5 presen dari semua sektor usaha mikro kecil menengah, ditahun 2016 mendapat pinjman/kredit/pembiyaan sebesar 10 persen, tahun 2017 sebesar 15 persen dan sampai akhir tahun 2018 juga sudah ditetapkan pinjaman/kredit/pembiayaan sebesar 20 persen. Dilihat dari tahun 2016 sampai 2018 pemerintah dan Bank Indonesia sangat merespon untuk kemajuan, peningkatan dan perkembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Dengan respon dari permodalan usaha mikro kecil menengah diharapkan dapat mewujudkan pembangunan ekonomi bangsa.
Selain perbankan sebagai penguat permodalan bagi usaha mikro kecil menengah, juga perusahaan BUMN dan Swasta yang turut serta membantu dalam peningkatan usaha mikro tersebut. Seperti halnya PT.Telkom Indonesia dan PT. Pegadaian yang memberikan penguatan melalui permodalan dan pangsa pasar. Hal lainnya juga PT. Permodalan
Nasional Madani bersama PT.Asuransi Jiwasraya dan Jamkrindo yang turut mendukung aktivitas para pelaku usaha mikro kecil menengah di dalam mengembangkan dan memberdayakan sektor usaha mikro kecil menengah tersebut. Perkembangan potensi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit. Setiap tahun kredit kepada UMKM mengalami pertumbuhan dan secara umum pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan total kredit perbankan. Kredit UMKM adalah kredit kepada debitur usaha mikro kecil dan menengah yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Berdasarkan Undang-Undang tersebut UMKM adalah usaha produktif yang memenuhi kriteria usaha dengan batasan tertentu kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan. Statistik kredit UMKM disajikan dengan berbagai item yakni : Net Ekspansi (NE), Baki Debit (BD, Non Performance Loan (NPL), dan kelonggaran tarik, dilengkapi dengan variasi berdasarkan kelompok bank, sektor ekonomi, jenis penggunaan dan lokasi proyek pada setiap propinsi dan rincian skla usaha mikro kecil dan menengah. Untuk memberikan informasi yang lengkap tentang perubahan dalam statistik
30 Jurnal Ilmiah POSTULATE Volume IX, No.3 Edisi Desember 2020
UMKM selama masa transisi (Janurai s.d akhir 2011) disajikan secara pararel yakni data kredit UMKM berdasarkan definisi/kriteria usaha dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 dan data kredit MKM berdasarkan definisi plafond.
1. Kredit mikro dengan plafon s.d Rp. 50 Juta 2. Kredit kecil dengan plafon lebih dari Rp 50
Juta s.d Rp. 500 Juta
3. Kredit menengah dengan plafon dari Rp. 500 Juta s.d 5 Miliar
Dalam definisi tersebut, seluruh jenis penggunaan kredit termasuk kredit konsumtif masuk dalam statistik kredit UMKM.10
Presiden Republik Indonesia tahun 2016 menyatakan bahwa UMKM memiliki kemampuan menopang perekonomian bangsa, mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah, dan diharapkan agar pelaku UMKM menjadi garda terdepan dalam membangun ekonomi bangsa serta tulang punggung perekonomian Indonesia. Atas pertumbuhan dan perkembangan UMKM sebagai kontribusinya pada Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 56-60 persen dan tingkat penyerapan tenaga kerja hingga kisaran 97 persen dari seluruh tenaga kerja Nasional.
UMKM yang merupakan penopang produksi nasional sekarang ini tengah
10 https://www.bi.go.id/id/umkm/kredit/data/Default.aspx
menghadapi gocangan dari sisi penawaran maupun permintaan, hal ini dapat beriplikasi pada penurunan kesejahteraan masyarakat.11 Pusat penelitian Ekonomi LIPI telah melakukan survei kajian cepat dampak pandemi Civid-19 terhadap kinerja UMKM Indonesia. Survai ini bertujuan untuk mendiagnosa dampak pandemi Covid 19 pada kelangsungan pertumbuhan UMKM serta mengindentifikasi strategi pemulihan UMKM. Tantangan dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini adalah adanya ketidakpastian dan
trade-off antara persoalan kesehatan dan ekonomi.
Kompleksitas masalah yang ada adalah bagaimana menyelamatkan UMKM terdampak dan mempersiapkan pemulihan ekonomi.
Survei kajian dampak pandemi Covid-19 terhadap kinerja UMKM Indonesia dilaksanakan secara daring pada 1 – 20 Mei 2020 dan melibatkan 679 valid responden dengan mata pencaharian utama sebagai pelaku usaha. Survei ini menjaring responden pelaku usaha mikro 54,98%, Ultra-mikro 33,02% Pelaku Usaha Kecil 8,1% dan Pelaku usaha Menengah 3,89%, dengan lama usaha 0-5 tahun (55,2%), 6-10 tahun (24%) dan lebih dari 10 tahun (20,8%). Sebagian besar usaha yang berusia 0-5 tahun berada dalam skla
Ultra-11 Agus Eko Nugroho Kepala Pusat Penelitian Ekonomi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam Webinar “Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Kinerja UMKM: Mitigasi dan Pemulihan” pada Senin (29/6).
31 Jurnal Ilmiah POSTULATE Volume IX, No.3 Edisi Desember 2020
Mikro (58,36%) dan skala Mikro (58,33%). Selain itu terdapat variasi metode penjualan yang dilakukan pelaku usaha, yaitu
door-to-door 41%, toko fisik 34%, melalui agen/reseller 34%, melalui market place 15%, serta penjualan secara online melalui media sosial 54%.
Data survei menunjukan bahwa selama pandemi Covid-19 94,69% usaha mengalami penurunan penjualan. Berdasarkan skala usaha, penurunan penjualan lebih dari 75% dialami oleh 49,01% usaha Ultra Mikro, 43,3% usaha Mikro, 40% usaha kecil, dan 45,83% usaha menengah. Berdasarkan lama usaha, penurunan penjualan lebih dari 75% dialami oleh 23,27% usaha berusia 0-5 tahun, 10,9% usaha berusia 6-10 tahun dan 8,84% usaha yang telah berjalan lebih dari 10 tahun. Berdasarkan metode penjualan, penurunan penjualan lebih dari 75% dialami oleh 47,44% usaha penjulan
offline/fisik, 40,17% usaha penjualan online,
dan 39,41% usaha dengan metode penjualan offline sekaligus online. Pandemi Covid-19 menyebabkan profit usaha menurun secara signifikan akibat biaya produksi tetap atau bahkan meningkat sementara penjualan menurun.biaya usaha yang mengalami peningkatan selama pandemi Covid-19 seperti Bahan Baku, Transportasi, Tenaga Kerja, dan Biaya lain-lain.
Survei juga mengumpulkan persepsi pelaku usaha terkait kerentanan UMKM tutup usaha jika pandemi Covid-19 tidak segera berakhir. Sebanyak 47,13% usaha hanya mampu bertahan hingga Agustus 2020, 70,02% usaha akan tutp setelah November 2020, dan 85,42% usaha dapat bertahan paling lama dalam rentang waktu satu tahun sejak pandemi Covid-19.
Terdapat beberapa prefensi strategi yang dilakukan UMKM antara lain mencari pasar baru, mencari pemasok bahan baku yang lebih murah, mengurangi tenaga kerja, dan memohon penundaan pembayaran kredit.12
D. Mitigasi Prioritas dan Pemulihan Dampak Covid-19 Terhadap UMKM.
Untuk langkah mitigasi prioritas jangka pendek yang dapat di tempuh UMKM, yaitu menciptakan stimulasi pada sisi permintaan dan mendorong Plaform online untuk memperluas kemitraan dengan UMKM. Pemerintah daerah juga diharapkan melakukan penguatan komponen local chain, meningkatkan mutu dan daya saing produk UMKM melalui kerjasama dengan lembaga riset, menyediakan fasilitas impor bahan baku, serta kredit murah bagi UMKM. Sementara untuk langkah mitigasi
12
32 Jurnal Ilmiah POSTULATE Volume IX, No.3 Edisi Desember 2020
jangka menengah yang dapat diambil adalah
adaptive supply chain unutk barang strategis, marketing intelligent unutk potensi pasar ekpor
baru, memperkuat sinergi Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dalam pembiayaan UMKM, menyediakan fasilitas trading house dan logistik, meningkatkan akurasi data UMKM, serta pengembangan klinik UMKM berbasis digital. “Kesimbangan tidak akan bisa kembali secara lami, intervensi pemerintah yang kuat dan terukur merupakan langkah tepat memulihkan ekonomi.
E. Kesimpulan
Perekonomian Indonesia yang awal mulanya mengandalkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang mampu menopang krisis produksi Nasional yang terjadi, namun kandas juga. Dari hal aturan-aturan yang berbeli-belitnya, hingga dibuat Penyederhanaan Undang-Undang atau Omnibus Law di sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mulai dipersiapkan Kementerian Koperasi dan UMKM. Nantinya, penyederhanaan regulasi Undang-Undang tersebut akan memfokuskan pada peningkatan daya saing UMKM Nasional.
Dampak pandemi Covid-19 terhadap kinerja UMKM Indonesia dilaksanakan secara daring pada 1 – 20 Mei 2020 dan melibatkan
679 valid responden dengan mata pencaharian utama sebagai pelaku usaha dari 24 propinsi. Data survei menunjukan bahwa selama pandemi Covid-19 94,69% usaha mengalami penurunan penjualan. Berdasarkan skala usaha, penurunan penjualan lebih dari 75% dialami oleh 49,01% usaha Ultra Mikro, 43,3% usaha Mikro, 40% usaha kecil, dan 45,83% usaha menengah. Berdasarkan lama usaha, penurunan penjualan lebih dari 75% dialami oleh 23,27% usaha berusia 0-5 tahun, 10,9% usaha berusia 6-10 tahun dan 8,84% usaha yang telah berjalan lebih dari 10 tahun.
Dari dampak Covid-19 untuk langkah mitigasi UMKM menepuh menciptakan stimulasi pada sisi permintaan dan mendorong Plaform online untuk memperluas kemitraan dengan UMKM. Pemerintah daerah juga diharapkan melakukan penguatan komponen local chain, meningkatkan mutu dan daya saing produk UMKM melalui kerjasama dengan lembaga riset, menyediakan fasilitas impor bahan baku, serta kredit murah bagi UMKM.
DAFTAR PUSTAKA.
1. Undang-Undang Dasar 1945 yang sudah di Amandemen
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria
33 Jurnal Ilmiah POSTULATE Volume IX, No.3 Edisi Desember 2020
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal diungkapkan Hak Guna Bangunan (HGB)
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2009 tentang Izin Lokasi
8. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 142 Tahun 2015 tentang kawasan Industri 9. Prepres Nomor 44 Tahun 2016 tentang
daftar bidang usaha yang terbuka dan tertutup yang menetapkan bidang usaha wajib bermitra dengan UMKM
10. https://www.karyaone.co.id/blog/manaj emen-sumber-daya-manusia/ 11. https://ekonomi.bisnis.com/read/201908 01/257/1131411/ini-alasan-investasi-asing-di-vietnam-meningkat-pesat 01 Agustus 2019 12. https://finance.detik.com/berita- ekonomi-bisnis/d-4696914/bikin- jokowi-kesal-ini-paparan-bank-dunia-soal-33-perusahaan-ogah-lirik-ri 07 Sep 2019 13. https://kppip.go.id/proyek-strategis- nasional/h-proyek-pembangunan- pelabuhan-baru-dan-pengembangan-kapasitas/ 14. https://www.merdeka.com/uang/4- manfaat-jika-pemerintah-gandeng-swasta-bangun-infrastruktur.html, 14 Februari 2019 15. https://www.bi.go.id/id/umkm/kredit/da ta/Default.aspx
16. Agus Eko Nugroho Kepala Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam Webinar “Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Kinerja UMKM: Mitigasi dan Pemulihan” pada Senin (29/6).
https://republika.co.id/berita/qcohyu383/lipi-lebih-dari-94-persen-umkm-tur