• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Pediatric Trauma Score dan Mortalitas pada Pasien Cedera Kepala di RSUD dr. Abdul Aziz Kota Singkawang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara Pediatric Trauma Score dan Mortalitas pada Pasien Cedera Kepala di RSUD dr. Abdul Aziz Kota Singkawang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 5. Nomor 2B. Juli 2019

Hubungan antara Pediatric Trauma Score dan Mortalitas pada Pasien Cedera Kepala di RSUD dr. Abdul Aziz Kota Singkawang

Syarif M. N Taufiq1, Sonny G.R. Saragih2, Diana Natalia3

1

Program Studi Kedokteran, FK UNTAN

2

Departemen Ilmu Bedah Saraf, RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang

3

Departemen Parasitologi Medik, Program Studi Kedokteran, FK UNTAN Abstrak

Latar Belakang. Cedera kepala merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi didunia dan terbanyak diantara penyebab utama mortalitas serta morbilitas pada anak. Pediatric Trauma Score (PTS) merupakan salah satu alat prediksi yang dapat digunakan dalam menentukan prognosis. Metode. Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan potong lintang. Subjek penelitian berjumlah 30 orang. Data Pediatric Trauma Score (PTS) dan mortalitas diambil dari rekam medis di RSUD DR Abdul Aziz Kota Singkawang. Analisis data menggunakan uji. Hasil. Analisis data dengan uji chi square mengindikasikan adanya hubungan yang bermakna antara Pediatric Trauma Score (PTS) dan mortalitas (p=0,000). Kesimpulan. Terdapat hubungan antara Pediatric Trauma Score (PTS) dan mortalitas yaitu rendahnya nilai Pediatric Trauma Score (PTS) dapat meningkatkan mortalitas pada pasien cedera kepala.

Kata kunci : Cedera kepala, Mortalitas, Pediatric Trauma Score (PTS)

Background. Head injury is one of health problems that occur in the world and the leading causes of mortality and disablity in children. Pediatric Trauma Score (PTS) is one predictor tool that can be used in determining prognosis. Method. This study was an analytic study with crosectional design where 30 patient were studied. Pediatric Trauma Score (PTS) and mortality head injury patient data were obtained from medical records at RSUD DR Abdul Aziz Singkawang. The data were analyzed by chi square test. Result. The increase of Pediatric Trauma Score (PTS) value affected mortality in children (p=0.000). Conclusion.

There was a relationship between Pediatric Trauma Score (PTS) and mortality that increases the value of Pedatric Trauma Score (PTS) can increase the mortality

(2)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 5. Nomor 2B. Juli 2019

PENDAHULUAN

Cedera kepala atau trauma brain injury merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi didunia dan terbanyak diantara penyebab utama mortalitas serta morbilitas pada semua umur.1 Cedera kepala dapat menyebabkan luka di bagian kepala, luka pada kulit di bagian kepala, ruptur meninges pada otak, serta kerusakan jaringan otak dan dapat mengakibatkan gangguan fungsi neurologis.2 Insiden cedera kepala banyak terjadi pada usia produktif yaitu 14-24 tahun3. Diantara penyebab terjadinya cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas, pukulan benda tumpul, jatuh dari ketinggian dan kekerasan fisik.4 Kecelakaan lalu lintas sering terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Berdasarkan penelitian Khan dkk5, kecelakaan lalu lintas menjadi epidemiologi terbesar kasus cedera kepala.5

Risiko terjadinya insiden cedera kepala anak di negara maju adalah 400/100 000 per tahun.6 Menurut World Health

Organization (WHO) pada tahun 2004, akibat cedera kepala kecelakaan lalu lintas tertinggi dijumpai di negara Amerika Latin 41,7% dan Korea Selatan 21,9% sedangkan insiden di Indonesia 19,6%.6 Insiden cedera kepala anak di Inggris dilaporkan sebesar 2,8 juta kasus cedera kepala dari tahun 2000 – 2005.7 Pada tahun 2012 – 2013 sebanyak 34 932 anak meninggal akibat cedera kepala di negara Inggris.8 Kebanyakan kasus pada cedera kepala anak berumur diantara 1 hingga 14 tahun.9

Data kepolisian Republik Indonesia tahun 2001 mencapai 108 696 jumlah kecelakaan dengan 31 195 meninggal dunia. Di Kalimantan Barat jumlah korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2013 adalah sebanyak 560 orang, pada tahun 2014 adalah sebanyak 550 orang dan pada tahun 2015 adalah sebanyak 470 orang. Pada tahun 2016 adalah sebanyak 12 orang. Sedangkan insiden kecelakaan lalu lintas di Kota Singkawang pada tahun 2012 adalah

(3)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 5. Nomor 2B. Juli 2019

sebanyak 211 kasus, pada tahun 2013 adalah sebanyak 168 kasus, pada tahun 2014 sebanyak adalah 120 kasus, pada tahun 2015 adalah sebanyak 110 kasus dan pada tahun 2016 adalah sebanyak 108 dari data tersebut mengalami kerugian material hingga Rp. 286 miliyar.10,11

Terdapat berbagai cara penilaian prognosis pada pasien cedera kepala, diantaranya adalah dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS).12 GCS adalah salah satu penilaian fisiologis, serta untuk menentukan tingkat keparahan cedera kepala, GCS memiliki rentang nilai 3-15. Klasifikasi GCS terdiri dari perhitungan GCS dewasa dan GCS anak atau Pediatric Glasgow Coma Scale, Keuntungan GCS adalah cepat dan sederhana.13 Klasifikasi cedera kepala di bagi menjadi tiga, cedera ringan, cedera sedang dan cedera berat. Nilai skor rendah menggambarkan cedera yang lebih berat dan memiliki risiko mortalitas yang lebih tinggi.14,15

Trauma kepala anak merupakan masalah kesehatan yang dapat berakibat fatal, berdasarkan kasus yang terjadi maka penanganan kegawatdaruratan harus dilakukan dengan cepat dan tepat, yaitu menggunakan sistem triage di Intalasi Gawat darurat (IGD). Dalam hal ini, penentuan triage IGD dapat menggunakan sistem skoring yang objektif dengan melakukan skoring Pediatric Trauma Score (PTS). Pediatric Trauma Score (PTS) adalah penilaian fisiologis untuk menentukan derajat keparahan dari trauma pada anakbagi pasien cedera kepala.16 PTS sangat penting untuk menentukan tindakan pada kasus cedera kepala anak.16

Penilaian PTS memiliki 6 parameter dengan maksimal skor +12 dan minimal -6, semangkin tinggi PTS memiliki faktor mortalitas yang kecil, namun jika nilai PTS dibawah 8 maka memiliki faktor resiko yang besar untuk terjadinya mortalitas sehingga harus di bawa ke penanganan lebih lanjut.17 Hasil penjumlahan akan menentukan resiko

(4)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 5. Nomor 2B. Juli 2019

terjadi keburukan seseorang dengan nilai antara lain serius (nilai<6), berat (7-8), sedang (nilai 9-10), ringan (nilai 11-12).18 Penelitian mengenai hubungan antara PTS dengan mortalitas pada pasien cedera kepala anak di RSUD Abdul Aziz Kota Singkawang belum pernah dilakukan sebelumnya sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara Pediatric Trauma Score (PTS) dan mortalitas pada pasien cedera kepala anak di RSUD Abdul Aziz Kota Singkawang.

METODE

Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan potong lintang. Penelitian ini dilakukan di RSUD DR Abdul Aziz Kota Singkawang. Populasi penelitian ini adalah pasien cedera kepala di DR Abdul Aziz Kota Singkawang dengan pemilihan sampel menggunakan metode total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang yang memenuhi

kriteria penelitian. Variabel yang diteliti adalah Pediatric Trauma Score (PTS) dan mortalitas. Data dari penelitian ini dikumpulkan melalui rekam medis dan gambaran CT-Scan pasien, kemudian dilakukan analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas data dan dilanjutkan dengan uji Chi Square.

HASIL

Sebanyak 30 subjek terlibat dalam penelitian ini. Sebagian besar sampel dieksklusikan dari penelitian karena rekam medis yang tidak lengkap. Usia rata-rata subjek penelitian adalah 6 ± 4,20. Usia termuda subjek penelitian adalah 1 tahun dan yang tertua adalah 14 tahun. Sebagian besar subjek penelitian adalah berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 17 orang dengan persentase 56,67%. Sebagian besar etiologi cedera kepala adalah terjatuh yaitu sebesar 76,77%. Sebagian pekerjaan belum bekerja karena merupakan anak-anak dan

(5)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 5. Nomor 2B. Juli 2019

pelajar. Sebanyak 20% pekerjaan subjek penelitian adalah pelajar yang terdata dalam rekam medis. pekerjaan terbanyak adalah belum bekerja karena pada penelitian ini yang terinklusi adalah usia muda yaitu sebesar 80,00%.

Nilai Pediatric Trauma Score (PTS) memiliki rerata nilai 10.63 ± 1.47 dengan parameter ringan, sedang, berat, dan serius. Parameter PTS pada tekanan sistolik subjek penelitian bervariasi dengan nilai terendah 60mmHg dan nilai tertinggi sebesar 140 mmHg. Nilai tekanan darah sistolik subjek penelitian terbanyak adalah sebesar 120 mmHg yaitu 30%. Frekuensi napas subjek penelitian normal tanpa alat bantu napas dengan presentase 100%. Fraktur subjek penelitian tertinggi dengan presentase 80%. Luka subjek penelitian tertinggi dalam subjek penelitian tidak ada luka dengan presentase 76,67%. Penilaian SSP yang tertinggi dalam keadaan sadar dengan presentase 83,33%. Presentase berat badan tertinggi dengan presentase 13,33% pada berat 14 kg terdapat 4 subjek.

Analisis bivariat merupakan analisis dua variabel yang meliputi analisis statistik perbandingan nilai Pediatric Trauma Score (PTS) dan mortalitas pada pasien cedera kepala anak di RSUD Dr Abdul Aziz Kota Singkawang. Variabel nilai PTS berupa skala ordinal dengan pembagian kategori ringan, sedang dan berat dan serius, sedangkan variabel mortalitas berupa skala nominal dengan pembagian kategori meninggal dan hidup.

Setelah dilakukan tabulasi silang setiap kategori maka dilakukan uji chi-square untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara kategori PTS dengan mortalitas dengan hasil nilai p = 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kategori PTS dan mortalitas.

PEMBAHASAN

Angka kasus cedera kepala di RSUD DR Abdul Aziz Kota Singkawang periode Januari 2016 – Mei 2017 terhitung sebanyak 529 kasus dengan etiologi yang

(6)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 5. Nomor 2B. Juli 2019

bermacam-macam, seperti kecelakaan lalu lintas, jatuh, tertembak, terkena pukulan benda tumpul. Subjek penelitian yang digunakan berdasarkan kriteria inklusi penelitian berjumlah 30 dari 529 kasus tersebut. Cedera kepala disebabkan oleh benturan pada bagian kepala secara langsung ataupun tidak langsung yang dapat terjadi dengan mekanisme benturan secara mendadak ataupun terus-menerus oleh gaya akselerasi, deselerasi dan serta rotasi. Cedera kepala dapat berakibat fatal, dapat menyebabkan disabilitas hingga mortalitas.19

Cedera pada kepala dapat melibatkan seluruh struktur lapisan, mulai dari lapisan kulit kepala atau lapisan yang paling luar, tulang tengkorak, duramater, vaskular otak, sampai jaringan otaknya sendiri, baik berupa luka yang tertutup, maupun trauma yang menembus kulit hingga tengkoraknya.20 Cedera kepala adalah penyebab utama kematian dan cacat diantara pengguna sepeda motor serta biaya dari cedera kepala yang tinggi

karena mereka sering memerlukan perawatan medis khusus atau rehabilitasi jangka panjang. 21 Adapun penyebab tersering cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas yaitu sebanyak 49% dan kemudian disusul dengan jatuh.21

Pada penelitian ini, cedera kepala banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki etiologi cedera kepala sebanyak 76,77% diakibatkan oleh terjatuh. Trefan22 menyatakan bahwa kejadian cedera kepala lebih banyak pada laki-laki dibanding perempuan, 5 berbanding 1. Cedera kepala sering terjadi di Indonesia menurut data insidensinya sebesar 19,6%.6 Hal tersebut disebabkan frekuensi kendaraan bermotor bertambah setiap tahun khususnya sepeda motor.

Penilaian PTS memiliki rentang skor -6 hingga +12 dengan 6 parameter, nilai tertinggi adalah 12 dan terendah adalah -6. Skor yang tinggi menujukkan bahwa kondisi pasien dalam keadaan yang baik dan skor rendah menujukkan keadaan yang buruk23

(7)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 5. Nomor 2B. Juli 2019

Sistem skoring PTS berperan penting dalam penilaian keparahan trauma anak. Jika skor digunakan oleh banyak orang maka skor itu dapat menjadi objektivitas dalam penilaian trauma23, skoring PTS berdasarkan tingkat keparahan yang terjadi pada trauma anak dapat di kategorikan menjadi 4 yaitu kategori trauma serius, berat, sedang, dan ringan.18 Penilaian PTS memiliki 6 parameter dengan skor maksimal +12 dan minimal -6, hasil penjumlahan akan menentukan resiko terjadinya keburukan pasien cedera kepala anak dengan antara lain dapat dikategorikan nilai skor PTS dengan skor serius nilai<6), berat (nilai 7-8), sedang (nilai 9-10), ringan (nilai 11-12).18

Pada data hasil diperlihatkan bahwa semakin rendah nilai PTS maka semakin besar nilai kemungkinan kematian pada pasien anak. Wolfler23 menyatakan bahwa jika PTS kurang dari atau sama dengan 8 kondisi pasien dalam keadaan buruk yang berpotensi terjadi kematian

sebesar 43% hal ini dikarenakan rendahnya nilai PTS memperlihatkan semangkin tinggi keparahan pasien. American Collage of Surgeons Commmittes menyatakan bahwa penilaian PTS adalah penelitian yang mempunyai keakuratan sebesar 83% untuk memberikan penilaian yang tepat kepada pasien trauma anak.24

Pada kasus kematian penelitian ini skor PTS mengalami penurunan tekanan darah sistolik karena kemampuan jantung yang tidak adekuat memompa darah ke otak hal ini dapat terjadi pada kasus cedera kepala anak karena gangguan regulasi aliran darah ke serebral, kejadian ini sering terjadi pada kasus cedera kepala sedang, cedera kepala berat dan multipel trauma. Kejadian fraktur pada regio femur dapat memperburuk prognosis, karena di femur memiliki arteri femoralis yang memperdarahi arteri kecil dan organ lain dan dimana memperparah keadaan jika terjadi.25 Sistolik menurun dapat memicu terjadinya cedera kepala sekunder. Studi

(8)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 5. Nomor 2B. Juli 2019

obervasional menunjukkan tekanan sistolik rendah berhubungan dengan prognosis yang buruk pada cedera primer.26 Markam27 menyatakan bahwa tekanan darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah menunjukkan keadaan yang buruk, akan diikuti dengan kematian.27 Penderita dengan hipotensi pada penelitian ini sebanyak 7 orang dan 4 orang meninggal. Pasien yang hipotensi memiliki angka mortalitas 83% pada kejadian hipotensi saat dirawat dalam waktu 24 jam, dibandingkan dengan angka mortalitas 45% dari penderita tanpa disertai hipotensi sistemik.

Pada orang normal frekuensi berkisar dari 12 – 20 kali permenit. Frekuensi ini dapat meningkat dikarenakan respons fisiologis dalam melindungi dan mempertahankan kadar oksigen di dalam tubuh. Peningkatan juga dapat dipengaruhi oleh pendarahan intrakranial. Pada bayi 0 bulan hingga 1 tahun frekuensi pernapasan berksisar 30-60 kali permenit anak 1-3 tahun frekuensi pernapasan normal 24-40

kali permenit, anak 3-6 tahun frekuensi pernapasan 22-34 kali permenit.28 Indikasi pemasangan ventilator adalah pasien dengan respiratory failure atau gagal napas, respiratory arrest, PaO2 kurang dari 60, PaCO2 lebih dari 60 mmHg, tujuan pemasangan ventilator adalah memberikan kekuatan mekanis pada sistem paru untuk mempertahankan ventilasi yang fisiologis.29 Murphy30 menyatakan bahwa penyebab tersering kasus cedera kepala anak yang menggunakan alat bantu ventilator adalah contusio serebri. Pada penelitian ini semua subjek penelitian tidak menggunakan ventilator sebagai alat bantu napas. berdasarkan analisis yang telah dilakukan subjek penelitian yang sadar sebanyak 25 orang dan 5 tidak ada respon. Berdasarkan referensi mengatakan bahwa seorang yang terganggu fungsi saraf otonomnya dapat terjadi peningkatan tekanan intrakranial, karena bila tekanan intrakranial meningkat maka orang tersebut akan kehilangan kesadaran dan terjadi gangguan neurologis. 31,32

(9)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 5. Nomor 2B. Juli 2019

KESIMPULAN

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara Pediatric Trauma Score (PTS) dan tingkat mortalitas pada pasien cedera kepala.

2. Nilai Pediatric Trauma Score (PTS) subjek penelitian memiliki rerata nilai 10.63 ± 1.47.

3. Terdapat 4 subjek penelitian yang mengalami mortalitas dengan presentase 13,33%.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kumar R dan Mahapatra AK. A Textbook

of Head Injury. Edisi ke New Delhi: JP Medical Ltd; 2012.

2. Manarisip MEI, Oley M, Limpeleh H.

Gambaran CT Scan Kepala Pada

Penderita Cedera Kepala Ringan di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 2012-2013. J E-Clin. 2014;2(2) : 1-4.

3. Abelson-Mitchell N. Neurotrauma:

Managing Patients with Head Injury. Oxford: John Wiley & Sons; 2013.

4. Sasser S, Varghese M, Kellermann A,

Lormand JD. Prehospital traumacare

system. World Health Organization

Geneva.2005.

In:http://www.who.int/violence_injury_pr evention/media/news/04_07_200 en/[Accesson:2015.02.20].

5. Khan MK, Hanif SA, Husain M, Huda

MF, Sabri I. Pattern of Non-Fatal Head Injury in Adult Cases Reported at J.N.M.C. Hospital, A.M U, Aligarh. Indian Acad Forensic Med. 2011; 33(1) : 21-23.

6. http://www.hscic.gov.uk/catalogue/PUB1

2566/hospepis-stat-admi-diag-2012-12-3-tab.xlsx (accessed 20 Jul 2017).

7. Centers for Disease Control and

Prevention (CDC). Childhood Injury

Report. Patterns of Unintentional Injuries among 0-19 Year Olds in the United States. Periode 2002-2006. 2016; 12-21. 8. Burrows P, Trefan L, Houston R. Head

injury from falls in children younger than 6 years of age. Arch Dis Child 2015;100:1032–7.

9. Khodadadi H, Asadpoor M, Zohreh

Kermani SH, Ravari A. Frequency of the Accidents in Children Under 15 Years Old Referring to the Emergency Center of Ali Ebn Abitaleb Hospital in Rafsanjan 2000-2001. JRUMS 2006;5:201–8.

10. Badan Pusat Statistik Provinsi

Kalimantan Barat. Kalimantan Barat dalam Angka 2015. Pontianak: BPS-Provinsi Kalimantan Barat; 2015.

11. Badan Pusat Statistik Kota Pontianak. Kota Pontianak dalam Angka 2015. Pontianak: BPS-Kota Pontianak; 2015.

12. Chong CL, Ooi S. Commonly used

scoring systems. In: Ooi S, Manning P, editors. Guide to the essentials in emergency medicine. 2nd ed. Singapore: McGraw-Hill; 2015.

13. Kingston R, O’Flanagan SJ. Scoring

system in trauma. Irish J Med Sci. 2000; 169(3): 168-72.

14. Rehn M, Perel P, Blackhall K, Lossius HM. Prognostic models for the early care of trauma patients: A systematic review. Scand J Trauma, Resuscitation and Emergency Medicine. 2015; 19(17): 6.

15. Ozoilo KN. Measurement of the

magnitude of injury: A review of the trauma scoring systems. Jos J Med. 2013; 6(2): 19-20.

16. Malq WZ. Pediatric Trauma Score

Lecture Notes Injury: A reviews of the pediatric trauma scoring and Emergency. 2015; 12(7):6-12.

17. Champion HR. Trauma scoring. Scand J Surg. 2002; 91(1): 12-22.

18. Bawono L. Perbandingan Modified Injury

Severity Score dan Pediatric Trauma Score Sebagai Prediktor Mortalitas Serta Indikasi Operasi pada Kasus Trauma Anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. 2014.

19. World Health Organization.

Motorcyle-related road traffic crashes in Kenya fact & figures. 2011.

20. Departemen Dalam Negeri

Undang-Undang Republik Indonesia. Komisi Kesehatan. Kesehatan Nomor 36 tahun

2009. Tersedia:

http://www.depdagri.go.id di akses pada 23 Maret 2017.

21. Brown L dan Pineda L. Evidance-Based Assessment of Severe Pediatric Traumatic

(10)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 5. Nomor 2B. Juli 2019 Brain Injury and Emergent Neurocritical

Care. Rosen's Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice. 8th ed. Philadelphia, PA: Elsevier; a2014.

22. Trefan L, Houston R, Pearson G, Edwards

H, Hyde P, Maconochie, Parslow RV. Epidemiology of children with head injury:a national overview. Arch Dis. BMJ. Child published online March 14, 2016.

23. Wolfler A, Osello R, Gualino J, et al. The

Importance of Mortality Risk

Assessment: Validation of the Pediatric Index of Mortality 3 Score. Pediatric Crit Care Med 2016; 17:251.

24. American Collage of Surgeons

Committes on Trauma Instructor Syllabus of advance life support. 1984.

25. Tepas Iil, Daniel Mollet, James L. The Pediatric Trauma Score as a Predictor of Injury Child. Journal of Pediatric Surgery, Vol 22, 201 (January) 1987: pp 14-18.

26. Newfield P, Pitts L, Kaktis J, Hoff J. The influence of shock on mortality after head trauma. Crit Care Med. 1980;8(4):254 27. Markam, S, Atmadja, DS, & Budijanto,

A.2005. Cedera kepala tertutup, Jakarta

:Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

28. Hall JE. Body Temperature Regulation

and Fever. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th ed. Saunders; 2015 Jun 03. Chapter 74, 911-922

29. Esteban A, Frutos-Vivar F, Ferguson ND.

Noninvasive positive-pressure ventilation for respiratory failure after extubation. N Engl J Med. 2004 Jun 10. 350(24):2452-60.

30. Murphy SL, Kochanek KD, Xu J, Arias E. Mortality in the United States, 2014. NCHS Data Brief. 2015 Dec. no. 229:1-8.

31. Sherer M dan Sander AM. Handbook on the Neuropsychology of Traumatic Brain Injury. New York: Springer; 2014. 32. Takahashi C, Hinson H dan Bagulay IJ.

Autonomic dysfunction syndromes after

acute brain injury. Edisi ke-3.

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa Inggris sebagai bahasa pendamping pengajaran (English classroom language) dapat memberi wadah dan sarana bagi guru dan siswa untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa inggris

Hasil penelitian hubungan antara kepuasan kerja dengan OCB ditemukan oleh Rita (2012), menunjukan bahwa hubungan kepuasan kerja dengan organizational citizenship behavior

Oleh karena itu, hepatosit tikus putih pada kelompok kontrol pelarut diduga telah mengalami regenerasi saat diinduksi oleh pelarut CMC 0,5%, namun tidak secepat

Pengujian stabilitas sirup dilakukan berdasarkan percobaan yang dilakukan Djajadisastra dkk., 2009 yaitu dengan cara menyimpan sirup yang dihasilkan dalam Climatic

Seluruh teman-teman Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah memberi dukungan moril, materi, semangat, serta

dengan Kepala Sub Bagian Pembinaan dan Operasional (Kasubbag Minopsnal) Direktorat Reserse (Ditres) Narkoba POLDA DIY, Komisaris Polisi Sularso ada beberapa kendala yang

Selanjutnya hasil observasi akan dianalisis dengan menggunakan analisis perancangan kota hingga dihasilkan seberapa besar tingkat perkembangan struktur ruang perkotaan

Tidak konsisten dan kurang berusaha melakukan yang terbaik dalam menangani dan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari 400 300 200 100 Bersedia memberikan usaha lebih