Jurnal Inovasi dan Pengelolaan Laboratorium | Aplikasi Edible Film Dari Pati ……… 1
Aplikasi
Edible Film
Dari Pati Ganyong
(Canna edulis Ker) Dan Ekstrak Daun
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)
Terhadap Masa Simpan Paprika
Lolita Mega Driyanti Aji, Endaruji Sedyadi, Susy Yunita Prabawati, Irwan Nugraha
Program Studi Ilmu Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Indonesia
lolitamega.driyanti@gmail.com, endaruji@yahoo.com, susyprabawati@gmail.com
Abstrak⸻Paprika akan mengalami perubahan tekstur karena kehilangan kandungan air dan mudah rusak oleh adanya bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik edible film dari pati umbi ganyong meliputi sifat mekanik, transmisi uap air dan aplikasinya terhadap masa simpan paprika. Aplikasi edible film yang dilapiskan pada paprika diuji dengan parameter susut bobot dan tekstur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi optimum pada pembuatan edible film dengan konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 0,75% dan 1,00% (b/b pati) digunakan untuk melapisi paprika kuning. Daun belimbing wuluh konsentrasi 0,75% masa simpannya yaitu 32 hari, sedangkan paprika yang dilapisi edible film dengan penambahan ekstrak konsentrasi 1,00% yaitu 39 hari. Masa simpan berdasarkan tekstur paprika kuning kontrol masa simpannya 18 hari sedangkan pada pelapisan edible film dengan penambahan ekstrak 0,75% masa simpan paprika kuning 19 hari, sedangkan pada pelapisan edible film penambahan ekstrak 1,00% masa simpan paprika kuning 30 hari. Jadi pelapisan dengan edible film pati ganyong dan ekstrak daun belimbing wuluh yang terbaik yaitu konsentrasi 1,00% yang menambah masa simpan paprika menjadi lebih lama.
Kata Kunci; Pati ganyong; edible film; paprika kuning; ekstrak daun belimbing wuluh
Abstract⸻Paprika will experience a change in texture because it loses water content and is easily damaged by bacteria. This study aims to determine the characteristics of edible film from Canna edulis Ker starch including mechanical properties, water vapor transmission and its application to the shelf life of peppers. The edible film application coated on paprika was tested with weight loss and texture parameters. The results showed that the optimum composition of edible film with a concentration of 0.75% starfruit leaf extract and 1.00% (b / b starch) was used to coat the yellow peppers. The concentration of starfruit leaves with a concentration of 0.75%, the shelf life is 32 days, while paprika coated with edible film with the addition of extract concentration of 1.00% is 39 days. The shelf life is based on the texture of the control of yellow paprika, the shelf life is 18 days, while the edible film is coated with the addition of 0.75% of the shelf life of the yellow paprika 19 days, while the edible film is added to the shelf life of yellow peppers 30 days. So coating with edible film canna starch and extracting the best starfruit leaf extract is a concentration of 1.00% which increases the shelf life of paprika for longer.
Keywords; Canna starch; edible film; yellow peppers; starfruit leaves extract
PENDAHULUAN
Paprika merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki prospek pada pasar domestik maupun ekspor. Permasalahannya adalah bahwa paprika mudah sekali mengalami kerusakan karena masa simpan hanyalah sekitar 1-2 minggu (Widaningrum et al., 2015). Paprika akan mengalami perubahan
tekstur karena kehilangan kandungan air dan mudah rusak. Permasalahan lain dalam pemasaran paprika adalah kualitasnya yang cepat menurun akibat aktivitas bakteri. Salah satu teknik sederhana yang dapat digunakan untuk mempertahankan kualitas dan memperpanjang masa simpan paprika
Jurnal Inovasi dan Pengelolaan Laboratorium | Aplikasi Edible Film Dari Pati ……… 2 adalah melapisi dengan edible film. Edible film
dapat memperbaiki bentuk fisik selain memperpanjang masa simpan. Peranannya adalah sebagai perlindungan terhadap kerusakan (Sedyadi et al., 1993). Edible film dapat dibuat dari polisakarida (karbohidrat), protein dan lipid. Contoh bahan polisakarida pada edible film adalah pati. Penggunaan pati karena aman dikonsumsi dan tidak bersifat karsinogenik (Winarti, 2015). Sumber pati diperoleh dari umbi-umbian, salah satunya umbi ganyong (Canna edulis kerr) yang mempunyai kandungan pati mencapai 30-40% lebih tinggi dibandingkan dengan umbi yang (hanya sekitar 20%). Kandungan pati yang cukup tinggi ini menyebabkan potensi besar sebagai bahan baku dalam pembuatan edible film (Syaichurrozi et al., 2012). Edible film ditambahkan antioksidan dan anti mikroba untuk menghambat mikroorganisme patogen pada makanan dan bahan kemasan. Daun belimbing wuluh merupakan tumbuhan yang mengandung senyawa fenol seperti saponin, tanin, alkaloid dan flavonoid. Senyawa-senyawa tersebut mampu menghambat aktivitas bakteri (Litbangkes, 2001). Pembuatan edible film ditambahkan plasticizer yang berfungsi untuk mengatasi sifat rapuh lapisan film.
METODE EKSPERIMEN Alat-alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan adalah alat non listrik yaitu seperangkat alat gelas kimia, magnetic stirrer, bunsen spirtus, toples, kertas cakram, kawat ose, cawan petri, termometer, plastik mika ukuran 13x18 cm, tisu, kapas, silica gel, loyang, mikrometer sekrup, dan saringan. Alat listrik yang digunakan yaitu oven (Haraeus UT 6120), blender, rotary evaporator, neraca analitik (Ohaus Advemturer), hot plate (Cimarec). Alat yang digunakan untuk analisis yaitu inkubator shaker, FTIR (Forier Transform Infrared Spectroscopy), Instrumen Uji Tekstur dan Kuat Tarik (Universal Testing Machine).
Bahan Penelitian
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu daun belimbing wuluh, pati umbi ganyong yang diperoleh di Bantul, etanol 96%, sorbitol p.a.,
paprika yang diperoleh di Transmart Babarsari, kultur bakteri Staphylococcous Aureus, media Nutrient Agar (NA), NaCl dan akuades.
Pembuatan edible film dengan penambahan ekstrak daun belimbing wuluh.
Edible film dengan volume suspensi 100 mL terdiri dari pati umbi ganyong 3% b/v dan sorbitol 2% b/v yang dilarutkan dalam akuades. Larutan diaduk selama 20 menit pada suhu ruang sampai membentuk suspensi. Kemudian suspensi dipanaskan ke dalam hotplate stirrer sampai membentuk gelatin. Setelah terjadi gelatinasi, kemudian ditambahkan sorbitol 2% b/v sebagai plasticizer dan diaduk selama kurang lebih 15 menit pada suhu 70oC ± 5oC. Suspensi didinginkan
sambil diaduk kemudian ditambahkan ekstrak daun belimbing wuluh sebanyak 0,50; 0,75; 1,00; 3,00 dan 7,00% (b/b pati). Langkah pembuatan edible film ini berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Sari (2013) dengan beberapa modifikasi yaitu suspensi pada suhu 50oC kemudian dilakukan
penuangan sebanyak 25 mL ke plastik mika ukuran 13cm x 18cm. Kemudian dikeringkan pada suhu 50oC dalam oven selama 1 jam dan dilanjutkan
pengeringan pada suhu ruang selama 24 jam.
Aplikasi Terhadap Paprika.
Tahap aplikasi dilakukan coating terhadap paprika kuning menggunakan metode pencelupan. Paprika kuning yang telah dicuci bersih kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan sampai kering. Paprika kuning selanjutnya dilapisi dengan dicelupkan ke dalam larutan edible film umbi ganyong dan ekstrak daun belimbing wuluh 0,75 % dan 1 % (b/b pati). Paprika kuning dicelupkan selama 3 menit ke dalam larutan pada suhu 30oC
dan diangin-anginkan sampai kering (Winarti, 2015). Paprika kuning yang telah dilapisi dengan edible film disimpan dalam suhu kamar (25-27oC).
Pengambilan data dilakukan setiap 2 hari sekali selama 14 hari penyimpanan yaitu 3, 5, 7, 10, 12 dan 14. Paprika selanjutnya diuji susut bobot dan tekstur.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstrak Daun Belimbing Wuluh
Jurnal Inovasi dan Pengelolaan Laboratorium | Aplikasi Edible Film Dari Pati ……… 3 Pembuatan ekstrak ini menggunakan metode
maserasi dan menghasilkan ekstrak daun belimbing wuluh sebanyak 12,28 gram dengan rendemen sebesar 15,34%. Hasil ekstrak kental berwarna hijau kehitaman. Hasilnya dianalisis lebih lanjut menggunakan instrumen FTIR yang disajikan pada gambar 1. Bilangan gelombang 2924,09 cm-1
menunjukkan puncak serapan C-H alifatik. Serapan bilangan gelombang 1705,07 cm-1menunjukkan
adanya gugus C=O sedangkan serapan pada bilangan gelombang 1612,49 cm-1 menunjukkan
gugus C=C aromatik. Serapan pada 1265 cm-1
menunjukkan adanya gugus C-O-C. Serapan melebar pada panjang gelombang 1064,71 cm-1
menunjukkan adanya gugus C-O. Gugus-gugus fungsi ini identik dengan senyawa flavonoid seperti
gugus OH, C-H, C=C, C-O dan C=O (Suteja et al., 2016) sehingga dari hasil pengujian FTIR ini diduga ekstrak yang dihasilkan mengandung senyawa flavonoid. Struktur flavonoid terlihat dalam Gambar 1. Gugus fungsi ini juga identik dengan senyawa tanin seperti gugus OH dan C-O-C (Friedrich et al., 2010).
Pembuatan dan Karakterisasi Edible Film Umbi Ganyong dan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh Hasil pengukuran ketebalan menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh yang ditambahkan akan meningkatkan ketebalan edible film. Hasil tersebut serupa dengan penelitian Gallstedt et al. (2013).
Gambar 1. Spektrum FTIR Daun Belimbing Wuluh
Berdasarkan Japanese Industrial Standart (1975), kriteria ketebalan sebuah film < 0,25 mm, artinya edible film yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dikategorikan sebagai film. Uji koefisien korelasi Spearman menunjukkan angka sebesar 0,78 dengan taraf signifikansi sebesar 0,03, sehingga dapat dikatakan bahwa ada kaitan yang
cukup kuat antara penambahan esktrak belimbing wuluh dengan ketebalan. Uji Statistik Kruskal Wallis menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,064. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan esktrak daun belimbing wuluh cukup berpengaruh terhadap ketebalan film.
Tabel 1 Sifat Fisik Edible Film Pati Umbi Ganyong dan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh
Sifat Fisik
Konsentrasi Ekstrak Daun Belimbing Wuluh
0,5% 0,75% 1% 3% 7%
Ketebalan (mm) 0,08 0,07 0,07 0,08 0,09
Kuat Tarik (MPa) 0,77 1,2 1,08 0,83 0,62
Elongasi (%) 10,96 15,15 12,03 13,78 12,68
Modulus Young 14,26 12,28 11,06 16,66 20,34
Jurnal Inovasi dan Pengelolaan Laboratorium | Aplikasi Edible Film Dari Pati ……… 4 Kuat tarik atau tensile strength merupakan gaya
maksimum yang diperlukan untuk memutuskan edible film (El-Sherif et al., 2015). Pengukuran kuat tarik menggunakan Universal Testing Machine. Hasil kuat tarik bahwa semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh akan cenderung menurunkan nilai kuat tarik dari edible film. Hasil tersebut serupa dengan penelitian Krochta et al. (1992) bahwa semakin meningkatkan konsentrasi ekstrak yang ditambahkan akan menurunkan sifat kuat tarik. Uji koefisien korelasi Spearman menunjukkan angka sebesar -0,509 dengan taraf signifikansi sebesar 0,091, sehingga dapat dikatakan bahwa ada korelasi negatif antara penambahan esktrak belimbing wuluh dengan kuat tarik yang tidak begitu kuat. Uji Statistik Kruskal Wallis menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,080. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan esktrak daun belimbing wuluh berpengaruh relatif kecil terhadap kuat tarik.
Elongasi atau persen pemanjangan merupakan perubahan panjang maksimum pada saat terjadi regangan hingga sampel terputus (Rachmayanti, 2015). Hasil elongasi yaitu semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh cenderung menurunkan nilai elongasi dari edible film yang dihasilkan. Uji koefisien korelasi Spearman menunjukkan angka sebesar -0,495 dengan taraf signifikansi sebesar 0,102, sehingga dapat dikatakan bahwa ada korelasi negatif antara penambahan ekstrak belimbing wuluh dengan elongasi yang lemah. Uji Statistik Kruskal Wallis menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,144. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan esktrak daun belimbing wuluh tidak berpengaruh nyata terhadap elongasi.
Modulus young bertujuan untuk mengetahui ukuran kekakuan bahan yang dihasilkan. Modulus young diperoleh dari perbandingan antara kuat tarik terhadap elongasi (Arini et al., 2017). Hasil modulus young variasi konsentrasi berkisar antara 11,06-20,34 MPa. Japanese Industrial Standart
(1975) menyebutkan bahwa nilai standar minimal nilai modulus young edible film 0,35 MPa (Diaz-Visurraga, 2010). Uji koefisien korelasi Spearman menunjukkan angka sebesar -0,212 dengan taraf signifikansi sebesar 0,508, sehingga dapat dikatakan bahwa ada korelasi negatif antara penambahan ekstrak belimbing wuluh dengan Modulus Young yang sangat lemah. Uji Statistik Kruskal Wallis menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,061. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan ekstrak daun belimbing wuluh cukup berpengaruh terhadap Modulus Young. Edible film umbi ganyong dan ekstrak daun belimbing wuluh telah memenuhi standar tersebut.
Faktor yang mempengaruhi transmisi uap air dipengaruhi oleh temperatur, ketebalan, jenis, konsentrasi plasticizer dan sifat bahan pembentuk edible film. Edible film berbahan dasar tepung cenderung memiliki nilai laju transmisi uap air yang tinggi (Afriyah et al., 2015). Hasil uji transmisi uap air menunjukkan bahwa nilai transmisi uap air edible film cenderung mengalami penurunan, variasi konsentrasi berkisar antara 9,18-10,8 (gram/m2.jam). Uji koefisien korelasi
Spearman menunjukkan angka sebesar -0,638 dengan taraf signifikansi sebesar 0,173, sehingga dapat dikatakan bahwa ada korelasi negatif antara penambahan ekstrak belimbing wuluh dengan Modulus Young yang cukup kuat.
Identifikasi gugus fungsi yang terdapat dalam edible film dengan penambahan ekstrak daun belimbing wuluh dilakukan menggunakan instrumen FTIR dan disajikan pada gambar 2. Hasil spektrum inframerah terdapat serapan pada bilangan gelombang 3371,57 cm-1 merupakan
serapan gugus OH. Gugus CH ditunjukkan pada bilangan gelombang 2924,09 cm-1. Serapan pada
1635,64 cm-1 menunjukkan adanya gugus C=O.
Serapan pada bilangan gelombang 1026,13 cm-1
menunjukkan serapan gugus C-O. Gugus ini identik dengan senyawa flavonoid yaitu O-H, C-H, C=O dan C-O (Lathifa et al., 2013).
Jurnal Inovasi dan Pengelolaan Laboratorium | Aplikasi Edible Film Dari Pati ……… 5 Gambar 2. Spektrum Edible Film Pati Ganyong dengan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh
Aplikasi terhadap Paprika Kuning Sampel diuji susut bobot dan tekstur. Hasil ini dibandingkan dengan paprika kuning yang tidak dilapisi dengan edible film sebagai kontrol. Pengambilan data dilakukan setiap 2 hari sekali selama 14 hari penyimpanan yaitu 3, 5, 7, 10, 12 dan 14.
Paprika tanpa pelapisan (kontrol) selama penyimpanan mengalami persentase susut bobot
sebesar 9,4-40,8%, persentase susut bobot paprika dengan pelapisan edible film umbi ganyong dengan ekstrak daun belimbing wuluh 0,75% berkisar antara 10,6-44,9%, sedangkan persentase susut bobot paprika dengan pelapisan edible film umbi ganyong dan ekstrak daun belimbing wuluh 1% berkisar antara 5,1-35,1%. Persentase susut bobot paprika terkecil diperoleh dari pelapisan paprika menggunakan edible film dengan penambahan ekstrak daun belimbing wuluh 1%.
Tabel 2. Uji Statistik Kruskal Wallis terhadap bobot sisa plastic pada hari ke 3, 7 dan 14 Test Statisticsa,b
Sisa Hari ke 3 Sisa Hari ke 7 Sisa Hari ke 14
Chi-Square 3.926 3.551 3.419
df 3 3 3
Asymp. Sig. 0.27 0.314 0.331
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Variasi
Meskipun demikian ternyata hasil Uji Statistik Kruskal Wallis seperti disajikan pada tabel. 2 menunjukkan bahwa bobot sisa plastic pada hari ke 3, 7 dan 14 memiliki taraf signifikansi
masing-masing sebesar 0,270; 0,314 dan 0,331. Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan ekstrak daun belimbing wuluh tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan susut bobot.
Jurnal Inovasi dan Pengelolaan Laboratorium | Aplikasi Edible Film Dari Pati ……… 6 Gambar 3. Hasil Susut Bobot Paprika Kuning
Menurut Lathifa (2013) nilai presentase susut bobot meningkat seiring penyimpanan paprika. Susut bobot buah cenderung mengalami peningkatan yang tidak dapat dicegah selama proses penyimpanan. Hal tersebut terjadi karena proses respirasi dan transpirasi selama penyimpanan Berdasarkan pengujian WVTR edible film dengan penambahan ekstrak daun belimbing wuluh 1% memiliki nilai yang paling rendah. Nilai WVTR yang rendah dapat memperpanjang masa simpan bahan pangan yang dilapisi. Paprika yang dilapisi edible film dengan penambahan ekstrak
daun belimbing wuluh 0,75% dapat
memperpanjang masa simpan sampai 32 hari,
sedangkan paprika yang dilapisi edible film penambahan ekstrak daun belimbing wuluh 1% dapat memperpanjang masa simpan paprika menjadi 39 hari.
Pengamatan tekstur pada paprika kuning dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat kekerasan paprika akibat respirasi, transpirasi dan aktivitas mikroba. Pengukuran nilai tekstur dilakukan dengan menusuk bahan pangan atau produk untuk mendorong jarum probe.
Penurunan tekstur selama penyimpanan disebabkan oleh kehilangan kandungan air di dalam selnya akibat dari proses respirasi dan transpirasi sehingga
y = -2,8596x + 99,796 R² = 0,9987 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 0 5 10 15 Kontrol y = -3,1551x + 99,632 R² = 0,999 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 0 5 10 15 Belimbing Wuluh 0,75% y = -2,5957x + 101,96 R² = 0,9899 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 0 5 10 15 Belimbing Wuluh 1%
Jurnal Inovasi dan Pengelolaan Laboratorium | Aplikasi Edible Film Dari Pati ……… 7 sel yang kekurangan air akan menjadi lunak dan
lemas. Tingginya transpirasi dan respirasi akibat pelapisan edible film sehingga menghambat
berkurangnya kandungan air dalam jaringan buah dan sayur (Sari et al., 2013).
Gambar 4. Grafik Hasil Uji Tekstur Paprika Kuning Selama Penyimpanan
Nilai hasil uji tekstur paprika kuning pada gambar 4 menunjukkan bahwa pelapisan edible film dengan konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 1% dapat mengurangi penurunan tekstur paprika kuning. Uji koefisien korelasi Spearman menunjukkan angka sebesar -0,900 dengan taraf signifikansi sebesar 0,037, sehingga dapat dikatakan bahwa ada korelasi negatif antara penambahan esktrak belimbing wuluh sebesar 1% dengan tekstur dari buah paprika yang cukup kuat. Hal tersebut didukung oleh penelitian Widyastuti (2017) yaitu tekstur buah anggur merah mengalami penurunan selama penyimpanan dan nilai tekstur buah anggur merah tanpa pelapisan edible film mengalami penurunan dengan cepat dibandingkan dengan buah anggur merah yang yang dilapisi. Paprika kuning tanpa pelapisan edible film masa simpannya sampai 18 hari. Pada paprika kuning dengan pelapisan edible film dengan penambahan ekstrak konsentrasi 0,75% masa simpannya 19 hari, sedangkan paprika kuning dengan pelapisan edible film dengan penambahan ekstrak 1% masa simpannya lebih lama yaitu 30 hari.
KESIMPULAN
Ekstrak daun belimbing wuluh sebagai bahan tambahan dalam edible film berpengaruh terhadap ketebalan, tensile dan modulus young namun tidak berpengaruh terhadap elongasi. Ekstrak daun belimbing wuluh sebagai bahan tambahan dalam edible film berpengaruh terhadap masa simpan paprika. Paprika kuning tanpa pelapisan edible film memiliki masa simpan 18 hari. Aplikasi edible film
dengan penambahan ekstrak daun belimbing wuluh dengan konsentrasi 0,75% menghasilkan masa simpan paprika kuning selama 19 hari. Penambahan ekstrak daun belimbing wuluh dengan konsentrasi 1% menghasilkan masa simpan paprika menjadi 30 hari. Edible film dengan penambahan ekstrak daun belimbing wuluh sebesar 1% dapat memperpanjang masa simpan lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Afriyah, Y., Putri, W., Dwi, R. & Wijayanti, S. D. 2015. Penambahan Aloe vera L dengan Tepung Sukun (artocarpus communis) dan Ganyong (Canna edulis Kerr) terhadap Karakteristik Edible Film. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(4): 1313-1324. Dhanikula, A. B., Panchagnula, R., 2004,
Development and Characterization of Biodegradable Chitosan Films for Local Delivery of Paclitaxel, The AAPS Journal, 6 (3): 1-12
Diaz-Visurraga, J., Melendrez, M.F., Garcia, A., Paulraj, M., and Cardenas, G., 2010, Semitransparent Chitosan-TiO2
Nanotubes Composite Film for Food Package Applications, J. Appl. Polym. Sci., 10:1002
El-Hefian, E. A., Nasef, M. M., and Yahaya, A. H., 2010, Preparation and Characterization of Chitosan/Poly(Vinyl Alcohol) Blended Films: Mechanical, Thermal and Surface Investigations, Electron J. Theor. Ch., 8(1): 91-96 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00% 0 5 10 15 ke ke rasan konsentrasi
Jurnal Inovasi dan Pengelolaan Laboratorium | Aplikasi Edible Film Dari Pati ……… 8 El-Sherif, H., and El-Masry, M., 2010,
Superabsorbent Nanocomposite
Hydrogels based on Intercalation of Chitosan into Activated Bentonite, Polym. Bull., 10:1007
Fessenden, R.J., and Fessenden, J.S., 1997, Kimia Organik, Edisi Ketiga, Jilid 1, (Diterjemahkan oleh A.H. Pudjaatmaka), Erlangga, Jakarta.
Friedrich, K., Fakirov, S., Zhang, Z., Polymer Composites from Nano- to Macro-Scale, Springer Science Business Media, Inc, New York
Gallstedt, M., 2004, Films and Composites Based on Chitosan, Wheat Gluten or Whey Proteins, Their Packaging Related Mechanical and Barrier Properties. Tesis, STFI-Packforsk and KTH, Stockholm
Hargono, Abdullah dan Sumantri, I., 2008, Pembuatan Kitosan dari Limbah Cangkang Udang serta Aplikasinya dalam Mereduksi Kolesterol Lemak Kambing, Jurnal Reaktor, 12(1): 53-57 Harvey, C. C., and Murray, H. H., 1996, Industrial
Clays in the 21st Century: a Perspective
of Exploration, Technology and Utilization, Appl. Clay Sci., 11: 285-310 Joseph, C. S., Prashanth, K. V. H., Rastogi, N. K.,
Indiramma, A. R., Reddy, S. Y., and Raghavarao, K. S. M. S., 2009, Optimum Blend of Chitosan and Poly-(ε-caprolactone) for Fabrication of Films for Food Packaging Applications, Food Bioprocess Tech., 10: 1007-1014
Krochta, J. M. 1992. Control of Mass Transfer in Food With Edible Coatings and Film. In.Singh,R.P and M.A.Wirakartakusumah (Eds): Advances in Food Engineering. CRC Press : Boca Raton, F.L.pp.157-538. Lathifa, Hafidzatul. 2013. Pengaruh Pati Sebagai
Bahan Dasar Edible Film Coating dan Suhu Penyimpanan terhadap Kualitas Buah Tomat. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(4): 1350-1360.
Litbangkes. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Edisi 1 Jilid 1. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Rachmayanti, Widya P. 2015. Karakterisasi Antimicrobial Film dari Ekstrak Kedelai dan Tapioka sebagai Bahan Pengemas Makanan. Indonesian Journal of Chemical Science 4(3): 184-188.
Sari, R. Paramita, S. Tri W. & Dyah H. W. 2013.Pengaruh Penambahan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) Terhadap Karakteristik Edible Film Pati Ganyong. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2(3) : 82-87.
Sedyadi, E., Aini, S. K., Anggraini, D., Ekawati, D. P. 2016. Starch-Glycerol Based Edible Film and Effect of Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) Extract and Surimi Dumbo Catfish (Clarias gariepinus) Addition on Its Mechanical Properties. Biology, Medicine, & Natural Product Chemistry. 5(2): 33-40
Suteja, K. P., Rita, W. & Gunawan., I. W. G., 2016. Identifikasi dan Uji Aktivitas Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Daun Trembesi (Albizia saman (Jacq) Merr) sebagai Antibakteri Escherichia coli. Jurnal Kimia 10: 141-148.
Syaichurrozi, I. dan Netty H. 2012. Kajian Penambahan Zat Antimikroba terhadap Karakteristik Edible Film dari Pati
Ganyong (Canna Edulis Ker).
Semarang:Universitas Diponegoro. Winarti, C., Hernani & Tri M. 2009. Pengaruh
Pemberian Ekstrak Daun Belimbing Wuluh terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Hewan Uji. Jurnal Pascapanen 6(1): 54-61.
Widaningrum, M. Winarti, C. 2105. Edible Coating Berbasis Pati Sagu dengan Penambahan Antimikroba Minyak Sereh pada Paprika: Preferensi Konsumen dan Mutu Vitamin C. Agritech. 35(1).
Widyastuti, E. 2017. Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Sirsak Terhadap Laju Transmisi Uap Air Edible Film Umbi Ganyong (Canna edulis ker) dan Aloe vera L. Prosiding Seminar 2017. 1(1).