© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
106
PSIKOEDUKASI
PARENTING SKILL
DALAM PENDAMPINGAN PADA ANAK DAN REMAJA
KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN OBAT-OBATAN TERLARANG DI
BANJARMASIN
Psychoeducation of Parenting Skill in Guiding Children and Teenagers as Victims of
Narcotic and Drugs Abuse in Banjarmasin
Rusdi Rusli
*, Gregorius Edrik Lawanto, Istiqomah
Psikologi Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Jalan A.Yani Km.36 Banjarbaru *Surel: dudy_abhel@yahoo.co.id
Abstract
Based on analysis of the problems that faced by the partners which is the parents who have children and adolescent as a victims of narcotic and drug abuse in Banjarmasin, then have to performed activities as a dedication for them as a our concern. Our activities is do psychoeducation or counseling about parenting skill that can be applied by parents as intervention or handling and assisting child and adolescent as a victims of narcotics and drugs abuse. The area as a partner in this activity is Banjarmasin. The method used in this activity is psychoeducation such as seminars and discussion, have a answer and question session, and sharing between parents and expert. Target of this research is parents will be know how to take care of children and adolescent who are victims of narcotics and drugs abuse, and are able to manage their stress and emotion. At the end, children and adolescent as a victims of narcotic and drugs abuse can get back to their normal life as a other child and adolescent on the normal life.
Keywords: abuse, drug, parenting skill, psychoeducation, victim
1.
PENDAHULUAN
Narkotika dan obat-obatan terlarang adalah hal yang sangat meresahkan masyarakat Indonesia. Menurut undang-undang RI No. 22 Tahun 1197 tentang narkotika, memberikan pengertian bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan (dalam Anggreni, 2015). Jumlah pengguna narkoba setiap tahunnya terus meningkat. Berdasarkan data dari BNN, pada tahun 2014 jumlah pengguna narkoba di Indonesia adalah 4,1 juta jiwa. Sedangkan pada tahun 2015 jumlah pengguna narkoba di Indonesia adalah 5,8 juta jiwa, dan diperkirakan pada tahun 2016 jumlah ini akan terus meningkat. Banyak dampak negatif yang diberikan oleh narkotika dan obat-obatan terlarang yang merambah setiap kalangan baik kalangan atas, bawah, tua, dan muda. Peredarannya pun sangat luas dan meskipun hukum di Indonesia sangat keras dalam melawan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba), namun masih banyak oknum-oknum yang memperjualbelikannya.
Mirisnya, narkoba sekarang merambah kepada anak-anak dan remaja, dalam usia yang masih dini,
anak-anak dan remaja sudah terjebak dalam narkoba yang dapat membuat masa depan mereka rusak. Tercatat bahwa sebanyak 22% dari pengguna narkoba di Indonesia adalah pelajar. Anak-anak dan remaja adalah tahap perkembangan yang sangat rawan dan mudah terpengaruh oleh keadaan yang ada di sekitarnya. Hal yang mendasari hal tersebut adalah karena anak-anak dan remaja merupakan proses dimana individu belajar akan setiap hal-hal dasar dari berbagai aspek kehidupan entah itu aspek sosial, pendidikan, budaya, dan lain-lain. Tahap anak-anak sendiri dimulai dari umur 3-11 tahun dan remaja dimulai dari 11-20 tahun (dalam Papalia, dkk, 2015). Apabila individu gagal dalam tahap ini atau ada beberapa hal yang hilang atau tidak terpenuhi, maka akan mempengaruhi tahapan perkembangan individu selanjutnya. Pencarian jati diri dan pembentukan diri individu juga berada pada tahap ini, oleh karenanya tahap anak-anak dan remaja juga disebut sebagai tahap yang krusial dimana setiap hal yang berada di sekitar individu memiliki potensi untuk membentuk diri individu tersebut, baik sikap, sifat, maupun perilakunya.
Keberadaan serta peran orang tua adalah hal yang sangat penting pada tahap ini untuk membantu tumbuh kembang anak. Orang tua memiliki peran untuk mengawasi dan menjaga anak-anaknya agar menjadi individu yang berhasil dan berperilaku
© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
107 sesuai dengan norma-norma yang ada di masyarakat. Pengasuhan orang tua juga menjadi kunci bagi anak dan remaja untuk mencapai tahap perkembangan yang optimal. Orang tua yang acuh tak acuh dengan anaknya, dapat membuat anak bebas melakukan hal-hal yang diinginkannya tanpa tahu apakah hal tersebut baik atau buruk. Namun, orang tua yang terus menerus mengekang anaknya juga bukan suatu hal yang baik karena akan membuat anak merasa tertekan dan tidak dapat melakukan hal-hal baru yang mungkin bisa menstimulus soft skill dan hard skill yang dimilikinya. Nakal tidaknya seorang anak juga bergantung pada orang tuanya. Remaja yang nakal sering kali berasal dari keluarga-keluarga dimana orang tuanya jarang memantau anak-anak mereka, memberi sedikit dukungan, dan jarang mendisiplinkan anak mereka secara efektif (dalam Santrock, 2002).
Pada tahun 2016 jumlah pengguna narkotika dan obat-obatan terlarang di Kalimantan Selatan berdasarkan dari data BNN, sudah mencapai 55.000 jiwa dan Banjarmasin meraih peringkat pertama yaitu dengan jumlah yang mendekati 12.000 jiwa. Jumlah tersebut merupakan sebuah bukti bahwa narkoba sudah banyak meracuni masyarakat Indonesia, khususnya di Banjarmasin. Hal ini memerlukan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat tidak terkecuali setiap orang tua, agar penyebaran narkoba dapat minimal berkurang dan tidak meracuni terutama kepada anak-anak dan remaja.
Para orang tua mungkin telah melakukan beberapa hal dalam menghadapi serta mendampingi anak dan remaja mereka yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang. Hanya saja belum tentu teknik atau cara yang dilakukan oleh para orang tua tersebut sesuai
dengan prosedur atau sesudai dengan
permasalahan yang sedang dihadapi oleh anak dan remaja korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang. Bertolak dari paparan di atas, permasalahan rancangan pengabdian ini akan dilaksanakan psikoedukasi atau penyuluhan mengenai parenting skill yang dapat diterapkan oleh para orang tua dalam mendampingi anak dan remaja yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang.
2.
METODE
2.1
Asesmen Awal
Mencari informasi mengenai apa saja kendala atau permasalahan para orang tua ketika mendampingi anak dan remaja korban penyalahgunaan narkotika
dan obat-obatan terlarang. Kendala atau permasalahan yang dimaksud adalah permasalahan perilaku maupun pengasuhan yang dapat diintervensi atau ditangani menggunakan salah satu teknik dalam parenting skill yang akan diberikan. Selain itu, tujuan lain dari dilakukannya asesmen awal adalah mencari informasi mengenai apa saja yang telah dilakukan oleh para orang tua atau bagaimana pengasuhan yang mereka berikan kepada anak dan remaja yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang.
2.2
Intervensi yang Dilakukan
Kegiatan psikoedukasi yang akan dilakukan berupa penyuluhan kepada masyarakat, terutama orang tua yang memiliki anak dan remaja korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang. Tahapan kegiatan dalam penyuluhan ini adalahsebagai berikut.
1. Pembukaan. Di sini akan dilakukan tahap perkenalan baik dari tim, maupun orang tua. Selain itu, dalam sesi ini orang tua juga akan saling berkenalan satu sama lain dan menceritakan mengenai permasalahan yang sedang di hadapi seperti bagaimana awal mula anak dan remaja menjadi terjerat narkoba, sudah atau belum anak diintervensi atau di terapi, dan apa saja yang telah dilakukan oleh orang tua ketika mendampingi anak dan remaja korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang.
2. Pembahasan mengenai narkotika dan obat- obatan terlarang serta dampaknya.
3. Pemaparan jenis pola asuh dan pola asuh yang tepat dan sesuai dalam mendampingi anak dan remaja korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang.
4. Pemaparan mengenai reward, punishment, dan
reinforcement serta dampak pengaplikasiannya
kepada anak dan remaja korban
penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang.
5. Ice Breaking atau relaksasi.Setelah ahli selesai melakukan pemaparan mengenai yang sudah disebutkan sebelumnya, tim akan memberikan
ice breaking atau relaksasi dengan tujuan selain sebagai hiburan untuk mengusir kebosanan, diadakannya ice breaking atau relaksasi ini adalah untuk membuat orang tua merasa nyaman dan rileks sekaligus juga akan semakin mengakrabkan para orang tua dan ahli.
© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
108 6. Sharing antara orang tua dan ahli. Di sini akan
ada sesi sharing antara orang tua dan ahli.
Sharing bisa berupa tanya jawab antara orang
tua kepada ahli mengenai permasalahan yang sedang dihadapi terkait dengan parenting skill
dalam mendampingi anak dan remaja korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang.
7. Pemaparan mengenai manajemen emosi. Di sini ahli akan menjelaskan bagaimana cara memanajemen emosi yang tepat ketika menghadapi anak dan remaja yang sedang terjerat dengan narkoba. Pemberian materi mengenai manajemen emosi diberikan dikarenakan dalam menghadapi anak dan remaja bukan hal yang mudah. Orang tua yang tidak sabar, kemungkinan akan mengalami emosi yang meledak-ledak dan akan berdampak dalam pengasuhan yang diberikan kepada anak dan remaja, terutama anak dan remaja yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang.
8. Pemaparan mengenai manajemen stress. Di sini akan diberikan materi atau pemaparan mengenai bagaimana cara memanajemen stress yang efektif. Hal ini dikarenakan, manajemen stress sangat diperlukan dan penting untuk dimiliki oleh orang tua karena stress adalah hal yang tidak bisa dihindari dan selalu ada serta pernah dialami oleh setiap orang. Tidak terkecuali orang tua yang memiliki anak dan remaja yang sedang terjerat narkoba. Orang tua yang sedang stress, biasanya memiliki emosi yang tidak stabil dan cepat marah serta menjadi tidak sabar kepada anaknya. Oleh karena itu, dengan mengetahui cara memanajemen stress yang tepat, orang tua dapat meminimalisir rasa stress yang akan di hadapi, bahkan tidak menutup kemungkinan orang tua jua dapat menghilangkan rasa stress tersebut. Sehingga, orang tua dapat maksimal
dalam memberikan perhatian dan
pendampingan terhadap anak dan remaja korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang,
9. Penutup. Setelah semua kegiatan dilakukan, disini akan ada sesi penutup, dimana dalam sesi ini tim akan memberikan kesimpulan dari seluruh rangkaian acara yang telah dilakukan dan kemudian mengakhiri rangkaian acara. Selain itu di dalam tahap ini, tim akan mengucapkan terima kasih kepada para orang tua karena telah bersedia untuk berhadir di dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini dan
memohon maaf apabila selama acara berlangsung ada hal-hal yang tidak berkenan. Partisipasi mitra dalam pengabdian masyakat ini —mitra tersebut adalah para orang tua— sangat diperlukan dan penting dalam lancarnya psikoedukasi ini. Di sini mitra akan berperan sebagai penerima informasi yang diberikan oleh tim penyaji atau ahli. Mitra juga bebas untuk bertanya mengenai hal-hal yang relevan terkait dengan kegiatan ini pada waktu yang telah disediakan. Penilaian keberhasilan program ini dapat dilihat nantinya dari pemahaman para orang tua yang mengikuti kegiatan psikoedukasi parenting skill ini melalui keaktifan,
sharing pengalaman, dan antusiasme dalam
menjalani kegiatan penyuluhan tersebut. Keberlanjutan program ini akan bergantung pada para orang tua yang menerapkan apa-apa saja yang didapatkan dari penyuluhan ini dalam kehidupan sehari-hari mereka.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengabdian yang telah dilakukan, yaitu berupa pemberian psikoedukasi mengenai parenting skill sebagai bentuk pendampingan kepada orang tua yang memiliki anak dan remaja korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, para orang tua memberikan antusiasme yang cukup tinggi dimana saat kegiatan psikoedukasi berlangsung, orang tua diberikan
handout mengenai materi yang dipaparkan oleh ahli
mengenai gejala anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang dan apa saja yang harus dilakukan, membuat orang tua banyak bertanya seputar cara memberikan pengasuhan atau cara memperlakukan anak dan remaja mereka yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang. Dalam kegiataan tersebut, para orang tua juga banyak melakukan sharing mengenai pengalaman mereka masing-masing sehingga suasana saat berlangsungnya psikoedukasi menjadi nyaman.
Dilihat dari pelaksanaan kegiatan psikoedukasi tersebut, banyak orang tua yang menunjukkan setuju kepada pola pengasuhan yang demokratis, yang mana orang tua memberikan kesempatan kepada anak namun, mereka (orang tua) tetap menjadi pengendali bagi anaknya dalam bertindak. Hal ini sesuai dengan pengertian dari pola pengasuhan permisif yaitu orang tua memberikan kesempatan pada anaknya untuk membuat pilihan mengenai apa yang ia sukai, mereka menyayangi dan menerima anak mereka, namun mereka juga
© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
109 meminta perilaku yang baik dan tegas dalam menetapkan standar dan berkenan untuk menerapkan hukuman dalam batas wajar dan dengan tujuan untuk mendidik (dalam Papalia, 2009). Orang tua setuju bahwa anak dan remaja yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang harus diperlakukan sebaik mungkin namun tidak terlalu membatasi mereka, karena anak dan remaja korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang cenderung memiliki emosi yang sulit untuk dikendalikan sehingga pola pengasuhan yang terlalu keras ataupun terlalu memaksa menjadi kurang tepat untuk diterapkan.
Dalam psikoedukasi ini, selain memberikan wawasan dan informasi baru kepada para orang tua mengenai parenting skill yang dapat diterapkan kepada anak dan remaja korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, orang tua juga
diberikan psikoedukasi mengenai cara
memanajemen rasa stress mereka agar tidak semakin bertambah dan mengganggu aktifitas mereka. Hasil yang didapatkan dari pemaparan mengenai manajemen stress tersebut, banyak orang tua yang mengapresiasi dan juga menunjukkan antusiasme yang tinggi mengenai hal tersebut, karena pada saat sharing antara orang tua-orang tua ataupun orang tua-ahli, banyak yang menceritakan mengenai sulitnya mengontrol emosi ketika menghadapi anak dan remaja yang bermasalah apalagi anak dan remaja yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang.
Dalam psikoedukasi tambahna yang dilakukan yaitu berupa pemaparan mengenai manajemen stres, ahli memberikan informasi mengenai manajemen stress praktis yang dapat dilakukan oleh orang tua saat menghadapi dan mendampingi anak dan remaja korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang. Manajemen stress praktis yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah: 1. Memberikan hiburan kepada dirinya sendiri
selama beberapa jam dengan melakukan hal-hal yang disukai.
2. Ketika ada masalah atau rasa yang tidak nyaman orang tua hendaknya menceritakan yang ia rasakan kepada orang lain agar hal tersebut tidak menjadi beban.
3. Jangan menyalahkan diri sendiri ataupun anak mengenai hal yang sudah terjadi, yang penting adalah terus berpikir positif dan tidak mudah menyerah.
4. Ketika merasa lelah baik secara fisik ataupun emosional, hendaknya langsung beristirahat agar emosi tidak meledak-ledak.
5. Bepergian dengan keluarga dan melakukan
quality time sebagai bentuk relaksasi dan
refreshing.
Secara keseluruhan, hasil dari
dilaksanakannya psikoedukasi mengenai parenting
skill dalam melakukan pendampingan pada anak
dan remaja korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, orang tua memberikan tanggapan yang positif dan mengetahui cara-cara dalam mengasuh dan mendampingi anak dan remaja korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang. Orang tua juga mengetahui bagaimana memanajemen stres mereka agar mereka dapat mendampingi anak mereka secara maksimal sehingga dapat berhenti menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang.
4.
SIMPULAN
Kegiatan pengabdian yang telah dilakukan berupa psikoedukasi mengenai parenting skill sebagai bentuk pendampingan pada anak dan remaja yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, penting untuk dilakukan. Hal tersebut dikarenakan masih banyak kasus yang terjadi, dimana anak dan remaja yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang terabaikan dan terlantar sehingga semakin terjerumus. Respon yang didapatkan dari dilaksanakannya kegiatan pengabdian ini adalah para orang tua yang memiliki anak dan remaja yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang memberikan antusiasme yang cukup tinggi dan menykai kegiatan tersebut. Harapan dari dilaksanakannya kegiatan pengabdian berupa psikoedukasi mengenai parenting skill ini adalah orang tua yang memiliki anak dan remaja yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang dapat mendampingi anak mereka secara maksimal dan optimal sehingga dapat membantu anak mereka berhenti menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang tersebut.
5.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih sebesar-besarnya disampaikan kepada pihak-pihak yang telah mendukung hingga dapat diselesaikannya penelitian ini, terutama kepada Neka Erlyani, M.Psi,Psikolog, selaku ketua
© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat
110 program studi Psikologi, Universitas Lambung Mangkurat yang telah mendukung serta memberikan fasilitas dalam mendukung penyelesaian penelitian ini, dan pihak lainnya yang tidak bias disebutkan satu persatu.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Anggreni D. 2015. Dampak bagi pengguna narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (Napza) di Kelurahan Gunung Kelua Samarinda Ulu. eJournal SosiatriSosiologi, 3(3), 37-51.
Gunarsa SD. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta.
Papalia DE et al. 2009. Human Development, Perkembangan Manusia, Edisi 10, Buku 1. Penerbit Salemba Humanika, Jakarta.
Papalia DE et al. 2015. Menyelami Perkembangan Manusia, Edisi 12, Buku 1. Penerbit Salemba Humanika, Jakarta.
Santrock JW. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidu, Edisi Kelima Jilid 2. Terjemahan oleh Juda Demanik & Achmad Chusaini. Erlangga, Jakarta.
Supartini Y. 2014. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC, Jakarta.