• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cerita dan wacana dalam Kering karya Iwan Simatupang : tinjauan struktur naratif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Cerita dan wacana dalam Kering karya Iwan Simatupang : tinjauan struktur naratif."

Copied!
324
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti plot K e r i n g karya Iwan Simatupang berdasarkan teori strukturalisme naratif Chatman.

L a n g k a h y a n g d i t e m p u h d a l a m p e n d e k a t a n i n i a d a l a h menentukan sekuen-sekuen naratif, menetapkan urutan logis, urutan wacana, dan mengkaji unsur-unsur yang membangun plot Kering, yaitu tatanan, durasi dan frekuensi.

Ada perbedaan dan persamaan antara urutan kronologis dengan urutan wacana Kering.

Urutan wacana Kering dimulai dengan nomer 1. Nomer 1 urutan wacana paralel dengan nomer XX urutan kronologis, hingga akhir nomer 120 urutan wacana paralel dengan nomer CXL urutan kronologis. Dengan demikian cerita Kering, tidak dimulai dari awal, melainkan dari tengah (in medias res).

Hubungan sebab-akibat itu tidak selalu terjadi pada ker-nel-kernel yang. secara kronologis saling berdekatan. Kerap terjadi sebuah kernel berhubungan sebab-akibat dengan kernel yang secara kronologis berjauhan. Oleh karenanya urutan logis tidak hanya terjadi secara linear di antara kernel yang saling berdekatan, tetapi lebih bersifat tematis. Terrdapat kesejajaran atau paralelisme terra. Hal itu menyiratkan bahwa plotnya tidak hanya bersifat formal, dihubungkan oleh se-kuen-sekuen yang tampak berdekatan, melainkan lebih bersifat batin. Dengan demikian lebih diperlihatkan plot pikiran.

Mengenai tatanan (order) bisa dikatakan bahwa masa lampau lebih leas daripada masa kini. Masa lampau paling panjang sekitar 33/34 tahun, sedangkan masa kini sekitar 3 bulan 1 hark. rasa kini waktu ceritanya pendek, tetapi memiliki waktu wacana panjang (206 halaman). Sebaliknya maser iampau waktu ceritanya panjang, yaitu sekitar 33/34 tahun, memiliki waktu wacana pendek (beberapa halaman saja). Hal itu menunjukkan bahwa masa kini dalam novel ini cenderung disampaikan secara dramatik daripada cara perian.

Cara dramatik itu diperkuat oleh ringkasan pendek, adegan yang berupa tindakan fisik para tokohnya, dialog antara para tokoh dalam durasi. Dengan cara demikian cerita Kering menjadi lebih dinamis dan hidup, tidak membasankan pembaca.

Dominannya frekuensi peristiwa singular menyebabkan Kering tampak lebih hidup, selalu segar dan dinamis. Peristiwa yang digambarkan selalu baru dan bervariasi, karena satu

wacana menyatakan satu cerita. Dengan demikian cerita selalu segar, tidak mengulang-ulang maupun tidak meringkas. Sedang peristiwa iteratif menyebabkan cerita kurang dramatik.

S e d a n g a d e g a n y a n g m e n g g a m b a r k a n i s i p i k i r a n T o k o h (monolog), pause dan lanturan yang menggambarkan pendedahan isi pikiran Tokoh oleh narator, memberi sifat penggambaran batin maupun pikiran para tokoh dan naratornya. Mendukung . sifat plot batin maupun pikiran. Dengan demikian terjadi saling jalin-menjalin antara peristiwa fisik dengan peristiwa batin para tokohnya. Hal itu bisa dilihat pada hubungan logis antara kernel-kernelnya.

(2)

ABSTRACT

The aim of this research is to analyse the plot of Kering by Iwan Simatupang based on Chatman's narrative structuralism.

The stages in this approach involve determining narrative sequences, searching the relation between thos sequences and analysing the parts that make up the plot of

Kering, namely the order, duration, and frequence.

There are some differences and parallelism between crono-logical and discource sequences of Kering. Number 1 through number 120 in discourse sequences are paralel to number XX through number CXL in cronological sequences. So Kering begins with the middle of the story (in medias res).

Causal relations take place not always in the kernels of events that occur closely in time. It often happens that a kernel is causally related to another, even though the later takes place far away chronologically. That is why logical sequences of one kernel to the next take place more often in thematical than in chronological (linear) order. It suggests that the plot is not merely formal, being related by seemingly close sequences, but rather more internal in essence. In that manner it is rathe a plot of thought being exposed than some other kind.

As for the order, one could say that the past is larger and vaster than the present. The past in its longest period spans 33 or 34 years, while the present only around 3

months and a day. But although the present has a short narrative (story), it has a long discourse time (206

pages). By contrast, the past has a long narrative (story), thas is 33 or 34 years, it has however, a short discours time (just a few pages). It shows that the present in the novel tends to be presented in a more dramatic than

descriptive technique.

The dramatic technique is accentuated by short summaries, scenes consisting of actions and dialogues done by the actors during the duration. In that way the story in Kering becomes more dynamic and alive, far from boring the readers.

The fact that the frequence of singular events is pre-dominant in Kering renders the novel appear more alive, fresh most of the time and dynamic. It narrates events that are ever new and vary, since each discourse expresses a separate story. In this way the story is ever fresh, while repetitions and summaries are avoided. Iterative events, on the other hand would have rendered the story less dramatic.

Whereas the scenes that describe the thoughts of Tokoh in the form of monologues, pauses and ramblings that reveal (disclose) Tokoh's and the narrator's thoughts, show the interiority and the inner thoughts of the actors and narra-tor. Those scenes, in other words, characterize the inner life and thought or the actor and narrator. They then enhance the quality of the plot, in the interiority as well as in the thought (of the actor and narrator). In that way, physical and internal (spiritual) events intertwine in the inside of

(3)

the actors. The intertwining is recognizable in'-the logical relation between the kernels.

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)
(160)
(161)
(162)
(163)
(164)
(165)
(166)
(167)
(168)
(169)
(170)
(171)
(172)
(173)
(174)
(175)
(176)
(177)
(178)
(179)
(180)
(181)
(182)
(183)
(184)
(185)
(186)
(187)
(188)
(189)
(190)
(191)
(192)
(193)
(194)
(195)
(196)
(197)
(198)
(199)
(200)

Referensi

Dokumen terkait

65 Hal ini sesuai dengan fenomena yang terjadi defisit anggaran yang dibiayai dengan utang luar negeri, untuk membiayai pengeluaran (belanja) negara akan

Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan (amortized cosf) adalah jumlah aset keuangan atau kewajiban keuangan yang diukur pada saat

Melalui kegiatan pemilihan MAPRES ini, diharapkan hasil keluaran berupa pemberian prestasi kepada mahasiswa berprestasi di tingkat FMIPA, memacu mahasiswa yang

Black hole (Indonesia: lubang hitam) merupakan bagian dari alam semesta yang menempati ruang Black hole (Indonesia: lubang hitam) merupakan bagian dari alam semesta yang menempati

Pelapisan menggunakan nikel dengan tebal 40 mm pada aluminium alloy 2024 yang berukuran 50 x 50 mm dengan cara elektroplating dibutuhkan waktu selama 16.25 menit sedangkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel jumlah penduduk, tingkat pendidikan, pertumbuhan ekonomi dan inflasi terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten

Alhamdulillah, segala puji kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya tulis

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan desain penelitian quasi exsperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model