i ABSTRAK
KADAR CRP DAN LED BERKORELASI POSITIF DENGAN DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS
Akne vulgaris merupakan suatu keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul dan kista pada area predileksi.
Etiopatogenesis akne adalah hiperproliferasi epidermis folikuler, produksi sebum yang berlebih, bakteri P. acnes dan inflamasi. Pelepasan sitokin pro inflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, IL-12 dan TNF-α akan merangsang produksi CRP dan LED sebagai marker inflamasi sistemik.
Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional cross sectional yang melibatkan 47 subjek akne vulgaris. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah korelasi antara kadar CRP dan LED dengan derajat keparahan akne vulgaris. Pengambilan sampel menggunakan cara consecutive sampling dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil penelitian menunjukkan kelompok umur terbanyak adalah 15-24 tahun (63,8%), jenis kelamin perempuan 72,3% dan derajat keparahan akne vulgaris adalah derajat sedang 44,7%. Median (IQR) kadar CRP derajat akne ringan 0,3(0,2) mg/L, derajat akne sedang 2,5(3,4) mg/L dan akne derajat berat 13,3(31,2) mg/L (IK 95%= 6,65-13,99; p<0,001). Median (IQR) Kadar LED derajat akne ringan adalah 5,1(2,3) mm/jam, derajat sedang 11,5(3,8) mm/jam dan derajat berat adalah 25,8(14,0) mm/jam (IK95% = 8,38-15,40 ; p<0,001).
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa sebesar 41,5% kadar CRP dipengaruhi oleh derajat keparahan akne dan 50,9% kadar LED dipengaruhi oleh derajat keparahan akne vulgaris (r CRP= 0,9230; r LED=0,929; p<0,001).
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa kadar CRP dan LED berkorelasi positif dengan derajat keparahan akne vulgaris.
Kata kunci: Akne vulgaris, CRP, LED dan derajat keparahan akne
ii ABSTRACT
POSITIVE CORRELATION BETWEEN C-REACTIVE PROTEIN AND ERITROCYTE SEDIMENTATION RATE WITH ACNE VULGARIS
SEVERITY
Acne vulgaris is a chronic inflammation of pilosebaceous follicle with comedo, papule, pustule and cyst in predilection area such as face, upper arm, shoulder, chest and back. Ethiopathogenesis of acne are epidermal follicular hyperproliferation, higher of sebum production, P. acnes bacteria and inflammation. Releasing of pro-inflammation cytokine such as IL-1, IL-6, IL-8, IL-12 and TNF-α will increase CRP and ESR production as systemic inflammation marker.
This are cross sectional observational analytic study that involve 47 acne vulgaris subject. The aim of this study is to know correlation of CRP and ESR level with acne vulgaris severity. Sample were taken using consecutive sampling method and have fulfilled inclusion and exclusion criteria.
The study result shows most age group of acne were 15-24 years old (63,8%), most gender is female 72,3% and most acne vulgaris severity is moderate 44,7%. Median (IQR) CRP level in mild acne 0,3(0,2) mg/L, moderate acne 2,5(3,4) mg/L and severe acne 13,3(31,2) mg/L (CI 95%= 6,65-13,99;
p<0,001). Median (IQR) ESR level in mild acne 5,1(2,3) mm/hour, moderate acne 11,5(3,8) mm/hour and severe acne 25,8(14,0) mm/hour (CI95% = 8,38-15,40 ; p<0,001). Determinant coefficient (R2) show taht 41,5% of CRP level and 50,9%
ESR level affected by acne vulgaris severity (r CRP= 0,9230; r LED=0,929;
p<0,001).
The conclusion of this study was there was positive correlation between CRP and ESR level with acne vulgaris severity.
Keywords: akne vulgaris, CRP, ESR and acne vulgaris severity.
iii DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... ... i
PRASYARAT GELAR ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENETAPAN PENGUJI... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
ABSTRAK ... ... ix
ABSTRACT ... ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
DAFTAR SINGKATAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 . Tujuan Umum ... 5
1.3.2 . Tujuan Khusus ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
iv
1.4.1 . Manfaat teoritis ... 5
1.4.2 . Manfaat praktis ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
2.1 Akne Vulgaris ... 7
2.1.1 Definisi ... 7
2.1.2 Epidemiologi ... 7
2.1.3 Etiopatogenesis akne vulgaris ... 8
2.1.3.1 Hiperproliferasi epidermis folikuler…. ... … 8
2.1.3.2 Produksi sebum berlebih…. ... … 9
2.1.3.3 Bakteri Propionibacterium acnes…. ... … 10
2.1.3.4 Inflamasi…. ... … 12
2.1.4 Manifestasi Klinis ... 13
2.1.5 Klasifikasi akne vulgaris ... 14
2.1.6 Diagnosis akne vulgaris ... 15
2.1.7 Terapi akne vulgaris ... 16
2.1.8 Komplikasi ... 18
2.2 C-Reactive Protein ... 19
2.2.1 Definisi C-Reactive Protein ... 19
2.2.2 Sejarah C-Reactive Protein ... 19
2.2.3 Struktur dan metabolisme C-Reactive Protein ... 20
2.2.4 Peran C-Reactive Protein sebagai produk inflamasi ... 22
2.3 Laju Endap Darah ... 24
2.3.1 Definisi laju endap darah ... 24
v
2.3.2 Sejarah laju ednap darah ... 24
2.3.3 Fase pengendapan darah ... 25
2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju endap darah ... 27
2.3.5 Laju endap darah pada proses inflamasi ... 28
2.4 Hubungan C-Reactive Protein dan Laju Endap Darah pada Akne Vulgaris ... 29
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 34
3.1 Kerangka Berpikir ... 34
3.2 Kerangka Konsep ... 34
3.3 Hipotesis Penelitian ... 35
BAB IV METODE PENELITIAN... 36
4.1 Rancangan Penelitian ... 36
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36
4.3 Penentuan Sumber Data ... 37
4.3.1 Populasi Target ... 37
4.3.2 Populasi Terjangkau ... 37
4.3.3 Sampel Penelitian ... 37
4.3.3.1 Kriteria inklusi ... 37
4.3.3.2 Kriteria eksklusi ... 38
4.3.4 Besar Sampel ... 38
4.4 Variabel Penelitian ... 39
4.4.1 Klasifikasi dan identifikasi variabel ... 39
vi
4.4.2 Definisi operasional variabel ... 40
4.5 Bahan Penelitian ... 46
4.6 Instrumen Penelitian ... 46
4.7 Prosedur Penelitian ... 47
4.8 Analisis Data ... 51
4.9 Etika Penelitian ... 52
BAB V HASIL PENELITIAN ... 53
5.1 Karakteristik Subjek dan Variabel Penelitian ... 53
5.2 Uji Normalitas Kadar CRP dan LED ... 54
5.3 Perbandingan Kadar CRP dan LED pada Akne Vulgaris Derajat Ringan, Sedang dan Berat ... 55
5.4 Korelasi Kadar CRP dan LED dengan Derajat Keparahan Akne Vulgaris ... 58
5.5 Analisis Regresi Linear kadar CRP dan LED dengan Derajat Keparahan Akne Vulgaris ... 58
BAB VI PEMBAHASAN ... 60
6.1 Karakteristik Subjek Penelitian ... 60
6.2 Kadar CRP dan LED pada Akne Vulgaris Derajat Ringan, Sedang dan Berat ... 63
6.3 Korelasi Kadar CRP dan LED dengan Derajat Keparahan Akne Vulgaris ... 65
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 69
7.1 simpulan ... 69
vii
7.2 Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN ... 80
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Patogenesis Akne Vulgaris ... 13
Gambar 2.2 Struktur Pentamer C-Reactive Protein ... 20
Gambar 2.3 Fungsi C-Reactive Protein Pada Proses Inflamasi ... 23
Gambar 2.4 Fase Terjadinya Rouleaux ... 26
Gambar 2.5 Skema Bakteri Propionibacteria acnes Merangsang Pembentukan C-Reactive Protein dan Fibrinogen ... 30
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian ... 35
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian ... 36
Gambar 4.2 Bagan Hubungan Variabel Bebas, Tergantung dan Kendali pada Penelitian ... 40
Gambar 5.1 Box Plot Kadar CRP dengan Derajat Keparahan Akne Vulgaris ... 57
Gambar 5.2 Box Plot Kadar LED dengan Derajat Keparahan Akne Vulgaris ... 57
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Klasifikasi Akne Vulgaris Berdasarkan
ASEAN grading Lehmann 2003... 15 Tabel 5.1 Gambaran Karakteristik Subjek dan Variabel Penelitian ... 53 Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Kadar CRP dan LED ... 54 Tabel 5.3 Perbandingan Kadar CRP dan LED Berdasarkan
Derajat Keparahan Akne Vulgaris ... 55 Tabel 5.4 Hasil Analisis Korelasi antara CRP dan LED dengan
Derajat Keparahan Akne Vulgaris ... 58 Tabel 5.5 Hasil Uji Regresi Linear Kadar CRP dan LED dengan
Derajat Keparahan Akne Vulgaris ... 59
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Ethical Clearance ... 80
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 81
Lampiran 3 Penjelasan Penelitian ... 82
Lampiran 4 Formulir Persetujuan Ikut Serta Dalam Penelitan ... 85
Lampiran 5 Kuesioner Penelitian ... 87
Lampiran 6 Data Subjek Penelitian... 91
Lampiran 7 Hasil Análisis Data ... 93
Lampiran 8 Foto Pasien ... 118
xi
DAFTAR SINGKATAN
AINS : anti inflamasi non steroid
ASEAN : association of south east asian nations BBS : blood bezenking snelheid
BSR : blood sedimentation rate
C1q : complemen 1q
C3b : complemen 3b
CRP : C-reactive protein
DHEAS : dehidroepiandrosteron sulfat
ELIZA : enzyme-linked immunosorbent assay ESR : erytrocyte sedimentation rate
hs-CRP : high sensitivity C-reactive protein
IFN-γ : interferon gamma
IL : interleukin
IL-1 : interleukin-1
IL-12 : interleukin-12
IL-6 : interleukin-6
IL-8 : interleukin-8
IQR : interquartile range
kDa : kilo Dalton
LED : laju endap darah
mCRP : monomer C-reactive protein P. acnes : Propionibacterium acnes
xii
pCRP : pentamer C-reactive protein R2 : koefisien determinasi
SPSS : Statistical Package for Social Sciences TFG-β : tumor growth factor beta
TNF-α : tumor necrosis factor alpha UPT : Unit Pelayanan teknis
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akne vulgaris, atau disingkat akne, merupakan salah satu masalah kulit yang paling sering dijumpai di masyarakat. Walaupun bukan merupakan suatu penyakit yang mengancam nyawa, namun sifatnya yang kronis dan berulang dapat menimbulkan masalah psikologi bagi penderitanya. Selain biaya yang tinggi, dampak psikologi seperti rasa tidak nyaman, perasaan rendah diri hingga depresi (Revol, 2015).
Menurut Kligman, tidak ada seorangpun yang sama sekali tidak pernah menderita akne. Di Amerika Serikat, tercatat lebih dari 17 juta penduduk yang menderita akne setiap tahunnya, di mana 75 hingga 95% di antaranya adalah usia remaja. Sedangkan pada satu studi prevalensi akne yang dilakukan di kota Palembang, dari 5204 sampel berusia 14 sampai 21 tahun, didapatkan angka prevalensi akne vulgaris sebesar 68,2% (Suryadi, 2008).
Akne vulgaris dapat terjadi dalam beberapa derajat yang tidak selalu sama pada setiap penderita. Berdasarkan Combined Acne Severity Classification oleh Lehmann (2003) tingkat keparahan akne dibagi menjadi akne ringan, sedang dan berat. Klasifikasi ini berdasarkan perkiraan jumlah komedo, jumlah papul pustul dan jumlah nodul. Dimana penilaian derajat keparahan akne dapat dilakukan dengan mudah melalui pemeriksaan fisik (Wasitaatmadja, 2010).
2
Hingga saat ini penyebab akne masih belum dapat dipahami sepenuhnya.
Walaupun patogenenesis akne adalah multifaktorial, namun telah diidentifikasi empat teori berkontribusi sebagai etiologi akne. Keempat etiologi tersebut adalah hiperproliferasi epidermis folikuler, produksi sebum yang berlebih, bakteri Propionibacterium acne (P. acne) dan inflamasi (Melnic, 2016).
Propionibacterium acnes dianggap berperan penting dalam patogenesis inflamasi akne. Dinding sel P. acnes mengandung antigen karbohidrat yang menstimulasi pembentukan antibodi. Antibodi antipropionibakterium ini memicu proses inflamasi dengan mengaktifkan komplemen yang kemudian mengawali suatu jalur proinflamasi. Bakteri ini juga memicu inflamasi melalui elisitasi respon hipersensitifitas tipe lambat dan dengan memproduksi lipase, protease, hialuronidase dan faktor kemotaktik sehingga merupakan sumber utama dari enzim lipase folikuler, protease dan hialuronidase. Propionibacterium acnes juga mensekresikan sitokin pro inflamasi seperti interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL- 6), interleukin-8 (IL-8), interleukin-12 (IL-12) dan tumor necrosis factor-α (TNF- α) (Baz dkk., 2008; Zaenglein dkk., 2010).
Reaktan fase inflamasi seperti C-reactive protein (CRP) dan laju endap darah (LED) merupakan protein yang digunakan sebagai indikator dalam proses inflamasi sistemik dan sebagai alat ukur indeks suatu penyakit (Markanday, 2015). Kedua protein tersebut dihubungkan dengan banyak penyakit infeksi dan penyakit autoimun. Peningkatan CRP dan LED dilaporkan terjadi pada penyakit psoriasis, akne vulgaris, rosasea dan banyak kondisi dermatologi serta non dermatologi lain. Sitokin IL-1, IL-6 dan TNF-α yang ditemukan dalam lesi akne
3
juga merupakan induser utama produksi CRP oleh hati dan LED. Jadi, kadar CRP dan LED dapat meningkat pada akne jika jumlah inflamasi lokal yang terjadi cukup tinggi (Faraj dan Salem, 2012; Acherman dkk., 2014).
Pada satu dekade terakhir, CRP dan LED digunakan secara luas sebagai marker dalam penanganan infeksi yang kompleks dan berperan dalam diagnosis dini, membedakan penyebab infeksi dari non infeksi, sebagai marker prognosis dan strategi penuntun pemberian antibiotika. Pemeriksaan CRP dan LED sebagai marker inflamasi memiliki sensitivitas 90%, spesifitas terhadap infeksi 97% dan 99% sebagai indeks penyakit (Markanday, 2015).
Penelitian di Australia yang dilakukan oleh Namazi dkk tahun 2015 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar CRP pada pasien akne. Dimana kadar CRP pada penderita akne derajat berat lebih tinggi (3.006 mg/L) dibandingkan kadar CRP pada penderita akne derajat sedang (1.217 mg/L) (Namazi dkk., 2015). Penelitian lain yang dilakukan oleh Mohammed dkk pada tahun 2016 di Mesir pada 68 pasien akne vulgaris dan 70 kontrol menemukan bahwa terjadi peningkatan kadar CRP serum yang signifikan pada pasien akne vulgaris dibandingkan kontrol. Kadar CRP serum pasien akne didapatkan sebesar 6,9±4,9 mg/L dibandingkan kadar CRP kontrol 1,3±1,5 mg/L. Penelitian ini juga menemukan perbedaan yang sangat signifikan antara kadar CRP dengan keparahan akne vulgaris (Mohammed dkk., 2016).
Kadar CRP dan LED sebagai marker inflamasi sangat penting dalam penanganan pasien akne. Dengan penanganan yang tepat dan cepat maka proses inflamasi pada akne dapat dihambat. Dimana CRP dan LED secara langsung akan
4
mempengaruhi fungsi endotel sehingga meningkatkan risiko terjadinya berbagai kondisi seperti gangguan pembuluh darah, peningkatan pembekuan darah hingga penyakit aterosklerosis (Shrivastava, dkk., 2015). Penelitian dengan menggunakan marker inflamasi secara hematologi pada pasien akne vulgaris sangat terbatas dan penelitian mengenai hubungan antara CRP dan LED dengan akne vulgaris di Indonesia belum ada. Hal ini menjadi dasar pertimbangan bagi peneliti untuk mengetahui korelasi antara CRP dan LED dengan derajat keparahan akne vulgaris.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka disusunlah permasalahan penelitian sebagai berkut:
1. Apakah terdapat perbedaan kadar CRP dan LED pada penderita akne vulgaris derajat ringan, sedang dan berat di RSUP Sanglah Denpasar?
2. Apakah terdapat korelasi positif antara kadar CRP dengan derajat keparahan akne pada penderita akne vulgaris di RSUP Sanglah Denpasar?
3. Apakah terdapat korelasi positif antara kadar LED dengan derajat keparahan akne pada penderita akne vulgaris di RSUP Sanglah Denpasar?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Untuk membuktikan hubungan antara CRP dan LED dengan derajat keparahan penyakit akne vulgaris di RSUP Sanglah Denpasar.
5
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk membuktikan adanya perbedaan kadar CRP dan LED pada penderita akne vulgaris derajat ringan, sedang dan berat di RSUP Sanglah Denpasar.
2. Untuk membuktikan adanya korelasi positif antara kadar CRP dengan derajat keparahan akne pada penderita akne vulgaris di RSUP Sanglah Denpasar.
3. Untuk membuktikan adanya korelasi positif antara kadar LED dengan derajat keparahan akne pada penderita akne vulgaris di RSUP Sanglah Denpasar.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis
Menambah wawasan keilmuan dan pemahaman tentang hubungan antara derajat penyakit akne vulgaris dengan kadar CRP dan LED.
1.4.2 Manfaat praktis
1.4.2.1 Manfaat untuk klinisi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pemikiran untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan dasar pertimbangan dalam penanganan akne vulgaris.
1.4.2.2 Manfaat untuk penderita
Dengan membuktikan hubungan antara CRP dan LED darah dengan derajat keparahan akne pada penderita akne vulgaris, maka dapat dilakukan konseling dan edukasi serta penanganan yang tepat pada penderita akne vulgaris.