• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI KAUM PEREMPUAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN MELALUI PROGRAM TANI PEKARANGAN DI DESA KEBLUKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PARTISIPASI KAUM PEREMPUAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN MELALUI PROGRAM TANI PEKARANGAN DI DESA KEBLUKAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PARTISIPASI KAUM PEREMPUAN DALAM MEWUJUDKAN

KETAHANAN PANGAN MELALUI PROGRAM TANI PEKARANGAN DI DESA KEBLUKAN

Mohammad Syifauddin, Baiti Rohmawati, Dita Emilda Amishaday, Edi Kurniawan Universitas Negeri Semarang

syifauddin31@gmail.com baitirohmawati6@gmail.com

dita.emilda@gmail.com edikurniawan@mail.unnes.ac.id

Abstract

Food vulnerability is a crucial problem that is being faced by some countries in the world, including Indonesia. The problem can be overcome by realizing food security from the smallest scope, family scope. This effort was realized by the Government of Indonesia which was legitimized by the Rumah Pangan Lestari (RPL) program. This program was implemented well by the Keblukan Village Government through tani pekarangan program. The background of this program is the lack of water availability in Keblukan village. Tani pekarangan program aims to realize family food security and create gender equality through empowering women in the agricultural sector. This program was implemented by following the methods from Johnson, et al. (2018). The program was carried out in several steps, they are socializing the program, training to plant the crops and make bio-fertilizer, giving seed subsidies, planting the crops, and controlling the program implementation. Tani pekarangan program gives some positive impacts on the social sector. They are increasing the competence of knowledge, skills, and awareness of the Keblukan village society and transforming the paradigm of the Keblukan village society. That paradigm transformed from focus on domestic sector becomes develop to public sector. This program also gives a positive impact on the economic sector, which is society welfare enhancement. Besides that, this program had improved environment quality and decreased waste volume.

Keywords: food security, tani pekarangan, women empowerment

Abstrak

Kerawanan pangan merupakan permasalahan krusial yang tengah dihadapi oleh

berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Problematika tersebut dapat diatasi

dengan mewujudkan ketahanan pangan yang direalisasikan dari lingkup terkecil yaitu

lingkup keluarga. Upaya ini disadari oleh Pemerintah Indonesia yang dilegitimasi

oleh adanya Program Rumah Pangan Lestari (RPL). Program ini dimaknai betul oleh

Desa Keblukan melaui implementasi program tani pekarangan. Program ini

dilatarbelakangi oleh minimya ketersediaan air pertanian di Desa Keblukan sehingga

mendorong adanya program tani pekarangan. Program tani pekarangan bertujuan

untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga serta menciptakan kesetaraan gender

melalui pemberdayaan perempuan dalam sektor pertanian. Program ini dilaksanakan

dengan metode dari Johnson, dkk. (2018). Program ini terdiri atas beberapa langkah

yaitu sosialisasi program, sosialisasi cara penanaman dan pembuatan pupuk organik,

pemberian bantuan bibit, penanaman, serta pendampingan. Program tani pekarangan

ini menghasilkan dampak positif dalam bidang sosial yaitu peningkatan kompetensi

(2)

2

pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran masyarakat Desa Keblukan serta adanya transformasi paradigma masyarakat dari yang hanya berkutat pada ranah domestik semata, hingga mulai berperan dalam sektor publik. Program ini juga berdampak pada sektor ekonomi masyarakat berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta berdampak positif pada lingkungan berupa peningkatan kualitas lingkungan dan penurunan volume sampah

Kata Kunci: ketahanan pangan, pemberdayaan perempuan, tani pekarangan

A. PENDAHULUAN

Sebagai negara agraris, pertanian masih menjadi sektor tulang punggung mata pencaharian sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama angkatan kerja yang bermukim di wilayah perdesaan (Syarif, 2018). Kondisi ini dibuktikan oleh data dari Badan Pusat Statistik yang menyatakan bahwa pada Agustus 2019, sebanyak 34,58 juta orang di Indonesia menggantungkan perekonomiannya pada sektor pertanian (BPS, 2019). Oleh karena itu, pembangunan di sektor pertanian merupakan sebuah perkara substansial yang mutlak menjadi komitmen bersama seluruh stakeholder di Indonesia.

Pembangunan pertanian bertujuan untuk meningkatkan income generate, taraf hidup petani, kesempatan kerja dan berusaha, meningkatkan gizi, dan ketahanan pangan rumah tangga (Elizabeth, 2008 dalam Metalisa, Rindi, Amiruddin Saleh, dan Prabowo Tjitopranoto, 2014 ).

Sudah berabad-abad lamanya sektor pertanian memberikan kontribusi yang vital terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan di Indonesia. Namun, kondisi sektor pertanian di Indonesia saat ini

masih menghadapi berbagai problematika sehingga tak kunjung mencapai kondisi yang stabil (Dewi, Sudarta, dan Putra, 2015).

Pembangunan pertanian masih dihadapkan dengan tantangan yang semakin pelik sebagai implikasi negatif dari modernisasi yang bermuara pada global warming, perubahan iklim, alih fungsi lahan dan degradasi lingkungan, serta penurunan kualitas sumber daya genetik (BPPP, 2014). Tak ayal, kekhawatiran terhadap ancaman kerawanan pangan semakin mencuat di tengah masyarakat dan para stakeholder di Indonesia (Oelviani dan Utomo, 2015).

Berangkat dari permasalahan di atas, maka matu-satunya jawaban dari seluruh problematika kerawanan pangan yang muncul adalah mewujudkan ketahanan pangan.

Ketahanan pangan merupakan kondisi

terpenuhinya pangan bagi setiap individu di

suatu negara, yang tercermin dari tersedianya

pangan dengan jumlah yang cukup dan

kualitas yang memadai, aman, beragam,

bergizi, merata dan terjangkau, serta tidak

bertentangan dengan nilai-nilai agama,

keyakinan, dan budaya masyarakat untuk

dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara

(3)

3 berkelanjutan (Deptan, 2011). Namun,

langkah Indonesia untuk mencapai ketahanan pangan masih terganjal oleh permasalahan yang mencakup ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Detik ini, Indonesia masih berjibaku untuk menghadapi ancaman kerentanan pangan karena masih adanya 81 kabupaten di Indonesia yang berdasarkan analisis komposit ketahan pangan, menduduki posisi prioritas 1-3 dengan kategori rentan terhadap kerawanan pangan (Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian, 2018).

Sejatinya, ketahanan pangan sangat bergantung dengan kemampuan rumah tangga dalam menyediakan sumber daya yang cukup untuk mendapatkan makanan yang sesuai, baik melalui produksi mandiri, pembelian, ataupun subsidi bagi setiap individu atau anggota keluarga (Adepoju, Ogunniyi, dan Agbedeyi, 2015). Oleh karena itu, salah satu solusi yang dapat menjadi jembatan penghubung antara idealisme ketahanan pangan dengan kerentanan pangan adalah melalui ketahanan pangan berbasis keluarga yang oleh Kementrian Pertanian direalisasikan melalui optimalisasi lahan pekarangan dengan konsep Rumah Pangan Lestari (RPL) (Wulandari, 2018). Langkah dari Kementrian Pertanian tersebut diorganisasikan dalam kebijakan strategis bertajuk Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi (P2KP) yang

dilegitimasi melalui Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal, yang kemudian ditindaklanjuti oleh Peraturan

Menteri Pertanian Nomor

43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal.

Konsep RPL ini mulai disadari urgensinya oleh masyarakat Desa Keblukan, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung.

Desa Keblukan merupakan desa yang masih bercorak agraris dimana mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Hal ini dibutktikan dengan adanya data yang menunjukkan bahwa dari total angkatan kerja di Desa Keblukan yang berjumlah 912 orang, 418 orang atau sekitar 45,8 orang merupakan pekerja di sektor pertanian (Monografi Desa Keblukan, 2019).

Kondisi ini juga tercermin dari pola

penggunaan lahan yang ada di Desa Keblukan

dimana persentase luasnya lahan pertanian

yang ada di Desa Keblukan, jauh melebihi

luas wilayah permukimannya. Akan tetapi,

dibalik melimpahnya potensi yang ada,

luasnya lahan pertanian yang ada di Desa

Keblukan tidak diikuti dengan persediaan air

untuk pertanian yang mencukupi. Pada musim

kemarau, karena terbatasnya air untuk

pertanian, banyak masyarakat yang

(4)

4

membiarkan sawahnya tidak ditanami komoditas apapun dan lebih memilih untuk beralih profesi sebagai pembuat batu bata.

Oleh karena itu maka Pemerintah Desa Keblukan menginisiasi adanya program tani pekarangan sebagai alternatif ketahanan pangan bagi masyarakat. Lahan pekarangan memiliki potensi sebagai penyedia bahan pangan yang bernilai gizi, pemenuhan diversifikasi pangan, dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi apabila ditata dan dikelola dengan baik (Saidi dan Suharyon, 2016). Lahan pekarangan memiliki potensi dalam penyediaan bahan pangan bagi keluarga, mengurangi pengeluaran rumah tangga, dan meningkatkan pendapatan rumah tangga petani (Juwita, Suparwoto, dan Hutapea, 2015; Metalisa, Saleh, dan Tjitopranoto, 2014).

Program tani pekarangan direalisasikan melalui pemberdayaan kaum perempuan Desa Keblukan yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Desa Keblukan dan PKK Desa Keblukan. Pemberdayaan kaum perempuan dalam program tani pekarangan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan masih tumbuh suburnya ideologi patriarki di kalangan masyarakat dalam ranah pertanian yang didorong oleh kebudayaan, agama, dan kurangnya akses pengetahuan sehingga membatasi kontribusi perempuan dalam pertanian (Yunindyawati, dkk., 2014).

Padahal, perempuan memiliki peran yang

sangat substansial dalam mewujudkan ketahanan pangan karena perempuan merupakan pengasuh utama dalam rumah tangga dan merupakan produsen makanan, pengelola sumber daya alam, pencari nafkah, dan pengurus ketahanan pangan dan menjamin nutrisi rumah tangga (Durr, 2018;

Abdullahi, Abdullahi, dan Mohammed, 2012).

Program tani pekarangan di Desa

Keblukan merupakan sebuah langkah besar

yang strategis karena di era globalisasi dan

semakin meningkatnya kesadaran dan

pemerataan kesempatan berusaha, maka

perjuangan masyarakat untuk meraih

kesetaraan gender semakin meningkat (Galie,

dkk., 2019). Program tani pekarangan sangat

erat kaitannya dengan dua dimensi

pembangunan yang berkelanjutan yaitu

perwujudan ketahanan pangan dan kesetaraan

gender. Adanya program tani pekarangan

yang mengoptimalkan peran kelompok

perempuan Desa Keblukan diharapkan

mampu membawa angin segar dan energi

positif bagi sektor pertanian di Desa

Keblukan. Peran kelompok perempuan

sangatlah penting dalam memajukan

pertanian di Desa Keblukan karena

kesuksesan dan keberhasilan program tani

pekarangan sangat bertautan dengan peran

peran perempuan di dalamnya.

(5)

5 B. PELAKSANAAN DAN METODE

Program tani pekarangan ini dilaksanakan di Desa Keblukan, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung yang meliputi lima dusun yaitu Dusun Keblukan, Dusun Ngajaran, Dusun Watu Kodok, Dusun Penarangan, dan Dusun Gembolan. Program ini melibatkan seluruh lapisan masyarakat hingga skala rumah tangga khususnya dari kalangan perempuan di 18 RT yang ada di Desa Keblukan. Program ini diinisiasi oleh organisasi PKK Desa Keblukan, Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Keblukan, dan Tim KKN UNNES. Program tani pekarangan melibatkan Pemerintah Desa Keblukan sebagai fasilitator yang mendukung secara finansial seluruh kegiatan. Kegiatan ini juga dibina oleh Dinas Pertanian Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung.

Program tani pekarangan di Desa Keblukan diimplementasikan dengan metode sesuai teori dari Johnson, dkk. (2018). Teori ini mengemukakan bahwa ada empat strategi dan metode yang dapat direalisasikan untuk mewujudkan pemberdayaan perempuan dalam ranah pertanian guna mencapai ketahanan pangan. Strategi dan metode tersebut meliputi : 1) Penyediaan barang dan jasa bagi masyarakat, 2) Membentuk atau memperkuat kelompok, organisasi, platform, attau jaringan yang melibatkan kaum perempuan, 3) Memperkuat pengetahuan dan kapasitas masyarakat melalui penyuluhan

pertanian, bisnis dan pelatihan keuangan, komunikasi perubahan perilaku gizi, dan pelatihan lainnya, 4) Mengubah norma gender melalui peningkatan kesadaran masyarakat (Johnson, dkk., 2018).

Program tani pekarangan merupakan program berkelanjutan yang terdiri atas beberapa tahapan. Program ini diawali dengan koordinasi dan perencanaan oleh PKK, Kelompok Tani Wanita (KWT), dan tim KKN UNNES dengan pemerintah desa, yang kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi kegiatan tani pekarangan kepada seluruh rumah tangga. Tahapan selanjutnya yaitu sosialisasi strategi pelaksanaan tani pekarangan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung. Sosialisasi ini terdiri atas kegiatan materi dan kegiatan praktik langsung. Kemudian, setelah masyarakat memahami strategi dalam bertani pekarangan, tahap selanjutnya yaitu pemberian dan pendistribusian bantuan bibit dan polybag dari pemerintah desa ke seluruh rumah tangga.

Setelah itu, masyarakat melakukan penanaman dan perawatan pekarangan yang digerakkan dari sektor rumah tangga.

Pendampingan dilakukan oleh Dinas

Pertanian Kabupaten Temanggung,

Kelompok Tani Wanita, dan PKK untuk

memastikan kelancaran program tani

pekarangan.

(6)

6

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pemberdayaan Perempuan dalam Program Tani Pekarangan

Pemberdayaan merupakan sebuah konsep alternatif untuk meningkatkan kualitas dan kapabilitas serta martabat masyarakat agar terlepas dari belenggu kemiskinan dan keterbelakangan. Atau dengan kata lain, pemberdayaan merupakan usaha untuk menjadikan masyarakat “berpower” atau memandirikan dan memampukan masyarakat (Kartasasmita, 1996 dalam Minarni, Endang Warih, Darini Sri Utami, dan Nur Prihatiningsih, 2017) sehingga memiliki akses terhadap sumber daya modal, teknologi, dan jaminan pemasaran, serta pendapatan (Mandayani dan Rosdiana, 2019). Program tani pekarangan di Desa Keblukan memiliki misi besar untuk memberdayakan kaum perempuan Desa Keblukan sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kapabilitas mereka. Upaya pemberdayaan perempuan ini mengandung makna tersirat untuk menghilangkan sistem pertanian yang selalu dianggap pekerjaan maskulin sehingga pemberdayaan perempuan dalam tani pekarangan dapat menjadi alternatif signifikansi perempuan.

Program tani pekarangan menjadi reaktor penggerak bagi ratusan perempuan di Desa Keblukan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Ratusan perempuan ini tentunya bukan hanya yang datang dari anggota

Kelompok Wanita Tani (KWT) dan PKK semata, melainkan berasal dari 173 orang perempuan yang memang menggeluti sektor pertanian dan 243 perempuan lainnya yang sebelumnya hanya berfokus pada urusan domestik semata sebagai ibu rumah tangga.

Hal ini karena program tani pekarangan dilaksanakan pada lingkup rumah tangga sehingga mampu menyentuh seluruh perempuan usia kerja di Desa Keblukan.

Adapun anggota Kelompok Wanita Tani dan PKK merupakan aktor-aktor kunci yang menjadi garda terdepan untuk menggerakkan kaum perempuan agar berkontribusi dalam menyukseskan program tani pekarangan di Desa Keblukan.

2. Program-Program Pemberdayaan dalam Tani Pekarangan

Program tani pekarangan bukanlah sebuah

program yang isinya hanya sebatas

penanaman komoditas pertanian di lahan

pekarangan semata. Program tani pekarangan

merupakan program yang berkelanjutan

sehingga mengandung substansi

pemberdayaan perempuan yang bertujuan

untuk meningkatkan peran, kualitas, dan

kapabilitas kaum perempuan di Desa

Keblukan. Ada beberapa kegiatan yang

merupakan serangkaian dari program tani

pekarangan ini. Dalam seluruh kegiatan ini,

kaum perempuan Desa Keblukan memiliki

(7)

7 peran yang besar untuk menyukseskan

rencana program yang telah dicanangkan.

a. Perencanaan dan Koordinasi Program oleh Kelompok Wanita Tani (KWT), PKK, dan Pemerintah Desa Keblukan Program tani pekarangan di Desa Keblukan sejatinya merupakan program kerja dari Pemerintah Desa Keblukan yang bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan, upaya pemberdayaan perempuan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah Desa Keblukan berperan sebagai fasilitator yang memberikan dukungan finansial sedangkan teknis dan pelaksanaannya diamanatkan kepada Kelompok Wanita Tani (KWT), PKK Desa Keblukan, dan Tim KKN UNNES.

Perencanaan program ini dilaksanakan dalam rapat Pemerintah Desa, PKK dan KWT guna membahas berbagai hal teknis yang meliputi:

timeline kegiatan, teknik bertani, alokasi dana, jenis komoditas yang dibudidayakan, rencana sosialisasi program ke masyarakat, kegiatan penyuluhan dan pendampingan, teknis pendistribusian bantuan bibit dan polybag.

b. Sosialisasi program tani pekarangan dan strategi bertani pekarangan

Sosialisasi program dilakukan oleh PKK dan KWT kepada seluruh perempuan Desa Keblukan untuk memberitahukan rencana program tersebut sehingga masyarakat dapat melakukan persiapan. Sosialisasi strategi

bertani pekarangan dibina oleh Dinas Pertanian Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung. Kegiatan sosialisasi ini diselenggarakan untuk memberikan bekal pengetahuan dan teori kepada masyarakat mengenai strategi dan langkah-langkah dalam mengembangkan pertanian pekarangan.

Kegiatan sosialisasi ini terdiri atas kegiatan sosialisasi teori dan kegiatan demonstrasi.

Dengan kedua kegiatan ini, maka masyarakat dapat lebih memahami ilmu yang ditransfer oleh pembina (pemateri).

Kegiatan sosialisasi dilaksanan dalam acara pertemuan rutin Kelompok Wanita Tani (KWT) yang bertempat di Dusun Gembolan Desa Keblukan. Sasaran kegiatan sosialisasi ini adalah pengurus Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Keblukan yang menjadi generator penggerak dan role model bagi masyarakat secara umum di luar pengurus dalam menyukseskan program tani pekarangan ini. Sebagai pelopor dalam kegiatan ini, maka pengurus KWT yang telah memperoleh bekal yang cukup dalam kegiatan sosialisasi dapat mentransformasikan ilmunya kepada masyarakat Desa Keblukan yang tidak berkesempatan mengikuti sosialisasi.

Kegiatan sosialisasi ini memuat beberapa

substansi materi dan teori terkait strategi

bercocok tanam untuk menyukseskan

program tani pekarangan. Beberapa materi

yang diberikan dalam sosialisasi ini meliputi

(8)

8

materi mengenai konsep dan jenis-jenis tani pekarangan, cara pembuatan tani pekarangan, manfaat tani pekarangan, cara menanam tanaman pada tani pekarangan, media tanam yang digunakan dalam tani pekarangan, dan komoditas apa saja yang baik untuk diusahakan dalam tani pekarangan. Sosialisasi ini juga menyangkut mengenai pembuatan media tanam dengan memanfaatkan barang- barang tak terpakai di sekitar lingkungan tempat tinggal. Kemudian, pembina juga memberikan materi mengenai pembuatan hidroponik dengan menggunakan barang tak terpakai dan sederhana, pembuatan vertical garden, dan cara penanaman hidroponik dan vertical garden.

Sosialisasi juga memuat materi mengenai cara pembuatan dan pencampuran media tanam dan cara pembibitan dalam mengusahakan tani pekarangan. Pembina juga memberikan materi mengenai pembuatan pupuk cair dari sisa makanan seperti sisa sayuran, kulit buah, dan sisa nasi untuk mendukung pertumbuhan pertanian pekarangan, serta pembuatan pupuk kompos dari limbah daun dan tanaman dan sedikit materi tentang pembuatan pupuk cair dari akar bambu dan kencur. Dengan begitu, kegiatan sosialisasi juga memuat mengenai upaya reduksi sampah dalam program tani pekarangan dengan mengedepankan prinsip reduce, reuse, dan recycle.

c. Distribusi bantuan bibit dan polybag bagi setiap rumah tangga

Dalam program tani pekarangan, setiap rumah tangga mendapatkan bantuan polybag dan bibit tanaman dari pemerintah Desa.

Pembagian dan distribusi bibit tanaman dan polybag diorganisasikan oleh ibu kepala dusun dan ibu ketua RT di Desa Keblukan dan juga Tim KKN UNNES. Bibit tanaman dan polybag dipusatkan di ibu kepala dusun dan kemudian setiap ibu ketua RT mengambil polybag dan bibit tanaman sesuai ketentuan jumlah rumah tangga di RT yang bersangkutan. Kemudian, setiap ibu rumah tangga mengambil bibit tanaman dan polybag di masing-masing ibu ketua RT. Kaum perempuan Desa Keblukan memiliki peran dan antusiasme yang tinggi dalam distribusi bibit dan polybag ini sehingga kegiatan distribusi dapat berjalan dengan efektif dan masif.

d. Penanaman Tanaman Tani Pekarangan

Penanaman tanaman tani pekarangan

dilakukan secara mandiri oleh kaum

perempuan dalam skala rumah tangga. Bibit

tanaman yang disubsidi oleh Pemerintah Desa

terdiri atas bibit tanaman cabai, tomat, dan

terung. Untuk menambah jumlah tanaman,

masyarakat juga mengusahakan bibit secara

mandiri sehingga tidak hanya mengandalkan

subsidi bibit dari Pemerintah Desa. Jenis bibit

lain yang ditanam secara mandiri oleh

(9)

9 masyarakat diantaranya adalah bibit sawi,

daun bawang, dan seledri. Kemudian, terdapat juga masyarakat yang tidak hanya menanam sayur, melainkan juga menanam tanaman obat keluarga (TOGA) atau yang familiar juga dikenal sebagai Apotek Hidup, yang terdiri atas tanaman jahe, kencur, temu lawak, daun sirih, dan sebagainya.

Media tanam yang digunakan oleh terdiri atas campuran tanah, pupuk kandang, dan arang sekam. Media tanam ini sangat cocok untuk penanaman holtikultura tani pekarangan karena mengandung bahan organik yang tinggi. Pupuk yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat juga merupakan pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak dan daun-daun. Kondisi ini mencerminkan bahwa kaum perempuan Desa Keblukan juga berperan dalam mewujudkan tani pekarangan yang berkelanjutan.

Program tani pekarangan ini mengoptimalkan penggunaan polybag sehingga dapat menghemat ruang dan dapat diterapkan oleh seluruh masarakat. Banyak masyarakat yang menyiasati keterbatasan lahan dengan mengoptimalkan rak-rak yang dibuat dengan menggunakan bambu.

Kemudian, terdapat juga masyarakat yang memanfaatkan pagar rumah sebagai tempat meletakkan polybag dan mengkreasikan taman gantung (vertical garden). Banyak juga kaum perempuan yang sadar akan pentingnya pengelolaan sampah dengan cara

memanfaatkan kembali plastik yang tak terpakai sebagai pengganti polybag, dan botol plastik serta ember plastik bekas sebagai media penanaman pengganti pot. Dengan ini maka semakin meneguhkan peran perempuan Desa Keblukan untuk merealisasikan pertanian pekarangan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

e. Pendampingan Program Tani Pekarangan

Program tani pekarangan di Desa

Keblukan diharapkan akan menjadi program

yang berkelanjutan. Oleh karena itu,

pendampingan selalu dilakukan oleh Dinas

Pertanian Kabupaten Temanggung dan juga

oleh Kelompok Wanita Tani Desa Keblukan,

serta Tim KKN UNNES. Pendampingan

dilakukan untuk memastikan bahwa program

tani pekarangan dapat terlaksana dengan

lancar sesuai rencana yang disusun dan dapat

menyentuh serta melibatkan seluruh

masyarakat, khususnya kaum perempuan di

Desa Keblukan. Pengurus Kelompok Wanita

Tani (KWT) Desa Keblukan memiliki peran

yang krusial sebagai role model bagi

masyarakat umum dalam implementasi

program tani pekarangan. Pendampingan dari

KWT mampu memberikan motivasi bagi para

masyarakat untuk selalu menjaga, merawat,

dan meningkatkan program tani pekarangan

sehingga dapat berjalan secara kontinyu dan

sustainable.

(10)

10

3. Dampak Pemberdayaan Perempuan dalam Program Tani Pekarangan

a. Dampak Sosial Pemberdayaan

Adanya pemberdayaan perempuan melalui program tani pekarangan di Desa Keblukan mampu memberikan dampak sosial yang berarti. Dampak sosial yang fundamental tidak lain adalah adanya perubahan perilaku dari masyarakat, khususnya kaum perempuan yang mulai sadar besarnya potensi tani pekarangan. Hal ini dibuktikan dengan besarnya partisipasi dari kaum perempuan untuk merealisasikan program tani pekarangan dalam lingkup rumah tangga masing-masing. Mereka banyak mengembangkan tani pekarangan dengan melakukan diversifikasi tanaman dan pemanfaatan barang bekas sebagai pengganti polybag atau pot.

Program pemberdayaan perempuan dalam tani pekarangan tentunya memberikan dampak sosial berupa peningkatan kualitas dan kapabilitas kaum perempuan seiring

dengan diselenggarakannya kegiatan sosialisasi dari Dinas Pertanian dan dari Tim KKN UNNES, terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada masyarakat mengenai tani pekarangan.

Kegiatan sosialisasi akan mengubah perilaku seseorang dari yang semula tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak terampil menjadi terampil.

Peningkatan wawasan merupakan dampak yang timbul dengan adanya perempuan tani dalam kelompok dan masyarakat. Perempuan akan memiliki pengetahuan dan keterampilan karena mereka bersosialisasi dengan kelompok dan dengan komunitas masyarakat, saling bertukar pikiran, bekerjasama, dan berkomunikasi sehingga mengubah pandangan dan paradigma perempuan tani untu menjadi maju dan mandiri. Pengetahuan dan keterampilan dapat berkembang seiring dengan masukan dari sesama peremupuan tani dalam kelompoknya atau masyarakatnya yang saling bertukar informasi dan pengalaman.

Gambar 1. Tanaman Tani Pekarangan di Desa Keblukan

Gambar 2. Tanaman Tani Pekarangan di Desa

Keblukan

(11)

11 Dengan adanya program tani pekarangan,

muali terjadi transformasi pada kaum perempuan di Desa Keblukan untuk tidak hanya berkutat pada ranah domestik semata, namun juga mulai berperan dalam sektor publik. Mereka menciptakan ketahanan pangan pada rumah tangga masing-masing.

Mereka telah dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan usaha tani sayuran dengan memanfaatkan lahan pekarangan di sekitar rumahnya. Mereka memiliki alternatif dalam teknik budidaya yang dapat memperbanyak tanaman dengan tanpa bergantung pada lahan pertanian.

b. Dampak Ekonomi Pemberdayaan Keberadaan program tani pekarangan berdampak pada bidang ekonomi. Dengan program tani pekarangan, masyarakat dapat menciptakan ketahanan pangan dalam lingkup rumah tangga sehingga akan mengurangi pengeluaran tumah tangga untuk konsumsi sehari-hari. Masyarakat tidak harus selalu membeli sayur untuk kebutuhan konsumsi karena sudah tersedia di lingkungan rumahnya masing-masing. Tentunya hal ini akan membantu meringankan beban ekonomi dari setiap rumah tangga di Desa Keblukan.

Selain dari hasil budi daya tani pekarangan, masyarakat juga dapat menekuni bisnis pada usaha pupuk kompos dan pupuk cair. Bekal pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh dari kegiatan sosialisasi dapat diimplementasikan dalam skala yang

lebih besar untuk dapat memperoduksi pupuk kompos dan pupuk cair yang layak jual.

Langkah ini diterapkan oleh kaum perempuan yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Keblukan. Usaha pupuk tersebut dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia mereka, sekaligus meningkatkan pendapatan ekonomi mereka.

c. Dampak Lingkungan Pemberdayaan Keberadaan program tani pekarangan tidak hanya bernilai ekonomis dan sosial.

Program tani pekarangan juga mengandung

nilai-nilai ekologis karena berkontribusi

terhadap peningkatan kualitas lingkungan di

Desa Keblukan. Program tani pekarangan

dapat menciptakan lingkungan yang hijau

karena banyaknya tanaman di setiap rumah

yang ada di Desa Keblukan. Tanaman-

tanaman komoditas holtikultura yang ada di

setiap rumah juga meningkatkan nilai estetis

lingkungan karena banyaknya tanaman yang

dihias dengan rapi. Kemudian, adanya

pemanfaatan barang-barang bekas berupa

platik, ember, dan botol bekas sebagai media

tanam pengganti pot (polybag) tentunya

berkontribusi dalam mengurangi jumlah

sampah padat yang sulit terurai di lingkungan

masyarakat. Selain itu, kegiatan pembuatan

pupuk organik kompos dan pupuk organik

cair juga berkontribusi meningkatkan

kesuburan tanah dan meminimalisasi sampah

di lingkungan masyarakat.

(12)

12

4. Faktor yang Mempengaruhi Program Tani Pekarangan

Dalam mewujudkan keberhasilan program tani pekarangan, terdapat berbagai faktor pendukung dan penghambat program.

Faktor pendukung program diantaranya yang pertama adalah adanya dukungan Pemerintah Desa Keblukan dalam memberikan bantuan atau subsidi bibit dan polybag kepada masyarakat sehingga program ini dapat berjalan secara masif. Kemudian, karakteristik masyarakat Desa Keblukan yang mayoritas merupakan masyarakat agraris berpengaruh positif terhadap kemauan dan kesadaran masyarakat untuk merealisasikan program tani pekarangan. Masih luasnya lahan sekitar tempat tinggal masyarakat juga menjadi faktor pendukung program ini, karena luasnya lahan di sekitar tempat tinggal masyarakat menjadi motivasi bagi masyarakat untuk memanfaatkannya. Faktor selanjutnya yaitu aktifnya organisasi Kelompok Wanita Tani dan PKK menjadi pondasi yang penting bagi berjalannya program tani pekarangan.

Serta, intensifnya pembinaan dari Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung kian meningkatkan partisipasi dan kapabilitas masyarakat dalam program tani pekarangan.

Adapun faktor penghambat program tani pekarangan ini diantaranya yang pertama yaitu adanya hama ayam yang seringkali merusak pekarangan masyarakat sehingga menyebabkan keluhan di kalangan

masyarakat hingga mengurangi optimisme masyarakat dalam menjalankan program.

Kemudian, minimnya ketersediaan air untuk menyiram tanaman pekarangan juga turut menghambat kesuksesan program tani pekaranga. Hal ini dikarenakan Desa Keblukan hingga saat ini masih acapkali menghadapi krisis air di musim kemarau.

Selain itu, masih adanya beberapa masyarakat yang kurang mampu merawat tanaman pekarangan setelah ditanam, sehingga tanaman pekarangan kurang dapat tumbuh maksimal.

D. PENUTUP 1. Simpulan

Program Tani Pekarangan di Desa Keblukan berdampak positif pada bidang sosial masyarakat berupa peningkatan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan masyarakat, serta adanya transformasi paradigma masyarakat dari yang hanya berkutat pada ranah domestik semata, hingga mulai berperan dalam sektor publik. Program ini juga berdampak pada sektor ekonomi masyarakat berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta berdampak positif pada lingkungan berupa peningkatan kualitas lingkungan dan penurunan volume sampah.

Faktor pendukung program tani pekarangan

meliputi dukungan pemerintah, karakteristik

masyarakat, ketersediaan lahan, peran KWT

dan PKK, serta peran Dinas Pertanian.

(13)

13 Adapun faktor penghambat pelaksanaan

program ini meliputi adanya hama berupa ayam dan minimnya ketersediaan air di musim kemarau.

2. Saran

Saran untuk program tani pekarangan ini diantaranya adalah pendampingan dari pemerintah harus selalu dilaksanakan untuk menjamin keberhasilan program tani pekarangan. Kemudian, perlu dilakukan intensifikasi program tani pekarangan agar dapat menghasilkan outcome yang memadai.

Selain itu, program tani pekarangan harus dilaksanakan secara berkelanjutan sehingga dapat berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan, serta mampu meningkatkan peran perempuan dalam ranah publik untuk menjamin kesetaraan gender.

3. Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kami haturkan kepada Universitas Negeri Semarang yang telah menginisiasi dan memprakarsai adanya program pengabdian KKN sehingga kami dapat melaksanakan program ini dengan lancar. Ucapan terima kasih juga kami haturkan kepada Pemerintah Desa Keblukan, Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Keblukan, PKK Desa Keblukan, dan seluruh masyarakat Desa Keblukan, serta Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung yang telah berkenan menjadi mitra terbaik kami dalam menjalankan program KKN kami.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullahi, Yahya Zakari, Hussainatu Abdullahi, dan Yelwa Mohammed. 2012.

Food Security First: The Role of Women Through Empowerement for Sustainable Food, General Security, and Economic Development in Nigeria. European Scientific Journal. Vol. 8, No. 9, Hal. 46- 66.

Adepoju, A.A, Ogunniyi, L.T., dan Agbedeyi, D. 2015. The Role of Women in Household Food Security in Osun State, Nigeria.

International Journal of Agriculture Policy and Research. Vol. 3, Hal. 104-113.

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.

2019. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 114 November 2019.

Badan Ketahanan Pangan Kemetrian Pertanian. 2018. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan. Jakarta : Badan Ketahanan Pangan Kemetrian Pertanian.

BPPP. 2014. Panduan Umum Penanaman Invensi Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta: BPPP.

Deptan. 2011. Kawasan Rumah Pangan Lestari Memperkuat Ketahanan Pangan dan Penyediaan Nutrisi Masyarakat Berkelanjutan. Jakarta: Deptan.

Dewi, Ni Luh Putu Candra, Wayan Sudarta, dan I Gede Setiawan Adi Putra. 2015.

Partisipasi Kelompok Wanita Tani Pangan Sari pada Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (Studi Kasus di Dusun Cengkilung, Desa Paguyangan Kangin, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar). E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. Vol. 4, No. 5, Hal. 383-392.

Durr, Jochen. 2018. Women in Agricultural Value Chains: Unrecognized Work and Contribution to the Guatemalan Economy.

Journal of Gender, Agriculture, and Food Security. Vol. 3, No. 2, Hal. 20-35.

Galie, Alessandra, dkk. 2019. Women’s

Empowerement, Food Security, and

Nutrition of Pastoral Communities in

(14)

14

Tanzania. Journal of Global Food Security.

Vol. 23, Hal. 125-134.

Johnson, Nancy, dkk. 2018. How do Agricultural Development Projects Empower Women ? Linking Strategies with Expected Outcomes. Journal of Gender, Agriculture, and Food Security. Vol. 3, No. 2, Hal. 1-19.

Juwita, Yuana, Suparwoto, dan Hutapea.

2015. Peran Wanita dalam Pemanfaatan Pekarangan Mendukung Upaya Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Sukapulih Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung, 29 April 2015. Hal. 105-110.

Mandayani, Sri dan Rosdiana. 2019.

Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga dalam Pemanfaatan Pekarangan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) Sanggar Rezeki. Journal of Millenial Community.

Vol. 1, No. 1, Hal. 32-25.

Metalisa, Rindi, Amiruddin Saleh, dan Prabowo Tjitopranoto. 2014. Peran Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan yang Berkelanjutan. Jurnal Penyuluhan. Vol.

10, No. 3, Hal. 158-170.

Minarni, Endang Warih, Darini Sri Utami, dan Nur Prihatiningsih. 2017.

Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani melalui Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dengan Budidaya Sayuran Organik Dataran Rendah Berbasis Kearifan Lokal dan Berkelanjutan. Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat. Vol. 1, No. 2, Hal. 147-154.

Monografi Desa Keblukan September 2019.

Oelviani, Rene dan Budi Utomo. 2015. Sistem Pertanian Terpadu di Lahan Pekarangan Mendukung Ketahanan Pangan Keluarga

Berkelanjutan: Studi Kasus di Desa Plurakan, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia. Vol. 1, No. 5, Hal.

1197-1202.

Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal.

Saidi, Busyra Buyung dan Suharyon. 2016.

Optimalisasi Pemanfaatan lahan Pekarangan dengan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. Vol 18, No. 2, Hal. 31-38.

Syarif, Asriyanti. 2018. Pemberdayaan Perempuan Menghadapi Modernisasi Pertania melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) pada Usaha Tani Sayuran di Kecamatan Bissapu Kabupaten Bantaeng.

Jurnal Zira’ah. Vol. 43, No. 1, Hal. 77-84.

Wulandari, Nindy Danisa. 2018. Strategi Pengembangan Kelompok Wanita Tani pada Optimalisasi Lahan Pekarangan di Desa Wonogiri. Indonesian Journal of Development Economics. Vol. 1, No. 1, Hal. 34-43.

Yunindyawati, dkk. 2014. The Power of Women’s Knowledge in Food Security at the Rural Families in Indonesia (The Case Study in South Sumatera). International Journal of Humanities and Social Science.

Vol. 4, No. 7, Hal. 308-313.

Gambar

Gambar 1. Tanaman Tani Pekarangan di Desa  Keblukan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini dilakukan analisa untuk menunjukkan sifat fisikokimia dari surimi meliputi kadar protein, water holding capacity, gelasi, kapasitas emulsi,

RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap guru pada satuan pendidikan

Manfaat relasional dari hubungan antara konsumen dengan perusahaan yang menawarkan produk atau jasa dengan menggunakan situs-situs online harus dapat terjalin dalam jangka

Jika dalam kondisi dan lain hal, user harus mengakses file yang sebelumnya tidak bisa diakses maka harus dibuat persetujuan terlebih dahulu dari pemilik file atau pengelola sumber

Pengaruh media pendingin udara, pasir clan air memberikan perbedaan kekerasan clan ukuran butir AIMg2 yang mengalami perlakuan panas pada suhu 200 °c selama 6 jam. Dengan pendingin

Basuki Pratama Engineering Dengan PT Hitachi Construction Machinery Indonesia bahwa seringkali terjadi gesekan antara kepentingan perusahaan dengan kesejahteraan

Sebagai contoh dapat kita lihat adanya kegiatan seperti: Provinsi Sumatera Selatan telah mencanangkan “ Visit Musi 2008”; Daerah Khusus Jakarta dengan programnya “ Enjoy

Ini dikarenakan secara faktual –dengan mengutip pendapat Ibnu Abba>s-, bahwa (a) Di dalam al-Qur’an terdapat bagian-bagian yang hanya diketahui maksudnya oleh