Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work
non-commercially, as long as you credit the origin creator
and license it on your new creations under the identical
terms.
BAB II
KERANGKA KONSEP
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu pertama yang digunakan adalah skripsi berjudul Twitter Sebagai Media Alternatif Informasi Publik (Analisis Isi Twitter Pada
@humaskabklaten Pemerintah Kabupaten Klaten Periode 1 Januari – 28 Februari 2014) ini secara garis besar adalah mengenai bagaimana media sosial twitter digunakan sebagai media menyalurkan informasi kepada khalayak. Bukan hanya dari personal/individu ke banyak orang, tetapi juga dari sebuah instansi ke banyak orang.
Penulis atau penelitinya adalah Desi Kurnia Widiastuti, mahasiswa ilmu komunikasi dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ia melakukan penelitian ini di tahun 2014.
Instansi mulai dari swasta hingga pemerintahan sudah mulai menjamah ranah media baru tersebut. Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten adalah salah satu Instansi Pemerintah mulai menggunakan media sosial twitter sebagai media alternatif dalam menyampaikan informasi kepada khalayak. Menurut Desi, penggunaan twitter di Instansi Pemerintah merupakan fenomena baru di masa modernisasi, oleh karena itu ia tertarik untuk meneliti bagamana isi pesan yang disampaikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten melalui akun twitter
@humaskabklaten.
Rumusan masalah dari skripsi ini adalah “bagaimana isi pesan twitter pada
@humaskabklaten Pemerintah Kabupaten Klaten sebagai media informasi publik?”
Tujuan dari skripsi ini pula adalah untuk menganaisis dan mengetahui isi pesan twitter pada @humaskabklaten Pemerintah Kabupaten Klaten sebagai informasi publik. Manfaat penelitian tersebut adalah mampu memberikan kontribusi pada pengembangan penelitian ddi bidang disiplin ilmu komunikasi, dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan komunikasi, dan diharapkan mampu memberikan gambaran pesan yang disampaikan Pemerintah Daerah melalui media sosial.
Jenis penelitian skripsi ini adalah analisis isi, yaitu suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, obyektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak. Metodenya adalah analisis isi deskriptif.
Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu atau menguji hubungan antar variabel. Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah tweet pada timeline akun twitter Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten dan sampel yang diambil adalah tweet pada periode 1 Januari – 28 Februari. Yaitu sebanyak 93 tweet.
Menurut hasil penelitian, kesimpulan yang didapat dari skripsi ini adalah:
pesan yang terdapat pada akun twitter @humaskabklaten Pemerintah Kabupaten Klaten pada periode 1 Januari – 28 Februari sebanyak 75% merupakan pesan yang bersifat informasi. Sebanyak 73 tweet atau sekitar 78,5% berupa visual tulisan.
Feedback yang didapat cukup banyak yaitu sekitar 67,7% tweet. Ada salah satu hasil penelitian yang bisa dibilang negatif, karena jumlah followers akun
@humaskabklaten adalah sebanyak 928 orang bisa dibilang kecil karena jumlah masyarakat Kabupaten Klaten sebanyak 1.461.70 jiwa. Dari angka tersebut bisa dilihat bahwa pengunaan twitter sebagai media alternatif informasi bagi masyarakat kurang optimal.
Relevansi atau kesamaan dari penelitian di atas dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah kedua penelitian meneliti tentang media sosial dan juga menggunakan jenis dan metode penelitian yang sama yaitu kuantitatif dan analisis isi.
Penelitian kedua berjudul Pola Kerja Jurnalis Infotainment (Studi Kualitatif Pada PT. Bintang Advis Multimedia, Creative Indigo Production, dan PT. Shandika Widya Cinema – Jakarta). Penelitian ini ditulis pada 2008 oleh Sri Pangestuti dan Atika Tyas Utami, mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Jendral Sudirman Purwokerto.
Jurnal penelitian ini didasarkan atas observasi peneliti yang melihat bahwa mulai banyaknya acara-acara infotainment di media Indonesia. Peneliti melihat bahwa acara infotainment seakan menjadi tayangan wajib di setiap media.
Peneliti merasa bahwa wartawan infotainment bekerja dengan penuh tekanan karena deadline. Akibatnya, berita yang disajikan tidak sesuai dengan kriteria jurnalistik yang ada, bahkan terkadang ketika meliput di lapangan, etika sering diabaikan oleh para jurnalis/wartawan infotainment.
Ada beberapa pertanyaan dalam jurnal penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimanakah pola kerja jurnalis infotainment tersebut?
2. Sistem dan regulasi seperti apa saja yang mengukuhkan tayangan infotainment tersebut, sehingga menjadi eksis di tengah tayangan televisi yang lain?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi deskriptif. Sasaran penelitiannya adalah pekerja infotainment pada PT.
Bintang Advis Multimedia, Creative Indigo Production, dan PT. Shandhika Widya Sinema di Jakarta.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa terdapat pergeseran makna infotainment, yang saat ini diartikan sebagai informasi mengenai dunia hiburan yang penuh dengan gosip atau kasak-kusus belaka. Berbeda dari konsep awal infotainment yang diartikan sebagai informasi yang diselipkan unsur hiburan agar tetap bernilai berita.
Lalu kesimpulan kedua adalah terdapat tiga tahap dalam proses kerja jurnalis infotainment yaitu Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi.
Peneliti menggunakan jurnal penelitian di atas karena dalam penelitian ini meneliti bagaimana jurnalis bekerja dalam memproduksi sebuah berita untuk masyarakat, selain itu juga dalam penelitian di atas terdapat pembahasan tentang regulasi dan peraturan yang menyangkut dalam proses produksi sebuah berita.
Penelitian ketiga adalah sebuah jurnal yang ditulis oleh Roida Pakpahan dari AMIK BSI Jakarta. Judul dari jurnal ini adalah “Analisis Fenomena Hoax Di Berbagai Media Sosial dan Cara Menanggulangi Hoax”. Jurnal ini ditulis pada Maret 2017.
Isi dari jurnal ini kurang lebih adalah mengenai apa itu hoax dan juga bagaimana cara dalam menanggulanginya. Ada beberapa rujukan yang dijadikan landasan teori dalam jurnal ini, di antaranya adalah kamus besar bahasa indonesia, UU ITE, KUHP, penelitian terkait, dan buku-buku referensi.
Di dalam jurnal tersebut disebutkan keuntungan dari media sosial, yaitu:
1. Menambah teman baru atau menemukan teman lama yang tidak bisa berjumpa
2. Mendapatkan penghasilan dari bisnis online
3. Dapat meredakan stress, dengan komunikasi dan game online yang ada 4. Mudah dalam memberikan informasi atau komentar
Selain keuntungan, dalam jurnal tersebut juga dituliskan kekurangan dari media sosial, yaitu:
1. Banyak waktu dihabiskan sia-sia dengan media sosial 2. Sering memuat perbincangan yang sia-sia dan tidak perlu 3. Terkadang beredar informasi bohong atau fitnah atau hoax 4. Dampak kesehatan karena tubuh jadi malas bergerak 5. Alat yang mudah untuk memberikan komen negatif 6. Sulit dikontrol oleh pihak yang berwenang
7. Kadang beredar ajakan teror atau geraka yang mengatasnamakan agama
Dalam bagian pembahasan, penulis, yaitu Roida, membahas 4 hal, yaitu fenomena hoax di Indonesia, cara mengenali hoax, sanksi hukum bagi pelaku hoax, dan cara menanggulangi hoax.
Simpulan dari jurnal tersebut adalah bagi masyarakat harus lebih cerdas dalam menggunakan teknologi, harus lebih bijak dalam menyikapi informasi yang beredar, selalu cek kebenaran dari informasi yang diterima, dan jangan menyebar informasi yang sudah diketahui bahwa itu hoax. Roida juga memberikan saran kepada pemerintah agar lebih giat lagi dalam mensosialisasikan UU ITE agar masyarakan lebih paham lagi cara menggunakan media sosial dengan cerdas dan bijaksana.
Peneliti menggunakan jurnal di atas adalah karena adanya kesamaan dari sisi meneliti perkembangan teknologi, yaitu internet, dan lebih dikerucutkan lagi yaitu media sosial. Jurnal di atas juga membahas mengenai hoax.
Dari sejumlah penelitian yang sudah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai internet – termasuk di dalamnya media sosial dan media online – adalah hal yang menarik untuk diteliti karena zaman dan teknologi selalu berkembang dan berubah. Ada banyak variabel dan juga celah dari perkembangan teknologi yang bisa diteliti secara mendalam.
2.2 Konsep yang Digunakan
2.2.1 Media Sosial & Sumber Informasi
Menurut Mayfield (2008), media sosial adalah sebuah kumpulan dari jenis baru media online yang memiliki karakteristik seperti:
- Partisipasi
Media sosial mendorong orang orang untuk berkontribusi dan memberikan respon terhadap hal-hal yang mereka anggap menarik.
- Keterbukaan
Kebanyakan sosial media menyediakan layanan untuk memberikan respon dan partisipasi dari penggunanya. Seperti contohnya fitur voting, komentar, dan membagikan informasi. Konten atau informasi yang tersedia terbuka lebar dan mudah untuk diakses.
- Percakapan
Media sosial bersifat dua arah karena antara satu dan yang lainnya bisa berhubungan secara langsung. Tidak seperti media tradisional seperti televisi, radio, atau koran yang bersifat satu arah.
- Komunitas
Media sosial dapat memudahkan orang orang dengan ketertarikan atau hobi yang sama untuk membuat suatu grup/komunitas yang dapat dengan cepat dibentuk dan melakukan komunikasi secara efektif.
- Keterhubungan
Kebanyakan media sosial mengedepankan untuk keterhubungan antara satu sama lain, tidak hanya antara pengguna di satu media sosial saja, tetapi juga keterhubungan antara satu media sosial dan media sosial lainnya.
Beberapa contoh yang termasuk sebagai media sosial adalah: Facebook, Twiter, Instagram, Youtube, Blogspot, Wordpress, Kaskus, Line, dan Whatsapp.
Menurut Wahjuwibowo (2015, p. 44), berita adalah sebuah laporan mengenai segala sesuatu (fakta atau opini) yang menarik atau penting bagi pembaca dan disampaikan tepat waktu. Webb dan Salancik (dalam Ishwara 2008, p. 67) berpendapat bahwa ada beberapa cara dalam mengumpulkan informasi sebagai sumber berita, yaitu:
1. Observasi langsung dan tidak langsung 2. Proses wawancara
3. Pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik 4. Partisipasi dalam peristiwa
Ada dua jenis sumber informasi: sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer adalah saksi mata suatu peristiwa atau pencipta suatu karya atau kerja orisinal. Sumber primer bisa berbentuk cetak atau rekaman. Sumber sekunder adalah orang yang memiliki beberapa pengetahuan namun tidak terlibat secara pribadi, atau sebuah karya yang mengutip kata-kata dari karya lain (Rolnicki, Tate, & Taylor, 2008, p. 20).
2.2.2 Jurnalis Media Online
Menurut MacDougall (dalam Kusumaningrat H. & Kusumaningrat P., 2012), jurnalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa (p. 15). Jurnalisme adalah seni dan profesi dengan tanggung jawab profesional yang mensyaratkan jurnalisnya melihat dengan mata yang segar pada setiap peristiwa untuk menangkap aspek aspek yang unik (I shwara 2008, p. 7).
Sedangkan istilah jurnalistik menurut (Wahjuwibowo, 2015), ada tiga pengertian jurnalistik:
1. Jurnalistik adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan dan sarana yang digunakan dalam mencari, memroses, dan menyusun berita serta ulasan mengenai berita hingga mencapai publik atau kelompok tertentu yang menaruh perhatian khusus pada hal-hal tertentu
2. Jurnalistik adalah pengetahuan tentang penulisan, penafsiran, proses, dan penyebaran informasi umum, serta hiburan umum secara sistematik yang dapat dipercaya untuk diterbitkan
3. Jurnalistik adalah pekerjaan tetap untuk menyampaikan berita, tafsiran, dan pendapat yang bertolak dari berita.
Manan (dalam Sudibyo, 2013) mengatakan bahwa jurnalis menjalankan fungsi sebagai sarana sosial atau sarana publik, baik dalam aspek politik, ekonomi, sosial, budaya atau dalam aspek kehidupan lain (p. xi).
Menurut Kawamoto (dalam Surya, 2010, p.4), media baru adalah sesuatu yang digerakkan oleh teknologi komputer, mengandung banyak aspek seperti interaktivitas, menjangkau atau dapat diakses oleh banyak orang melalui jaringan elektronik. Media baru memiliki beberapa perbedaan bila dibandingkan dengan media massa tradisional, mulai dari produksi, distribusi, tampilan, dan penyimpanan.
Ekosistem internet saat ini menciptakan perubahan besar dalam cara jurnalis mengumpulkan informasi untuk menyusun berita. Ini disebabkan oleh bergesernya kekuasaan dari pihak organisasi berita ke pihak khalayak.
(Wendratama, 2017, p. 156) Lanjutnya, Wendratama mengatakan bahwa menggunakan media sosial dan laporan warga sebagai sumber cerita merupakan keniscayaan bagi jurnalisme daring. Media sosial membuat jurnalis bisa meliput dan menyajikan cerita secara real-time, sebuah kebutuhan besar bagi khalayak daring.
2.2.3 Kode Etik
Kode Etik Jurnalistik secara umum mengatur dua hal, yaitu produk jurnalistik dan perilaku jurnalistik (Sudibyo, 2013, p. 3).
Sedangkan menurut Wahjuwibowo (2015), kode etik adalah petunjuk untuk menjaga mutu profesi sekaligus memelihara kepercayaan masyarakat terhadap profesi kewartawanan. Kode etik dibuat oleh kalangan wartawan/jurnalis itu sendiri (p. 25).
Ada sebelas pasal yang terdapat dalam kode etik jurnalistik :
1. Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk
2. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik
3. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencaumparkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah
4. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul
5. Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan
6. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap
7. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan
8. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka at diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani
9. Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik
10. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralah, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa
11. Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.
Peneliti mencantumkan kode etik di bab dua ini karena hal tersebut adalah peraturan yang mengatur media dan jurnalis dalam bekerja sehingga peneliti harus mencantumkannya.
Selain kode etik jurnalistik, ada pula yang dinamakan Pedoman Pemberitaan Media Siber, disusun oleh Dewan Pers bersama organisasi pers, pengelola media siber, dan masyarakat, fungsinya adalah untuk mengatur atau memberikan pedoman kepada media siber. Pedoman ini disusun karena media siber memiliki karakter khusus yang berbeda sehingga memerlukan pedoman agar pengelolaannya dapat dilaksanakan secara profesional (Sudibyo, 2013, p. 185- 191):
1. Ruang lingkup
a. Media siber adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan Undang-Undang Pers dan Standar Perusahaan Pers yang ditetapkan dewan pers
b. Isi buatan penggun adala segala isi yang dibuat dan atau dipublikasikan oleh pengguna media siber, antara lain, artikel, gambar, komentar, suara, video dan berbagai bentuk unggahan yang melekat pda media siber, seperti blog, forum, komentar pembaca atau pemirsa dan bentuk lain.
2. Verifikasi dan keberimbangan berita
a. Pada prinsipnya setiap berita harus melalui verifikasi
b. Berita yang dapat merugikan pihak lain memerlukan verifikasi pada berita yang sama untuk memenuhi prinsip akurasi dan keberimbangan
c. Ketentuan dalam butir (a) di atas dikecualikan dengan syarat:
1.) Berita benar-benar mengandung kepentingan publik yang bersifat mendesak;
2.) Sumber berita yang pertama adalah sumber yang jelas disebutkan identitasnya, kredibel, dan kompeten;
3.) Subjek berita yang harus dikonfirmasi tidak diketahui keberadaannya dan atau tidak dapat diwawancarai;
4.) Subjek berita yang harus dikonfirmasi tidk diketahui keberadaannya dan atau tidak dapat diwawancarai;
5.) Media memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa berita tersebut masih memerlukan verifikasi lebih lanjut yang diupayakan dalam waktu secepatnya. Penjelasan dimuat pada bagian akhir dari berita yang sama, di dalam kuung dan menggunakan huruf miring.
d. Setelah memuat berita sesuai dengan butir (c), media wajib meneruskan upaya verifikasi, dan setelah verifikasi didapatkan, hasil verifikasi dicantumkan pada berita pemutakhiran (update) denga tautan pada berita yang belum terverifikasi.
3. Isi buatan pengguna (user generated content)
a. Media siber wajib mencantumkan syarat dan ketentuan mengenai Isi Buatan Pengguna yang tidak bertentangan degan Undang- Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik, yang ditempatkan secara terang dan jelas
b. Media siber mewajibkan setiap pengguna untuk melakukan registrasi keanggotaan dan melakukan proses log-in terlebih dahulu untuk dapat mempublikasikan semua bentuk Isi Buatan Pengguna.
Ketentuan mengenai log-in akan diatur lebih lanjut
c. Dalam registrasi tersebut, media siber mewajibkan pengguna memberi persetujuan tertulis bahwa Isi Buatan Pengguna yang dipublikasikan:
1.) Tidak memuat isi bohong, fitnah, sadis, dan cabul;
2.) Tidak memuat isi yang mengandung prasangka dan kebencian terkait dengan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), serta menganjurkan tindakan kekerasan;
3.) Tidak memuat isi diskriminatif atas dasar perbedaan jenis kelamin dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa, atau cacat jasmani.
d. Media siber memiliki kewenangan mutlak untuk mengedit atau menghapus Isi Buatan Pengguna yang bertentangan dengan butir (c)
e. Media siber wajib menyediakan mekanisme pengaduan Isi Buatan Pengguna yang dinilai melanggar ketentuan pada butir (c).
Mekanisme tersebut harus disediakan di tempat yang dengan mudah dapat diakses pengguna.
f. Media siber wajib menyunting, menghapus, dan melakukan tindakan koreksi setiap Isi Buatan Pengguna yang dilaporkan dan melanggar ketentuan butir (c), sesegera mungkin secara proporsional selambat-lambatny 2 x 24 jam setelah pengaduan diterima
g. Media siber yang telah memenuhi ketentuan pada butir (a), (b), (c), dan (f) tidak dibebani tanggung jawab atas masalah yang ditimbulkan akibat pemuatan isi yang melanggar ketentuan pada butir (c)
h. Media siber bertanggung jawab atas Isi Buatan Pengguna yang dilaporkan bila tidak mengambil tindakan koreksi setelh batas waktu sebagaimana tersebut pada butir (f)
4. Ralat, koreksi, dan hak jawab
a. Ralat,koreksi, dan hak jawab mengcu pada Undang-Undang Pers, Kode Etik Jurnalistik, dan Pedoman Hak Jawab yang ditetapkan Dewan Pers
b. Ralat, koreksi, dan atau hak jawab wajib ditautkan pada berita yang diralat, dikoreksi, atau yang diberi hak jawab
c. Di setiap berita ralat, koreksi, dan hak jawab wajib dicantumkan waktu pemuatan ralat, koreksi, dan atau hak jawab tersebut
d. Bila suatu berita media siber tertentu disebarluaskan media siber lain, maka:
1.) Tanggung jawab media siber pembuat berita terbatas pada berita yang dipublikasikan di media siber tersebut atau media siber yang berada di bawa otoritas teknisnya;
2.) Koreksi berita yang dilakukan oleh sebuah media siber, juga harus dilakukan oleh media siber lain yang mengutip berita dari media siber yang dikoreksi itu;
3.) Media yang menyebarluaskan berita dari sebuah media siber dan tidak melakukan koreksi atas berita sesuai yang dilakukan oleh media siber pemilik dan atau pembuat berita tersebut, bertanggung jawab penuh atas semua akibat hukum dari berita yang tidak dikoreksinya itu
e. Sesuai dengan Undang-Undang Pers, media siber yang tidak melayani hak jawab dapat dijatuhi sanksi hukum pidana denda paling banyak Rp500.000.000 (Lima ratus juta rupiah)
5. Pencabutan berita
a. Berita yang sudh dipublikasikan tidak dapat dicabut karena alasan penyensoran dari pihak luar redaksi, kecuali terkait masalah SARA, kesusilaan, masa depan anak, pengalaman traumatik korban atau berdasarkan pertimbangan khusus lain yang ditetapkan Dewan Pers
b. Media siber lain wajib mengikuti pencabutan kutipan berita dari media asal yang telah dicabut
c. Pencabutan berita wajib disertai dengan alasan pencabutan dan diumumkan kepada publik
6. Iklan
a. Media siber wajib membedakan dengan tegas antara produk berita dan iklan
b. Setiap berita/artikel/isi yang merupakan iklan dan atau isi berbayar wajib mencantumkan keterangan’advertorial, ‘iklan’, ‘ads’,
‘sponsored’, atau kata lin yang menjelaskan bahwa berita/artikel/isi tersebut adalah iklan
7. Hak cipta
Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku
8. Pencantuman pedoman
Media siber wjib mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media Siber ini di medianya secara terang dan jelas
9. Sengketa
Penilaian akhir atas sengketa mengenai pelaksaan Pedoman Pemberitaan Media Siber ini diselesaikan oleh Dewan Pers.
Peneliti mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media Siber karena pedoman tersebut berhubungan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu media online.
2.2.4 Armchair Journalism
Armchair Journalism adalah sebuah kegiatan jurnalisme di mana seorang jurnalis tidak terjun langsung ke lapangan, melainkan hanya menulis beritanya dari mejanya di kantor saja. Kemudahan mendapatkan informasi, berkembangnya zaman dan teknologi, dan juga kehadiran media sosial membuat pekerjaan para jurnalis menjadi jauh lebih mudah sekarang. Jurnalis bisa saja menulis sebuah berita hanya berdasarkan sebuah kejadian yang didapatkan informasinya dari media sosial, kemudian melakukan pengumpulan informasi melalui telefon atau pesan. Hanya dengan duduk di kantor saja tanpa datang langsung ke tempat kejadian jurnalis dapat menghasilkan sebuah berita. (Asad, 2016)
Digitalisasi praktik jurnalisme yang bisa dilihat dari banyaknya media online yang muncul belakangan ini telah membuat perubahan dalam jurnalisme.
Perubahan paling signifikan dari perkembangan tersebut adalah transformasi hubungan antara jurnalis dan masyarakat. Salah satu contohny adalah apa yang disebut dengan citizen journalism, hal tersebut adalah sesuatu yang baru akibat dari perkembangan zaman dan teknologi, masyarakat dapat dengan mudah menjadi jurnalis sekarang ini, seperti contoh, ketika berada di suatu tempat dan ada kejadian pencurian, masyarakat bisa langsung mengabarkan kejadian tersebut melalui media sosial. Hal ini pula yang menjadi alasan adanya armchair
journalist, di mana jurnalis tersebut hanya tinggal membuka media sosial dan menyebarkan ulang informasi yang sudah ada di media sosial tersebut. (Bruns dalam Franklin dan Eldridge, 2017, p. 325)
Thato Moeng (dalam media update, 2011) mengatakan bahwa armchair journalism menjadi bagian dari industri media akibat dari deadline yang
ditetapkan bagi para jurnalis, sehingga ketika seorang jurnalis mendapatkan press release, mereka tidak mempunyai waktu untuk melakukan verifikasi terhadap informasi di dalamnya.
2.3 Alur Penelitian
Media online hadir akibat dari perkembangan zaman dan teknologi, akibat lain dari itu, peneliti melihat bahwa sumber informasi/berita sudah melebar hingga banyak media menggunakan internet atau media sosial sebagai sumber informasi. Hal ini membuat peneliti bertanya-tanya apakah berita yang menggunakan media sosial sebagai sumber informasi sudah melakukannya secara benar sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik. Dengan menggunakan analsisis isi kuantitatif, peneliti melakukan penelitian kepada salah satu media online di Indonesia yaitu tribunnews.com. penelitian dilakukan selama tujuh hari pada rubrik nasional.
Alur penelitian ini dimulai dengan peneliti melakukan observasi analisis isi pada situs media online tribunnews.com. lebih tepatnya pada rubrik nasional.
Kemudian, peneliti mengumpulkan berita dalam rubrik nasional yang terdapat di media online tribunnews.com untuk dianalisa menggunakan kategorisasi yang dibentuk sesuai dengan konsep-konsep yang tertera.
Media Online Tribunnews.com
Rubrik Nasional
Karakter Informasi Kesesuaian dengan
Kode Etik Jurnalistik Sumber Informasi
Demokrasi Deliberatif