• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tumotowa. Naskah diterima: 12/01/2021; direvisi: 04/05/2021; disetujui: 04/05/2021; publikasi ejurnal: 30/06/2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tumotowa. Naskah diterima: 12/01/2021; direvisi: 04/05/2021; disetujui: 04/05/2021; publikasi ejurnal: 30/06/2021"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

https://jurnaltumotowa.kemdikbud.go.id/

P-ISSN: 2722-7014; E-ISSN: 2722-7693

Tumotowa

Volume 4 No. 1 2021, 1 - 12 10.24832/tmt.v4i1.79

POTENSI ARKEOLOGIS DI SITUS WAI UJAN, KECAMATAN

WULANDONI, KABUPATEN LEMBATA, NUSA TENGGARA

TIMUR

Archaeological potential at Wai Ujan Site, Wulandoni District, Lembata

Regency, East Nusa Tenggara

Hamdan Hamado

Mahasiswa Program Magister Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin

Jl. Perintis Kemerdekaan, No. KM. 10, Tamalanrea Indah, Makassar

hamado.l.cro@gmail.com

Naskah diterima: 12/01/2021; direvisi: 04/05/2021; disetujui: 04/05/2021; publikasi ejurnal: 30/06/2021

Abstract

The Wai Ujan site is administratively included in the area of Belobao Village, Wulandoni District, Lembata Regency, East Nusa Tenggara. The problem in this research is what are the archaeological remains and what is the typology of archaeological remains contained in the site. The purpose of this study was to determine the type and typology of archaeological remains at the Wai Ujan site. This research is an early stages research that is exploratory archaeological data. The method used in this study was a field survey. Data analysis included form analysis and technology. The results showed that the types of archaeological remains found at the Wai Ujan site were stone artifacts and pottery fragments. The stone artifact findings consisted of percutor, core stone, and shale artifacts, while the pottery fragment findings consisted of closed and open containers representing the shape of a pot, bowl, and pasu.

Keywords: Wai Ujan site, stone artifacts, pottery fragments, Lembata Abstrak

Situs Wai Ujan secara administratif masuk ke dalam wilayah Desa Belobao, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Permasalahan yang mengemuka dalam penelitian ini adalah apa saja tinggalan arkeologis, serta bagaimana tipologi temuan yang terkandung di dalam situs tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan tipologi tinggalan arkeologis yang terkandung di dalam Situs Wai Ujan. Penelitian ini merupakan penelitian tahap awal yang bersifat penjajakan data arkeologis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survei lapangan. Analisis data meliputi analisis bentuk dan teknologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis tinggalan arkeologis yang ditemukan di Situs Wai Ujan adalah artefak batu dan frgamen gerabah. Temuan artefak batu terdiri atas perkutor, batu inti, dan artefak serpih, sedangkan temuan fragmen gerabah terdiri atas wadah tertutup dan terbuka yang mewakili bentuk periuk, mangkuk dan pasu.

(2)

2 Tumotowa Volume 4 No. 1, Juni 2021: 1 - 12

PENDAHULUAN

Arkeologi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari kebudayaan manusia di masa lalu yang dikaji berdasarkan bukti-bukti peninggalan bendawi. Peninggalan bendawi yang menjadi objek kajian arkeologi dapat berwujud artefak, ekofak, dan fitur. Situs-situs arkeologis yang mengandung berbagai peninggalan bendawi manusia masa lampau telah banyak ditemukan di Indonesia, baik situs yang mengandung tinggalan dari masa prasejarah, masa pra-Islam, masa Islam maupun pada masa kolonial atau penjajahan. Keseluruhan tinggalan tersebut telah diteliti secara intens oleh banyak ahli dari disiplin ilmu arkeologi.

Penelitian terhadap tinggalan arkeologis dari masa prasejarah telah menjadi fokus penelitian yang menarik. Wilayah Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang diyakini mengandung tinggalan arkeologis yang cukup melimpah, seperti tinggalan arkeologis masa prasejarah (Kusumawati, 2008), masa pra-islam, masa Islam dan masa Kolonial. Salah satu wilayah di NTT yang pernah menjadi fokus penelitian oleh banyak ahli arkeologi adalah wilayah Kabupaten Lembata atau pulau Lembata yang pada masa lalu lebih dikenal dengan nama Pulau Lomblen.

Situs-situs arkeologis di Kabupaten Lembata yang pernah menjadi fokus penelitian arkeologi adalah Situs Lewoleba yang pertama kali diteliti oleh Th. Verhoeven S.V.D pada Agustus 1961, ditemukan sejumlah tinggalan arkeologis berupa rangka manusia, tulang binatang yaitu tulang anjing, babi, metatatrus, dan herbivorus, moluska, dan gerabah baik yang utuh maupun fragmen (Bintarti, 1986). Situs Wai Jaran di Kecamatan Lebatukan dan Situs Waipukang di Kecamatan Ile Ape, merupakan situs yang disinyalir berasal dari budaya Austronesia dan diperkirakan berumur 2990 ± 160 BP (Simanjuntak et al., 2012). Situs Nali di sisi utara gunung Ile Lewotolok dan Situs Tene Koro di Uaq Loroq, dekat Desa Dulololong (O’Connor et al., 2018). Situs Liang Pu’en, Desa Hingalamamengi, Kecamatan Omesuri yang mengandung sejumlah gambar cadas berupa petroglyphs yakni pahatan berbentuk kedok muka, manusia, kadal, ular, dan perahu. Terdapat pula sekitar 515 buah pahatan yang terdiri dari motif figuratif berupa motif wajah, motif perahu, motif zoomorfik dan motif triantrop (Bawono et al., 2018; Malonda, 2020).

Kecamatan Wulandoni adalah salah satu wilayah kecamatan di Kabupaten Lembata yang memiliki luas 121, 43 km2, dengan jumlah desa

sebanyak 15 desa. Kecamatan Wulandoni secara administratif memiliki batas wilayah sebagai berikut: Utara berbatasan dengan Kecamatan Nubatukan, Selatan berbatasan dengan Laut Sawu, Timur berbatasan dengan Kecamatan Atadei dan Barat berbatasan dengan Kecamatan Nagawutung (Badan Pusat Statisitik, 2018, 2019). Kecamatan Wulandoni juga diperkirakan kaya akan tinggalan arkeologis hasil budaya material masyarakat masa lampau. Penelitian arkeologis yang dilakukan di kecamatan ini terhitung masih sangat jarang atau belum intensif.

Penelitian arkeologis di Kecamatan Wulandoni pertama kali dilakukan oleh Sumijati Atmosudiro pada tahun 1983, yang mengkaji tentang tradisi pembuatan gerabah di Nualela atau Desa Wulandoni sekarang (Atmosudiro, 1983). Penelitian arkeologis lainnya pernah dilakukan oleh tim peneliti dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Bali pada 2018 di Desa Lamalera. Objek arkeologis yang dikaji berupa senjata meriam, rumah jaga Belanda dan lonceng (Artanegara, 2020). Penelitian arkeologis terbaru yang dilakukan di Kecamatan Wulandoni adalah penelitian tentang tipologi bentuk dan jenis ragam hias gerabah di situs Tanjung Leworaja, Kecamatan Wulandoni (Hamado, 2020).

Salah satu situs arkeologis di Kecamatan Wulandoni yang belum pernah diteliti adalah Situs Wai Ujan. Situs ini merupakan sebuah situs baru yang sekarang merupakan lahan perkebunan masyarakat dan di dalamnya ditemukan sejumlah fragmen gerabah. Sejumlah fragmen gerabah tersebut ditemukan secara tidak sengaja oleh pemilik kebun ketika sedang mengolah lahan miliknya. Berpijak dari data temuan awal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelusuran lebih mendalam di lokasi ditemukannya sejumlah fragmen gerabah tersebut. Penulis kemudian melakukan survei di area lain di sekitar lahan tersebut dan berhasil menemukan cukup banyak fragmen gerabah dan juga beberapa batu yang diperkirakan merupakan artefak batu.

Tulisan ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis lebih jauh bentuk dan jenis tinggalan arkeologis yang ditemukan di lokasi tersebut. Pertanyaan yang

(3)

dirumuskan dalam penelitian ini adalah Apa saja tinggalan arkeologis yang ditemukan di Situs Wai Ujan? Bagaimana jenis dan tipologi tinggalan arkeologis yang ditemukan di Situs Wai Ujan? Berangkat dari pertanyaan penelitian tersebut maka tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis tinggalan serta bentuk dan tipologi tinggalan arkeologis yang ditemukan di situs tersebut.

METODE

Penelitian bersifat deskripitif ekplanatif dengan menggunakan model penalaran Induktif. Metode penelitian yang digunakan meliputi beberapa tahap yakni, tahap pengumpulan data, tahap analisis data dan tahap eksplanasi. Tahap pengumpulan data dilakukan melalui survei kepustakaan dan survei lapangan. Tahap survei lapangan dilakukan dengan mengumpulkan atau merekam data-data berupa tinggalan arkeologis yang ditemukan di lokasi penelitian. Perekaman data lapangan dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan mendokumentasikan objek temuan. Tahap analisis dilakukan dengan memperhatikan bentuk dan ukuran serta keletakan objek arkeologis pada lokasi penelitian. Eksplanasi dilakukan dengan menarik kesimpulan dari data yang telah dianalisis. Eksplanasi diharapakan dapat

menjawab pertanyaan atau permasalahan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Situs

Situs Wai Ujan terletak di Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata. Situs ini secara

astronomis berada pada koordinat

08o30’44.10”LS-123o26’34.93” BT dengan

ketinggian 225 mdpl. Secara administratif situs ini masuk ke dalam wilayah Desa Belobao, Kecamatan Wulandoni dan terletak di sisi barat daya Desa Belobao dengan jarak ± 987 m dari pusat desa. Situs Wai Ujan merupakan salah satu situs terbuka yang saat ini menjadi lahan perkebunan warga pada beberapa area di dalam kawasan tersebut.

Batas wilayah Situs Wai Ujan adalah bagian utara berbatasan dengan kebun warga dan mata air, selatan berbatasan dengan kebun warga, timur berbatasan dengan kebun warga dan jalan raya, barat berbatasan dengan kebun warga dan perbukitan. Vegetasi yang terdapat di lokasi situs antara lain adalah pohon-pohon besar, pohon kelapa, pisang, jambu mente, pepohonan lamatoro, pohon gamal, pohon jati, pohon bambu, dan lain-lain.

Gambar 1. Peta Lokasi Situs Wai Ujan, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, NTT (Sumber: Google Earth, 2020).

(4)

4 Tumotowa Volume 4 No. 1, Juni 2021: 1 - 12

Temuan Survei di Situs Wai Ujan

Batu pukul (percutor)

Batu pukul atau percutor yang ditemukan di Situs Wai Ujan berupa bongkahan batu andesit berbentuk bulat agak lonjong, memiliki ciri-ciri teknologis berupa jejak-jejak luka pemukulan yang cukup banyak sebagai akibat dari kegiatan pemangkasan pada salah satu bagian sisinya. Batu pukul yang ditemukan di situs tersebut hanya berjumlah satu buah dan memiliki ukuran diameter 9 cm dengan ukuran tebal 2,5-4 cm. Temuan artefak batu pukul ini ditemukan berasosiasi dengan artefak batu lainnya serta beberapa fragmen gerabah.

Gambar 2. Temuan batu pukul (percutor) di Situs Wai Ujan

(Sumber: Hamado, 2020). Batu Inti (core)

Artefak yang diduga batu inti di Situs Wai Ujan berjumlah satu buah dan terbuat dari bahan batuan gamping kersikan serta memiliki bentuk segi tiga. Ciri-ciri teknologis yang ditemukan pada batu inti di Situs Wai Ujan antara lain adalah adanya dataran pukul (striking platform), cekungan negatif (negative survace) atau faset, luka pukul dan korteks pada beberapa sisi artefak batu inti. Batu inti yang ditemukan di Situs Wai Ujan memiliki ukurann panjang 4 cm, lebar 4 cm, dan tebal 2 cm. Ukuran dataran pukul pada batu inti tersebut adalah panjang 2,5 cm dan lebar 2 cm.

Gambar 3. Temuan Batu Inti di Situs Wai Ujan (Sumber: Hamado, 2020).

Serpih (flakes)

Temuan arkeologis berupa serpih (flake) yang ditemukan di Situs Wai Ujan berjumlah lima buah dan terbuat dari bahan batuan gamping kersikan dan batuan chert. Temuan

batu yang diduga artefak serpih ini diperkuat dengan adanya ciri-ciri umum teknologis yakni adanya dataran pukul (striking platform), bulbus (bulb of percussion), terdapat pula bagian dorsal yang memiliki faset, gelombang alur penyerpihan (ripples) dan striasi radial (fissures). Artefak serpih yang terbuat dari batuan chert berwarna hitam akibat pembakaran, sedangkan artefak serpih yang berbahan batuan gamping kersikan berwarna putih keabu-abuan. Ukuran panjang artefak serpih yang ditemukan di Situs Wai Ujan berkisar antara 1,5 -3,5 cm, ukuran lebar berkisar antara 1-2 cm, sedangkan tebal artefak serpih yang ditemukan berkisar antara 0,1-1 cm. Temuan beberapa artefak serpih terutama artefak serpih yang berbahan dasar chert diduga memiliki indikasi bekas retusan pada sisi lateral dan distal akan tetapi dugaan ini belum bisa dipastikan kebenarnya karena dibutuhkan penelitian lebih dalam dengan penggunaan alat yang lebih memadai.

Gambar4. Temuan artefak batu serpih di Situs Wai Ujan

(Sumber: Hamado, 2020). Fragmen Gerabah

Tinggalan fragmen gerabah di Situs Wai Ujan ditemukan cukup melimpah dan tersebar pada beberapa titik konsentrasi. Kendati demikian, dalam penelitian ini fragmen gerabah yang dijadikan sebagai sampel penelitian hanya berjumlah enam fragmen. Hal ini dilakukan atas pertimbangan bahwa penelitian ini merupakan penelitian tahap awal yang masih bersifat penjajakan data arkelogis, sehingga dalam proses pendeskripsian hanya menggunakan enam fragmen gerabah sebagai sampel. Deskripsi masing-masing temuan gerabah tersaji dalam pembahasan di bawah ini.

1. Fragmen gerabah 1

Fragmen gerabah 1 adalah fragmen gerabah berupa bagian tepian dengan orientasi tepian tertutup, bentuk tepian melengkung, orientasi bibir mengarah keluar, dengan bentuk ujung bibir persegi. Fragmen gerabah 1 memiliki

(5)

ukuran diameter tepian 7 cm, tebal bibir 0,5 cm, tebal badan 0,5-0,3 cm. Fragmen gerabah ini terbuat dari bahan tanah liat dicampur dengan pasir kuarsa halus dengan kondisi permukaan polos halus namun sedikit kasar. Berwarna merah kehitam-hitaman, dengan glatsir berwarna coklat yang cukup megkilap pada bagian lekukan leher. Pengerjaan menggunakan teknik tangan dan tatap pelandas. Penggunaan teknik tatap pelandas terlihat pada bekas permukaan tidak rata atau bekas lekukan kecil pada bagian dalam fragmen gerabah 1 tersebut.

Gambar 5. Fragmen gerabah 1 di Situs Wai Ujan (Sumber: Hamado, 2020)

2. Fragmen Gerabah 2

Fragmen gerabah 2 adalah fragmen berupa tepian dengan orientasi tepian tegak dan bentuk tepian sederhana. Orientasi bibir lurus dengan bentuk ujung bibir persegi. Diameter tepian fragmen gerabah 2 adalah 10 cm, tebal bibir 0,5 cm, tebal badan 1,8 cm. Fragmen gerabah terbuat dari campuran antara tanah liat dan pasir kuarsa halus, menghasilkan warna merah kecoklatan. Kondisi permukaan agak kasar namun pada bagian ujung bibir terdapat permukaan yang halus dan licin akibat diglatsir dengan bahan berwarna merah kecoklatan.

Motif hias terletak di bagaian tepian dan badan. Motif hias tersebut merupakan motif hias dengan bentuk dasar berupa garis datar, garis miring, garis tegak, titik berbentuk lingkaran, dan persegi empat yang dibuat dengan teknik gores dan teknik tekan. Gerabah ini dibuat dengan teknik tangan dan tatap pelandas.

Gambar 6. Fragmen gerabah 2 di Situs Wai Ujan (Sumber: Hamado, 2020)

3. Fragmen Gerabah 3

Fragmen gerabah 3 adalah fragmen gerabah berupa tepian yang memiliki orientasi tepian tegak dengan bentuk tepian menebal. Fragmen gerabah 3 memiliki orientasi bibir menebal keluar dengan ujung bibir berbentuk lancip. Ukuran tebal bibir fragmen gerabah adalah 2 cm, tebal tepian gerabah 1,5 cm dengan diameter tepian 12 cm. Fragmen gerabah 3 dibuat dengan teknik tangan dengan permukaan agak halus berwarna merah abu-abu dengan campuran warna agak hitam pada beberapa sisi. Berbahan tanah liat dicampur dengan pasir halus, terdapat motif hias berupa lingkaran-lingkaran kecil sejajar berjarak 0,4 cm dengan ukuran lingkaran 0,5 cm pada bagian luar ujung bibir fragmen gerabah ini yang dibuat dengan teknik tekan.

Gambar 7. Fragmen gerabah 3 di Situs Wai Ujan (Sumber: Hamado, 2020)

4. Fragmen Gerabah 4

Fragmen gerabah 4 merupakan fragmen tepian yang memiliki orientasi tepian tertutup dengan bentuk tepian yang menebal. Orientasi bibir mengarah keluar dengan bentuk ujung bibir lancip. Diameter tepian adalah 8 cm, tebal bibir 1 cm, tebal tepian 0,5-1 cm, dan tebal badan

(6)

6 Tumotowa Volume 4 No. 1, Juni 2021: 1 - 12 adalah 0,3 cm. Kondisi permukaan agak kasar

dikarenakan bahan pembuatan fragmen gerabah ini adalah tanah liat yang dicampur dengan pasir kuarsa halus. Warna fragmen merah kecoklatan dengan bintik-bintik kecil berwarna hitam, putih dan sebagainya yang berasal dari warna pasir kuarsa. Fragmen gerabah ini tidak berhias namum memiliki bentuk seperti karinasi diantara leher dan bibir gerabah.

Gambar 8. Fragmen gerabah 4 di Situs Wai Ujan (Sumber: Hamado, 2020)

5. Fragmen Gerabah 5

Fragmen gerabah 5 merupakan fragmen gerabah jenis wadah yang diperkirakan merupakan bagian leher. Fragmen gerabah ini memiliki ukuran diameter 4 cm dengan tebal 0,3 cm. Fragmen leher diperkirakan berbentuk silinder dengan memiliki motif hias berupa garis melingkar pada bagian luar yang diperkirakan dibuat dengan teknik combing. Fragmen gerabah ini berukuran panjang 3 cm dengan lebar 1,5 cm. Kondisi permukaan halus pada bagian dalam dan dibuat dengan tanah liat. Berwarna merah kehitam-hitaman pada bagian luar, sedangkan pada bagian dalam fragmen ini lebih didominasi oleh warna hitam.

Gambar 9. Fragmen gerabah 5 di Situs Wai Ujan (Sumber: Hamado, 2020)

6. Fragmen gerabah 6

Fragmen gerabah 6 adalah fragmen gerabah bagian tepian bibir yang merupakan wadah dengan orientasi tepian tertutup dengan bentuk tepian melengkung. Fragmen gerabah ini memiliki orientasi bibir mengarah keluar dengan bentuk ujung bibir lancip. Diameter tepian berukuran 7 cm dengan tebal bibir 0,3 cm, tebal tepian 0,5-1 cm. Bagian dalam tepian yang berdekatan dengan ujung bibir fragmen gerabah ini terdapat pula motif hias berupa garis datar (horisontal) dan garis miring (diagonal) sejajar ke kanan dengan jarak 0,1 cm yang dibuat dengan teknik tekan. Teknik yang digunakan dalam pembuatan fragmen gerabah ini adalah teknik tangan, berbahan tanah liat dicampur pasir halus sehingga menghasilkan warna coklat keabu-abuan.

Gambar 10. Fragmen gerabah 6 di Situs Wai Ujan (Sumber: Hamado, 2020)

(7)

Jenis dan Tipologi Temuan

Secara umum terdapat dua jenis tinggalan arkeologis yang ditemukan di Situs Wai Ujan yakni temuan berupa artefak batu yang berjumlah tujuh buah dan temuan fragmen gerabah yang berjumlah enam buah. Berdasarkan bentuknya, temuan artefak batu terbagi menjadi tiga tipe yakni batu pukul (percutor) yang berjumlah 1 buah, batu inti (core) berjumlah 1 buah, dan serpih (flake) berjumlah 5 buah. Batu pukul (percutor) adalah sejenis palu alami yang secara umum terbuat dari batu dan biasanya digunakan sebagai alat untuk memangkas bongkahan batu. Batu inti adalah sebuah istilah yang umumnya digunakan untuk menggambarkan bahan baku batuan, dari mana serpih-serpih, bilah dan lain-lain dipangkas kemudian dirubah menjadi alat batu dengan cara diretus tepiannya. Serpih (flake) adalah istilah umum yang merujuk kepada sebuah pecahan batu yang dipangkas dari batu inti (Forestier, 2007).

Artefak batu yang ditemukan di Situs Wai Ujan memiliki ciri-ciri teknologis seperti jejak luka pukul yang cukup banyak yang dihasilkan dari kegiatan pengangkasan. Ciri teknologis jejak luka pukul ini ditemukan pada tipe artefak batu kategori batu pukul dan batu inti. Ciri-ciri teknologis lain seperti dataran pukul (striking platform), cekungan negatif (negative survace) atau faset, bulbus (bulb of percussion), gelombang alur penyerpihan dan striasi radial (fissures) juga ditemukan pada artefak-artefak batu di Situs Wai Ujan tersebut.

Dataran pukul atau striking platform menurut (Forestier, 2007) adalah bidang yang biasanya licin yang terbentuk dari beberapa pemangkasan serta memiliki bekas negatif yang dihasilkan dari pemangkasan-pemangkasan sebelumnya. Dataran pukul juga terkadang

masih memiliki korteks dan datar serta menjadi bagian penting dalam proses pelepasan pemangkasan (Forestier, 2007). Dataran pukul menurut (Noerwidi & Siswanto, 2014) adalah sisi batuan yang digunakan oleh pembuat artefak batu sebagai tempat sasaran pukul dalam proses melepaskan serpih dari batu inti.

Artefak batu di Situs Wai Ujan yang memiliki ciri-ciri teknologis berupa dataran pukul adalah artefak batu inti (core) dan artefak batu serpih (flake). Ciri-ciri teknologis berupa cekungan negatif (negative survace) atau faset dan sisa-sisa korteks juga terlihat pada temuan artefak batu berupa batu inti. Korteks adalah semacam kulit batu yang dihasilkan atau merupakan perubahan kurang lebihnya ketebalan luar dari bongkahan bahan baku yang belum diolah (Forestier, 2007).

Bulbus atau bulb of percussion merupakan salah satu ciri teknologis artefak batu yang juga ditemukan pada artefak batu serpih (flake) di Situs Wai Ujan. Artefak serpih, yang ditemukan di Situs Wai Ujan juga memiliki gelombang alur penyerpihan (ripples) dan striasi radial (fissures) yang dihasilkan dari tekanan pemangkasan dan faset pada bagian dorsal artefak batu serpih. Temuan artefak serpih, terutama artefak serpih yang berbahan dasar chert di Situs Wai Ujan juga diduga memiliki indikasi bekas retusan pada sisi lateral dan distal. Tabel 1. Statistik bentuk, orientasi dan ukuran fragmen gerabah di Situs Wai Ujan

Temuan Bagian

Bentuk Orientasi Ukuran Tebal Ukuran

diameter

Tepian ujung bibir Tepian bibir bibir Badan

FG 1 tepian melengkung persegi - mengarah

keluar

0,5 cm 0,5-0,3 cm 7 cm

FG 2 tepian Sederhana persegi Tegak lurus 0,5 cm 1,8 cm 10 cm

FG 3 tepian Menebal lancip Tegak menebal keluar 2 cm 1,5 cm 12 cm

FG 4 tepian Menebal lancip Menebal mengarah keluar 1 cm 0,3 cm 8 cm

FG 5 leher - - - 0,3 cm 4 cm

FG 6 tepian melengkung lancip Tertutup mengarah keluar 0,3 cm 0,5- 1 cm 7 cm

(8)

8 Tumotowa Volume 4 No. 1, Juni 2021: 1 - 12 Gambar 11. Temuan artefak batu di Situs Wai Ujan

(Sumber: Hamado, 2020)

Berdasarkan analisis terhadap bentuk tepiannya, temuan fragmen gerabah di Situs Wai Ujan mewakili jenis wadah tertutup dan wadah terbuka. Fragmen gerabah dengan jenis wadah tertutup adalah fragmen gerabah tipe periuk dan mangkuk. Fragmen gerabah tipe periuk yang ditemukan berjumlah 2 buah, yaitu fragmen gerabah satu (FG 1) dan fragmen gerabah enam (FG 6). Fragmen gerabah yang teridentifikasi mewakli tipe mangkuk adalah fragmen gerabah dua (FG 2) dan fragmen gerabah empat (FG 4). Fragmen gerabah terbuka yang ditemukan di Situs Wai Ujan berjumlah dua fragmen, yaitu temuan fragmen gerabah tiga (FG3) yang mewakili jenis pasu dan temuan fragmen gerabah lima (FG 5) yang diperkirakan merupakan leher wadah berbentuk silinder yang termasuk dalam jenis wadah terbuka.

Gambar 12. Temuan fragmen gerabah jenis periuk (Sumber: Hamado, 2020).

Temuan fragmen gerabah di Situs Wai

Ujan secara teknologis dibuat dengan

menggunakan bahan baku berupa tanah liat dan pasir kuarsa halus. Fragmen gerabah di situs tersebut juga dibuat dengan menggunakan teknik tangan (hand modelled) dan teknik tatap pelandas. Penggunaan teknik tangan dan tatap

pelandas pada temuan gerabah di Situs Wai Ujan ditandai dengan adanya bekas permukaan yang tidak rata atau bekas lekukan-lekukan kecil seperti bekas jari-jari tangan yang menghasilkan cekungan pada permukaan bagian dalam fragmen gerabah, serta ketebalan permukaan gerabahnya yang tidak rata.

Fragmen gerabah yang ditemukan di Situs Wai Ujan secara umum didominasi oleh warna merah kecoklatan dengan beberapa warna lain pada beberapa sisi, yakni merah keabu-abuan, serta ditemukan glatsir yang berwarna coklat mengkilap pada beberapa fragmen gerabah di situs tersebut.

Gambar 13. Temuan fragmen gerabah jenis mangkuk

(Sumber: Hamado, 2020).

Berdasarkan keberadaan motif hiasnya, frgamen gerabah yang ditemukan di Situs Wai Ujan terdiri atas dua jenis, yakni fragmen gerabah polos dan fragmen gerabah bermotif. Temuan fragmen gerabah polos berjumlah dua buah dan fragmen gerabah bermotif berjumlah empat buah. Temuan fragmen gerabah di Situs Wai Ujan juga memiliki motif hias tersebut terletak pada bagian tepian badan, tepian bibir bagian luar dan tepian bibir bagian dalam. Bentuk dasar motif hias pada temuan fragmen gerabah tersebut adalah bentuk garis datar, garis miring, garis tegak, titik-titik, lingkaran membulat, bentuk persegi empat dan bentuk garis melingkar. Teknik pembuatan motif hias pada fragmen gerabah yang ditemukan di situs tersebut adalah teknik gores, teknik tekan dan teknik combing.

Teknik combing adalah sebuah teknik membuat pola hias gerabah atau keramik dengan cara menyisir (lebih tepatnya menggores)

(9)

permukaan keramik sehingga menghasilkan jejak-jejak garis yang berjajar, membentuk suatu ritme yang terstruktur maupun tidak terstruktur. Alat yang digunakan untuk membuat pola hias tersebut merupakan sebuah alat yang berbentuk seperti sisir yang biasanya terbuat dari kayu (Sugihartono, n.d.)

Gambar 14. Temuan fragmen gerabah jenis pasu (atas) dan fragmen leher (bawah)

(Sumber: Hamado, 2020).

Perbandingan Temuan di Situs Wai Ujan dengan Temuan di Situs Lain

Tinggalan arkeologis berupa artefak batu dan fragmen gerabah yang ditemukan di Situs Wai Ujan diperkirakan memiliki kesamaan dengan temuan arkeologis yang ditemukan pada situs-situs arkeologis lain di Indonesia. Temuan artefak batu yang memiliki kesamaan dengan artefak batu di situs lain adalah temuan artefak batu pukul (palu batu). Artefak batu pukul di Situs Wai Ujan ini memiliki kesamaan dengan salah satu temuan artefak batu yang ditemukan di Situs Pattenungang, Sulawesi Selatan. Kesamaannya terletak pada bentuk dan indikasi penggunaan yang terlihat adanya kerusakan pada sisi-sisi batu akibat benturan.

Gambar 15. Salah satu persamaan bentuk batu pukul di Situs Wai Ujan dan batu pukul di Situs

Pattenungang

(Sumber: kanan bawah: Hamado; kiri atas (Suryatman & Hakim, 2017)

Motif hias gerabah yang berpola garis-garis di Situs Wai Ujan memiliki kesamaan dengan motif hias gerabah yang ditemukan di Situs Lewoleba yang menurut (Bintarti, 1986) pola hias gerabah Lewoleba tersebut dipersamakan dengan pola hias gerabah Melolo dan Kalumpang di Sulawesi Selatan. Motif hias gerabah kalumpang terdiri dari pola-pola lingkaran, belah ketupat, dan segitiga (tumpal). Motif-motif hias tersebut seringkali disusun dalam komposisi pita-pita berbentuk horizontal di sekeliling badan gerabah. Motif-motif hias tersebut merupakan ciri khas dari budaya bercorak paleometalik yang biasanya dihubungkan dengan kebudayaan Dongson (Duli et al., 2004). Kesamaan pada salah satu temuan gerabah di Situs Wai Ujan tersebut tidak hanya dari sisi bentuk ragam hiasnya saja, tetapi juga dari bahan gerabah dan teknik pembuatan ragam hias tersebut yakni dibuat dengan teknik gores.

Gambar 16. Salah satu persamaan motif hias antara gerabah Wai Ujan dan gerabah Kalumpang (Sumber

(10)

10 Tumotowa Volume 4 No. 1, Juni 2021: 1 - 12 Merujuk pada keberadaan temuan artefak

batu dan fragmen gerabah serta terdapat beberapa temuan yang memiliki kesamaan dengan temuan lain pada beberapa situs di Indonesia, terutama pola hias gerabah pada situs Lewoleba dan Kalumpang memberikan sedikit gambaran mengenai periodisasi Situs Wai Ujan yakni kemungkinan situs tersebut merupakan situs yang berasal dari masa Paleometalik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Bintarti, 1986) bahwa pola-pola hias pada gerabah di kawasan Nusa Tenggara Timur yang dibuat dengan teknologi yang tinggi kemungkinan baru dibuat pada masa sesudah masa bercocok tanam.

KESIMPULAN

Situs Wai Ujan adalah salah satu situs yang berlokasi di wilayah administratif Desa Belobao, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan di situs tersebut terdapat sejumlah potensi arkeologis yang terkandung di dalamnya. Potensi arkelogis yang terkandung di dalam situs tersebut adalah adanya temuan berupa artefak batu karena memiliki indikasi pengerjaan pada beberapa sisi. Temuan yang diduga artefak batu tersebut adalah artefak batu pukul (percutor), artefak batu inti (core), dan artefak batu serpih (flake) yang berbahan chert dan gamping. Artefak batu tersebut secara keseluruhan berjumlah tujuh buah.

Tinggalan arkeologis berupa fragmen gerabah yang cukup melimpah dan berasosiasi dengan temuan artefak batu juga ditemukan di situs tersebut. Fragmen gerabah tersebut merupakan temuan dengan jenis wadah tertutup dan wadah terbuka yang terdiri dari tipe periuk, mangkuk, pasu, dan fragmen leher gerabah yang beberapa diantaranya memiliki motif hias yang dibuat dengan teknik gores, teknik tekan, dan teknik combing dengan bentuk dasar motif garis datar, garis miring, garis tegak, titik-titik, lingkaran membulat, bentuk persegi empat dan bentuk garis melingkar.

Keberadaan sejumlah tinggalan arkelogis di Situs Wai Ujan tersebut kemudian menjadikan Situs Wai Ujan menjadi salah satu situs yang cukup potensial untuk diteliti lebih lanjut karena memiliki indikasi artefak batu yang ditemukan berasosiasi dengan sejumlah besar fragmen

gerabah yang terkonsentrasi pada beberapa titik di dalam kawasan situs tersebut.

Penelusuran potensi arkeologis di Situs Wai Ujan ini masih merupakan penelitian tahap awal, akan tetapi situs tersebut sangat berpotensi untuk dikaji ataupun diteliti lebih dalam untuk kepentingan keilmuan dan kepentingan umum. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk diberikan saran atau rekomendasi agar bisa ditindaklanjuti oleh pihak-pihak terkait di masa yang akan datang. Saran dan rekomendasi tersebut tertera pada poin-poin di bawah ini:

1. Perlu segera dilakukan penelusuran atau penelitian mendalam terkait potensi ke-arkeologian di Situs Wai Ujan, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, NTT oleh lembaga ke-arkeologian seperti Balai Arkeologi, dan Balai Pelestarian Cagar Budaya, terutama lembaga ke-arkeologian yang wilayah kerjanya mencakup wilayah dimana Situs Wai Ujan ini berlokasi.

2. Diharapkan kepada pemerintahan setempat sekitar lokasi situs, agar perlu menghimbau kepada masyarakat agar tidak merusak lokasi keberadaan situs tersebut, mengingat sebagian kawasan Situs Wai Ujan terdapat di dalam lahan perkebunan warga.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih yang pertama penulis haturkan kepada kedua orang tua, Bapak Muhamad Sula dan Ibu Peni Baran yang telah mendukung sepenuh hati penelitian yang penulis lakukan secara mandiri. Kepada saudara Burhan Baran dan ponakan Abdul Rahman Sare yang bersedia menemani penulis melakukan survei lapangan di Situs Wai Ujan.

*****

DAFTAR PUSTAKA

Artanegara. (2020). Tinggalan Arkeologi di Kampung Adat Lamalera, Kabupaten Lembata. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbali Atmosudiro, S. (1983). Tradisi Pembuatan Gerabah

di Nualela Pulau Lomblen, Flores Timur, Suatu Tradisi Bercocok Tanam. Pertemuan Ilmiah Arkeologi III.

Badan Pusat Statisitik. (2018). Kecamatan Wulandoni Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lembata.

(11)

Badan Pusat Statisitik. (2019). Kabupaten Lembata Dalam Angka 2019. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lembata.

Bawono, R. ., Laksmi, N. K. P. ., Kristiawati, & Titasari, C. . (2018). Eksplorasi Tinggalan Arkeologi di Desa Hingalamamengi, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. International Conference On Science. Technology And Humanities (ICOSTH).

Bintarti, D. . (1986). Lewoleba Sebuah Situs Masa Prasejarah di Pulau Lembata. Prosiding Pertemuan Ilmiah Arkeologi IV, 73–90. Duli, A., Nur, M., Mulyadi, A., & Tang, M. (2004).

Prasejarah Sulawesi Selatan.

Forestier, H. (2007). Ribuan Gunung, Ribuan Alat Batu: Prasejarah Song Keplek, Gunung Sewu, Jawa Timur. In T. Simanjuntak (Ed.), Kepustakaan Populer Gramedia (Seri Terje). Kepustakaan Populer Gramedia.

Hamado, H. (2020). Tipologi Bentuk dan Jenis Ragam Hias Gerabah di Situs Tanjung Leworaja, Kecamatan Wulandoni, Lembata. Jurnal Arkeologi Papua, 12(2), 185–199. Kusumawati, A. (2008). Arkeologi Nusa Tenggara

Timur dan Masa Depan. Kapata Arkeologi, 4(6), 53–69.

Malonda, J. E. (2020). Pahatan Cadas Situs Liang Pu’en Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Universitas Udayana.

Noerwidi, S., & Siswanto, S. (2014). Alat Batu Situs Semedo: Keragaman Tipologi dan Distribusi Spasialnya. Berkala Arkeologi, 34(1), 1–16. O’Connor, S., Mahirta, Kealy, S., Louys, J.,

Kaharudin, H. A. F., Lebuan, A., & Hawkins, S. (2018). Unusual painted anthropomorph in Lembata island extends our understanding of rock art diversity in Indonesia. Rock Art Research, 35(1), 79–84.

Simanjuntak, T., Fauzi, R., Gallipaud, J. C., Buckley, H., & Azis, F. A. (2012). Prasejarah Austronesia di Nusa Tenggara Timur: Sebuah Pandangan Awal. Amerta, 30(2), 75–89. Sugihartono. (n.d.). Seni Hias Pada Keramik Bagian

ke 2: Penerpan Dekorasi Clay Body Plastis pada Benda Keramik (pp. 1–17). Widyaiswara PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta. Suryatman, & Hakim, B. (2017). Teknologi Alat Batu

Toalian di Kawasan Batu Ejaya. In M. I. Mahmud & B. Hakim (Eds.), Butta Toa Jejak Arkeologi Budaya Toala, Logam dan Tradisi Berlanjut di Bantaeng. Penerbit Ombak.

(12)

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Situs Wai Ujan, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, NTT  (Sumber: Google Earth, 2020)
Gambar 3. Temuan Batu Inti di Situs Wai Ujan  (Sumber: Hamado, 2020).
Gambar 5. Fragmen gerabah 1 di Situs Wai Ujan  (Sumber: Hamado, 2020)
Gambar 10. Fragmen gerabah 6 di Situs Wai Ujan  (Sumber: Hamado, 2020)
+4

Referensi

Dokumen terkait