23
Jurnal Masyarakat Negeri Rokania p-ISSN 2721-7221
Vol. 1 Nomor 1, April 2020 e-ISSN
Hal : 23 - 29 ! !
PELATIHAN MENULIS KREATIF, INSPIRATIF, DAN INOVATIF 4.0 MELALUI W-MODEL CREATIVE, INSPIRING, INNOVATIVE WRITING
TRAINING 4.0 THROUGH W-MODELS Wido Hartanto
Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia, STKIP Al Hikmah Surabaya [email protected]
Abstract, So far, writing skills are mandatory abilities that must be mastered by teachers, both scientific and non scientific writing. The importance of teachers having the ability to write later will be their own stories for students being taught. Students will certainly be more motivated if a teacher is able to produce their own work as teaching material. However, during writing sometimes the teacher encounters obstacles. One of the schools that continues to grow, but has limited resources is the Ghilmani Integrated Islamic Elementary School Surabaya. SDIT Ghilmani is an elementary school that continues to grow. As the development of this school continues to require teachers who are creative and can provide interesting lessons. The goal is of course to make students enthusiastic about learning. The implementation method uses a coaching clinic, so participants can practice directly.
Broadly speaking activities refer to the 3C concept, namely Creativity, Communication, and Create.
The trainees also presented the concept of W-Model in writing. SDIT Ghilmani teacher was able to produce unique and crisp works.
Keywords: Training, Writing, W-Model
Abstrak, Selama ini keterampilan menulis merupakan kemampuan wajib yang harus dikuasai guru, baik tulisan bersifat ilmiah maupun non ilmiah. Pentingnya guru memiliki kemampuan menulis kelak akan menjadi cerita sendiri bagi siswa yang diajar. Siswa tentu akan semakin termotivasi apabila seorang guru mampu menghasilkan karya sendiri sebagai bahan ajar. Namun demikian, selama menulis terkadang guru menemui hambatan.Salah satu sekolah yang terus berkembang, namun memiliki sumberdaya terbatas adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu Ghilmani Surabaya. SDIT Ghilmani merupakan sekolah tingkat dasar yang terus berkembang. Seiring terus berkembangnya sekolah ini tentu membutuhkan guru-guru yang kreatif dan bisa memberikan pelajaran yang menarik.
Tujuannya tentu membuat siswa semangat mengikuti pembelajaran. Metode pelaksanaan menggunakan coaching clinic, sehingga peserta dapat berlatih secara langsung. Secara garis besar kegiatan mengacu pada konsep 3 C, yakni Creativity, Communication, dan Create. Peserta pelatihan juga disajikan konsep W-Model dalam menulis. Guru SDIT Ghilmani ternyata mampu menghasilkan karya yang unik dan renyah.
Kata kunci: Pelatihan, Menulis, W-Model PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan inti terjadinya siklus interaksi antara pendidik dan peserta didik. Siklus tersebut membantu peserta didik mampu mencapai dan menguasai tujuan pendidikan. Selain itu, interkasi pendidikan sebagai siklus acap kali berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.
Ketiga interaksi itu saling melengkapi,
sehingga memuat peserta didik khususnya anakmampu mengembangkan pengalaman pendidikan. Hal ini sesuai pernyataan Munib(2011) yang menyatakan pendidikan merupakan usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan.
Mengkaji permasalahan pendidikan di Indonesia, nampaknya tidak akan
24 pernah habis dilisankan. Hal ini karena
dikarenakan sumber masalah lebih banyak muncul dibandingkan potensi pemecahan masalah yang ditawarkan. Artinya, dewasa ini peranan guru menjadi ujung tombak penting dalam pendidika. Pada era milenial 4.0 saat ini guru dituntut mempunyai kemampuan yang dapat mendukung kompetensinya.
Alih-alih tuntuan menjadikan guru berkompeten, kenyataan di lapangan menunjukkkan kemampuan guru khususnya di sekolah yayasan dengan sumberdaya terbatas perlu dikembangkan.
Pengembangan pembelajaran kreatif, inspiratif, dan inovatid perlu disuguhkan untuk sekolah dengan sumberdaya terbatas. Pengembangan pembelajaran di sekolah dengan sumberdaya terbatas pada dasarnya juga dipengaruhi beberapa hal.
Pertama, masih ada guru yang kesulitan membuat kelas inovatif karena mengampu banyak kelas. Kedua, adanya ketidakseimbangan antara perilaku dan pola pikir yang diapresiasikan melalui pembelajaran. Artinya, kegiatan pembelajaran di sekolah yayasan terpencil perlu dibina, dikembangkan, serta dilejitkan agar guru mempunyai kompetensi unggul dan handal. Tujuannya tentu membuat guru mampu dan siap untuk berkompetisi di masyarakat.
Salah satu sekolah yang terus berkembang, namun memiliki sumberdaya terbatas adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu Ghilmani Surabaya. SDIT Ghilmani merupakan sekolah tingkat dasar yang terus berkembang. Seiring terus berkembangnya sekolah ini tentu membutuhkan guru-guru yang kreatif dan bisa memberikan pelajaran yang menarik.
Tujuannya tentu membuat siswa semangat mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan analisis awal di lapangan, terbatasnya sumberdaya guru di SDIT Ghilmani membuat produktivitas menyusun dan mengembangkan karya terhambat. Berdasarkan hal tersebut, maka upaya dan langkah nyata dalam bentuk
pembimbingan serta
pendampingan sebagai wujud kegiatan pengabdian perlu dilakukan. Harapannya guru SDIT Ghilmani mampu berkarya dan berprestasi dalam berbagai kegiatan, baik ilmiah maupun non ilmiah. Selain itu, hasil karya guru dapat dijadikan bahan ajar selama pembejaran yang tentunya menjadi kebanggan tersendiri.
Selama ini keterampilan menulis merupakan kemampuan wajib yang harus dikuasai guru, baik tulisan bersifat ilmiah maupun non ilmiah. Pentingnya guru memiliki kemampuan menulis kelak akan menjadi cerita sendiri bagi siswa yang diajar. Siswa tentu akan semakin termotivasi apabila seorang guru mampu menghasilkan karya sendiri sebagai bahan ajar. Namun demikian, selama menulis terkadang guru menemui hambatan.
Hambatan tersebut antara lain sulit menemukan ide, membuat yang koheren dan kohesi, serta menumbuhkan minat dan semangat untuk menulis karya.
Berdasarkan hal tersebut, maka dilaksanakanlah pengabdian masyarakat dengan judul “Pelatihan Menulis Kreatif, Inspiratif, dan Inovatif 4.0 Melalui W- Model”.
!
METODE
Permasalahan yang dihadapi di SDIT Ghilmani berkaitan dengan kurangnya motivasi guru-guru dalam kegiatan penulisan karya ilmiah maupun penulisan karya yang bersifat fiksi.
berdasarkan keadaan tersebut maka
25 diupayakan penyelesaian di antaranya
sebagai berikut:
Tabel. 1 Kerangka Pemecahan Masalah Masalah Upaya Pemecahan
Masalah Bagaimana
menumbuhkan kepercayaan diri dan motivasi guru untuk mau menulis?
Memberikan motivasi dan penguatan diri untuk
meningkatkan kepercayaan bahwa dan setiap orang memiliki kemampuan menulis dengan langkah-langkah menulis secara konkret.
Bagaimana menumbuhkan semangat guru untuk menulis di jurnal?
Memberikan tips- tips untuk menulis jurnal dan
memberikan langkah-langkah bagaimana menyusun dan menerbitkan jurnal.
Bagaimana memunculkan ide untuk menulis karya- karya fiksi?
Memberikan latihan dengan melanjutkan tulisan yang telah diawali cerita yang bisa dilanjutkan peserta tulisan tersebut.
Bagaimana
mengetahui tulisan guru layak atau tidak untuk dibaca maupun diterbitkan?
Memberikan bantuan untuk menjadi partner dalam mengedit tulisan.
!
Program pengabdian ini dirancang untuk mendampingi guru SDIT Ghilmani dalam meningkatkan kemampuan menulis para guru di SDIT Ghilmani dalam
menulis karya fiksi. Lebih jauh, program ini diharapkan dapat mendorong guru untuk menulis dan menerbitkan tulisan tersebut. Selain itu guru juga diharapkan mampu menulis karya fiksi baik berupa dongeng, maupun karya fiksi lainnya yang bisa diterbitkan dan bermanfaat bagi masyarakat umum.
Selama program pengabdian ini berlangsung berbagai macam metode pengumpulan data digunakan. Hal itu dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang ada di lapangan, masalah-maslah yang ditemukan di lapangan sehingga kegiatan pengabdian yang dilakukan tepat sasaran sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di lapangan.. Adapun rencana program kegiatan seperti digambarkan pada skema berikut.
PEMBAHASAN
Pelaksanaan kegiatan lebih berfokus pada pemberian materi pengetahuan tentang menulis dan motivasi untuk meningkatkan kemampuan menulis.
Kemampuan menulis terkait menulis fiksi.
Pelatihan yang dilakukan lebih bersifat aplikatif yang menjadi masalah guru dlam
Pelaksana an
Hasil yang diharapkan
Persiapan (Observa
si Awal)
"! Jadwalkegiatan pengabdian.
"! Hasil identifikasi calon sasaran program.
"! Panduan penulisan Pelatihan
penulisan
Guru
menghasilkan tulisan
Bagan 1 KegiatanPengabdian
26 kegiatan menulis, sehingga kegiatan
pelatihan dapat memberikan hasil yang tampak dan bermanfaat.Secara umum proses pendekatan untuk membantu kedua mitra dalam peningkatan kapasitas guru ditunjukkan pada Gambar berikut.
Bagan 2. Strategi Peningkatan Kemampuan Guru SDIT Ghilmani
Mitra merupakan lembaga pendidikan tingkat sekolah dasar yang memiliki keingin untuk maju dan terus berkembang. Dalam usaha meningkatkan kualitas sekolah ada beberapa kendala yang dihadapi guru yaitu salah satunya kemauan untuk menulis, baik tulisan yang bersifat ilmiah maupun fiksi. Padahal tidak dipungkiri jika menulis merupakan faktor penting dalam pendidikan. Hal tersebut memberikan motivasi dan semangat kepada lembaga untuk meningkatkan kemampuan menulis para guru sehingga kualitas para guru meningkat dan hal tersebut juga bisa berdampak kontribusi
yang lebih besar dari pihak sekolah terhadap dunia pendidikan.
SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) Ghilmani Surabaya beralamat di Jalan Ketintang Barat I, No 27, Jambangan, Surabaya. Sekolah tersebut termasuk sekolah unggulan karena memiliki program unggulan untuk siswa.Pengabdian ini dilakukan sebagaikomitmen memberikan pelatihan literasi kepada guru SDIT Ghilmani.
Pelatihan literasi yang dikerucutkan pada menulis kreatif ( fiksi) dipilih karena keinginan guru menulis di sekolah tersebut perlu ditingktakan. Harapannya setelah dilakukan pelatihan, kemauaan menulis meningkat dan lahir embrio tulisan karya guru SDIT Al Ghilmani
!
Gambar 2. SDIT Ghilmani Surabaya
Pelatihan menulis kreatif di SDIT Al Ghilmani Surabaya diikuti 28 pserta, meliputi 24 guru putri dan 4 guru putra.
Peatihan yang dilakukan didesain menjadi dua sesi. Sesi pertama merupakan pemaparan menulis fiksi dan sesi kedua pelatihan menulis fiksi.
Kegiatan pelatihan telah dapat meningkatkan minat dan rasa percaya diri peserta dalam menulis. Peserta sebagian besar tampak antusias dan tekun mengikuti kegiatan sampai akhir. Ini terbukti dari Mitra Kurangnya
motivasi dan kepercayaan
diri menulis
Tim Pelaksana
Diagnosis
PerumusanS olusi
Pelatihan
27 keikutsertaan peserta pelatihan yang
hingga hari terakhir, peserta pelatihan tidak ada yang izin atau meninggalkan pelatihan sebelum pelatihan usai. Pelatihan ini dikemas dalam bentuk bentuk coachingclinic. Peserta disuguhkan cuplikan cerpen yang secara estafet diminta untuk melajutkan. Secara garis besar kegiatan mengacu pada konsep 3 C, yakni Creativity, Communication, dan Create.
Gambar 2. Creativity
Peserta padatahap ini diminta untuk memaknai bagaimana memaknai menulis sebagai masalah manusia dan kemanusiaan. Banyak manusia yang enggan menulis karena merasa tidak mampu. Padahal jika digali lebih dalam, manusia mampu menegluarkan kemampuan terbaiknya. Selain itu, setiap tulisan sarat nilai kemanusiaan. Manusia dapat menuangkan segala ide tentang kemanusiaan, seperti masalah sosial.
Menulis cerpen sebagai karya fiksi tentu memiliki tatangan tersendiri karena penulis diminta menyajikan dengan rasa pas.
Gambar 3. Communication
Pada tahapan tersebut peserta pelatihan diminta memahami teknik penulsan cerpen dari berbagai sumber.
Perlu diketahui bahawa menulis cerpen sangat erat kaitannya dengan cara berkomunikasi melalui tulisan. Peserta pada tataran ini dirangsang mengeluarkan ide terbaiknya. Tahapan ini merupakan fase embrio yang menentukan langkah selanjutnya dalam menuslis.
Gambar 4. Create
Pada kegiatan ini peserta diminta melanjtkan cerita dan sangat antusias.
Dengan umpan cuplikan cerita, para peserta mampu untuk melanjutkan cerita sehingga cerita itu beralur dan memiliki makna atau pesan dari cerita yang telah
28 ditulis. Dari kegiatan tersebut tampak para
peserta antusias. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi para guru untuk menulis mulai tumbuh dan menunjukkan bahwa tiap orang memiliki kemampuan untuk menulis.
Gambar 5. W-Model
Pada tahapan akhir peserta pelatihan disajikan konsep W-Model.
Konsep ini memiliki 4 tiang penyangga, yakni Intelegensi, Inkubasi, Keterampilan, dan Integrasi. Intelegensi erat kaitannya dengan kecerdasan seorang guru dalam mengelola kelas, lingkungan, dan menuangkan ide dalam segala bentuk.
Tahapan ini sangat penting bagi peserta karena akan menentukan perkembangan pembelajaran. Tahap kedua adalah Inkubasi. Tahapan ini merupakan embrio pematangan untuk menetaskan intelegensi yang dimiliki peserta menjadi suatu bentuk nyata. Siklus dari Intelegensi menuju Inkubasu ini disebut Pemerolehan karena berkaitan dengan kognitif.
Tahap ketiga dalam W-Model adalah Keterampilan. Tahapan ini merupakan jembatan tahap inkubasi yang akan diwujudkan dalam sebuah bentuk nyata. Pada tahapan ini keterampilan peserta akan dibangun melalui karya yang dihasilkan. Keterampilan pada dasarnya
tidak saja berkaitan dengan kognitif, melainkan rasa dan cipta. Siklus dari Inkubasi ke Keterampilan ini disebut Pembelajaran karena peserta pada siklus ini akan meningkatkan pembelajaran dari pengalaman kognitif yang sudah didapat.
Tahap Keempat dalam W-Model adalah Integrasi. Tahap ini sangat penting karena karakter peserta akan terbentuk.
Karakter yang dimaksud adalah kemampuan mengkolaborasi koginitif dengan sasaran yang tepat. Siklus dari Keterampilan ke Integrasi ini selanjtnya disebut Karakter. Siklus terakhir yang turut ambil bagian adalah Integrasi ke Intelegensi yang disebut Peran. Siklus ini menjadi tujuan akhir W-Model karena akan menentukan bagaimana peran guru atau bagaimana peran yang dipilih guru.
Gambar 6. Foto Bersama
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulishaturkan terima kasih kepada Allah. Swt yang telah memberikan kesempatan berbagi ilmu. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada sivitas akademika SDIT Ghilmani Surabaya yang telah berkenan mengundan untuk memberikan pelatihan, khususnya Kepala SDIT Ghilmani Surabaya Ibu Yuliani, M.Pd. Penulis berkomitmen akan terus
29 membantu guru SDIT Ghilmani
menghasilkan karya yang berkualitas.
Selain itu, Penulis juga sampaikan terima kasih kepada STKIP Al Hikmah Surabaya, khususnya Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Ady Dwi Achmad Prasetya yang telah mengizinkan penulis melakukan pengabdian kepada masyarakat.
SIMPULAN
Kegiatan pelatihan telah dapat meningkatkan minat dan rasa percaya diri peserta dalam menulis. Peserta sebagian besar tampak antusias dan tekun mengikuti kegiatan sampai akhir. Ini terbukti dari keikutsertaan peserta pelatihan yang hingga hari terakhir, peserta pelatihan tidak ada yang izin atau meninggalkan pelatihan sebelum pelatihan usai. Guru SDIT Ghilmani mampu menghasilkan karya fiksi yang unik dan renyah, sehingga patut terus dikembangkan. Peserta mampu memahami konsep 3C yang mempermudah menghasilkan tulisan fiksi berkualitas.
!
DAFTAR PUSTAKA
Munib, Achmad. (2011). Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press.