• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA ILMIAH. Judul. Mahkota Porcelain Fused to Metal (PFM) dan Timbulnya karies. pada gigi tetangganya OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KARYA ILMIAH. Judul. Mahkota Porcelain Fused to Metal (PFM) dan Timbulnya karies. pada gigi tetangganya OLEH"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

1

KARYA ILMIAH

Judul

Mahkota Porcelain Fused to Metal (PFM) dan Timbulnya karies

pada gigi tetangganya OLEH

Drg. Ni Kadek Fiora Rena Pertiwi, M. BiomeD

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2019

(2)

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Keadaan lepasnya satu atau lebih gigi dari soketnya atau tempatnya merupakan kehilangan gigi. Kejadian hilangnya gigi biasanya terjadi pada anak – anak mulai usia 6 tahun kehilangnya gigi sulung namun kemudian digantikan oleh gigi permanen. Kehilangan gigi permanen pada orang dewasa sangat tidak diinginkan terjadi, namun dapat saja terjadi akibat penyakit periodontal, trauma, dan karies.1 Berdasarkan laporan RISKESDAS (Riset Kesehatan Nasional) 2013, angka prevalensi nasional penyakit gigi dan mulut sebesar 25,9%. Kehilangan gigi nasional pada usia 35-44 tahun sebesar 0,4% dan semakin meningkat pada usia 65 tahun ke atas menjadi sebesar 17,6%.2 Weintraub dan Burt menyatakan bahwa kelompok sosio-ekonomi strata rendah berisiko mengalami kehilangan gigi dalam tingkat yang lebih tinggi. Masalah dalam kehilangan gigi ini dapat diatasi dengan pemakaian gigi tiruan cekat.3 Salah satu gigi tiruan cekat yang dapat digunakan adalah mahkota Porcelain Fused to Metal (PFM).

Pada mahkota Porcelain Fused to Metal (PFM) konvensional, kekuatan bersumber dari substruktur logam, dan sementara unsur estetik diberikan oleh veneer porselen.4 Mahkota Porcelain Fused to Metal (PFM) digunakan untuk menggantikan gigi yang rusak, guna melindungi struktur gigi yang tersisa dan

(3)

3

dapat juga berguna untuk menjaga oklusi dan memberikan estetika.5 Akhiran servikal mahkota tergolong buruk apabila celah antara tepi mahkota dan struktur gigi lebih dari 50 mikrometer, yang memungkinkan masuknya ujung sonde.6 Celah antara akhiran servikal mahkota dengan gigi dapat menyebabkan kebocoran mikro dan karies sekunder (lihat gambar 1A). Karies sekunder di bawah akhiran servikal mahkota dianggap sebagai penyebab paling umum bagi kegagalan pemasangan mahkota dan perawatan prostodontik permanen.7,8 Mahkota yang rusak juga dapat memiliki efek buruk bagi gigi yang berdekatan. Pembentukan, lokasi, ukuran, dan titik kontak yang baik merupakan hal sangat penting. Titik kontak yang buruk dapat menyebabkan impaksi makanan. Pasien dapat merasa kesulitan untuk membersihkan daerah mahkota jika akhiran servikal dan titik kontak buruk sehingga dapat menyebabkan karies pada gigi yang berdekatan.

Oleh karena itu, pembuatan titik kontak dengan ukuran dan lokasi yang tepat sangat penting untuk keberhasilan restorasi.9 Titik kontak yang tergolong baik pada mahkota penuh adalah yang memungkinkan benang gigi untuk lewat dengan tahanan yang sama dengan tahanan yang diberikan oleh gigi asli.6

(4)

4

Gambar 1 (A dan B): (A). Karies di bawah akhiran servikal mahkota PFM yang

bercelah pada molar pertama rahang bawah. Perhatikan bagian distal dari akhiran servikal mahkota yang bercelah. (B). Karies pada gigi premolar kedua rahang

bawah sebelah mahkota PFM pada gigi molar pertama rahang bawah.

Sejauh pengetahuan kami, belum ada penelitian yang dilakukan untuk mengamati pengaruh dari akhiran servikal mahkota dan titik kontak yang buruk dari mahkota PFM terhadap gigi asli yang berdekatan. Integritas akhiran servikal mahkota dan titik kontak dari mahkota PFM diuji secara klinis dan radiografis.

Diagnosis karies di bawah akhiran servikal mahkota dengan bantuan radiografi didokumentasikan dengan baik.7 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara titik-titik kontak dan integritas akhiran servikal berkualitas buruk dari mahkota PFM terhadap adanya karies pada gigi asli yang bertetanggaan dengan mahkota.

1.2.Rumusan Masalah

Apakah integritas akhiran servikal serta titik kontak dari mahkota Porcelain Fused to Metal (PFM) berpengaruh terhadap timbulnya karies pada gigi tetangganya?

1.3.Tujuan Penulisan

Menguji pengaruh antara integritas akhiran servikal serta titik kontak dari mahkota Porcelain Fused to Metal (PFM) terhadap timbulnya karies pada gigi tetangganya.

(5)

5

1.4.Manfaat Penulisan

Sebagai pembelajaran bagi penulis dan para dokter gigi mengenai pentingnya memerhatikan kualitas serta integritas akhiran servikal serta titik kontak dari mahkota PFM agar dapat menghindari timbulnya karies pada gigi tetangga.

(6)

6

BAB II

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional yang dilakukan dari bulan Januari hingga Agustus 2009. Sembilan puluh enam (96) pasien pengguna mahkota PFM pada gigi molar dan premolar rahang atas dan rahang bawah yang berobat ke poliklinik gigi di Rumah Sakit Universitas Aga Khan, Karachi, Pakistan dijadikan subjek penelitian. Mahkota PFM dibuat oleh dokter gigi. Pasien yang menyatakan setuju atas informed consent dilibatkan dalam penelitian. Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan komite etik universitas. Kriteria mahkota yang dimasukan ke dalam penelitian adalah mahkota PFM sebagai satu unit atau bagian dari gigi tiruan cekat jembatan dengan minimal satu gigi asli yang berdekatan dengan mahkota. Mahkota PFM yang tidak bertetanggaan dengan gigi asli atau bertetanggaan dengan gigi yang rusak parah tidak dilibatkan dalam penelitian. Gigi yang sebelumnya telah dilakukan perawatan saluran akar atau masih vital namun dilapisi mahkota PFM juga dilibatkan dalam penelitian. Tim peneliti melakukan uji klinis dan radiografis untuk titik kontak dan integritas antara akhiran servikal mahkota PFM dengan gigi. Karies pada gigi yang berdekatan dengan mahkota PFM juga dicatat. Uji klinis untuk titik kontak dari mahkota PFM dilakukan dengan benang gigi. Titik kontak dikategorikan sebagai titik kontak baik, titik kontak terbuka, titik kontak sempit dan kehilangan titik kontak karena karies di gigi yang berdekatan. Titik kontak tergolong baik jika benang gigi dapat lewat dengan sedikit tahanan. Golongan titik kontak terbuka ditentukan jika benang gigi dapat lewat tanpa

(7)

7

tahanan sama sekali. Jika benang gigi rusak atau tidak dapat lewat sama sekali, maka titik kontak tersebut tergolong titik kontak sempit.

Integritas akhiran servikal mahkota PFM diuji dengan bitewing dan tampilan periapikal dari radiografi digital. Penggolongan integritas akhiran servikal mahkota adalah sebagai berikut: akhiran servikal yang menonjol (overhang), akhiran servikal yang utuh (intact), akhiran servikal yang bercelah, dan adanya karies pada bagian bawah dari akhiran servikal mahkota. Data dikumpulkan menggunakan sistem structured proforma. Analisis data dilakukan

dengan program SPSS 17.0 dan uji Fisher untuk melihat ada tidaknya hubungan antara akhiran servikal mahkota bagian distal dengan adanya karies pada gigi tetangga distal dari mahkota, antara titik kontak bagian distal dengan adanya karies pada gigi tetangga distal dari mahkota, antara akhiran servikal mahkota bagian mesial dengan adanya karies pada gigi tetangga mesial dari mahkota, serta antara titik kontak bagian mesial dengan adanya karies pada gigi tetangga mesial dari mahkota. Nilai P ≤ 0.05 termasuk signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 95%.

(8)

8

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Porcelain fused to metal crown adalah restorasi yang terdiri dari mahkota logam tuang penuh yang di veneer dengan lapisan dari porselen agar menyerupai penampilan gigi asli. Dimana preparasi dari porcelain fused to metal crown ini membutuhkan pengurangan jaringan gigi yang cukup banyak untuk substruktur logam yang akan di veneer dengan poselen. Dimana hanya dengan ketebalan yang cukup, yang dapat menutupi warna gelap dari substruktur logam dan veneer dapat menyerupai penampilan gigi asli. Veneer porselen harus memiliki ketebalan minimum tertentu agar dapat menghasilkan estetika yang baik. [1]

Indikasi

 Kerusakan gigi yang luas

Kerusakan gigi yang lus akibat dari karies,trauma,atau restorasi sebelumnya.

 Gigi yang memerlukan estetik yang baik

Pada gigi yang memerlukan complete coverage dimana dituntut estetik yang bagus (contoh pada gigi anterior) bisa digunakan porcelain fused to metal crown, tapi jika estetik merupakan hal yang paling utama diingingkan kita bisa gunakan all porcelain crown yang mempunyai beberapa kelebihan disbanding PFM crown. Namun PFM crown lebih dipilih karena lebih tahan lama dan kecocokan dengan marginal yang baik dibanding all porcelain crown.

 Retainer untuk gigi tiruan tetap sebagian

Karena substruktur logam nya dapat menampung konektor yang di cor atau yang di solder.

 Gigi yang telah dirawat endodontik

Gigi yang dirawat endodontik dimana sisa jaringan sehatnya sedikit sehingga untuk menambah retensi dan resistensi, dan memperbaiki malposisi gigi dibuatkan pasak, dan penggunaan restorasi PFM crown. [1]

Kontraindikasi

 Pasien dengan karies yang aktif

(9)

9

 Pasien dengan penyakit periodontal yang tidak dirawat

 Ruang pulpa yang besar

Terdapat resiko terpaparnya pulpa saat pengasahan

 Dinding fasial utuh

Dokter harus memutuskan apakah hal itu sangat dibutuhkan untuk melibatkan seluruh bidang axial dari gigi yang akan dilakukan restorasi. Meskipun mungkin hal itu lebih menuntut dan menguras waktu, solusi yang lebih konservatif biasanya dapat ditemukan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang dapat memberikan layanan jangka panjang terbaik.[1]

 Pasien dengan bruxism dan clenching[2]

Keuntungan

Porcelain fused to metal crown dapat digunakan pada karies dengan kavitas yang cukup besar. Restorasi ini menggabungkan kekuatan dari logam tuang dan estetika yang ada pada porselen. Prinsip yang mendasari restorasi ini adalah material lebih kosmetis dan memperkuat sifat brittle pada porselen melalui dukungan yang berasal dari substruktur logam yang kuat. Penampilan alami atau natural untuk restorasi ini dapat disesuaikan dengan teknik yang baik jika diinginkan, yaitu melalui karakterisasi restorasi dengan aplikasi noda internal dan eskternal. Kualitas retensi yang sangat baik karena preparasi dilakukan pada semua dinding aksial dan biasanya akan mudah untuk mencapai bentuk resistensi yang adekuat dalam preparasi gigi. Aspek complete-coverage porcelain fused to metal crown memungkinkan untuk mempermudah koreksi bentuk aksial. Demikian pula, syarat preparasi jauh lebih sedikit dibandingkan mengacu pada partial-coverage. Secara umum, kesulitan dari preparasi porcelain fused to metal crown sebanding dengan preparasi gigi posterior untuk mahkota tuang lengkap. [1]

Kerugian

 Persiapan untuk membuat porcelain fused to metal crown membutuhkan pengurangan gigi yang signifikan untuk memberikan ruang yang cukup untuk bahan restorasi. Untuk mencapai estetik yang baik, margin pada bagian fasial dari restorasi pada anterior sering ditempatkan pada subgingiva, yang meningkatkan potensi penyakit periodontal. Tetapi, margin supragingiva baru dapat digunakan jika kepentingan kosmetik tersebut tidak menghalangi kegunaaanya atau restorasi tersebut digabungkan dengan margin labial dari porselen

(10)

10

 Dibandingkan dengan restorasi all-ceramic, porcelain fused to metal crown mungkin memiliki estetika sedikit lebih rendah (porcelain fused to metal crown terlihat sedikit keabu-abuan dibandingkan dengan all-ceramic crown yang memiliki tampilan translusensi).

 Karena sifat glasslike dari bahan porselennya yang rapuh, porcelain fused to metal crown memiliki kemungkinan untuk fraktur (meskipun kegagalan tersebut biasanya dapat dikaitkan dengan desain sub-struktur yang buruk atau teknik fabrikasi yang rendah).

Masalah yang sering ditemukan adalah sulitnya pemilihan warna yang akurat dan komunikasi hal tersebut dengan dental ceramist. Hal ini sering diremehkan oleh pemula.

Karena banyak langkah-langkah prosedural yang diperlukan untuk pengecoran logam dan aplikasi porselen, biaya laboratorium untuk porcelain fused to metal crown cenderung agak mahal.[1]

Preparasi

Preparasi porcelain fused to metal crown adalah sebagai berikut : [1]

1. Armamentarium :

- Round – tipped rotary diamond bur (regular grit untuk reduksi bulk, fine grit untuk finishing) atau carbides

- Football atau wheel shaped diamond bur (reduksi permukaan lingual gigi anterior) - Flat ended, tapered diamond (untuk preparasi shoulder)

- Finishing stones

- Explorer dan periodontal probe - Hatchet dan chisel

2. Tahapan :

Preparasi meliputi 5 tahapan utama yakni : pembuatan alur panduan, reduksi insisal atau oklusal, reduksi labial atau bukal , reduksi aksial dari permukaan proksimal dan lingual dan finishing.

a. Alur Panduan

1. Buat 3 guiding grooves dengan ketebalan 1.3 mm di tengah bidang labial, mesiolabial dan distolabial dengan flat end tapered diamond bur, sejajar dengan sumbu panjang gigi.

(11)

11

(Gambar 1)

2. Buat 3 grooves dengan ketebalan 1.8 mm pada insisal edge dengan flat end tapered diamond bur.

3. Periksa kedalaman grooves dengan menggunakan periodontal probe. Groove tidak boleh terlalu dalam sehingga tidak terjadi. (Gambar 2)

(Gambar 2)

b. Reduksi bidang insisal

Reduksi struktur gigi yang tersisa diantara groove pada bidang insisal dengan flat end tapered diamond bur. (Gambar 3)

(12)

12

(Gambar 3)

c. Reduksi bidang labial

1. Reduksi struktur gigi yang tersisa diantara grooves pada bidang labial, bersamaan dengan reduksi bidang labial akan terbentuk shoulder di margin servikal. (Gambar 4) 2. Buat shoulder sekitar 0.5 mm apical dari puncak free gingival. Untuk memperoleh

estetik yang baik (supaya lapisan metal labial tidak terlihat), terutama pada pasien yang memiliki garis bibir yang tinggi, fasial margin ditempatkan setinggi subgingiva.

Oleh karena prepasi shoulder dilakukan sempai setinggi subgingiva, sebelum preparasi perlu dipasangkan retraction cord pada gigi untuk mencegah kerusakan yang memicu resesi gingiva permanen dan meyebabkan tereksposenya lapisan metal . Gunakan semprotan air yang adekuat selama memasuki fase preparasi, karena struktur gigi yang akan dihilangkan (dipreparasi) cukup banyak dan lakukan irigasi beberapa kali untuk memepercepat proses preparasi gigi serta untuk mencegah trauma pada pulpa.

Lebar shoulder yang dihasilkan sekitar 1 mm dan harus meluas ke embrasures proksimal (Gambar 5)

(13)

13

(Gambar 4)

(Gambar 5)

d. Reduksi aksial dari permukaan proksimal dan lingual

1. Lakukan reduksi pada bidang proksimal dengan round tip tapered diamond bur dengan kemiringan kurang lebih 6 derajat sampai tidak ada titik kontak dengan gigi sebelahnya.

(Gambar 6)

2. Buat sebuah groove pada bagian tengah permukaan palatal sedalam 1 mm, kemudian reduksi dinding aksial dari groove palatal sampai ke bidang proksimal dengan round tip diamond bur, sehingga akan terbentuk chamfer pada bidang palatal. Buat chamfer pada bidang palatal dengan lebar 0,5 mm.

(14)

14

3. Proximal flange yang dihasilkan dari preparasi shoulder juga direduksi, sehingga peralihan chamfer dan shoulder menjadi halus. (Gambar 7)

(Gambar 7)

4. Gunakan football- shaped diamond bur untuk mengurangi permukaan lingual gigi anterior (khususnya pada palatal fossa) (Gambar 8)

(Gambar 8)

e. Finsihing

1. Margin yang telah di finishing dengan benar akan terasa sehalus glass lab.

2. Penghalusan margin dengan diamond, hand instrument, atau carbide. (Gambar 9).

Bentuk shoulder dengan sudut cavosurface 90 derajat menggunakan flat ended diamond pada handpiece dengan kecepatan rendah. Jaringan enamel yang tidak mendukung marginal fit (unsupported enamel) harus dihilangkan dengan chisel yang tajam. Untuk memastikan eliminasi unsupported enamel dan meminimalkan lebar marginal gap, shoulder bisa dibentuk dengan sudut cavosurface angle 120 derajat atau dengan dibevel.

(15)

15

(Gambar 9)

3. Seluruh permukaan gigi dihaluskan dengan finishing stone, dan seluruh line angle dibulatkan dengan menggunakan fine grit diamond dengan kecepatan rendah.

(Gambar 11) Sambungkan seluruh permukaan dan haluskan peralihan yang tajam.

(Gambar 12)

(Gambar 11) (Gambar 12)

f. Evaluasi

1. Daerah yang sering dilewatkan saat finishing adalah insisal edges daerah anterior dan pada peralihan dari oklusal ke dinding aksial daerah posterior.

2. Chamfer harus menyediakan 0,5 mm ruang pada margin. Chamfer harus terasa halus halus saat di evaluasi menggunakan explorer atau periodontal probe. Chamfer harus menyambung dengan interproksimal shoulder.

3. Semua sisa sisa debris harus dihilangkan dengan irigasi secara menyeluruh.

(16)

16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Gambar 2: jenis geligi yang menggunakan mahkota PFM

Penelitian ini melibatkan 50 (52,1%) pasien laki-laki dan 46 (47,9%) pasien perempuan. Persentase molar pertama rahang bawah dengan mahkota adalah 33,3% dan molar pertama rahang atas dengan mahkota adalah 22,9%

(gambar 2). Terdapat sebanyak 82 (85,4%) mahkota unit tunggal dan sebanyak 14 (14,6%) adalah abutment dan bagian dari gigi tiruan cekat jembatan. Jumlah gigi bermahkota yang sebelumnya telah dirawat endodontik adalah 65 buah (67,7%) sementara jumlah gigi bermahkota tanpa adanya riwayat perawatan endodontik adalah 31 buah (32,3%).

(17)

17

Jumlah akhiran servikal yang menonjol (marginal overhang) dan celah pada akhiran servikal mahkota di permukaan mesial mahkota masing-masing sebanyak 17 kasus (17,7%) dan 13 kasus (13,5%). Integritas akhiran servikal mahkota tergolong memuaskan pada 65 kasus (67,7%) di permukaan mesial (Tabel 1).

Terdapat sebanyak 10 kasus (10,4%) marginal overhang dan sebanyak 17 kasus (17,7%) celah pada akhiran servikal mahkota. Integritas akhiran servikal mahkota pada permukaan distal tergolong memuaskan pada 56 (58,3%) kasus (Tabel 1). Karies ditemukan sebanyak 18 kasus (20%) pada gigi tetangga mesial

dari mahkota dan sebanyak 23 kasus (33,3%) pada gigi tetangga distal dari mahkota PMF (Tabel 1).

Pengaruh kualitas akhiran servikal mesial mahkota dengan adanya karies pada gigi tetangga mesial dari mahkota ditemukan signifikan (p = 0,003). Pengaruh kualitas akhiran servikal distal mahkota dengan adanya karies pada gigi tetangga distal dari mahkota juga ditemukan signifikan (p = 0,021) (Tabel 1).

Titik kontak sempit ditemukan sebanyak 14 kasus (15,6%) pada permukaan mesial dan sebanyak 20 kasus (29%) pada permukaan distal dari mahkota. Kontak terbuka didapati sebanyak 20 kasus (29%) pada permukaan distal dan sebanyak 16 kasus (17.8%) pada permukaan mesial.

Titik kontak yang tergolong baik terdapat sebanyak 51 kasus (56,7%) pada

(18)

18

permukaan mesial dan sebanyak 24 (34,8%) kasus pada permukaan distal dari mahkota (Tabel 1).

Hubungan yang signifikan didapatkan antara titik kontak yang buruk terhadap adanya karies di gigi tetangga mesial dari mahkota (p < 0.001).

Hubungan antara titik kontak yang buruk terhadap keberadaan karies pada gigi tetangga distal dari mahkota juga signifikan (p < 0.001) (Tabel 1).

Karies di bawah akhiran servikal mahkota ditemukan sebanyak 1 kasus (1%) pada permukaan mesial dan sebanyak 13 kasus (13,5) pada permukaan distal. Titik kontak hilang pada permukaan mesial karena karies didapatkan sebanyak 9 (10%) kasus dan sebanyak 5 (7,2%) kasus pada permukaan distal.

(19)

19

Tabel 1: hubungan antara akhiran servikal mahkota dan titik kontak dari mahkota PFM terhadap keadaan gigi tetangganya. (Uji Fisher dilakukan dengan interval

kepercayaan 95%, α = 5%).

(20)

20

BAB V DISKUSI

Data yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara buruknya kualitas akhiran servikal mahkota dan buruknya kualitas titik kontak pada mahkota PFM terhadap adanya karies pada gigi tetangganya. Titik kontak, integritas akhiran servikal mahkota dan kontur anatomis yang buruk dari mahkota dapat berdampak buruk terhadap jaringan sekitarnya. Integritas akhiran servikal mahkota adalah salah satu hal yang paling penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan restorasi permanen.8 Kriteria akhiran servikal mahkota yang tergolong buruk dalam penelitian ini berupa akhiran servikal yang menonjol (overhang margin), celah di bawah akhiran servikal mahkota, dan adanya karies di bawah akhiran servikal mahkota. Celah di bawah akhiran servikal mahkota paling sering dijumpai di permukaan distal sementara akhiran servikal yang menonjol (overhang margin) paling sering ditemukan pada permukaan mesial dari mahkota PFM.

Akhiran servikal mahkota seharusnya menyatu dengan struktur gigi dengan tepat, tidak berlebih atau kurang, serta tidak ada celah di bawah akhiran servikal mahkota.9 Sebuah penelitian mengenai evaluasi klinis all-ceramic crown menemukan kualitas buruk dari akhiran servikal mahkota pada 30% kasus dan adanya karies di sekitar akhiran servikal mahkota pada 3% kasus.10 Celah antara akhiran servikal mahkota dengan struktur gigi hasil preparasi dapat membuat semen perekat larut sehingga terjadi kebocoran mikro dan timbulnya karies.11

(21)

21

Kualitas akhiran servikal yang buruk pada mahkota dapat diakibatkan oleh tidak teraturnya atau tidak adanya akhiran servikal (margin) pada gigi hasil preparasi, hasil cetakan yang buruk, atau penyusutan saat proses pengecoran.12 Kualitas akhiran servikal yang buruk pada mahkota dalam penelitian ini lebih sering dijumpai pada akhiran servikal distal dari mahkota dibandingkan akhiran servikal mesial. Hal ini dapat disebabkan oleh sulitnya menpreparasi bagian distal dan sulitnya membuat akhiran servikal yang baik. Dokter gigi dapat mengalami kesulitan tersebut saat mempreparasi bagian distal dari gigi molar pertama dan molar kedua rahang atas dan rahang bawah. Sebuah penelitian menunjukkan

(22)

22

bahwa prevalensi akhiran servikal berkualitas buruk dari mahkota PFM mencapai 49%.11

Mahkota PFM dengan akhiran servikal berbahan porselen memiliki resistensi fraktur yang lebih rendah dibandingkan dengan akhiran servikal berbahan logam sehingga hal ini harus dipertimbangkan oleh operator di tahap perencanaan perawatan terutama untuk penggunaan pada gigi posterior, di mana kekuatan oklusal yang berat dapat menyebabkan fraktur restorasi.13 Perbedaan dalam aspek titik kontak digolongkan menjadi titik kontak sempit dan titik kontak terbuka. Salah satu kemungkinan penyebab titik kontak yang sempit adalah kontur berlebih dari mahkota di bagian proksimal. Hal ini juga mengurangi ruang embrasure. Pengurangan daerah embrasure menyebabkan daerah Col meluas, sehingga dapat menekan dan mengiritasi papila interdental. Mahkota yang terlalu berkontur menurunkan embrasure gingiva sehingga terjadi peradangan gingiva dan menghambat pembersihan mulut yang efektif.14,15 Gordon menyarankan agar pengurangan aksial struktur gigi harus mengikuti kontur gigi asli, sehingga restorasi akhir berbentuk semirip mungkin dengan anatomi gigi aslinya.16 Seringkali dokter gigi mempreparasi permukaan aksial dengan bentuk datar, menyebabkan teknisi lab membuat mahkota dengan kontur berlebih dan dengan bidang oklusal lebar. Seringkali sangat sulit bagi teknisi yang mahir sekalipun untuk menanggulangi risiko kesalahan pembuatan mahkota akibat hasil preparasi dokter gigi yang kurang baik.

(23)

23

Titik kontak yang sempit pada daerah interdental menyulitkan pasien untuk membersihkannya dengan benang gigi. Hal ini juga membuat daerah tersebut sangat rentan terhadap karies. Dalam penelitian ini, titik kontak yang buruk (sempit, terbuka, atau hilang) terkait secara signifikan dengan adanya karies di gigi tetangganya. Titik kontak yang tergolong normal memiliki lebih sedikit jumlah karies pada gigi asli di tetangganya. Titik kontak sempit memiliki risiko lebih besar untuk timbulnya karies di gigi tetangganya dibandingkan dengan jenis titik kontak terbuka. Titik kontak terbuka juga dapat membuat terjadinya impaksi makanan sehingga memicu aktivitas bakteri kariogenik yang kemudian menyebabkan timbulnya karies dan inflamasi gingiva. Meskipun kontak yang terbuka membuat daerah tersebut mudah diakses untuk kebersihan mulut tetapi

hal tersebut tidak dianjurkan karena kondisi ini dapat menyebabkan beberapa masalah termasuk drifting/tilting pada gigi tetangganya. Penelitian ini menemukan bahwa karies yang timbul pada gigi tetangga mahkota dengan titik kontak terbuka lebih sedikit dibandingkan dengan karies yang timbul pada gigi tetangga mahkota dengan titik kontak sempit.

Perbedaan antara titik kontak mahkota dengan gigi tetangga distalnya lebih banyak ditemukan dibandingkan perbedaan antara titik kontak mahkota dengan gigi tetangga mesialnya,

Kontur mahkota harus dapat memfasilitasi pembersihan plak.15 Ramfjord menyarankan agar letak titik kontak dibuat sejauh mungkin dari bidang oklusal untuk mempermudah akses kontrol plak di bagian interproksimal.18

(24)

24

Celah interproksimal yang sedikit lebih lebar daripada biasanya dapat bermanfaat karena menyediakan cukup ruang bagi papilla gingiva dan lebih mudah untuk dibersihkan.19,20 Ada risiko terjadinya impaksi makanan pada

mahkota dengan embrasure terbuka.19 Namun, hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa mahkota yang secara signifikan kurang konturnya dengan embrasure terbuka jarang menyebabkan impaksi makanan selama kontak interproksimal rutin dibersihkan.21

Penelitian lainnya menunjukkan bahwa komplikasi yang paling umum terkait gigi tiruan permanen berupa insiden karies sebanyak 0-2,7% pada mahkota dan 0,7-26% pada gigi tiruan cekat sebagian.11 Prevalensi karies sekunder pada gigi bermahkota ditemukan hingga sebesar 11,2% saat diperiksa secara klinis dan sebesar 8,3% saat diperiksa secara radiografis.8 Gigi bermahkota harus diperiksa secara klinis dan radiografi. Sebuah penelitian berdurasi lima tahun terhadap gigi tiruan cekat sebagian merek “Cercon” yang dipasang di tetangga posterior oleh Sailer dkk menemukan adanaya karies sekunder sebanyak 21,7% pada gigi bermahkota.22 Penelitian ini menunjukkan adanya karies di bawah akhiran servikal bagian mesial sebanyak 1% dan sebanyak 13,5% pada akhiran servikal distal. Sebuah penelitian berbeda mendapatkan hasil adanya akhiran servikal buruk yang dapat terlihat secara kasat mata pada 14% mahkota all-porcelain yang diteliti.20 Semua mahkota porselen menunjukkan perubahan pada tekstur permukaan di area kontak oklusal yang dapat mengakibatkan timbulnya retak

(25)

25

yang kemudian menyebabkan fraktur porselen, sehingga penggunaan splint oklusal dianjurkan bagi pasien dengan tekanan oklusal yang berat/kebiasaan parafungsional untuk mencegah situasi ini.4 Penelitian ini menunjukkan celah pada akhiran servikal sebanyak 13,5% pada permukaan mesial dan 17,7% pada permukaan distal mahkota.

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menyimpulkan bahwa mahkota harus dievaluasi secara klinis dan radiografis sebelum proses sementasi akhir. Saat pasang coba, maka akhiran servikal dan titik kontak dari mahkota harus dilihat kesesuaiannya. Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian, maka mahkota harus diperbaiki oleh laboratorium gigi. Setelah sementasi akhir dari mahkota, sebaiknya kembali dilakukan pemeriksaan radiografi bitewing untuk memeriksa ada tidaknya kelebihan semen dan bila ada maka kelebihan semen harus segera dibersihkan.

(26)

26

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Hubungan antara titik kontak yang buruk pada mahkota PFM dengan timbulnya karies pada gigi tetangganya ditemukan signifikan. Hubungan antara celah pada akhiran servikal mahkota terhadap karies pada gigi tetangga juga ditemukan signifikan. Karies di bawah akhiran servikal mahkota juga sering dijumpai dalam kasus-kasus tersebut. Celah pada akhiran servikal mahkota dan titik kontak yang buruk pada gigi yang dilapisi mahkota PFM lebih sering ditemukan pada sisi distal dibandingkan pada sisi mesial. Timbulnya karies pada gigi tetangga juga lebih sering dijumpai pada gigi tetangga distal dari mahkota PFM dibandingkan pada gigi pada tetangga mesial dari mahkota PFM.

Dokter gigi sebaiknya lebih memerhatikan lagi kualitas dari akhiran servikal maupun titik kontak dari mahkota PFM yang diaplikasikan pada pasien, terutama pada sisi distal.

(27)

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Esan TA, Olusile AO, Akeredolu PA, Esan AO. Socio-demographic Factors and Edentulism the Nigerian Experience. BMC Oral Health 2004; 4(3): 1-6.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan;2008.[cited 2018 Okt 11]. Available from:

URL:http://www.litbang.depkes.go.id

3. Sari K. Klasifikasi Pasien Edentolous Sebagian pada Masyarakat Pulau Kodingareng Menggunakan Prosthodontic Diagnostic Index. Makassar:

Universitas Hasanuddin,2011.

4. Etman MK, Woolford MJ. Three-year clinical evaluation of two ceramic crown systems: a preliminary study. J Prosthet Dent2010; 103:80-90.

5. Ikai H, Kanno T, Kimura K. [A review of clinical follow-up studies focusing on pretreatment conditions of abutment and clinical examination parameters].

Nihon Hotetsu Shika Gakkai Zasshi 2006; 50:245-55. Japanese.

6. Jalalian E, Jannati H, Mirzaei M. Evaluating the effect of a sloping shoulder and a shoulder level on the marginal integrity of porcelain-fused-to-metal (PFM) veneer crowns. J Contemp Dent Pract2008; 9:17-24.

(28)

28

7. Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J, editors. Contemporary fixed prosthodontics, 4th ed. St. Louis: Mosby; 2006.

8. Zoellner A, Heuermann M, Weber HP, Gaengler P. Secondary caries in crowned teeth: correlation of clinical and radiographic findings. J Prosthet Dent 2002; 88:314-9.

9. Becker CM, Kaldahl WB. Current theories of crown contour, margin placement, and pontic design. 1981. J Prosthet Dent 2005; 93:107-15.

10. Goodacre CJ, Bernal G, Rungcharassaeng K, Kan JY. Clinical complications in fixed prosthodontics. J Prosthet Dent 2003; 90: 31-41.

11. Sjogren G, Lantto R, Tillberg A. Clinical evaluation of all-ceramic crowns (Dicor) in general practice. J Prosthet Dent 1999; 81: 277-84.

12. Felton DA, Kanoy BE, Bayne SC, Wirthman GP. Effect of in vivo crown margin discrepancies on periodontal health. J Prosthet Dent 1991; 65:357-64.

13. Bishop K, Briggs P, Kelleher M. Margin design for porcelain fused to metal restorations which extend onto the root. Br Dent J 1996; 180:177-84.

14. Michalakis KX, Stratos A, Hirayama H, Kang K, Touloumi F, Oishi Y.

Fracture resistance of metal ceramic restorations with two different margin

(29)

29

designs after exposure to masticatory simulation. J Prosthet Dent2009;

102:172-8.

15. Reitemeier B, Hansel K, Walter MH, Kastner C, Toutenburg H. Effect of posterior crown margin placement on gingival health. J Prosthet Dent2002;

87:167-72.

16. Reeves WG. Restorative margin placement and periodontal health. J Prosthet Dent1991; 66:733-6.

17. Christensen GJ. Frequently encountered errors in tooth preparations for crowns. J Am Dent Assoc2007; 138:1373-5.

18. Ramfjord SP. Periodontal aspects of restorative dentistry. J Oral Rehabil1974;

1:107-26.

19. Orkin DA, Reddy J, Bradshow D. The relationship of the position of crown margins to gingival health. J Prosthet Dent 1987; 57: 421-4.

20. Smukler H, Chaibi M. Periodontal and dental considerations in clinical crown extension: a rational basis for treatment. Int J Periodontics Restorative Dent1997; 17:464-77.

21. Linkow LI. Contact areas in natural dentitions and fixed prosthodontics. J Prosthet Dent1962; 12:132-7.

(30)

30

22. Sailer I, Faher A, Filser F, Gauckler LJ, Luthy H, Hammerle CH. Five year clinical results of zirconia frameworks for posterior fixed partial denture. Int J Prosthodont2007; 20:383-8.

Gambar

Gambar 2: jenis geligi yang menggunakan mahkota PFM

Referensi

Dokumen terkait