KONSEP OPERASIONAL
UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI
INPRES DESA TERTINGGAL
J a k a r t a , 9 M a r e t 1 9 9 4
KONSEP OPERASIONAL
UPAYA PENAGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI INPRES DESA TERTINGGAL
P e n d a h u l u a n
Upaya penanggulangan kemiskinan merupakan program utama di antara berbagai program pokok lainnya dalam pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang akan dimulai dengan Repelita VI. Sasarannya adalah mempercepat proses pengentasan penduduk miskin dari kemiskinan, sehingga dalam dua Repe- lita masalah kemiskinan menurut kriteria yang digunakan sekarang sebagian besar telah dapat diselesaikan.
Untuk itu dikembangkan berbagai program yang meliputi semua sektor dan d i s e l u r u h d a e r a h . S a l a h s a t u d i a n t a r a n y a a d a l a h p r o g r a m I n p r e s Desa Tertinggal (IDT).
Titjmn IDT
Program IDT bertujuan menumbuhkan dan memperkuat kemampuan penduduk miskin untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan membuka kesem- patan berusaha. Program IDT diarahkan pada pengembangan kegiatan sosial ekonomi untuk mewujudkan kemandirian penduduk miskin di desa tertinggal dengan menerapkan prinsip gotong royong, keswadayaan dan partisipasi. Kegia- t a n s o s i a l e k o n o m i y a n g d i k e m b a n g k a n a d a l a h k e g i a t a n p r o d u k s i d a n pemasaran, terutama yang sumber dayanya tersedia di lingkungan masyarakat setempat. Guna mempercepat upaya iru disediakan dana sebagai modal kerja bagi penduduk miskin untuk membangun dan mengembangkan kemampuan dirinya.
Dengan ketersediaan modal, penduduk miskin diharapkan akan lebih mampu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya secara mandiri.
Program IDT merupakan kebijaksanaan terpadu untuk meningkatkan potensi dan dinamika ekonomi masyarakat lapisan bawah. Penguatan ekonomi rakyat yang merupakan bagian terbesar penduduk diharapkan dapat menghasilkan landasan yang lebih kukuh bagi pembangunan nasional karena meningkatkan daya beli masyarakat secara menyeluruh. Dalam kerangka ini, program IDT bertujuan pula memantapkan segi kelembagaan sosial ekonomi penduduk miskin sebagai wadah penyaluran aspirasi mereka dalam meningkatkan taraf hidupnya melalui usaha produktif yang berkelanjutan.
Mengingat penduduk miskin umumnya tidak mempunyai pekerjaan tetap atau menganggur, atau hasil pekerjaannya tidak memberikan pendapatan yang memadai, program IDT diarahkan pada upaya peningkatan penciptaan dan per- luasan lapangan kerja melalui perluasan kegiatan pembangunan di desa yang dikategorikan tertinggal. Upaya tersebut berupa pemberian perhatian dan banfuan khusus, seperti modal usaha, pelatihan keterampilan, pembimbingan, dan pendampingan, serta pelaksanaan kegiatan yang dapat memacu peningkatan pendapatan.
I{elompok Masyarakat
Untuk memperlancar dan mengefektifkan upaya mempercepat penanggu- langan kemiskinan, penduduk miskin diharapkan secara gotong royong berupaya di dalam kelompok. Dengan demikian pelayanan terhadap penduduk miskin dapat terarah, interaksi di antara masyarakat dapat ditingkatkan, dan kesetiaka- wanan serta kegotongroyongan dapat dibangun dan dikembangkan. Kesatuan dan persatuan di dalam kelompok bermanfaat untuk mengenali permasalahan bersama serta merumuskan langkah penanganan masalah di antara anggota. Kehadiran
c: ws6/samb-941idt9394, Bahan sambutan & pres release MENPPN pada penanadatanganan kerjasama IDT, Jakarta, g-l-gq 2
kelompok memungkinkan terjadinya pengawasan pelaksanaan program IDT oleh masyarakat sendiri.
Kelompok merupakan kumpulan penduduk setempat yang menyatukan diri dalam usaha di bidang sosial ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan, dan keswadayaan mereka. Kelompok merupakan milik anggota, yang dimaksudkan untuk mengatasi masalah bersama serta mengembangkan usaha bersama anggota.
Kelompok beranggotakan sekitar tiga puluh kepala keluarga dan berada di desa, atau di bawah tingkat desa yaitu dusun, lingkungan RW, atau RT. Dalam satu desa dapat tumbuh beberapa kelompok sesuai dengan kebutuhan. Kelompok dapat fumbuh dari kelompok tradisional yang telah ada, seperti kelompok arisan, kelompok akseptor KB, kelompok sinoman, dan kelompok paketan, dan apabila belum ada perlu segera ditumbuhkan dan dibina secara khusus.
Kelompok dapat dipandang sebagai wadah kebersamaan dalam mengelola kegiatan sosial ekonomi. Dalam melaksanakan prinsip kebersamaan tiap-tiap anggota ikut bertanggung jawab, saling mempercayai dan saling melayani.
Dalam kebersamaan terbuka peluang untuk menghimpun dana dari anggota, mengelola dana secara bersama oleh anggota, dan memanfaatkan dana tersebut bagi kepentingan seluruh anggota. Kebersamaan ini menunjukkan semangat dan kegiatan kooperatif yang menjadi dasar bagi gerakan koperasi yang mandiri dan andal. Kelompok dimaksudkan juga sebagai alatbagipara anggota untuk mengembangkan potensi mereka, misalnya melalui kegiatan penabungan ataupun usaha bersama dalam bentuk kerja kolektif, untuk mencapai atau meraih manfaat bersama.
Dann Program IDT
Dewasa ini telah dikenali 20.633 desa yang dikategorikan desa tertinggal yang akan ditangani dengan program IDT. Pada tahun anggaran 199411995 setiap desa akan memperoleh dana IDT sebesar Rp 20 jrfta.
Pemanfaatan dana program IDT pada dasarnya diserahkan kepada pendu- duk miskin itu sendiri karena merekalah yang paling mengetahui usaha yang dapat mereka lakukan dan kebutuhan mana yang paling mendesak. Tata cara penyaluran dana IDT dibuat sederhana, sehingga penduduk miskin yang menjadi sasaran program dapat dengan mudah memahami dan menggunakannya.
Dana program IDT merupakan dana bergulir yang dikelola oleh kelompok dan disalurkan kepada anggota sebagai pinjanwn yang harus dikembalikan kepada kelompok dengan persyaratan sesuai dengan kondisi setempat dan kesepakatan anggota, dengan memperhatikan pertimbangan rembug desa atau musyawarah pembangunan desa melalui LKMD. Pada dasarnya, dana tersebut diharapkan tumbuh menjadi makin besar. Dari perputarun kegiatan yang dibiayai dengan dana program IDT, diharapkan tumbuh kemampuan menabung dan pemupukan modal di antara anggota dapat terus meningkat secara berkesinambungan. Tata cara pengguliran dana program IDT di antara anggota pada dasarnya dipercaya- kan kepada kelompok sesuai dengan budaya yang berlaku di masyarakat setempat berdasarkan prinsip kebersamaan atau perkoperasian. Kepala desa/lurah bersa- ma dengan masyarakat desa dalam wadah musyawarah LKMD, turut serta mengawasi pengguliran dana program IDT dalam kelompok. Dana yang tumbuh dari kegiatan kelompok, selanjutnya dapat digunakan untuk membantu kelompok lain di desa yang sama yang belum memperoleh kesempatan mendapat bantuan, atas dasar semangat kegotongroyongan dan kebersamaan. Upaya ini dilakukan dengan kesepakatan anggota kelompok dengan bimbingan kepala desa dan
LKMD.
Kelompok dalam satu desa atau kecamatan yang telah berhasil melaksana- kan kegiatan perkreditan berdasarkan prinsip kebersam aan dapat bergabung dan dikembangkan menjadi lembaga dana atau perkreditan desa. Lembaga dana tersebut adalah lembaga milik masyarakat desa yang didirikan atas dasar musya- warah desa.
c: ws6/samb-941idt9394, Bahan sambutan & pres release MENPPN pada penanadatanganan kerjasama IDT, Jakarta, g4-gq 4
P e n d a m p i n g
Penduduk miskin pada umumnya mempunyai keterbatasan dalam mengem- bangkan dirinya. Oleh karena itu, diperlukan tenaga pendamping yang bertugas membina penduduk miskin dalam kelompok, sehingga menjadi suatu kebersa- maan yang berorientasi pada upaya perbaikan kehidupan. Pendamping bertugas menyertai proses penyelenggaraan kegiatan kelompok sebagai fasilitator, komu- nikator, ataupun dinamisator.
Lingkup pembinaan yang dilakukan para pendamping meliputi upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dari para anggota dan pengurus kelompok, peningkatan kemampuan penyelenggaraan kelompok, dan peningkatan kemampuan usaha anggota.
Para pendamping diambil dari petugas lapangan pada tingkat kecamatan dan desa dari berbagai departemen dan lembaga kemasyarakatan, antara lain dari Departemen Dalam Negeri (Latihan Pembangunan Desa Terpadu atau LPDT), Departemen Pertanian (Penyuluh Pertanian Lapangan atau PPL dan Penyuluh Pertanian Spesialis atau PPS), Departemen Sosial (Petugas Sosial Kecamatan atau PSK dan Karang Taruna), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (Petugas Lapangan KB atau PLKB), Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahra- ga (Pemuda Pelopor), Departemen Tenaga Kerja (Tenaga Kerja Sukarela Terdi- dik atau TKST), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaan atau SP3) , para dokter, guru, serta para petugas lainnya yang ada di desa dan hidup di tengah-tengah masyarakat desa. Selain itu, secara swadaya dan sukarela perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan dan lembaga kemasyarakatan lainnya, seperti lembaga-lembaga swadaya masyarakat juga dapat ikut serta dalam upaya ini.
Pendamping yang paling efektif adalah dari anggota masyarakat itu sendiri, yaitu anggota masyarakat yang telah lebih sejahtera serta telah berhasil dalam kehidupan dan kegiatan ekonominya.
Di samping pendamping yang melaksanakan pembinaan yang bersifat teknis juga dibutuhkan pendamping yang memberikan pembinaan yang bersifat umum, misalnya kepala desa/lurah dan aparat desa/kelurahan lainnya, tim peng- gerak PKK, pengurus LKMD, dan lain-lain.
Prasararn Perdesaan
Dalam jangka panjang pengentasan kemiskinan pada desa tertinggal hanya dapat efektif apabila kondisi fisik yang menyebabkan suatu desa menjadi tertinggal dapat diatasi. Hal ini menyangkut pembangunan prasarana perdesaan, yang ketiadaan atau kondisinya menyebabkan suatu desa terisolasi atau rendah potensi sosial ekonominya.
Prasarana perdesaan itu meliputi prasarana perhubungan seperti jalan dan jembatan atau tempat sandar perahu, di samping prasarana dasar lainnya seperti
sekolah, puskesmas atau air bersih.
Kebutuhan prasarana dasar perdesaan tersebut akan dipenuhi dengan berbagai program sektoral maupun regional yang sudah berjalan sekarang, seperti Inpres-inpres. Namun mengingat keterbatasan dana Pemerintah, untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhan prasarana dasar hanya dengan cara tersebut diperlukan waktu yang lama.
Oleh karena itu bersama dengan program IDT akan diupayakan pula pembangunan prasarana perdesaan di desa-desa tertinggal sesuai dengan kebu- tuhan yang paling mendesak. Untuk tidak tumpang tindih dengan program- program lainnya, titik berat pembangunan prasarana perdesaan yang berkaitan dengan IDT adalah prasarana perhubungan dan prasarana serta sarana air bersih.
c: ws6/samb-941idt9394, Bahan sambutan & pres release MENPPN pada penanadatanganan kerjasama IDT, Jakarta, g-Z-g+ 6
Untuk itu maka Bappeda tingkat II akan mengadakan identifikasi di desa- desa tertinggal, dengan menggunakan data PODES dari BPS sebagai sumber di samping sumber informasi lainnya, yang harus dikonfirmasikan lagi di lapangan.
Bappeda Tingkat II selanjutnya merencanakan dan menyusun prioritas pembangunan prasarana perdesaan di desa-desa tertinggal di wilayahnya.
Kemiskinnn Parah
Keadaan desa tertinggal juga berbeda kondisinya satu dengan yang lain.
Ada yang sedang-sedang saja ketertinggalannya, namun ada pula yang sangat parah.
Berdasarkan pengolahan data BPS, dari 20.633 desa tertinggal telah ditemukenali 3.968 atau t9,2% desa tertinggal yang kondisi kemiskinannya parah, 3.155 desa di antaranya ada di luar Jawa dan Bali, atau 21,8% dari seluruh desa di luar Jawa dan Bali. Bagi desa-desa dengan kemiskinan parah ini direncanakan untuk diberi perhatian lebih besar, yaitu dengan menyediakan tenaga pendamping khusus, berupa para sarjana yang dilatih, ditempatkan, dan dibiayai untuk bertugas di desa-desa tersebut antara 2 sampai 3 tahun. Tenaga- tenaga pendamping ini akan diambil antara lain dari para alumni penerima beasiswa Supersemar, tenaga kerja sukarela terdidik dari Departemen Tenaga Kerja, dan sarjana-sarjana lain seperti Pemuda Pelopor dan Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaan, yang mempunyai jiwa pengabdian dan bersedia hidup dan bekerja di tengah-tengah masyarakat miskin.
Koji Tindnk
Dalam program ini akan ada pula suatu kaji+indak (action research). Kaji t i n d a k i n i m e r u p a k a n p e n e l i t i a n s o s i a l e k o n o m i b a g i p e n g e m b a n g a n d e s a
a .
b .
tertinggal. Hasil kaji+indak adalah berupa sintesa untuk mengembangkan model pengelolaan pembangunan desa tertinggal, yang didasarkan atas situasi dan kondisi masyarakat desa setempat, dan akan berguna untuk menyempurnakan upaya penanggulangan kemiskinan di masa yang akan datang. Untuk itu dipilih sejumlah desa yang mencerminkan berbagai kondisi, yaitu mewakili 30 tipotogi desa.
Keberhasilan program IDT akan diukur dengan berbagai indikator, antara lain:
berkurangnya jumlah penduduk yang termasuk dalam kategori miskin;
berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh pendu- duk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia;
meningkatnya kepedualian warga masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya;
. meningkatnya kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkem- bangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permo- dalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat.
Ikrjasamn MPI-APKINDO
Upaya penanggulangan kemiskinan adalah gerakan nasional dan gerakan masyarakat. Keberhasilannya hanya dimungkinkan dengan peran serta aktif seluruh masyarakat, baik masyarakat yang membutuhkan bantuan maupun yang telah lebih beruntung dapat lebih besar menikmati hasil pembangunan.
c .
d .
c: ws6/samb-941idt9394, Bahan sambutan & pres release MENPPN pada penanadatanganan kerjasama IDT, Jakarta, g-Z-g+ 8
Dalam kerangka inilah MPI dan APKINDO akan turut serta dalam upaya penanggulangan kemiskinan dalam suatu kerjasama dengan Pemerintah.
Pemerintah memberikan dana IDT sebesar Rp 20 juta setiap desa dengan dukungan aparutnya dan MPI serta APKINDO akan menyediakan pembiayaan untuk tenaga pendamping serta kebutuhan prasarana perdesaan.
Dalam 5 tahun MPI/APKINDO akan membantu upaya pengentasan kemis- kinan di 200 desa atau * L% dari seluruh desa tertinggal dewasa ini. Bantuan- nya akan diberikan dalam bentuk biaya untuk penugasan tenaga pendamping di desa-desa tertinggal serta untuk membangun prasarana perdesaan yang paling mendesak.
Pemerintah sangat menghargat adanya uluran tangan ini yang mewujudkan kepedulian akan nasib rakyat miskin yang belum sempat menikmati hasil pem- bangunan. Diharapkan prakarsa MPI/APKINDO akan diikuti oleh anggota dan kelompok masyarakat lainnya yang telah lebih dahulu dan lebih besar menikmati hasil pembangunan.
Jakarta. 9 Maret 1994