• Tidak ada hasil yang ditemukan

AIR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN KODYA DT II BOGOR DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENCEMARAN LINGKUNGAN. Balai Penelitian Penyakit Hewan, Bogor ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AIR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN KODYA DT II BOGOR DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENCEMARAN LINGKUNGAN. Balai Penelitian Penyakit Hewan, Bogor ABSTRAK"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

AIR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN KODYA DT II BOGOR DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENCEMARAN LINGKUNGAN

SUPRODJO HARDJOUTOMO, SUPAR, MASNIARI POELOENGAN, JAJUK ACHDIJATI

Balai Penelitian Penyakit Hewan, Bogor

ABSTRAK

Salah satu manfaat dari adanya Rumah Pemotongan Hewan ialah terhindarnya konsumen dari kemungkinan adanya penularan penyakit yang berasal dari ternak yang dipotong. Penelitian ini ber- tujuan untuk mengetahui sejauh mana Rumah Pemotongan Hewan menimbulkan pencemaran ter- hadap lingkungannya terutama bagi kesehatan manusia yang tinggal di sekitar Rumah Pemotongan Hewan. Dari air limbah Rumah Pemotongan Hewan Kodya DT. II Bogor dapat diisolasi genera dan famili bakteri sebagai berikut: Bacteriodes, Pseudomonas, Enterobacteriaceae, Chromobacterium, Flavobacterium, Acinetobacter, Staphylococcus, dan Aeromonas. Penelitian lebih lanjut masih diker- jakan untuk identifikasi ke arah species serta peranan dari isolat-isolat di Laboratorium Bakteriologi Balai Penelitian Penyakit Hewan.

PENDAHULUAN

Sanitasi lingkungan, khususnya air, sangat besar pengaruhnya terhadap usaha peningkatan kesehatan masyarakat setempat. Dalam usaha mendapatkan daging sehat asal ternak (sapi, kerbau, domba dan kambing) bagi konsumsi rakyat banyak, seharusnya pemotongan ternak-ternak tersebut dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH). Di RPH pengujian terhadap daging ternak yang dipotong dilakukan oleh petugas-petugas khusus untuk keperluan tersebut, bukan saja selama pemotongan bahkan sebelum dan sesudah ternak yang bersangkutan di- sembelih. Dengan demikian sangat besar fungsi RPH sebagai tempat resmi untuk mendapatkan daging ternak yang memenuhi syarat kesehatan, ini jelas penting artinya bagi konsumen/masyarakat.

Manfaat nyata dari adanya suatu RPH bagi warga kota yang bersangkutan ialah terhindarnya konsumen dari kemungkinan penularan penyakit-penyakit asal ternak seperti antraks, kistiserkosis, tuberkulosis dan septikemia, sehubungan dengan hal itu kelengkapan sarana kerja yang memadai dalam suatu RPH merupa- kan hal yang tidak boleh diabaikan. Namun demikian, di lain pihak, RPH jugs dapat bertindak sebagai salah satu sumber pencemaran terhadap lingkungannya terutama pencemaran yang berasal dari air limbahnya. Pada gilirannya pencemar- an lingkungan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia yang tinggal di sekitar RPH yang bersangkutan bahkan sangat mungkin bagi mereka yang berada di sepanjang daerah aliran air pembuangan/limbah pemotongan tadi.

RPH Kodya Bogor, seperti yang kita lihat sekarang ini, letaknya telah sede- mikian rupa sehingga telah dikelilingi oleh daerah pemukiman penduduk. Sarana pembuangan air limbahnyapun memerlukan perbaikan (A. Makmur 1981).

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana air limbah RPH Kodya Bogor ini menimbulkan pencemaran terhadap lingkungannya maupun gangguan kesehatan manusia yang menggunakan air limbah tersebut bagi kehidupannya. Diharapkan data yang terkumpulkan kelak dapat digunakan se-

552

(2)

bagai salah satu sumbangan pemikiran dalam usaha perbaikan RPH Kodya Bogor sehingga keamanan masyarakat pemakai air limbah yang bersangkutan terjamin.

MATERI DAN METODE

Studi ini merupakan pengamatan laboratorik untuk mengetahui kuman apa yang terdapat dalam air limbah asal Rumah Potong Hewan Kodya Bogor.

A. Bahan-bahan.

1. Spesimen/bahan pemeriksaan berupa air limbah yang diambil pada beberapa lokasi dimana air limbah mengalir.

a. Air selokan sebelum bercampur dengan air limbah Rumah Potong Hewan (250 m1).

b. Air limbah sewaktu hewan dipotong di dalam Rumah Potong Hewan (250 m1).

c. Air limbah Rumah Potong Hewan setelah bercampur dengan air buangan penduduk di luar Rumah Potong Hewan (250 ml).

2. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengamatan laboratorik antara lain:

— Berbagai macam alat-alat gelas seperti botol spesimen, tabung reaksi, gelas ukur, labu, Erlen mayer, cawan petri, pipet ukur.

— Berbagai macam media seperti : Agar darah, agar alkalis, kaldu alkalis, media karbohidrat, agar Mc Conkey, medium 0-F dan medium selektif lainnya.

— Alat hitung koloni bakteri, pengeraman kuman.

B. Cara kerja.

Pengambilan contoh air menurut cara yang digunakan dalam "Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater" (Taras et al. 1971).

Contoh air limbah yang baru saja diambil setibanya di laboratorium diper- lakukan sebagai berikut :

1. Perhitungan jumlah bakteri.

— Dari masing-masing contoh diambil sebanyak 1 ml, kemudian diencerkan dengan kelipatan 10 dengan menggunakan air suling steril, sehingga di- dapatkan kepekatan air limbah 10

-1

, 10-2, 10' dst.

— Dari masing-masing pengenceran ini diambil sebanyak 1 ml dengan pipet ukur steril, kemudian dituangkan ke dalam cawan petri steril.

— Sebelum membuat pengenceran telah disediakan media agar alkalis yang dipanaskan pada suhu 45° - 50°C dalam labu Erlen mayer.

— Ke dalam cawan petri yang telah berisi air limbah enceran tadi dituangi dengan agar alkalis suhu 45° - 50°C sebanyak 20 ml. Setelah itu petri di- goyang-goyang/diputar agar supaya contoh bercampur serba sama dengan media yang masih encer tersebut.

— Setelah dieramkan beberapa saat, maka media akan membeku; kemudian didiamkan pada suhu 37°C dengan posisi cawan petri yang ada agarnya berada di atas.

553

(3)

— Setelah 24 jam dalam pengeram semua cawan petri dikeluarkan dan di- hitung koloni yang tumbuh pada media tersebut.

— Pekerjaan serupa diulangi setelah biakan berumur 48 jam.

2. Isolasi dan identifikasi bakteri.

— Masing-masing spesimen dibiakkan pada media agar darah dan agar Mc Conkey.

— Setelah diinokulasi dan didiamkin beberapa saat, cawan-cawan petri bermedia kemudian dieramkan pada suhu 37°C selama 24 jam.

— Koloni bakteri yang tumbuh dari setiap cawan setelah 24 jam pengeraman, diamati dan dibuat preparatnya. Dengan pewarnaan menurut Gram pre- parat yang bersangkutan diperiksa secara mikroskopik.

— Koloni yang ternyata telah murni dipindahbiakkan pada agar alkalis miring untuk diidentifikasi.

— Identifikasi genus/spesiesnya menggunakan cara Cowan & Steel (1972) yang disesuaikan dengan fasilitas yang ada.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah rata-rata bakteri per ml air limbah contoh dari setiap lokasi pengam- bilan dapat diikuti pada Tabel 1. Terlihat bahwa air limbah sebelum bercampur dengan limbah Rumah Potong Hewan (a), jumlah bakteri per ml nya lebih rendah dari pada air limbah yang diambil pada saat pemotongan hewan (b). Sedangkan air limbah dari Rumah Potong Hewan yang telah bercampur dengan air buangan penduduk (c) memiliki jumlah bakteri yang paling tinggi.

Tabel 1. Hasil perhitungan jumlah bakteri air limbah RPH.

Pengambil- Macam an ke Spesimen

Jumlah bakteri pada enceran 10

5

Jumlah bakteri per 1 ml air Rata-rata limbah

Ulangan Koloni/ml

a 3 23 28 30 27 2.700.000.

b 3 61 66 64 63,66 6.330.000.

c 3 72 80 89 80,33 8.330.000.

2 a 3 25 27 24 25,33 2.533.000.

b 3 60 72 71 67,66 6.766.000.

c 3 74 79 86 79,66 7.966.000.

3 a 3 31 22 29 27,33 2.733.000.

b 3 72 69 70 70.33 7.033.000.

c 3 75 76 84 78,33 7.833.000.

Keterangan: a. Air selokan belum bercampur dengan air limbah Rumah Potong Hewan.

b. Air limbah sewaktu hewan dipotong di Rumah Potong Hewan.

c. Air limbah Rumah Potong Hewan telah bercampur dengan air buangan penduduk.

Catatan Lokasi pengambilan spesimen a, b, c pada pengambilan 1 sama dengan 2 dan 3.

554

(4)

Sementara itu dari keseluruhan karya isolasi serta indentifikasi bakteri dari setiap contoh yang diteliti dengan cepat dapat diketahui bahwa baik bakteri Gram positif maupun yang Gram negatif, kedua kelompok tersebut ditemukan. Adapun genera/spesies yang berhasil diisolasi dapat diikuti pada Tabel 2. Dari tabel yang sama dapat dilihat pula, bahwa air limbah dari Rumah Potong Hewan yang ber- campur dengan air buangan penduduk mengandung lebih banyak spesies bakteri- nya dibandingkan dengan kedua contoh yang lainnya.

Tabel 2. Hasil isolasi bakteri dari air limbah RPH.

Spesiffien Bakteri terisolasi

(a) Air selokan sebelum bercampur dengan air limbah RPH

Pseudomonas sp.

Bacteriodes sp.

Aeromonas sp.

Enterobacter sp.

E. coli

Streptococcus sp.

Bacillus sp.

(b) Air limbah sewaktu hewan dipotong di RPH

Pseudomonas sp.

Aeromonas sp.

Enterobacter sp.

E. coil

Streptococcus pyogenes Staphylococcus aureus Bacillus sp.

Salmonella sp.

(c) Air limbah dari RPH setelah bercampur dengan air buangan penduduk

Pseudomonas sp.

Bacteriodes sp.

Aeromonas sp.

Enterobacter sp.

E. coli

Streptoccus pyogeues Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis Bacillus sp.

Salmonella sp.

Citrobacter sp.

Alcaligenes sp.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa air limbah yang keluar dari Rumah

Potong Hewan Kota Madya Bogor mengandung bakteri yang berlipat ganda jum-

lahnya dibandingkan dengan contoh air limbah sebelum memasuki Rumah Potong

555

(5)

tersebut. Demikian juga halnya dengan bakteri yang berhasil diisolasi. Air limbah dari Rumah Potong Hewan Kota Madya Bogor, apalagi yang telah bercampur dengan air buangan penduduk, kandungan/spesies bakterinya ternyata lebih banyak dibandingkan dengan kandungan bakteri dari contoh air limbah sebelum memasuki Rumah Potong.

Dari hasil-hasil di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa air limbah asal Rumah Potong Hewan mampu untuk mencemani lingkungannya.

Sehubungan dengan itu, perlu dipikirkan cara-cara pengamanan air limbah asal Rumah Potong Hewan sebelum keluar dari lokasi yang bersangkutan, khusus- nya bila air limbah yang demikian digunakan oleh masyarakat sekelilingnya.

DAFTAR PUSTAKA ASRUL MAKMUR. 1981. Komunikasi pribadi.

COWAN, S.T. & K.J. STEEL. 1972. Manual for the Identification of medical bacteria. Cambridge Uni- versity Press.

TARAS, M.J., A.E. GREENBERG, R.D. Hoox & M.C. RAND. 1971. Standard Methods for the water and watewater 13 th. Am. Publ. Health ass. Washington D.C.

556

Gambar

Tabel 2. Hasil isolasi bakteri dari air limbah RPH.

Referensi

Dokumen terkait