• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Metode penulisan yang digunakan pada makalah ini adalah metode kajian pustaka.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Metode penulisan yang digunakan pada makalah ini adalah metode kajian pustaka."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang 1. 2. Pembatasan Masalah

Penulis membatasi masalah pada makalah ini berupa konfigurasi, karakteristik, detail, dan rencana masa depan Bandar udara Selaparang Mataram.

1. 3. Rumusan Masalah

Bagaimana konfigurasi, karakteristik, detail, dan rencana masa depan Bandar udara Selaparang Mataram?

1. 4. Tujuan Penulisan

Penulis menyusun makalah ini guna mengetahui konfigurasi, karakteristik, detail, dan rencana masa depan Bandar Udara Selaparang Mataram.

1. 5. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan pada makalah ini adalah metode kajian pustaka.

1. 6. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang yag berkaitan dengan topik yang diangkat. BAB II ISI

(2)

Berisi pembahasan masalah yang diangkat. BAB III PENUTUP

(3)

BAB II

2.1 Detail

Bandara Selaparang adalah bandara domestik dan internasional di kota Mataram, NTB. Bandara ini dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I dan dibuka pertama kali pada tanggal 6 Agustus 1995. Bandara ini memiliki luas 200 hektar. Terletak persis di jantung pulau Lombok tepatnya di jalan Adi Sutjipto Mataram, NTB. Melayani penerbangan domestik maupun international. Maskapai yang melayani rute domestik seperti Garuda Indonesia, Merpati, Lion Air, Wings Air, Batavia Air, Adam Air, Trigana Air. Rute internasional dilayani oleh Silk Sir.

Bandar udara selaparang ini dapat memberikan pelayanan penerbangan dan pelayanan-pelayanan lain yang berhubungan dengan penerbangan. Berikut adalah denah Bandar udara selaparang :

1. Representation and accommodation

2. kontrol muatan, komunikasi and kontrol kedatangan 3. Unit load device control

(4)

4. Penumpang dan barang bawaan 5. kargo, gudang dan surat

6. Ramp service

7. Servis pesawat terbang 8. Oli dan bahan bakar 9. Perawatan pesawat

10. Operasi penerbangan dan ruang administrasi 11. Surface transport

12. Supervision 13. Catering 14. Airport security

Bandar udara selaparang melayani penerbangan setiap harinya yaitu dari pukul 07.00-21.00, dengan jadwal penerbangan sebagai berikut :

2.2 Spesifikasi Bandar Udara 2.2.1 Umum

Nama : Bandar Udara Internasional Selaparang

Alamat : JL. ADISUCIPTO NO.1 MATARAM Kode Pos 83124 Klasifikasi Status : KELAS I / INTERNASIONAL

Lokasi/Posisi : S 080.33’.41,36’’ – E 1160.06’.02,61’’ Elevasi : 52 feet (17,3 m)

(5)

Jam Operasi : 07.00 – 21.00 WITA

Jarak dari ibukota : 3 Km kerah utaraLuas lahan : 68,789 ha Pelayanan Cuaca : METEOROLOGI KELAS II

Pelayanan BBM : DPPU PERTAMINA, KAPASITAS 400 KL AVTUR

Status pelayanan Ops. LLP: AERODROME CONTROL & APPROACH CONTROL PKP – PK : CATEGORY 6

2.2.2 Landas Pacu

Landas pacu adalah lapisan perkerasan pada bandar udara yang digunakan pesawat untuk landing dan take off. Perencanaan Landas pacu atau runway di suatu bandar udara

dipengaruhi oleh banyak sekali faktor yang mempengaruhi pada konfigurasi suatu ladas pacu, baik panjang, lebar, juga bentuknya.

Aeroplane Referance Field Length didefinisikan sebagai panjang field length minimum yang dipelukan oleh pesawat terbag yang bersangkutan untuk dapat take off dengan

maximum take off weight, dimana kondisi lapangan terbang adalah Mean sea level, pada kondisi atmosfer standar, runwaynya tidak ada kelandaian (zero runway slope), serta tidak ada angin.

ARFL suatu pesawat terbang bukanlah panjang aktual yang diberikan oleh pesawat terbang tersebut. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan daerah tersebut berbeda dengan kondisi dimana ARFL ditetapkan. Karena itu, untuk mendapatkan panjang runway aktual untuk take off, ARFL perlu dikoreksi akibat elevasi, temperatur, dan kelandaian runway.

Konfigurasi runway juga dipengaruhi oleh arah angin dominan yang ada di suatu bandar udara. Pada saat pesawat terbang take-off atau landing, gerak pesawat diusahakan untuk melawan pergerakan angin. Dengan kata lain pergerakan pesawat terbang tersebut menuju arah datangnya angin. Karena itu runway di suatu lapangan terbang harus terletak sedemikian rupa sehingga searah atau mendekati arah angin yang dominan (prevaling wind) dilapangan terbang tersebut. Komponen angin yang sejajar dengan arah gerak pesawat dan berlawanan dengan arah gerak pesawat disebut head wind, sedangkan komponen angin yang tegak lurus arah gerak pesawat disebut crosswind. Agar pesawat tebang dapat bermanuver dengan aman, besarnya crosswind tidak boleh terlalu besar. Apabila pada suatu saat angin bertiup dengan crosswind lebih besar daripada permissible crosswind suatu pesawat terbang, maka pada saat itu pesawat terbang tersebut tidak boleh beroprasi

(6)

Bandar udara selaparang mempunyai konfigurasi runway yang paling sederhana yaitu runway tunggal, dengan panjang 2100m. Runway tersebut mempunyai kapasitas pada kondisi VFR antara 50 hingga 100 operasi per jam, sedangkan pada kondisi IFR antara 50 hingga 70 operasi per jam.

Bandara ini memiliki kelandaian (slope) sebesar 0,19%, walaupun runway yang datar (level runway) lebih disukai tetapi kondisi topografi bandar udara selaparang tidak memungkinkan untuk membuat runway yang datar, sehingga runway pada pandara ini harus mempunyai perubahan kelandaian (longitudinal slope).

Berikut data-data runway Bandar Udara Selaparang Mataram :

Dimensi 2100 X 40 m

Sebutan R/W 09 – R/W 27

Sudut Magnetik 086 – 266 derajat

Kekuatan / Konstruksi PCN 30 /F/C/X/T ( aspal hotmix)

Slope 0,19 %

Turning Area R/W 27 925 m2 (aspal hotmix) Turning Area R/W 09 750 m2 (aspal hotmix)

Overrun R/W 27 60 m X 40 m (aspal sandsheet) Overrun R/W 09 60 m X 40 m (aspal sandsheet)

Shoulder 2 X 2.220m X 55m (rumput)

Airstrip ( 2 x 75) x 2.220 m

Kemampuan B-737 / RTOW 143.000 lbs / 65 Ton

Drainage 2 X 1,25 m X 2400 m (pas batukali)¼br> 3. TAXIWAY Alpha (timur) 105 m X 23 m (aspal hotmix)

(7)

Bravo (barat) 105 m X 23 m (aspal hotmix)

2.2.3 Apron

Apron adalah daerah yang dimaksudkan untuk menempatkan pesawat terbang agar pesawat terbang tersebut dapat memuat atau menurunkan penumpang, angkutan surat, barang atau kargo, parkir, serta kegiatan pemeliharaan. Apron pada bandar udara selaparang mataram ini berukuran 337.5m x 83.5m dengan daya tampung 6 buah B-737 / sejenis atau 9 Mix, dan diperkeras dengan lapisan aspal hotmix, karena pesawat yang mendarat pada bandar udara ini adalah pesawat sejenis Boeing 737, maka landasan dan apron harus diperkuat.

Apron yang terletak dengan bangunan terminal (terminal apron) dirancang untuk mengakomodasi manuver dan parkir pesawat terbang. Apron pada bandar udara ini mudah terhubung dengan fasilitas-fasilitas terminal penumpang, sehingga di apron ini penumpang naik ke pesawat terbang atau turun dari pesawat terbang.

2.2.4 Helipad

Bandar udara selaparang memiliki dua buah helipad berukuran 480m2 dengan perkerasan

beton dan aspal HRS. Helipad ini dapat digunakan untuk mendaratkan helikopter Puma dan sejenisnya.

(8)

Bandar udara selaparang memiliki terminal dengan luas 4.960 M2, dan parkir kendaraan

seluas 7300 m2 .

2.3 Rencana Masa Depan

Bandar udara selaparang mengalami kendala yang sulit dalam pengembangannya, ada lima pertimbangan mendasar kenapa Bandara Selaparang harus dipindah ke Lombok Tengah, pertimbangan pertama terkait sektor pariwisata sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi NTB. Kedua, untuk meningkatkan sektor pariwisata diperlukan pesawat berbadan lebar sehingga dapat menjangkau pasar dunia, seperti Australia, Jepang, Taiwan dan Korea. Ketiga, Bandara Selaparang tidak memenuhi syarat (teknis operasional) untuk menampung pesawat berbadan lebar, meskipun fasilitasnya ditingkatkan. Keempat, letak Bandara Selapang yang di dalam kota menghambat perkembangan kota dan menimbulkan gangguan serta potensi bahaya terhadap lingkungan. Kelima, sesuai program pemerintah, lahan di Loteng seluas 538,5 hektar telah dibebaskan AP I sejak tahun 1955 dan telah disertifikasi tahun 2000.

Berbagai persepsi baik secara teknis maupun nonteknis muncul soal pengembangan Bandara Selaparang, sehingga pembangunan bandara baru di Loteng dianggap tidak perlu. Namun pihak Angkasa Pura secara teknis melihat pengembangan Selaparang sulit dilaksanakan, termasuk soal pendanaannya. Sehingga pemerintah dan AP memandang perlunya membangun bandara baru yang menelan biaya sampai Rp 1 trilyun tersebut.

(9)

Permasalahan yang dihadapi kalau Selaparang dikembangkan, di antaranya perpanjangan runway (landasan pacu) menjadi 2.500 meter ke arah barat harus membebaskan kawasan perdagangan/ruko, kuburan Cina dan jalan menuju Senggigi seluas sekitar 136.000 m2. Sedangkan perpanjangan runway ke arah timur tidak dimungkinkan ditinjau dari operasional penerbangan, karena adanya obstacle kontur kaki Gunung Rinjani. Demikian dengan pelebaran runway dari 40 meter menjadi 45 meter ke arah utara, memerlukan pembebasan permukiman seluas sekitar 248.140 m2. Pelebaran runway strip ke arah selatan mengakibatkan bergesernya apron, terminal dan parkir kendaraan, sehingga perlu pembebasan kawasan pertokoan, perkantoran dan permukiman dengan total luas 519.816 m2.

Untuk mewujudkan pemindahan bandara ke Loteng, masing-masing pihak terkait sudah melakukan persiapan. Misalnya pihak Dephub, antara lain review studi kelayakan tahun 1997, pengembangan bandara ditawarkan melalui Infrastructure Summit dan persetjuan Menhub mengenai rencana Bandara Loteng dengan pola ruilslag. Pemprop NTB sudah membentuk tim koordinasi percepatan pembangunan bandara, membebaskan celah 12 hektar di dalam lahan bandara, penyiapan PLTU 2 x 25 MW, review RUTR, menyiapkan akses jalan ke bandara sepanjang 18 km. Pemkot Mataram menyiapkan review RUTR eks Bandara Selaparang untuk kawasan komersial, sedangkan Pemkab Loteng membuat RDTR sekitar bandara baru dan dukungan pengamanan terhadap pembangunan bandara baru.

Pihak AP I sendiri antara lain meyiapkan info memo bekerja sama dengan PT Bahana Securitas, menunjuk PT ASP untuk melakukan penilaian aset Bandara Selaparang, pelelangan review master plan dan rancangan RTT dan menyiapkan dana pendukung.

Mengenai alternatif pendanaan, Suwetja menyebutkan, dengan me-ruilslag Bandara Selaparang dengan bandara baru, dana AP I dan pinjaman (model obligasi). Jika ruilslag tidak terpenuhi, maka menggunakan dana APBN dan AP I (50 : 50). Sementara fasilitas air side dengan dana pemerintah dan fasilitas land side dengan dana AP I. Pola ruilslag menjadi alternatif pilihan, karena melihat keterbatasan dana pemerintah (APBN) maupun dana AP I. Apabila ditawarkan langsung kepada investor untuk pengembangan Lombok International Airport, kecil kemungkinan investor berminat. Informasi yang diperoleh Suwetja dari Dirut, sudah ada lima investor yang berminat melakukan ruilslag.

(10)

Melalui pola ruilslag lahan Bandara Selaparang, pihak investor nantinya menguasai Bandara Selaparang untuk kegiatan komersial (bisnis). Sebagai kompensasinya, investor juga diwajibkan sebagai kontraktor pembangunan bandara baru di Loteng dan ikut mengusahakan pengembangan area komersial. Kini pihak AP I sedangkan melakukan pendekatan agar Pemkot Mataram mengubah tata ruang kawasan Selaparang menjadi kawasan bisnis, sehingga investor mau merealisasikan ruilslag Bandara Selaparang.

PT Angkasa Pura menargetkan selesainya pembangunan bandara internasional baru di Lombok, untuk menggantikan Bandara selaparang mataram 2010. Diperkirakan pembangunan bandara baru tesebut menelan biaya 665 milyar. Sumber dana pembangunan Bandar udara baru ini berasal dari PT Angkasa Pura (77%), Pemerintah Nusa Tenggara Barat (17%) dan Pemerintah daerah Lombok (6%). Bandar udara baru ini terletak 30 kilometer dari Bandar udara selaparang. Apabila selesai, Lombok International Airport akan memiliki runway utama sepanjang 2750m, lebih panjang 650m daripada Bandar udara yang digantikanya Bandar udara selaparang. Bandar udara baru ini didesain dapat melayani 2.4 juta pengunjung, lebih besar 300% daripada fasilitas Bandar udara selaparang, yang hanya dapat mengakomodasi 800.000 penumpang tiap tahunnya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa substitusi 92:8 lebih mendekati kualitas yoghurt yang diharapkan dari segi sifat organoleptiknya, yaitu rasa, warna dan

BAB II Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum terhadap Koperasi Simpan Pinjam selaku Lembaga Keuangan Mikro dalam Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Pada bab

serta kepadatan beton aspal yang terjadi masih dalam batas toleransi dari kepadatan yang disyaratkan DPU BinaMarga sebesar 2,323 gr/cm3. Perkerasan memiliki nilai PCI rata-rata

Dalam pelaksanaan kegiatan ini dimulai dengan menjelaskan bahwa kartu debit (debit card) itu berbeda dengan kartu kredit (credit card). Secara umum, perbedaan mekanisme

Variabel terikat (dependent variabel) adalah kondisi atau karakteristik yang berubah, atau muncul, atau yang tidak muncul ketika mengintroduksi, merubah, atau

Tujuan prinsipal dari penelitian ini adalah mengetahui karakter kenyamanan thermal bagi penghuni bangunan Gereja Blendug (dalam melakukan aktivitas peribadatan)

Efisiensi "Algae removal “ menggunakan Anaerobic Baflled Reactor (ABR) dan ketiga jenis Constructed Wetland (CW) yang menggunakan media filter seperti.. xi

Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa skor persepsi media pembelajaran berbasis IT pada bagi guru Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi