Pikiran
Rakyat
o
Senin0
Selasa.
Rabu0
Kamis0
Jumat1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
o
Jan0
Peb0
Mar0
Apr0
Me;0
Jun0
Jul0
AgsAnggota Dewan, Birokrat, dan Akademisi Diharapkan Jadi Pelopor,
-
..IGsah
Sep~tong
...----Batik_ Tua. 4~~i.JJ~lgia
.
."Menganfongi
gelar doktor,S
EPC?TON~ baJu ?atik Iftikar kembali ke Indonesia. tua .l~ masih. ter~lmpan Dibawanya batik tua berseja-rapl di leman Iftika~ Su- rah itu berikut rasa cintanya, talaksana (55). Warna putih terhadap seni adiluhung wari-pada kain sudah memudar. san Nusantara tersebut. Di za-Demikian juga corak mega man itu, ada kewajiban bagi mendung wama birn, yang semua dosen barn untuk tertulis di atas ~e~u1.'aannya. mengikuti penataran P4 (pedo-Iftikar membeh batik ltu pada man penghayatan dan peng-akhir 1970-an. Pada S~ptem- amalan pancasila). Ironisnya, ber 1983, dia mem~amya.sa.at semua peserta wajib berdasi mempertahankan disertasl dl dan Iftikar tidak bisa berbuat Katholieke Universiteit Leu- sesuatu untuk kembali menge-ven, Belgia. Itul~ ~ep~nggal nakan batiknya.kenangan yang mgm dia aba- Dia sudah mengutarakan dikan dengan menyimpan ba- pemikirannya tentang penggu-tik tersebut. ~:-= ___ _=-:_,...
Batik dipilih Iftikar lebih da- naan batik kepada panitia. Ka-rijas. Un~ me~~I?-ya saat ta panitia itu, usul Iftikar ba-
.
sidang, dla memmta lZm khu- rangkali memang bagus, tetapl sus kepada profesomya: "Saya dia pun tidak bisa berbuat masih ingat betul reaksl Beh- apa-apa untuk mengubahnya. au. Wajahnya serius, meman- "Sudah menjadi ketentuan da-dang saya agak tajam," ujar ri atas," ujamya.dosen Ergonomi dan Kesela-
.
Kekecewaan semasapena-matan KeIja Institut TeknologI taran P4 tidak mema~ Bandung (ITB) mengenang, kecintaan Iftikar pada batik. Senin (29/9). Secara pribadi, dia terns
berko-Profesor itu tidak keberatan mitmen. Sejak tiba di Ban-dengan permintaan Iftikar. dung, dia mewajib~ se~ua Hanya, dia menyarankan agar mahasiswa yang menJadi ~ak usulan disampaikan ke dekan. bimbingnya untuk memakai Pergilah Iftikar menghadap batik, saat mempert~~ dekan. "Jika An~a m~rasa skripsi mereka. Tradisllm ber-nyaman d~ngan,~tu, ~ilakan. jalan hingga b~lasan t~un, Mengapa tidak? begItu dekan sampai kemudian han g~';lng-memberikan izinnya. .. nya lenyap dengan sendi~ya.
Sidang digelar sor~ han. Dl ''Tidak ada dukungan dari ko-universitas tersebut, Iftikar bo- munitas kampus yang lain," leh jadi orang perta~a y~g ujamya mengeluh. . mempertahankan dlsert~l Iftikar berpendapat, ba~k. tanpa berpakaian three-pzece mestinya memperoleh
pnon-suit, jas lengkap. "Di ne?eri tas untuk digunakan dalam
orang, lulus dengan batik dan berbagai acara formal, term~-bukan dengan jas, jelas mern- suk di ranah akademik. J adl-pakan keban~aan t~rsen~iri," nya, batik tidak hanya ide~tik ujar pria kelahlran Cimahl, 19 dEmganacar~ kondang@, Se~
April1954itu. _
~...-
. ~~__ __ -
~..-...
karang tinggal para pemim-pinnya mau memulai atau ti-dak. Kalau butuh aturan, ya tinggal dibuat. Apa sih susah-nya?" ujar Iftikar seraya me-lempar senyuman lebar.
Rektor Universitas Padjad-jaran Ganjar Kumia
meng-akui, batik masih belum men-dapat tempat istimewa dalam tradisi akademik di kampus. Jas masih mendominasi. "Se-benamya, tidak ada masalah batik digunakan saat sidang skripsi, tesis, atau disertasi. Unpad akan mempertimbang-kan itu," katanya beIjanji.
**
SENADA dengan wilayah akademik, batik belum sang-gup menerobos kakunya atur-an protokoler di ratur-anah politik. Dalam setiap acara pelantikan misalnya, para anggota dewan, baik DPR maupun DPRD, se-tia mengenakan jas. Padahal, tidak jarang penggunaan jas ini menuai kontroversi. Ter-akhir, banyak kritik untuk DPRD Kota Bandung, yang di-anggap terlalu boros mengu-curkan anggaran pembua~an jas barn saat pelantikan bulan lalu.
-;:;:~-Wakil Pimpinan Sementara DPRD Kota Bandung Tedy Rusmawan menjelaskan, pa-kaian dinas yang dikenakan le-gislator diatur melalui Per-aturan Pemerintah No. 24 Ta-hun 2004 mengenai Ke!iuduk-an protokoler dKe!iuduk-an KeuKe!iuduk-angKe!iuduk-an. Dalam peraturan tersebut, di-atur juga mengenai pengguna-an pakaipengguna-an dalam setiap kegi-atan sebagai anggota DPR.
Meski secara pribadi para anggota dewan menyambut
-positif wacana penggunaan ba.. tik, pada akhimya mereka me..~ nyerah juga pada aturan yang sudah ada. "Itu peraturan dari pusat. Kita tidak bisa meng-atur sendiri. Departemen Da-lam Negeri (Depdagri)-lah yang harns menjadi lokomotif, gerakan ini," kata Tedy.
Anggota DPRD Jawa Barat dari Fraksi PDlP Selly Andria-ni Gantina mengatakan hal se-nada. Aturan protokoler men-jadi penghalang utama bagi
baju batik sering-sering masul< ke gedung rakyat tersebut. "Aturan bisa diubah. Tinggal kita dorong saja. Fraksi kami berencana membawa wacana ini, sebagai masukan dalam pembahasan tata tertib yang tengah beIjalan," ujamya.
Pemakaian batik dalam tu-gas kedewanan, dipandang Sellyakan mampu memberi-kan banyak nilai positif. Saat dinas ke daerah atau luar pro-vinsi misalnya, baju batik se-kaligus m;rij'a'arsarana pro--mosi kekayaan tradisi dan bu~ daya yang dimiliki Jabar. Dia meyakini, batik tidak kalah elegan dibanding jas.
Tidak lama lagi tepatnya 2 Oktober nanti, batik ditetapkax) UNESCO, Lembaga Perserikatt-an BPerserikatt-angsa-BPerserikatt-angsa (PBB) yPerserikatt-angI
membawahi masalah pendi-dikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia. Penghargaan setinggi ini
mes-=
--tinya diimbangi dengan ke-sungguhan usaha melestari- ·~
kannya sekuat tenaga.
Jika jauh di Belgia sana, Ifti-kar gigih mempeIjuangkan ba-tik, kenapa kita seperti keha-bisan darah menyuarakan ba-tik di rnmah sendiri? Toh se-mua aturan itu kita yang membuat dan kita pula yang bisa mengubahnya.
(YuIisty-ne Kasumaningrwn/Ag.
Tri Joko Her Ria-di/"PR")***
Kliplng
Hum as
Un pad
2009