IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA KETERAMPILAN MEMBUAT SPAKBOR KAWASAKI KLX 150
MENGGUNAKAN FIBERGLASS DI SMALB-B
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Teknik Mesin
Oleh :
Semangat Simarmata NIM 0707009
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Implementasi Pembelajaran Berbasis
Kontekstual pada Keterampilan Membuat
Spakbor Kawasaki KLX 150 Menggunakan
Fiberglass di SMALB-B
Oleh
Semangat Simarmata
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
© Semangat Simarmata 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
SEMANGAT SIMARMATA
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA KETERAMPILAN MEMBUAT SPAKBOR KAWASAKI KLX 150
MENGGUNAKAN FIBERGLASS DI SMALB-B
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Dr. H. Wahid Munawar, M.Pd. NIP. 19630520 198901 1 001
Pembimbing II
Drs. Yusep Sukrawan, MT. NIP. 19660728 199202 1 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin
ABSTRAK
Semangat Simarmata (2014). Implementasi Pembelajaran Berbasis Kontekstual pada Keterampilan Membuat Spakbor Kawasaki KLX 150 Menggunakan Fiberglass Di SMALB-B. Jurusan Pendidikan Teknik Mesin. FPTK-UPI.
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan permasalahan siswa mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran khususnya dalam belajar keterampilan otomotif. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa tunarungu tiap fase dalam pembelajaran keterampilan membuat spakbor kawasaki KLX 150 menggunakan fiberglass dengan menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian subjek tunggal (Single Subject Research). Metode ini adalah metode yang bertujuan untuk memodifikasi perilaku, dimana pengambilan dan pengolahan data dalam metode ini difokuskan untuk melihat perubahan perilaku subjek, apakah ada atau tidaknya pengaruh
intervensi terhadap target behaviour dalam fase yang telah ditentukan.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 1 subjek tunarungu di SMALB-B Negeri Cicendo pada pembelajaran keterampilan otomotif dengan pembelajaran berbasis kontekstual mengalami peningkatan yang signifikan, dan dapat dilihat pada analisis dalam kondisi maupun antar kondisi. Kesimpulannya bahwa pembelajaran berbasis kontekstual dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan keterampilan pada pembelajaran vokasional otomotif membuat spakbor Kawasaki KLX 150 menggunakan fiberglass.
Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Kontekstual, spakbor, Single Subject
ABSTRACT
Semangat Simarmata (2014). An Implementation of Contextual-Based Learning on Skills to Make Spakbor of Kawasaki KLX 150’s by Using Fiberglass in SMALB-B. Education Department of Mechanical Engineering. FPTK-UPI.
This study was conducted based on the problems the students experienced difficulties in the learning process, especially in the automotive learning skills. The aim of the study is to determine the development of deaf student’s ability from each phase in learning the skills to make spakbor of Kawasaki KLX 150 by using fiberglass with a contextual-based learning. This study uses a Single Subject Research method which aims to modify behavior. The collecting and processing data by the method are focused to see subject's behavior changes, whether or not the influences of the intervention to the target behavior exist in a predetermined phase. The result of this study shows that a deaf student in SMALB-B Negeri Cicendo as the subject experiences the significant improvement in automotive skills learning through contextual-based learning. It can be seen in the analysis of condition between conditions. In conclusion, the contextual-based learning can help the student to improve his skills on automotive vocational learning to make the spakbor of Kawasaki KLX 150 by using fiberglass.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan generasi yang baik,
manusia–manusia yang lebih berbudaya, manusia sebagai individu yang memiliki
kepribadian yang lebih baik. Tujuan pendidikan di suatu negara akan berbeda
dengan tujuan pendidikan di negara lainnya, sesuai dengan dasar negara, falsafah
hidup bangsa, dan ideologi negara tersebut.
Indonesia mengenal istilah Pendidikan Nasional, adapun yang dimaksud
dengan pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai–nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman, sedangkan tujuan dari pendidikan nasional
sebagaimana yang tercantum di dalam UU No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3
adalah:
Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Hakikat pendidikan pada umumnya adalah suatu usaha untuk mendewasakan
anak didik dan memberi bekal pengetahuan agar mampu dan cakap/terampil
dalam melakukan tugas hidupnya. Hal tersebut berlaku bagi setiap anak termasuk
anak yang berkebutuhan khusus.
Hak anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan dan
pengajaran dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 Bab XIII pasal 31 ayat 1
yang berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa semua warga negara tidak
terkecuali warga negara yang berkebutuhan khusus, berhak mendapatkan
2
keterampilan yang berfungsi untuk kemandirian bagi anak berkebutuhan khusus.
UUD 1945 juga diperkuat oleh target sasaran mutu SLB Negeri Cicendo Revisi.
01 Hal 11 tahun 2012 yang menyatakan tujuan dari SLB Negeri Cicendo adalah
“menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dalam bidang keterampilan dan mampu hidup mandiri”.
Anak berkebutuhan khusus (difabel) terdiri dari beberapa kriteria kekurangan,
salah satu dari anak diffabel tersebut adalah anak yang menderita tidak bisa
mendengar atau disebut juga tunarungu. Anak tunarungu adalah seseorang yang
mengalami kehilangan kemampuan mendengar, sehingga kondisi ini berdampak
terhadap kehidupannya, baik sebagai individu maupun insan sosial sehingga
dibutuhkan suatu layanan pendidikan khusus untuk menanggulangi
keterbatasannya yang disesuaikan dengan karakteristik ketunaannya.
Dampak yang ditimbulkan oleh ketunarunguan sangat luas pada kehidupan
yang bersangkutan yaitu masalah bahasa dan komunikasi, masalah intelektual dan
kognitif, masalah pendidikan, masalah sosial ekonomi bahkan masalah
vokasional. Dampak kelainan pendengaran pada anak akan memberikan
konsekuensi sangat kompleks, terutama berkaitan dengan masalah kejiwaannya.
Anak tunarungu seringkali dihinggapi rasa keguncangan sebagai akibat tidak
mampu mengontrol lingkungannya. Kondisi ini semakin tidak menguntungkan
bagi penderita tunarungu yang harus berjuang dalam meniti tugas
perkembangannya. Maslah yang muncul akibat gangguan pendengaran ini,
penderita akan mengalami berbagai hambatan dalam menjalani
perkembangannya, terutama pada aspek bahasa, kecerdasan, dan penyesuaian
sosial.
Anak tunarungu lebih dicondongkan kepada mata pelajaran yang
membutuhkan keterampilan fisik seperti kerajinan tangan yang dapat
menghasilkan untuk masyarakat, karena guru-guru merasa percuma mengajarkan
materi pelajaran yang lain. Keterbatasan media alat bantu yang tepat untuk
mengajar anak tunarungu menjadi masalah bagi para guru untuk mampu
menjelaskan materi pelajaran yang dibebankan kepada siswa. Apalagi dengan
3
menyesuaikan dengan kebutuhan khusus anak tuna rungu dalam memahami
materi suatu pelajaran. Jika normalnya anak normal dapat memahami seluruh
materi dalam waktu satu semester dengan bobot materi yang sama, anak tuna
rungu membutuhkan waktu yang lebih lama daripada anak normal untuk dapat
memahaminya. Karena menjelaskan suatu materi pelajaran pada anak tunarungu
membutuhkan metode dan media penyampaian yang berbeda dengan anak
normal.
Pemahaman terhadap dunia tunarungu yang kurang, mengakibatkan
terjadinya hambatan dalam pendidikan mereka. Selama ini pendidikan di SLB
hanya menekankan kepada cara bagaimana anak tuna rungu dapat mencapai
prestasi yang disetarakan dengan anak normal. Siswa tuna rungu dituntut untuk
memiliki kemampuan setara dengan anak normal lainnya dan diharapkan dengan
begitu dapat mengejar ketertinggalan mereka. Sukmara, Galuh (dalam
http://akrab.or.id/, 2008) menyatakan bahwa:
Pendidikan anak tunarungu di Indonesia telah mengalami ketertinggalan jauh 30-40 tahun dibandingkan dengan pendidikan serupa di Swedia, Amerika dan Jepang. Ini diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan dan wacana guru yang tidak memahami kondisi dan kebutuhan anak tuna rungu.
SMALB-B Negeri Cicendo adalah lembaga pendidikan yang didirikan untuk
menciptakan SDM yang mampu bersaing dalam kehidupan bermasyarakat,
meskipun bersaing dengan orang yang normal sekalipun. Berdasarkan data yang
didapat dari observasi awal di SMALB-B Negeri Cicendo bahwa kurikulum
pendidikan khusus difokuskan pada keterampilan yaitu keterampilan vokasional
(70%), akademik (30%). Keterampilan vokasional di SMALB-B Negeri Cicendo
meliputi keterampilan Otomotif, tata busana, komputer, dan membatik. Siswa
diberikan keleluasan untuk memilih keterampilan vokasional yang ada.
Selama beberapa kali penulis mengamati kegiatan belajar mengajar di
SMALB-B Negeri Cicendo di Bandung, penulis mendapat sebuah temuan awal
masalah, berdasarkan hasil wawancara dengan Humas SMALB-B Negeri Cicendo
bahwa:
4
memberikan pelajaran keterampilan otomotif tidak dibekali dengan cara mengajar yang tepat, dan penerapan pembelajaran yang diterapkan pada siswa tunarungu kurang tepat, sehingga pembekalan keterampilan terhadap siswa kurang berjalan lancar”.
Kurangnya cara belajar siswa mengenai keterampilan otomotif dapat
berpengaruh ketika sudah lulus sekolah. Siswa yang sudah lulus tidak dapat
mengaplikasikan pembelajaran keterampilan yang mereka dapat di sekolah.
Sehingga mereka tidak terpakai di masyarakat dan menjadi pengangguran dan
menjadi beban keluarga. Akibat yang ditimbulkan tersebut dikarenakan oleh
penerapan model yang kurang tepat. Hasil observasi penulis diperkuat oleh
pendapat Slameto (2003: hlm 65), cara mengajar guru yang kurang baik akan
mempengaruhi belajar siswa yang kurang baik pula. Karena itu dalam pemilihan
model harus mempertimbangkan beberapa aspek penting. Aspek penting itu
diantaranya antara lain tujuan, anak didik, situasi, fasilitas, dan pribadi guru.
Komponen yang penting dalam perbaikan proses pembelajaran adalah dengan
menerapkan pembelajaran yang lebih kreatif yaitu pembelajaran berbasis
kontekstual. Pembelajaran berbasis kontekstual memungkinkan siswa untuk
menguatkan dan menerapkan keterampilan otomotif yang mereka peroleh.
Apabila pembelajaran berbasis kontekstual diterapkan dengan benar, diharapkan
siswa berkebutuhan khusus akan terlatih untuk dapat menghubungkan apa yang
diperoleh di kelas dengan kehidupan.
Masalah-masalah pembelajaran yang melatarbelakangi diperkenalkannya
konsep pembelajaran pembelajaran berbasis kontekstual karena sebagian siswa
tidak dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara
pemanfaatan pengetahuan tersebut di kemudian hari. Berkaitan dengan hal itu,
guru dihadapkan pada tantangan dan masalah bagaimana mencari cara yang
terbaik untuk menyampaikan konsep-konsep yang mereka ajarkan sedemikian
rupa tepatnya agar semua siswa dapat menggunakan dan menyimpan informasi
tersebut. Gafur, A. (2003: hlm 275) mengatakan bahwa:
5
Berdasarkan dari latar belakang permasalahan, salah satu alternatif dari
masalah tersebut adalah dengan penerapan pembelajaran berbasis kontekstual,
sehingga penulis merasa penting untuk melakukan penelitian tentang
Implementasi Pembelajaran Berbasis Kontekstual pada keterampilan Membuat Spakbor Kawasaki KLX 150 Menggunakan Fiberglass di SMALB-B.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Masalah yang timbul perlu diidentifikasi faktor-faktornya, maka dapat
penulis identifikasi masalah pada penelitian ini, ialah sebagai berikut:
1. Siswa SMALB-B jarang melakukan latihan keterampilan terutama pada
bidang keterampilan otomotif
2. Guru yang mengajar keterampilan otomotif bukan dari lulusan teknik
otomotif
3. Guru belum terampil mengajar keterampilan vokasional khususnya dibidang
keterampilan otomotif
4. Pemahaman terhadap dunia tunarungu yang kurang penyebab penghambat
pembelajaran
5. Guru SMALB-B belum menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Mengacu pada latar belakang, untuk memudahkan penyusunan skripsi ini
maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah
implementasi pembelajaran berbasis kontekstual pada pembelajaran keterampilan
membuat spakbor Kawasaki KLX 150 menggunakan fiberglass di SMALB-B
Negeri B Cicendo ?”.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk medeskripsikan hasil dari
implementasi pembelajaran berbasis kontekstual pada pembelajaran keterampilan
6
khusus yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan siswa tunarungu tiap fase dalam
pembelajaran keterampilan membuat spakbor Kawasaki KLX 150 menggunakan
fiberglass dengan menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta dapat
dijadikan referensi bagi pembaca yang ingin mengetahui mengenai
implementasi pembelajaran berbasis kontekstual pada pembelajaran
keterampilan pembuatan spakbor Kawasaki KLX 150 menggunakan fiberglass.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, dengan penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai
implementasi pembelajaran berbasis kontekstual pada pembelajaran
keterampilan pembuatan spakbor Kawasaki KLX 150 menggunakan fiberglass.
b. Bagi siswa, implementasi pembelajaran berbasis kontekstual diharapkan dapat
membantu siswa lebih memahami dalam keterampilan pembuatan spakbor
Kawasaki KLX 150 menggunakan fiberglass, dan diharapkan siswa memiliki
keterampilan yang bisa bermanfaat di masyarakat.
c. Bagi guru dan lembaga pendidikan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi
referensi dan pengetahuan dalam penggunaan pembelajaran yang tepat untuk
proses pembelajaran keterampilan keterampilan pembuatan spakbor Kawasaki
KLX 150 menggunakan fiberglass.
F. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan urutan penyusunan materi dalam penulisan
skripsi agar susunannya lebih teratur, struktur organisasi penulisan pada penelitian
ini adalah sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan, antara lain tentang, tinjauan umum pembelajaran,
pendidikan siswa berkebutuhan khusus (difabel), keterampilan
otomotif, dan kerangka pemikiran
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang lokasi dan objek penelitian, desain penelitian,
metodologi penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,
dan teknik analisis data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang
pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan
berkaitan dengan masalah penelitian, tujuan penelitian dan
pembahasan atau analisis temuan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan
peneliti, dapat disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran berbasis kontekstual
pada keterampilan membuat spakbor Kawasaki KLX 150 menggunakan fiberglass
pada siswa SMALB-B Cicendo secara keseluruhan efektif, dalam melatih siswa
tunarungu bisa memiliki kemampuan keterampilan membuat spakbor Kawasaki
KLX 150 menggunakan fiberglass. Hasil dari pembuatan spakbor tersebut bisa
dilihat di lampiran G. Perkembangan keterampilan siswa dalam pembelajaran
keterampilan membuat spakbor Kawasaki KLX 150 menggunakan fiberglass
dengan menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual mengalami peningkatan
dan stabil dari fase baseline A1 hingga fase baseline A2. Hal ini menggambarkan
bahwa pemberian intervensi sangat berpengaruh terhadap target behavior, dengan
kata lain variabel bebas yaitu pembelajaran berbasis kontekstual dapat
mempengaruhi variabel terikat.
B. Saran
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, model pembelajaran berbasis
kontekstual dapat meningkatkan kemampuan keterampilan membuat spakbor
Kawasaki KLX 150 menggunakan fiberglass bagi anak tunarungu. Penulis
menyarankan sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya, kedepannya penelitian menggunakan pembelajaran
berbasis kontekstual pada anak tunarungu bisa diteliti lebih lanjut dengan subjek
yang berbeda dengan keterampilan yang bisa laku dipasaran dan dapat menjadi
nilai tambah ekonomi bagi siswa tunarungu.
2. Bagi Siswa, agar mengikuti prosedur pembuatan spakbor langkah demi langkah,
diharapkan kemampuan siswa dalam pembuatan spakbor bisa diaplikasikan ke
70
3. Bagi Guru dan lembaga pendidikan, khususnya yang mengajar siswa tunarungu
agar menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual, pada proses belajar
mengajar keterampilan otomotif, untuk meningkatkan keterampilan vokasional
DAFTAR PUSTAKA
Adang, H. ( 2012 ). Metodologi Pembelajaran. Banten : LP3G.
Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto. (1993). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S , (2003). Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
B. Johnson, Elaine. (2002). Contextual Teaching & Learning. California: Corwin Press, Inc
Depdikbud, (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas, ( 2003 ). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003,
TentangSistemPendidikanNasional. Jakarta
Depdiknas.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 1 Tahun 2008
Tanggal 4 januari 2008.Standar Proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, dan Tunalaras. Jakarta.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Djamarah. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Efendi, Muhammad (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. FKIP UNS: Surakarta.
Elaine B. Johnson, (2007). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan
Belajar Mengajar Mengasyikkan dan bermakna, Terj. Ibnu Setiawan.
Mizan Learning Center: Bandung.
Gafur, Abdul. 2003. Penerapan Konsep dan Prinsip Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning) dan Desain dalam Pengembangan Pembelajaran dan Bahan Ajar. Artikel: Cakrawala Pendidikan, Jurnal
Ilmiah Pendidikan. November 2003: Tahun XXII. No. 3 Universitas Negeri Yogyakarta: LP3M UNY.Pendidikan. November 2003: Tahun XXII. No. 3 Universitas Negeri Yogyakarta: LP3M UNY.
Harjanto, (2005). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hasan, Hamid. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
71
Heriawan, A. (2012). Metodologi Pembelajaran, Kajian Teoritis Praktek. Serang Banten. LP3G.
Kircpatrick, Donald. (1998). Evaluating Training Programs. San Fransisco: Berrett-Koehler Publishers, Inc.
Krisnawati. & Madya. (2004). Jurnal Penelitian dan Evaluasi: Pengelolaan
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Metode Kontekstual di SLTP Negeri 25 Surabaya. Yogyakarta: PPS UNY.
Lukman, Arif (2010). Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL). [Online]. Tersedia di:
http://nadhirin.blogspot.com/2010/03/model-pembelajaran-contextual-teaching.html. Diakses 10 April 2014.
Mahrens, W.A, I.J Lehman. (1979). Measurment and Evaluation in Education
and Psychology. New York: MC Grown-Hill Book Companny,inc.
Nasution, S. 1995. Berbagai pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurhadi. (2002). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Permanarian & Hernawati. (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Depdiknas.
Roestiyah, N,K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Sanjaya, W.(2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta
SLB Negeri Cicendo (2012). Sasaran Mutu. Bandung
Sudjana, N. (1996). Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung :Sinar Baru Algesindo.
Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif, dan R&D. Bandung :Alfabeta
72
Sunanto, J. (2005). Pengantar Penelitian dengan Subyek tunggal. Bandung :Universitas Pendidikan Indonesia.
Surakhmad, W. (1979). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan Teknis. Bandung: Tarsito.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003. (2006). Sistem
Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara
Universitas Pendidikan Indonesia.(2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI
Vembriarto, (1981). Pengantar Pengajaran Dengan Modul. Yogyakarta: Media Abadi.
Winarsih. M. (2007). Intervensi Dini Bagi Anak Tuna Rungu dalam
pemerolehan Bahasa. Jakarta. Direktorat.
Winkel, (2004). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
Yayasan Akrab (2008). Tunarungu, Tak Halangi Galuh Sukmara Menerima
Beasiswa. [Online]. Tersedia di: http://akrab.or.id/?p=42. Diakses 10 April