• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM ACARA PERDATA. Heri Hartanto, SH.,M.Hum.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUKUM ACARA PERDATA. Heri Hartanto, SH.,M.Hum."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM ACARA PERDATA

(2)

SENGKETA

 Manusia sebagai mahluk sosial

memerlukan interaksi dengan individu (subjek hukum) lain

 Interaksi antar individu berpotensi

menimbulkan benturan kepentingan  SENGKETA

(3)

CARA PENYELESAIAN

SENGKETA

 Yudicial Settlement of Dispute

 Extra Yudicial Settlement of Dispute  Quasi Yudicial / pseudo yudicial

(4)

Yudicial Settlement of Dispute

 Penyelesaian melalui proses peradilan  Bersifat formal

 Melibatkan hakim / proses persidangan di

pengadilan

(5)

Extra Yudicial Settlement of

Dispute

 Penyelesaian di luar pengadilan  Sifat penyelesaian kompromi

 Bersifat informal

 Tidak melibatkan hakim  Win-win solution

 Bentuk-bentuk ADR : Negosiasi, Mediasi,

(6)

Quasi Yudicial / pseudo yudicial

 Penyelesaian sengketa hukum oleh

lembaga non yudisial yang mempunyai kewenangan yudisial

 Misal : KPPU, BPSK, Komisi Banding

(7)

Pengertian Hukum Acara Perdata

Menurut Prof. Wiryono Prodjodikoro

 Himpunan peraturan yang mengatur bagaimana orang harus bertindak di muka pengadilan dan bagaiamana

pengadilan harus bertindak, satu sama lain, untuk melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan hukum perdata.

(8)

Menurut Abdulkadir Muhammad

 Peraturan hukum yang mengatur proses penyelesaian perkara perdata lewat

hakim (pengadilan) sejak dimajukannya gugatan sampai dengan pelaksanaan keputusan hakim.

(9)

Menurut Prof. Sudikno Mertokusumo

 Peraturan hukum yang mengatur

bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantara hakim.

(10)

Sumber Hukum

 UUDar Nomor 1 tahun 1951 Pasal 5 ayat (1)

hukum acara perdata pada Pengadilan Negeri menurut peraturan-peraturan Republik Indonesia dahulu, yang telah ada dan berlaku untuk Pengadilan Negeri di

(11)

Het Herziene Indonesisch Reglement /

Reglemen Indonesia yang diperbaharui (HIR) untuk daerah Jawa dan Madura.

Rechtsreglement Buitengewesten /

Reglemen daerah Seberang (RBg) untuk daerah luar Jawa dan Madura.

(12)

 UU No. 2 tahun 1986 Jo. UU 8 tahun 2004 tentang

Peradilan Umum

 UU No. 20 tahun 1947 tentang Peraturan Peradilan

Ulangan di Jawa dan Madura.

 UU No. 14 tahun 1985 Jo. UU No. 5 tahun 2004 Jo. UU

No. 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung

 UU No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman  Yurisprudensi

 Doktrin

 Buku ke IV KUH Perdata/BW

 Burgerlijk Rechts Verdering (BRv)

 Peraturan Mahkamah Agung (PERMA)  Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA)  Kebiasaan

(13)

Asas-asas Hukum Acara Perdata

Audi et Alteram Partem / Horen Van Bijde

Partijen

 Dalam memeriksa suatu perkara, Hakim harus memberikan perhatian, perlakuan, kesempatan dan kedudukan yang sama dan seimbangan antar pihak-pihak yang bersengketa. (perlakuan yg sama)

(Pasal 5 UU No. 4 tahun 2004)  Hak Ingkar

(14)

Actor Sequitor Forum Rei (pasal 118 (1)

HIR)

 Pada prinsipnya gugatan diajukan di tempat kediaman Tergugat

Forum Rei Sitae (pasal 118 (3) HIR)

 Gugatan diajukan ditempat objek sengketa (benda tetap) berada.

(15)

Verhandlungs Maxime / Lydelijkheid Van

De Rechter

 Ruang lingkup pokok sengketa

ditentukan oleh pihak yang bersengketa, hakim tidak boleh memutus lebih dari

yang dituntut atau mempertimbangkan kurang dr pokok perkara. Bahkan tdk dpt mengakhiri sengketa.

(16)

Nemo yudex Sine Actore / Judex Ne

Procedat Ex Afficio/Hakim Pasif

 Hakim menunggu datangnya perkara,

tidak ada persidangan karena jabatan. Kalau tidak ada perkara tidak ada

persidangan.

Ius curia Novit

(17)

 Putusan Hakim harus disertai dengan

alasan-alasan

 Putusan hakim harus disertai

alasan-alasan dan dasar putusan, selain itu juga memuat pasal peraturan per-UU-an atau sumber hukum tidak tertulis yang terkait (Pasal 25 Ayat (1) UU Kekuasaan

(18)

Openbaarheid Van Rechtspraak

 Pada asasnya sidang pemeriksaan perkara

harus terbuka untuk umum (pasal 19 ayat (1) UU No. 4 tahun 2004)

Res yudicata Pro Veritate Habetur

 Putusan hakim harus dianggap benar, sampai dibuktikan sebaliknya

(19)

Nebis In Idem

 Perkara yang sama, dengan pihak yang sama mengenai hal yang sama, tidak

boleh diputus dua kali dalam persidangan yang sama atau sama tingkatnya.

(20)

 Sederhana, Cepat dan biaya ringan

 Proses persidangan berlangsung sederhana, cepat dan biaya ringan. Faktanya ??

(21)

 Berperkara tidak harus diwakilkan

 Berperkara dipengadilan tidak harus diwakili oleh ahli hukum/advokat, para

pihak boleh beracara sendiri/maju sendiri, sekalipun buta hukum bahkan buta huruf.

 Berperkara dengan biaya

 Berperkara di muka pengadilan harus dikenakan biaya perkara.

(22)

Unus testis nulus testis

 Satu saksi bukan alat bukti

(23)

Contentious Jurisdictie / Sengketa Voluntaire jurisdictie / Permohonan

JENIS PERKARA

PERDATA

(24)

Contentious Jurisdictie / Sengketa

 Peradilan yang sesungguhnya karena

mengandung sengketa

 Minimal ada 2 pihak

 Hakim terikat dengan hukum positif  Produk hakim : putusan

 Contoh : wanprestasi, perbuatan melawan

(25)

Voluntaire jurisdictie / Permohonan

 Bukan peradilan yang sesungguhnya karena

tidak mengadung konflik

 Hanya ada 1 pihak  pemohon

 Hakim leluasa menggunakan kebijaksanaan  Produk hakim : Penetapan

 Contoh : penetapan adopsi, ganti nama, ganti

status kelamin, penetapan rapat RUPS, penbubaran PT.

(26)

KOMPETENSI PENGADILAN

 Jenis sengketa beraneka macam

 Kewenangan pengadilan dibatasi oleh UU

meliputi perkara tertentu

 kewenangan pengadilan dibatasi oleh

(27)

Permasalahan Kompetensi

 Pembagian kompentensi berdasarkan

lingkungan peradilan

 Pembagian kompentensi berdasarkan

wilayah hukum

(28)

KOMPETENSI PENGADILAN

KOMPETENSI KOMPETENSI

ABSOLUT RELATIF

(29)

KOMPETENSI ABSOLUT

(Atributive Competentie)

 Kewenangan/kekuasaan mengadili antar

lingkungan peradilan

 Kewenangan mengadili berdasarkan jenis

perkara

 Apakah perkara itu menjadi wewenang

(30)

Kekuasaah Kehakiman Mahkamah

Agung

Terdiri dari 4 lingkungan Peradilan :

- Peradilan Umum - Peradilan Agama

- Peradilan Tata Usaha Negara - Peradilan Militer

(31)

Alasan pemisahan yurisdiksi :

 masing-masing lingkungan memiliki

kewenangan mengadili tertentu;

 kewenangan tertentu tersebut, menciptakan

kewenangan absolut atau yurisdiksi absolut

pada masing-masing lingkungan sesuai dengan

subject matter of jurisdiction;

 masing-masing peradilan hanya berwenang

mengadili sebatas kasus yang diatur Undang-Undang.

(32)

KEWENANGAN PERADILAN

UMUM (Pengadilan Negeri)

 Pidana, dan;  Perdata

Mengadili seluruh perkara perdata.

Khusus untuk perkara permohonan pailit dan sengketa ketenangakerjaan menjadi wewenang peradilan khusus yang berada di lingkungan

peradilan umum yaitu Pengadilan Niaga dan Pengadilan Hubungan Industrian.

(33)

Peradilan Khusus di lingkungan

Peradilan Umum

 Pengadilan Niaga

(34)

KEWENANGAN PERADILAN

AGAMA

 perkawinan (talak, cerai, pembatalan

perkawinan berserta akibat hukumnya)

 Kewarisan (meliputi waris, wasiat, hibah

yang dilakukan berdasarkan hukum Islam)

(35)

KEWENANGAN PTUN

 mengadili sengketa Tata Usaha Negara.

Antara Badan/Pejabat TUN dengan

masyarakat (orang/badan hukum) akibat dikeluarkanya Keputusan Tata Usaha

Negara yang bersifat Konkret, individual dan final

(36)

KEWENANGAN PERADILAN

MILITER

 berwenang mengadili perkara pidana yang

(37)

KOMPETENSI RELATIF

(Distributive Competentie)

 Kewenangan/kekuasaan mengadili antar satu

lingkungan Peradilan ( PN dgn PN, PA dgn PA, dst)

 Kewenangan mengadili berdasarkan wilayah

hukum Pengadilan

 menentukan Pengadilan Negeri mana yg

berwenang memeriksa

(38)

KOMPETENSI RELATIF

 PN berkedudukan di tiap Kota/Kabupaten

(39)

Pasal 118 ayat (1) HIR

 Gugatan diajukan pada Pengadilan

Negeri yang mewilayahi tempat

kediaman Tergugat (actor secuitor forum

rei).

 Mengapa harus di tempat

kediaman Tergugat ?

(40)

Yang dimaksud tempat kediaman

 tempat kediaman

 tempat alamat tertentu

(41)

Sumber untuk menentukan tempat

kediaman

 Berdasarkan KTP  Kartu Keluarga  Surat Pajak

 Anggara Dasar Persoran (jika

(42)

Permasalahan :

1. Bagaimana jika setelah gugatan diajukan

Tergugat pindah tempat tinggal ?

2. Bagaimana jika tempat tinggal Tergugat

berpindah-pindah, pada saat akan mengajukan gugatan tidak tau Tergugat tinggal dimana ?

3. Bagaimana jika seorang Tergugat memiliki 2

(43)

Pasal 118 ayat (2) HIR

 Apabila Tergugat lebih dari satu dan

bertempat tinggal pada wilayah hukum PN yg berbeda

 Dipilih salah satu. Penggugat dapat

(44)

Permasalahan :

Bagaimana jika dalam sengketa hutang piutang, Tergugat I sebagai Debitur

sedangkan Tergugat II sebagai penjamin hutang. Tergugat I dan Tergugat II

bertempat tinggal di wilayah hkm PN yg berbeda.

(45)

Pasal 118 ayat (3) HIR

 Jika tempat tinggal Tergugat tidak

diketahui

 Jika Tergugat tidak diketahui identitasnya

 Diajukan pada PN tempat tinggal Penggugat

(46)

Lanjutan …

 Jika Objek gugatan tentang benda

tetap/tidak bergerak

 Diajukan pada PN yg mewilayahi benda tetap tsb berada (forum rei sitae)

(47)

Pasal 118 ayat (4) HIR

 Sudah diperjanjikan dalam suatu akta

tentang domisili hukum, maka gugatan diajukan pada PN yg ditunjuk dalam

(48)

AKIBAT HUKUM MENYALAHI

KOMPETENSI

 Hakim dapat menyatakan dirinya tidak

berwenang

 Tergugat dapat mengajukan eksepsi ttg

kompetensi

 Apabila Tergugat mengajukan Eksepsi tentang

kompetensi (absolut atau relatif), maka hakim WAJIB mengeluarkan putusan sela

 Gugatan tidak dapat diterima/Niet Onvankelijke

(49)

SENGKETA KOMPETENSI

Kompetensi absolut

Kompetensi relatif dalam 1 wilayah hukum PT yang sama

Kompetensi relatif dalam wilayah hukum

PT yang berbeda

(50)

PIHAK-PIHAK DALAM

PERKARA PERDATA

- Minimal ada 2 pihak (Penggugat

dan Tergugat)

- memiliki kepentingan dengan

pokok perkara (pihak materiil)

(51)

Orang yang beracara di Pengadilan harus cakap hukum

Lalu bagaimana jika orang yang

bersengketa belum dewasa atau di bawah pengampuan/ dinyatakan pailit ?

(52)

Ukuran Usia Kedewasaan Orang

- Pasal 29 BW untuk perkawinan Pa. 18 Pi.

15

- UU 1 1974 untuk perkawinan Pa. 19 Pi. 16 - BW untuk melakukan perbuatan hukum

(53)

Lanjutan…

 Pihak yang berusia kurang dari 21 tahun

atau dibawah pengampuan kepentingan hukumnya di diwakili oleh Walinya,

 Untuk orang yang dinyatakan Pailit diwakili

(54)

Badan Hukum/ Rechts Persoon

 Harus diwakili oleh pihak Formil (Pasal 8

nomor 2 Rv, 1955 BW). - PT  Direksi

- Yayasan  Pengurus

- Instansi Pemerintah  PNS pimpinan Instansi tsb

(55)
(56)

KUASA

Pengertian kuasa menurut pasal 1792 BW :

Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dengan mana seorang memberikan

kekuasaanya kepada orang lain, yang menerima, untuk dan atas namanya menyelenggarakan suatu urusan.

(57)

Dasar Hukum

 Pasal 1792 BW  Pasal 123 HIR

 UU No. 18 tahun 2003 tentang Advokat  SEMA 6/1994

(58)

Cara Memberi Kuasa

 Kuasa dapat diberikan secara lisan atau

Tertulis

 Pemberian kuasa lisan,dilakukan dalam

persidangan

 Kuasa tertulis dapat dengan akta dibawah

(59)

Arti penting Surat Kuasa (SK):

Surat kuasa yang tidak memenuhi syarat akan berakibat :

 surat gugatan tidak sah, apabila pihak yang

mengajukan dan menandatangani gugatan tidak didasarkan surat kuasa yg sah.

 Segala proses pemeriksaan di pengadilan tidak sah,

karena dihadiri oleh kuasa yang tidak didukung oleh surat kuasa yang memenuhi syarat.

 Maka gugatan akan dinyatakan tidak dapat diterima

(60)

Lanjutan…

 Pasal 123 HIR

 Pihak yang ingin menguasakan harus

dengan Surat Kuasa Khusus

 Pejabat yang mewakili Negara tidak

(61)

Kapan kuasa dapat diberikan

 Setiap saat sebelum dijatuhkan Putusan  Kuasa dapat diberikan disetiap tahap

tingkat persidangan (tingkat pertama, banding atau kasasi)

 Surat Kuasa diberikan diberikan untuk

(62)

Siapa yang dapat menerima Kuasa

 Advokat

 Lembaga Bantuan Hukum

 PNS/TNI mewakili institusinya

 Jaksa sebagai Pengacara Negara  Saudara pihak bersengketa/Kuasa

(63)

Kapan berakhirnya kuasa

 Pekerjaan yang dikuasakan telah selesai  Pemberi Kuasa menarik kembali secara

sepihak

 Salah satu pihak atau keduanya

meninggal

(64)

Pemberi Kuasa menarik kembali secara

sepihak

Pasal 1814 KUH Perdata, penarikan kuasa dapat dilakukan dengan cara :

 tidak memerlukan persetujuan penerima kuasa  pencabutan dilakukan secara tegas (tertulis,

meminta kembali surat kuasa dari penerima kuasa)

 pencabutan secara diam-diam (pasal 1816 KUH

Perdata) dengan cra menunjuk kuasa baru untuk urusan yang sama.

(65)

Penerima kuasa melepas kuasa

 Dilakukan dengan cara :

 memberitahukan pelepasan kuasa tsb

kepada pemberi kuasa

 tidak dilakukan pada saat yang tidak

(66)

Pengenyampingan Pasal 1814 KUH

Perdata

surat kuasa mutlak

 Surat kuasa dapat disepakati bersifat mutlak

dengan diberi judul “Surat Kuasa Mutlak” yang didalamnya memuat klausula :

 pemberi kuasa tidak dapat mencabut kembali kuasa

yang diberikan kepada penerima kuasa

 meninggalnya pemberi kuasa, tidak mengahiri

(67)

Jenis Surat Kuasa

 Surat Kuasa Umum  Surat Kuasa Khusus  Surat Kuasa Istimewa

(68)

Surat Kuasa Umum

memberi kuasa kepada seseorang untuk mengurus kepentingan pemberi kuasa yaitu :

 melakukan tindakan pengurusan harta kekayaan

pemberi kuasa meliputi segala sesuatu mengenai harta kekayaan pemberi kuasa

 hanya meliputi perbuatan pengurusan kepentingan

pemberi kuasa

(69)

Surat Kuasa Khusus

 Hanya mengenai 1 kepentingan atau lebih

yg dinyatakan secara tegas.

 Agar dapat mewakili pemberi kuasa di

pengadilan, harus secara tegas menyebut “untuk mewakili/mendampingi pemberi

(70)

SURAT KUASA KHUSUS

 123 HIR  Bersifat Teristimewa  1795 KUH Per  bersifat Khusus  SEMA 6/1994 : Sifat Khusus

 Menyebut identitas dan kedudukan para pihak.

 Menjelaskan secara khusus peruntukan surat

kuasa

 Menyebut scr tegas pokok dan objek sengketa.

 Menjelaskan scr tegas untuk mewakili di PN.

(71)

Surat Kuasa Istimewa

 Diberikan hanya pada tindakan tertentu yang sangat

penting, tidak cukup dengan SK Umum atau SK Khusus.

 harus dengan akta otentik

Cth :

- Menjual harta benda milik pemberi kuasa - Membuat perdamaian dengan pihak lain

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pendidikan Islam sebagai sebuah system yang memiliki tujuan-tujuan untuk membentuk generasi masa depan yang berkualitas dapat dijadikan acuan untuk membentuk

Penelitian ini diharapkan dapat membantu para pelaku pariwisata dan pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun masyarakat dalam mengambil kebijakan yang dianggap

Komponen DSS Subsystems: Data management Dikelola oleh DBMS Model management Dikelola oleh MBMS User interface. Knowledge Management and organizational

Selain itu, tidak ditemukan adanya pengaruh yang lebih negatif dari diver- sifikasi pendapatan terhadap risiko sistematis, risiko non-sistematis, risiko total, dan risiko

Persentase hidup spermatozoa ayam Kampung setelah pengenceran pada perlakuan jenis krioprotektan DMF (84,81%) hasilnya sama baik dibandingkan dengan DMA (78,50%) dan

Distribusi senyawaan golongan hopana dan oleanana dapat dilihat pada m/z 191 untuk fraksi saturat bercabang dan siklik, Gambar 4.16 - 4.19 merupakan parsial

mempengaruhi pengasuhan anak menurut Hurlock (1999) yaitu sebagai berikut: Kesamaan dengan gaya kepemimpinan yang digunakan orang tua, Penyesuaian dengan cara

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang