• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN WARGA NEGARA INDONESIA OLEH KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA DALAM KASUS PEMBUNUHAN KIM JONG NAM DI MALAYSIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERLINDUNGAN WARGA NEGARA INDONESIA OLEH KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA DALAM KASUS PEMBUNUHAN KIM JONG NAM DI MALAYSIA."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN WARGA NEGARA INDONESIA OLEH KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA DALAM KASUS PEMBUNUHAN KIM

JONG NAM DI MALAYSIA.

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

DISUSUN OLEH :

HARRY SEPTIADI

130200375

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)

ABSTRAKSI

*) Dr. Sutiarnoto, S.H., M.Hum.

**) Abdul Rahman, S.H., M.H.

***) Harry Septiadi.

Penulisan skripsi ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis terhadap pelindungan warga Negara Indonesia oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia dalam Kasus Pembunuhan Kim Jong Nam di Malaysia. Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi masalah adalah Tinjauan Umum tentang Kedutaan Besar Republik Indonesia, perlindungan warga Negara Indonesia, tugas kedutaan besar Republik Indonesia menurut Konvensi Wina tahun 1961 dalam kasus pembunuhan Kim Jong Nam di Malaysia.

Adapun metode penelitian dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan yang bersifat normatif, dimana bahan atau data yang dicari berupa data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer antara lain: undang-undang no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, undang-undang no 39 tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di Luar Negeri, undang- undang No 39 tahun 2008 tentang kementerian Negara dalam melaksanakan tugasnya berikutnya bahan hukum sekunder

Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa kementerian luar negeri mempunyai tugas membantu presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan dibidang politik dan hubungan luar negeri. Dalam permaslahan kasus pembunuhan Kim Jong Nam yang terjadi di Malaysia, Sistem Hukum Negara Indonesia tidak dapat menjangkau permasalahan yang ada di Malaysia.

Sehingga untuk menangani kasus-kasus Tenaga Kerja Indonesia yang terjadi di Malaysia tidak hanya didasarkan atas Peraturan Hukum yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia. Namun harus disesuaikan dengan peraturan Negara Malaysia selaku Negara yang menjadi tempat terjadinya kasus tersebut.

Pemerintah harus menjalankan tugasnya untuk memberikan perlindugan kepada setiap Warga Negaranya tanpa terkecuali. Kementerian luar negeri akan memberikan pendampingan hukum bagi Tenaga Kerja Indonesia. Bersalah atau tidaknya maka pemerintah harus tetap membela kepentingan warga negaranya didalam proses hukum yang dihadapinya.

Kata kunci : - Peranan KBRI -Masalah Hukum -Tenaga Kerja *) Dosen pembimbing I **) Dosen Pembimbing II

***) Mahasiswa Fakultas Hukum USU

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugrah-Nya, sehingga penulis berkesempatan untuk mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Skripsi yang diberi judul

―PERLINDUNGAN WARGA NEGARA INDONESIA OLEH KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA DALAM KASUS PEMBUNUHAN KIM JONG NAM DI MALAYSIA‖ ini dikerjakan dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum.

Secara umum, skripsi ini membahas tentang perlindungan yang diberikan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia terhadap Warga Negara Indonesia yang bermasalah di Malaysia. Dalam hal ini perlindungan terhadap Warga Negara ditinjau dari produk- produk hukum dan langkah-langkah yang dibuat oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk melindungi Warga Negaranya yang bermasalah di Luar Negeri. Sebagaimana kasus yang menimpa SITI AISYAH yang merupakan Tenaga Kerja Indonesia yang terlibat dalam kasus pembunuhan KIM JONG NAM di Malaysia beberapa waktu lalu. Maka pemerintah harus melaksanakan langkah-langkah perlindungan hukum berdasarkan produk-produk hukum yang berlaku. Selain itu kasus ini merupakan sorotan dunia internasional yang menyeret banyak Negara di dalam penyelasaian kasus tersebut.

Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, baik dari segi formal maupun materil. Namun bagaimanapun skripsi ini adalah hasil kerja keras Penulis yang tidak terlepas dari dukungan Dosen-dosen Pembimbing yang telah memberikan masukan bagi penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pihak mana pun sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan isi skripsi ini.

(5)

Dengan penuh rasa hormat, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama proses penulisan skripsi ini, yaitu:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan sebagai Penasehat Akademik penulis;

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum USU, beserta seluruh jajaran pimpinan Fakultas Hukum USU;

3. Bapak Abdul Rahman, S.H., M.H selaku Ketua Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum USU dan Dosen Pembimbing II penulis;

4. Bapak Dr. Sutiarnoto, S.H., M.Hum selaku Sekretaris Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum USU dan Dosen Pembimbing I penulis;

5. Seluruh civitas Fakultas Hukum USU, jajaran staf administrasi, dan seluruh pegawai Fakultas Hukum USU;

6. Orang Tua tercinta Drs. Junaidi dan Suhaemi Siregar, S.E yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis;

7. Nenek tersayang Hj. Nauli Harahap yang selalu mendoakan penulis

8. Saudara- saudara tercinta Andry Fahreza, S.T dan Safira Anggita Nauli serta seluruh keluarga yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis;

9. Untuk teman terbaik Chintya Clark Sinurat yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada penulis;

10. Para sahabat terbaik Haryo Kuncoro Jati, S.H., Cristh Dessy Natalia Tarigan, S.H., Alm. Sony Anggara Lubis, Bripda Frans Hengky Ginting, Syahrudin Sahlan Bintang, S.H., Faisal Gultom, S.H., Dedy Herianto Damanik, S.H., Irfan Jovi Nasution, S.H., Yayan N.A Tanjung, S.ST.,MP., Yakub Diaz Vranatha

(6)

Sinulingga, Sudy Raja Roy Lonardo Reinhart Purba, Rahmad Darmawan, Sukri Nababan, Annisa Irwan Panjaitan, Syahidul Akram Zulkarnain Rangkuti.

11. Teman-teman Fakultas Hukum USU Stambuk 2013 dan Organisasi ILSA.

Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat seluas-luasnya bagi kita semua. Terima Kasih.

Medan, November 2018

Hormat Penulis,

HARRY SEPTIADI

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah……… 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan………. 6

D. Tinjauan Kepustakaan……….. 8

E. Metode Penelitian ……….... 11

F. Keaslian Penulisan……… 12

G. Sistematika Penulisan ……… 13

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA A. Sejarah Perkembangan Kedutaan Besar Republik Indonesia di bawah Kementerian Luar Negeri………. 15

B. Tugas dan Fungsi Kedutaan Besar Republik Indonesia di bawah Kementerian Luar Negeri………. 21

BAB III : PELINDUNGAN WARGA NEGARA INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG A. Pengertian Warga Negara Indonesia………. 31

B. Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia………. 40

C. Latar Belakang Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia……… 45

D. Perlindungan Warga Negara Indonesia Menurut Undang-Undang….. 49

(8)

BAB IV : TUGAS KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA MENURUT KONVENSI WINA TAHUN 1961 DALAM KASUS PEMBUNUHAN KIM JONG NAM DI MALAYSIA

A. Perlindungan Warga Negara Indonesia yang dilakukan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Luar Negeri……….. 57 B. Perlindungan Hukum oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia Terhadap Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia dalam Kasus Kim Jong Nam……… 65 C. Upaya Bantuan Hukum Bagi Warga Negara Indonesia Sebagai Tenaga

Indonesia yang Bermasalah oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Malaysia………. 72

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……… 79 B. Saran……….. 80

DAFTAR PUSTAKA

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan diplomatik Indonesia-Malaysia telah terjalin sejak Malaysia merdeka pada tahun 1957. Namun, pada tanggal 17 September 1963 hubungan diplomatik ini sempat terputus sebagai akibat terjadinya konfrontasi Indonesia- Malaysia. Proses pemulihan hubungan diplomatik antara Indonesia-Malaysia diawali dengan ditandatanganinya Bangkok Accord di Bangkok pada tanggal 1 Juni 1966 oleh Menteri Luar Negeri kedua negara mengenai penghentian konfrontasi. Sebagai tindak lanjut, pada tanggal 11 Agustus 1966 telah diselenggarakan pertemuan di Jakarta yang menghasilkan Perjanjian Pemulihan Hubungan Republik Indonesia-Malaysia (Jakarta Accord).

Sebagai tindak lanjut pemulihan hubungan diplomatik Indonesia- Malaysia, maka dilaksanakanlah penandatanganan ―Pengertian Bersama Tentang Persoalan-persoalan Non Militer‖ di Kuala Lumpur pada tanggal 14 September 1966 antara Indonesia-Malaysia. Akhirnya, pada bulan September 1967 dibuka Liaison Office (Kantor Penghubung) sebagai Kantor Perwakilan RI di Kuala Lumpur. Kedutaan Besar Republik Indonesia juga terus melakukan upaya yang serius dalam menyediakan pelayanan publik yang optimal termasuk melindungi Warga Negara Indonesia di Malaysia.

Semakin tingginya usia produktif bangsa Indonesia tetapi tidak

diimbangi dengan luasnya lapangan kerja yang tersedia dan/atau tidak sesuainya

(10)

2

pendapatan dengan kebutuhan hidup di negara ini, maka banyak warga negara Indonesia mengadu nasibnya mencari pekerjaan di negara tetangga, salah satunya adalah Negara Malaysia. Negara Malaysia dijadikan sasaran untuk mencari pekerjaan adalah karena lapangan pekerjaan yang tersedia sangat luas, penghasilan yang didapat cukup tinggi dibandingkan di Negara sendiri dan hasil yang didapat memungkinkan hidup layak di Negara Indonesia.

Setiap orang diseluruh dunia mempunyai hak bergerak kemanapun dia inginkan, tetapi pergerakan yang dilakukan tidak selamanya dapat ditolerir oleh setiap negara, sehingga ada istilah pencegahan dan penangkalan terhadap orang yang akan masuk ke suatu Negara.

Juga melihat substansi hukum internasional masa kini maka banyak memperlihatkan hak dan kepentingan orang perorangan dan mengatur hubungan (hukum) yang mencakup subyek hukum bukan Negara. Kesemuanya ini merupakan penjelmaan dari masyarakat internasional itu sendiri yang sedang mengalami suatu proses perkembangan dan perubahan.

1

Namun betapapun juga perubahan yang sedang terjadi, kenyataan masig menunjukan bahwa konsepsi tradisional masih belum bias dikesampingkan begitu saja. Hukum Internasional untuk sebagian besar masih mengatur hubungan antara Negara dan munculnya individu dan satuan badan hukum

1 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional, Putra Abardin, Bandung, 1977, hal 80

(11)

3

lainnnya bukan Negara sebagai subyek hukum internasional masih dapat dianggap sebagai suatu pengecualian.

2

Negara Malaysia sangat senang menerima tenaga kerja asing dari luar negeri dengan perhitungan upah yang diberikan lebih rendah dari pada upah bagi tenaga kerjanya sendiri, namun tidaklah mampu menerima semua tenaga kerja asing yang masuk, sehingga ditentukan kuota dalam penerimaan tenaga kerja asing yang masuk, tak terkecuali tenaga kerja Indonesia.

Banyaknya tenaga kerja Indonesia yang masuk ke negara Malaysia, terutama tenaga kerja Indonesia illegal menimbulkan banyaknya permasalahan bagi pemerintah Malaysia maupun pemerintah Indonesia.Bagi pemerintah Malaysia dalam menghadapi permasalahan itu adalah mengembalikan tenaga kerja Indonesia ke negaranya dengan kegiatan deportasi dan tak jarang terjadi kekerasan terhadap tenaga kerja Indonesia yang tetap membangkang masuk secara ilegal.

Malaysia menjadi salah satu negara tujuan pengiriman tenaga kerja Indonesia dengan tingkat kompleksitas permasalahan terumit bagi para tenaga kerja Indonesia di sektor domestiknya karena eskalasi jumlah kasus penganiayaan, eksploitasi serta ancaman hukuman pidana, selalu mengalami peningkatan yang cukup pesat pada tiap tahunnya. Selain itu, persoalan tidak adanya hukum dan kebijakan yang komprehensif di Malaysia terkait perlindungan Tenaga Kerja Asing, kondisi keamanan di Malaysia, minimnya

2 ibid

(12)

4

pelayanan perlindungan, minimnya informasi mengenai hak, hukum dan kebijakan di Malaysia serta sulitnya aspek berkomnuikasi juga menjadi berbagai macam persoalan yang sampai saat ini belum dapat terselesaikan secara sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia.

Permasalahan yang terjadi bukan itu saja, saking banyaknya tenaga kerja Indonesia di Malaysia, semakin banyak tindak pidana yang terjadi, baik terhadap tenaga kerja Indonesia maupun bagi warga negara Malaysia. Dan tak segan- segan pemerintah Malaysia menjatuhkan pidana bagi tenaga kerja Indonesia, tak terkecuali pidana mati, yang hingga sekarang telah dituntut pidana mati sebanyak

93 (sembilan puluh tiga) orang sedangkan sebelumnya telah dijatuhi hukuman mati kepada 66 (enam puluh enam) orang warga negara Indonesia.

Dengan keadaan tersebut di atas, pemerintah Republik Indonesia yang berkewajiban melindungi para warga negarannya dimanapun berada, menugaskan Kedutaan Besar untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia menugaskan diantaranya Konsuler Atase Imigrasi untuk menangani urusan surat menyurat (administrasi) tenaga kerja Indonesia di Malaysia baik sebagai pelancong (turis) maupun sebagai tenaga kerja Indonesia.

Permasalahan administrasi atau surat masuk tenaga kerja Indonesia ke

Malaysia berupa Paspor, Visa maupun permit sangatlah komplit, baik dari terus

terjadinya penyelundupan tenaga kerja Indonesia maupun belum lengkapnya

(13)

5

sarana prasarana keadministrasian Kedutaan Besar Indonesia umumnya dan atase imigrasi khususnya di Malaysia.

Permasalahan tersebut di atas umumnya diketahui pada saat tenaga kerja Indonesia akan meminta perpanjangan masa berlakunya paspor, visa ataupun permit kepada Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia.

Sedangkan perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia secara prosedural sebenarnya menjadi tanggung jawab Kementerian Luar Negeri.

Namun dalam mekanisme pelaksanaan di luar negeri khususnya di Malaysia, KBRI di Kuala Lumpur memiliki peran yang sangat penting karena menjadi aktor pertama yang akan menerima laporan mengenai tindakan pelanggaran terhadap perlindungan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Malaysia, serta KBRI pula aktor yang akan menjadi ujung tombak pemberian perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia di Malaysia melalui proses-proses negosiasi/perundingan dengan pihak Malaysia terkait penjaminan hak-hak tenaga kerja Indonesia sebagai korban kekerasan, eksploitasi dan penganiayaan. Hal tersebut dikarenakan KBRI di Kuala Lumpur merupakan perwakilan pemerintah Indonesia (Kementerian Luar Negeri) yang berfungsi sebagai sarana penghubung dan aktor diplomatik antara pemerintah Indonesia dengan negara-negara yang menjadi tujuan penempatan Tenaga kerja Indonesia.

Berdasarkan penjelasan tersebut, peran KBRI dalam menerapkan

mekanisme perlindungan tenaga kerja Indonesia di Malaysia menjadi hal

yang menarik untuk dianalisa lebih lanjut karena dengan vitalnya peran

(14)

6

KBRI dalam memberikan perlindungan terhadap Tenaga kerja Indonesia yang bermasalah di luar negeri, sangat menentukan tingkat efektifitas dari mekanisme perlindungan tersebut.

Oleh karena itu maka Penulis tertarik untuk meninjau lebih jauh melalui penulisan skripsi dengan judul ―PERLINDUNGAN WARGA NEGARA INDONESIA OLEH KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA DALAM KASUS PEMBUNUHAN KIM JONG NAM DI MALAYSIA‖

B. Rumusan Masalah

Adapun yang merupakan permasalahan yang akan diangkat dalam penulisaan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana perlindungan Warga Negara Indonesia yang dilakukan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia ?

b. Bagaimana perlindungan yang dilakukan Kedutaan Besar Republik Indonesia terhadap tenaga kerja Indonesia yang bermasalah di Malaysia ? c. Bagaimana penyelesaian masalah yang dilakukan Kedutaan Besar

Republik Indonesia terhadap tenaga kerja Indonesia yang menjadi tersangka pembunuhan Kim Jong Nam di Malaysia ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat

untuk mendapat gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara. Dan berdasarkan permasalahan yang dikemukakan

diatas, ,maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :

(15)

7

1. Untuk mengetahui tugas dan fungsi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia dibawah Kementerian Luar Negeri di Malaysia

2. Untuk Mengetahui peran kedutaan besar Indonesia di Malaysia dalam menyelesaikan permasalahan tenaga kerja Indonesia di negara Malaysia ?

3. Untuk mengetahui apasaja kendala-kendala yang dihadapi dalam menyelesaikan permasalahan administrasi tenaga kerja Indonesia dan bagaimana upaya penanggulangan yang ditempuh ?

2. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan yang dapat dikutip dari skripsi ini antara lain : a. Secara Teoritis, penulisan ini dapat dijadikan bahan kajian untuk

menambah pengetahuan bagi perkembangan hukum tenaga kerja Indonesia dan mengenai peran Kedutaan Republik Indonesia dibawah Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam menangani masalah hukum yang menimpa tenaga kerja Indoensia Di Malaysia

b. Secara Praktis, penulisan skripsi ini dapat memberikan suatu pedoman

dan pemikiran yuridis mengenai peran Kedutaan Republik Indonesia

dibawah Kementerian Luar Negeri Indonesia dalam menangani

masalah hukum yang menimpa tenaga kerja Indoensia Di Malaysia

bagi Almamater Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(16)

8

D. Tinjauan Pustaka

Kebijakan adalah tindakan yang direncanakan untuk mencapai suatu sasaran. Kebijakan luar negeri (foreign policy) suatu negara menunjukkan dasar- dasar umum yang dipakai pemerintah untuk bereaksi terhadap lingkungan internasional.

3

Dalam hal ini harus dibedakan antara politik luar negeri sebagai hal yang tunggal dan kebijakan luar negeri sebagai hal yang majemuk. Atau dapat dikatakan bahwa jika politik luar negeri itu lebih menekankan kepada interaksi karena mempertemukan minimal dua aktor yang saling berhubungan satu sama yang lain, sedangkan kebijakan luar negeri menekankan kepada aksi atau tindakan negara terhadap lingkungan eksternalnya dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional.

4

Masalah hubungan internasional dan politik internasional merupakan suatu masalah yang kompleks dan tidak dapat dipisahkan dari konsep kepentingan nasional.Kepentingan nasional selalu diperjuangkan setiap bangsa atau negara dalam rangka ketertiban nasional.Kepentingan nasional memberikan ukuran konsistensi yang diperlukan dalam kebijakan nasional.Pembentukan kepentingan nasional adalah langkah pertama meskipun masih bersifat abstrak dalam merumuskan suatu kebijakan ataupun politik luar negeri.

5

3 Dahlan Nasution, Politik Internasional, Bandung : Penerbit Erlangga, 1991, hal 9

4 Aleksius Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008, hal 61

5 Mokhtar Mas’oed, Teori dan Metodologi Hubungan Internasional, Yogyakarta : Pusat Antar Universitas Studi Sosial UGM, 1998, hal 7

(17)

9

Hubungan bilateral adalah sebuah perjanjian antara kedua negara dengan mementingkn kerjasama kedua belah pihak dengan mengupayakan Hubungan bilateral sebagai suatu konsep dalam hubungan internasional memiliki makna yang lebih kompleks dan lebih beragam serta mengandung sejumlah pengertian yang berkaitan dengan dinamika hubungan internasional itu sendiri. Konsep hubungan bilateral ini digunakan untuk memperkokoh kerjasama antara dua negara dengan menggunakan pengaruhnya sehingga dapat mencapai tujuan nasional. Hubungan bilateral adalah keadaan yang menggambarkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi atau terjadinya hubungan timbal balik antara dua pihak atau dua negara.

Hubungan antar suatu negara terhadap negara lain merupakan bukti bahwa setiap negara tidak dapat hidup sendiri untuk dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan negara tersebut terlebih lagi perkembangan dunia yang semakin modern dan kompleks. Sehingga masing – masing negara semakin terpacu untuk lebih meningkatkan hubungannya dengan negara lain. Hubungan bilateral antar negara merupakan bagian dari fenomena hubungan internasional yang di sertai oleh kompleksitas interaksi dan heterogenitas subyek interaksi tersebut, negara masih tetap merupakan actor penting dalam hubungan antar negara dan merupakan sumber motivasi utama dari berbagai hubungan internasional yang bersifat non governmental.

6

Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubugan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk

6Budiono Kusumohamidjojo, Hubuungan Internasional ,Jakarta , Bina Cipta, 1987, Hal 1

(18)

10

memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini sesuai dengan Pasal 1 Undang-undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja.

TKI (Tenaga Kerja Indonesia) adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 39 tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003, antara lain menyebutkan bahwa: Tiap – tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan, oleh karena itu tidak boleh ada diskriminasi antara pekerja wanita dan pria. Adapun ruang lingkup tenaga kerja menurut UU No. 13 Tahun 2003 adalah pre-employment, during employment, dan post

employment. Selain itu, tenaga kerja berhak atas pembinaan dan perlindungan

dari pemerintah.

7

Undang-undang Ketenagakerjaan menetapkan bahwa tujuan hukum ketenagakerjaan adalah mencapai tujuan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya dengan meningkatkan harkat, martabat dan harga diri tenaga kerja, guna mewujudkan masyarakat sejahtera, makmur dan adil.

8

7 Zainal Asikin, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hal. 143.

8 Agusmidah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hal. 11.

(19)

11

E. Metode Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian, metode penelitian harus ditetapkan secara tepat karena dengan metode penelitan ini akan membantu dan menetapkan arah dan tujuan peneliti sehingga akan mampu menggungkapkan penelitian secara sistematis. Maka penulis menggunakan sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum Normatif dan Studi Kasus. Penelitian Normatif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder, penelitian hukum normative atau kepustakaan tersebut mencangkup penelitian hukum normative dengan cara mengumpulkan data sekunder yang diperoleh dari buku-buku perpustakaan maupun perundang-undangan yang berhubungan dengan permasalahan di dalam skripsi ini

9

. Sedangkan studi kasus adalah metode penelitian dengan memeriksa kasus dengan melalakukan wawancara dan pengumpulan data.

2. Sumber Data

Adapun data merupakan bahan yang sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah skripsi, data yang digunakan dalam sebuah skripsi meliputi data sekunder dan data primer

10

.

a. Data Primer yaitu bahan-bahan hukum yang isinya mempunai kekuatan mengikat kepada masyarakat. Dalam penelitian ini antara lain Undang-

9 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta, 2001, hal 13-14

10 ibid

(20)

12

undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Undang-undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

b. Data Sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang meliputi buku-buku, makalah, artikel dari surat kabar dan internet.

Untuk memperoleh data dalam penulisan skripsi ini digunakan teknik

library research yang merupakan kegiatan mengumpulkan data yang dibutuhkan

dengan bantuan perpustakaan, seperti buku-buku, tulisan-tulisan serta perundang- undangan yang hubungannya dengan pembahasan skripsi ini. Selain itu juga menggunakan fasilitas teknologi yang memalui media internet (online) dengan mencari situs yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

F. Keaslian Penulisan

Judul yang dipilih adalah PERLINDUNGAN WARGA NEGARA INDONESIA OLEH KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA DALAM KASUS PEMBUNUHAN KIM JONG NAM DI MALAYSIA

Penulis mengakui bahwa topik yang diusung ini memang telah banyak

dibicarakan oleh beberapa penulis sebelumnya. Namun berdasarkan hasil

penelusuran kepustakaan dan hasil peneliti dari penelusuran elektronik yang

dilakukan melalui media internet, ada beberapa yang mengangkat wacana

tentang perlindungan warga Negara Indonesia oleh Kedutaan Besar Republik

Indonesia akan tetapi berbeda maksud dan tujuan yang diajukan. Skripsi ini

mengkhususkan pembahasan terhadap perlindungan warga Negara Indonesia

oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia dalam kasus pembunuhan Kim Jong

(21)

13

Nam di Malaysia dan tentang bagaimana perlindungan hukum tenaga kerja Indonesia di Malaysia

Rumusan permasalahan serta pendekatan metode penelitian yang dipergunakan dalam skripsi ini berbeda dengan penulisan terdahulu. Jadi, secara akademis penulisan skripsi ini belum pernah dibuat sebelumnya, sehingga keaslian penulisan ini dapat dipertanggung jawabkan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan, maka dibuat sistematika secara teratur dalam bagian-bagian yang semuanya saling berhubungan satu dengan yang lain.

Sistematika atau gambaran isi tersebut dibagi dalam beberapa bab, dimana pada masing-masing bab menggunakan beberapa masalah-masalah.

Adapun gambaran isi atau sistematika tersebut adalah sebagi berikut ; Bab I : PENDAHULUAN

Pada bab ini disajikan atau dibicarakan uraian pengantar untuk dimengerti sejauh mana ruang lingkup pembahasan penulisan. Pokok- pokok penjelasan pada bab ini yang terdiri dari : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjuan Pustaka, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan, Sistematika Penulisan.

Bab II : TINJAUAN UMUM TENTANG KEDUTAAN BESAR REPUBLIK

INDONESIA

(22)

14

Bab ini berisikan tentang sejarah perkembangan Kedutaan Besar Republik Indonesia dibawah Kementerian Luar Negeri dan berisikan tentang tugas dan fungsi Kedutaan Besar Republik Indonesia dibawah Kementerian Luar Negeri.

Bab III : PERLINDUNGAN WARGA NEGARA INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG

Bab ini menjelaskan secara umum tentang pengertian warga Negara, pengiriman tenaga kerja Indonesia, latar belakang pengiriman tenaga kerja Indonesia, dan tentang perlindungan warga nergara Indonesia menurut Undang-undang.

Bab IV : TUGAS KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA MENURUT KONVENSI WINA TAHUN 1961 DALAM KASUS PEMBUNUHAN KIM JONG NAM DI MALYSIA

Bab ini berisikan tentang suatu kajian mengenai tugas Kedutaan

Besar Republik Indonesia terhadap Tenaga Kerja Indonesia di

Malaysia, yang terdiri dari beberapa sub, yakni : perlindungan Warga

Negara Indonesia yang dilakukan oleh Kedutaan Besar Republik

Indonesia di Luar Negeri, Perlindungan HUkum oleh Kedutaan Besar

Republik Indonesia Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Di Malaysia

dalam Kasus Kim Jong Nam, dan Upaya Bantuan Hukum Bagi Warga

Negara Indonesia sebagai Tenaga Kerja Indonesia yang bermsalah

oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia Di Malaysia.

(23)

15

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA

A. SEJARAH PERKEMBANGAN KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA DIBAWAH KEMENTRIAN LUAR NEGERI

Dalam sejarah perkembangan Kementerian Luar Negeri dapat dijelaskan bahwa :

11

a. Pada tahun 1945-1950:

Tugas utama Kementrian Luar Negeri melalui diplomasi:

1. Mengusahakan simpati dan dukungan masyarakat internasional, menggalang solidaritas teman-teman disegala bidang dan dengan berbagai macam upaya memperoleh dukungan dan pengakuan atas kemerdekaan Indonesia.

2. Melakukan perundingan dan membuat persetujuan:

A. Persetujuan Linggarjati – pengakuan atas RI meliputi Jawa dan Madura

B. Tahun 1948 Perjanjian Renville – pengakuan atas RI meliputi Jawa dan Sumatera

11 http://www.kemlu.go.id diakses pada tanggal 28 September 2018 pukul 23.40 WIB

(24)

16

C. Tahun 1949 Perjanjian KMB – Indonesia dalam bentuk Negara Federal >

1950 Diplomasi Indonesia berhasil mengembalikan keutuhan wilayah RI dengan membatalkan Perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) Masa 5 tahun pertama kemerdekaan Indonesia merupakan masa yang menentukan dalam perjuangan penegakan kemerdekaan yang merupakan bagian sejarah yang menentukan Karakter atau Watak politik luar negeri Indonesia.Semangat Diplomasi Perjuangan yang memungkinkan Indonesia pada akhirnya meraih dukungan luas masyarakat internasional di PBB pada tahun 1950.

b. Pada tahun 1966-1998 :

Tugas diplomasi Kementerian Luar Negeri yang menonjol antara lain:

1. Pengakuan Irian Barat

2. Pengakuan terhadap Indonesia sebagai negara kepulauan dalam perjuangan hukum laut - UNCLOS (United Nation Convention on Law of the Sea)

3. Meningkatkan Kerjasama ASEAN

4. Mencari Pengakuan internasional terhadap Timtim

5. Ketua Gerakan Non Blok untuk memperjuangkan kepentingan negara- negara berkembang

6. Ketua APEC dan G-15

7. Meningkatkan kerjasama pembangunan

(25)

17

c. Pada tahun 1998 – Sekarang:

Tugas utama Kementerian Luar Negeri diarahkan untuk:

1. Memagari potensi disintegrasi bangsa 2. Upaya membantu pemulihan ekonomi 3. Upaya peningkatan citra Indonesia

4. Meningkatkan kualitas pelayanan dan perlindungan WNI

Pada 6 Januari 2010, Kementerian Luar Negeri telah menyerahkan secara langsung Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi Nasional Kementerian Luar Negeri kepada Tim Reformasi Birokrasi Nasional di Kementerian PAN dan RB.

Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi ini disampaikan sebagai persyaratan awal Kementerian Luar Negeri mengikuti program Reformasi Birokrasi Nasional.

Namun dengan adanya perubahan kebijakan nasional serta landasan hukum

tentang Reformasi Biroksai yang semula berupa Peraturan Menteri PAN dan RB

menjadi peraturan Presiden maka terjadi kevakuman di tingkat nasional yang

berimbas kepada Kementrian/Lembaga termasuk Kementerian Luar Negeri

menunggu terbitnya Peraturan Presiden. Pada 21 Desember 2010 Presiden RI

telah menetapkan Pepres No. 81 Tahun 2010 mengenai Grand Design Reformasi

Birokrasi sebagai cetak biru Reformasi Birokrasi Nasional. Selanjutnya Menteri

PAN dan RB menetapkan Permenpan No. 20 Tahun 2011 mengenai Road Map

Reformasi Birokrasi sebagai pedoman arah pelaksann RB Kementerian/Lembaga

(K/L). Berdasarkan keduan ketentuan tersebut, dokumen tang wajib disampaikan

ke Tim Reformasi Birokrasi Nasional yang diketuai oleh MenPAN dan RB

(26)

18

meliputi Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi dan Dokumen Road Map Reformasi Birokrasi K/L.

12

Tujuan Reformasi Birokrasi Kementrian Luar Negeri adalah mewujudkan Birokrasi Kementrian Luar Negeri yang profesional, berintegritas, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN (Korupsi,Kolusi, Nepotisme), mampu melayani publik, bersikap netral, sejahtera, berdedikasi dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Hal ini sejalan dengan tujuan pelaksanaan Reformasi Birokrasi Nasional, sebagaimana tertuang dalam Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025.Sedangkan sasaran Reformasi Birokrasi Kementerian Luar Negeri berfokus pada tiga hal utama yaitu:

13

1. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, melalui pengembangan atau penguatan sistem manajemen yang transparan, akuntabel dan adil.

2. Meningkatkan kualitas pelayan publik baik melalui upaya memperjuangkan kepentingan nasional di fora internasional maupun perlindungan bagi WNI dan BHI di dalam dan di luar negeri.

3. Meningkatkan kapasitas dan kapasitas dan akuntabilitas kinerja dengan memastikan dijalankannya system administrasi dan manajemen pemerintahan secara taat azas oleh semua unit kerja, baik di Pusat maupun Perwakilan RI di luar negeri.

12 http://www.haluankepri.com diakses pada tanggal 26 September 2018 pukul 16.00 WIB

13 ibid

(27)

19

Seluruh kegiatan dalam hubungan antar bangsa dan antar negara pada hakikatnya adalah hubungan diplomasi yang pada intinya merupakan usaha memelihara hubungan antar negara. Diplomasi secara formal dilakukan baik oleh korps perwakilan diplomatik maupun oleh korps perwakilan konsuler.Korps perwakilan diplomatik dipimpin oleh seorang Duta Besar sedangkan korps perwakilan konsuler di pimpin oleh seorang Konsul Jenderal. Konsulat pada dasarnya hampir sama dengan kedutaan, namun area kerjanya hanya pada penanganan hubungan konsuler atau hubungan antar manusia dan hubungan ekonomi, tidak termasuk hubungan politik.

14

Pembukaan hubungan diplomatik juga merupakan suatu upaya konkrit untuk mempererat hubungan dan kerjasama dengan negara-negara lain yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kedua negara. Untuk tujuan tersebut, Pemerintah Indonesia saat ini telah memiliki sebanyak 132 perwakilan yang terdiri dari 95 Kedutaan Besar, 3 Perutusan Tetap untuk PBB di New York dan Jenewa, serta Perutusan Tetap untuk ASEAN di Jakarta 30 Konsulat Jenderal dan 4 Konsulat Republik Indonesia. Selain itu Indonesia juga telah mengangkat 64 Konsul Kehormatan.

15

Hubungan diplomatik Indonesia-Malaysia telah terjalin sejak Malaysia merdeka pada tahun 1957. Namun, pada tanggal 17 September 1963 hubungan diplomatik ini sempat terputus sebagai akibat terjadinya konfrontasi Indonesia- Malaysia.Proses pemulihan hubungan diplomatik antara Indonesia-Malaysia

14 http://www/kemlu.go.id diakses pada tanggal 28 September 2018 pukul 00.15 WIB

15 ibid

(28)

20

diawali dengan ditandatanganinya Bangkok Accord di Bangkok pada tanggal 1 Juni 1966 oleh Menteri Luar Negeri kedua negara mengenai penghentian konfrontasi. Sebagai tindak lanjut, pada tanggal 11 Agustus 1966 telah diselenggarakan pertemuan di Jakarta yang menghasilkan Perjanjian Pemulihan Hubungan Republik Indonesia-Malaysia (Jakarta Accord).Sebagai tindak lanjut pemulihan hubungan diplomatik Indonesia-Malaysia, maka dilaksanakanlah penandatanganan ―Pengertian Bersama Tentang Persoalan-persoalan Non Militer‖

di Kuala Lumpur pada tanggal 14 September 1966 antara Indonesia-Malaysia.

Akhirnya, pada bulan September 1967 dibuka Liaison Office (Kantor Penghubung) sebagai Kantor Perwakilan RI di Kuala Lumpur.Gedung KBRI sebelumnya terletak di Jalan U-Thant Kuala Lumpur, namun semenjak tahun 1977 KBRI menempati gedung berlantai 8 yang berdiri di Jalan Tun Razak no. 233.

Pada saat itu gedung KBRI merupakan salah satu gedung yang tertinggi di Jalan Tun Razak yang sebelumnya bernama jalan Pekeliling.Saat ini Kedutaan Besar Republik Indonesia ini dipimpin oleh seorang Duta Besar yang dibantu oleh Wakil Kepala Perwakilan dan memiliki 32 home staff serta 169 local staff yang menangani berbagai aspek hubungan bilateral seperti politik, ekonomi, pertahanan, penerangan, sosial kebudayaan, pendidikan, perhubungan, imigrasi, tenaga kerja dan kekonsuleran.Kedutaan Besar Republik Indonesia juga terus melakukan upaya yang serius dalam menyediakan pelayanan publik yang optimal termasuk melindungi Warga Negara Indonesia di Malaysia.

16

16 http://www.kbrikualalumpur.org diakses pada tanggal 28 September 2018 pada pukul 22.05 WIB

(29)

21

B. TUGAS DAN FUNGSI KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA DIBAWAH KEMENTERIAN LUAR NEGERI

Dalam rangka membina hubungan dengan negara-negara lain, baik dalam arti membina hubungan yang politis maupun nonpolitis, Indonesia mempunyai perwakilan di negara-negara lain tadi, yakni "Kedutaan Besar Republik Indonesia" (KBRI) yang dipimpin oleh seorang Duta Besar yang menurut Pasal 13 ayat 1 UUD 1945 diangkat oleh Presiden.

Walaupun ada pemisahan tugas yang bersifat politis dan nonpolitis, tetapi pada akhirnya tugas-tugas tersebut "tetap merupakan satuan tugas KBRI dalam rangka melaksanakan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan uhubungan luar negeri di bidang Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya (poleksosbud) untuk mencapai kepentingan kepentingan nasional.

Adapun perihal hubungan luar negeri yang harus dilaksanakan seperti contohnya termuat dalam Pelita IV mengenai "Hubungan Luar Negeri" adalah sebagai berikut :

17

Pelaksanaan politik luar negeri yang bebas dan aktif diabdikan kepada kepentingan nasional terutama untuk kepentingan pembangunan di segala bidang.

Peningkatan usaha dan peranan Indonesia dalam ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Peningkatan usaha-usaha serta peranan Indonesia dalam ikut serta menyelesaikan persoalan-persoalan dunia yang mengancam perdamaian.

Peningkatan kerjasama di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat Daya.

17 Http://www.tugassekolah.com diakses pada tanggal 30 September 2018 pada pukul 17.35 WIB

(30)

22

Pengembangan dan peisluasan kerjasama di antara anggota-anggota ASEAN dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional masing-masing negara anggotanya serta memperkuat ketahanan regional.

Membina persahabatan dan kerjasama yang saling bermanfaat antarbangsa dan memperjuangkan hal-hal yang menyangkut kepentingan nasional.

Memperjuangkan perwujudan tatanan dunia baru dengan meningkatkan usaha-usaha penggalangan, pemupukan solidaritas, kesatuan sikap, dan kerjasama di antara negara-negara yang sedang berkembang.

Dalam rangka mewujudkan Tata Ekonomi Dunia Baru sebagai resolusi Sidang Khusus Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tanggal 1 Mei 1974, perlu dilanjutkan langkah-langkah terwujudnya perjanjian internasional mengenai komuditi, melanjutkan hambatan dan pembatasan yang dilakukan oleh negara-negara industri terhadap ekspor negara-negara berkembang serta meningkatkan kerjasama ekonomi dan teknik antarnegara berkembang di samping usaha-usaha lainnya.

Mengikuti perkembangan dan kemungkinan gejolak dunia secara seksama agar dapat diketahui pada waktunyk; kemungkinan-kemungkinan yang dapat mempengakuhi stabilitas nasional dan menghambat pelaksanaani pembangunan.

Politik luar negeri adalah seperangkat kebijaksanaan suatu negara untuk mengatur hubungan luar negeri yang merupakan bagian dari kebijaksanaan nasional dan di arahkan serta diabdikan kepada kepentingan nasionalnya.

18

Kepentingan nasional suatu negara bisa berubah dari kurun waktu yang satu ke kurun waktu berikutnya dalam rangka mengamankan dan merealisasikan tujuan nasional yang relatif tetap dari Negara tersebut.

Pada dasarnya Politik luar negeri merupakan politik yang memiliki tujuan dan pencapaiannya dilakukan dengan segala kekuasaan dan kemampuan yang ada, pada politik luar negeri Republik Indonesia pada hakikatnya merupakan kebijaksanaan yang perlu diambil atau dibentuk dalam menjaga hubungan antara negara-negara lain dan organisasi Internasional di berbagai aspek kehidupan internasional dalam upaya mencapai tujuan Republik Indonesia.

18Wawan juanda, Kamus Hubungan Internasional, Putra A Bardin, Bandung, 1990, hal. 1

(31)

23

Politik luar negeri tidak dapat di pisahkan dari kebijaksanaan dalam negeri, memiliki peran utama dalam proses pembuatan keputusan nasional pada kebanyakan negara di Dunia. Negara yang lebih besar mencurahkan upaya dan sumber daya yang lebih besar untuk mengembangkan serta menyelenggarakan politik luar negeri dibanding dengan negara menengah atau negara kecil.

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang politik dan hubungan luar negeri dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang politik dan hubungan luar negeri;

b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Luar Negeri;

c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Luar Negeri; dan

d. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.

Menurut Undang-Undang No. 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara pada Pasal 7 Kementerian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelengarakan pemerintahan Negara.

Dan juga pada Pasal 8 Undang-Undang No. 39 Tahun 2008 Tentang

Kementerian Negara, dalam melaksankan tugasnya, Kementerian yang

(32)

24

melaksanakan urasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) menyelengarakan fungsi:

a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya;

b. pengeloalaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawabnya;

c. pengawasan atas pelaksanaan tugas dibidangnya

d. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.

Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian yang melakasnakan urusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) menyelengarakan fungsi:

a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya;

b pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawabnya;

c. pengawasan atas pelaksanaan urusan Kementerian di daerah; dan e. pelakssaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

Dalam melaksanakan tugasnya , kementerian yang melaksanakan urusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya;

b. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan tugas dibidangnya.

Merujuk Peraturan Presiden RI nomor 56 tahun 2015 tentang Kementerian

Luar Negeri, pada BAB I tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi, pasal

5, Kementerian Luar Negeri menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

(33)

25

a. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik luar negeri;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik luar negeri;

c. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik luar negeri;

d. Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik luar negeri;

e. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia;

f. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia;

g. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang luar negeri;

h. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia.

Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, Kementerian Luar Negeri mempunyai kewenangan:

1. Penetapan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara

makro;

(34)

26

2. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;

3. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidangnya;

4. Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan atas nama negara;

5. Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidangnya;

6. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu: (a) pengaturan dan pelaksanaan hubungan sosial, politik, ekonomi, budaya, dan penerangan luar negeri serta (b) pengaturan dan pelaksanaan protokol dan konsuler.

Kementerian Luar Negeri mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang politik dan hubungan luar negeri.

19

Kementerian Luar Negeri menyelenggarakan fungsi :

20

a. Perumusan kebijakan nasional, Kebijakan pelaksanaan , dan Kebijakan teknis di bidang politik dan hubungan luar negeri ;

b. Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang dan tugasnya;

c. Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggungjawabnya;

19 Sendjun, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hal 89.

20 Ibid

(35)

27

d. Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Hubungan antar negara secara umum dibagi dalam dua lembaga yaitu lembaga diplomatik dan lembaga konsuler. Seperti telah disebutkan di atas,lembaga konsuler telah ada terlebih dahulu dibanding lembaga diplomatik. Keduanya sama-sama mengurus hubungan antar negara di luar yurisdiksi nasional yang pelaksanaannya berasal dari kebiasaan-kebiasaan internasional. Perbedaannya, lembaga diplomatik mengurus bidang politis sementara lembaga konsuler mengurus bidang-bidang nonpolitis. Meskipun demikian, keduanya tetap mempunyai garis singgung karena dalam praktik antara urusan perwakilan diplomatik dengan perwakilan konsuler sering terjadi pembaruan.

21

Hubungan Diplomatik merupakan hubungan yang dijalankan antara negara satu dengan negara lainnya untuk saling memenuhi kebutuhan masing- masing negara, hal ini sudah dilakukan sejak berabad-abad yang lalu. Untuk dapat menjalankan hubungan diplomatik dengan negara lain perlu adanya pengakuan (recognition) terlebih dahulu terhadap negara tersebut, terutama oleh negara yang akan menerima perwakilan diplomatik suatu negara (Receiving

State). Tanpa adanya pengakuan terhadap negara tersebut, maka pembukaan

hubungan dan perwakilan diplomatik tidak bisa dilakukan. Misalnya, Indonesia

21 Widodo, Huk um Diplomatik dan Konsuler Pada Era Globalisasi , Laks Bang Jus titia, Surabaya, 2009, hal.185

(36)

28

tidak dapat membuka perutusan diplomatiknya di Israel karena belum mengakui Israel sebagai sebuah Negara.

22

Jika suatu negara telah menyetujui pembukaan hubungan diplomatic dengan negara lain melalui suatu instrumen atas dasar asas timbal balik (principle of reciprocity) dan asas saling menyetujui (mutual consent), negara-negara tersebut sudah harus memikirkan pembukaan suatu perwakilan diplomatik dan penyusunan keanggotaan perwakilan tersebut baik dalam tingkatannya maupun jumlah anggota staf perwakilan yang telah disetujui bersama atas dasar kewajaran dan kepantasan (reasonable and normal)

23

.

Untuk menjalankan hubungan diplomatik diperlukan adanya perwakilan diplomatik dari tiap-tiap negara. Perwakilan-perwakilan tersebut akan dipilih oleh negara yang mengutusnya dan akan menjalankan diplomasi sebagai salah satu cara komunikasi yang biasanya dilakukan antara berbagai negara termasuk negosiasi antara wakil-wakil yang sudah diakui dalam hubungan diplomatik.

24

Diplomasi adalah sebuah praktek pelaksanaan hubungan antarnegara melalui perwakilan resmi. Diplomasi dapat mencakup seluruh proses hubungan luar negeri, pembentukan kebijaksanaan luar negeri yang hampir sama dengan politik luar negeri. Dalam artian yang lebih sempit, lebih tradisional, diplomasi mencakup sarana dan mekanisme sementara politik luar negeri, menetapkan tujuan dan sasaran. Dalam artian yang terlebih lagi, diplomasi mencakup teknik

22 Sumaryo Suryokusumo, Hukum Diplomatik dan Konsuler Jilid I, Tatanusa, Jakarta, 2013, hal 8.

23 ibid

24 ibid

(37)

29

operasional untuk mencapai kepentingan nasional di luar batas wilayah yuridiksi.

Dengan kian meningkatnya saling ketergantungan antarnegara semakin meluas pula jumlah pertemuan internasional dan konferensi multirateral serta diplomasi parlementer. Namun negara yang berhubungan dengan yang lainnya dalam kesempatan dan mengenai topik yang demikian luas, kegiatan diplomatik normal dari kementerian luar negeri serta melalui jalur diplomatik normal dari kementeriaan luar negeri serta misi diplomatik tetap.

25

Perwakilan konsuler mempunyai tugas pokok mewakili dan memperjuangkan kepentingan bangsa, negara, dan pemerintah Republik Indonesia serta melindungi kepentingan warga Negara Indonesia dan badan hukum Indonesia melalui pelaksanaan hubungan kekonsuleran dengan negara penerima, termasuk peningkatan hubungan ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan kebijakan politik dan hubungan luar negeri pemerintah Republik Indonesia, peraturan perundang-undangan nasional, hukum Internasional dan kebiasaan Internasional.

Kesepakatan antar negara yang bersangkutan menjadi dasar bagi pembukaan hubungan konsuler. Hal ini ditegaskan dalam Konvensi Wina Tahun 1963 tentang Hubungan Konsuler Pasal 2 ayat 1, yang menyatakan bahwa pelaksanaan hubungan konsuler antar negara harus didasari oleh kesepakatan bersama. Agar hubungan konsuler antar negara dapat terlaksana,maka negara-negara

25Wawan Juanda,Op.Cit hal 201

(38)

30

yang bersangkutan harus memliki kesepakatan satu sama lain terlebih dahulu untuk membuka hubungan konsuler.

Melihat dari Pasal 3 ayat (2) Keputusan Presiden No. 108 Tahun 2003 tentang Organisasi Perwakilan Diplomatik Republik Indonesia di Luar Negeri.

Perwakilan Konsuler berkedudukan di wilayah Negara Penerima, dipimpin oleh seorang Konsul Jenderal atau Konsul yang bertanggung jawab secara operasional kepada Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh yang membawahkannya.

Dan juga pada Pasal 6 Keputusan Presiden No. 108 Tahun 2003 tentang

Organisasi Perwakilan Diplomatik Republik Indonesia di Luar Negeri,

menyebutkan Perwakilan Konsuler memiliki tugas mewakili dan

memperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara, dan Pemerintah Republik

Indonesia serta melindungi kepentingan Warga Negara Indonesia dan Badan

Hukum Indonesia melalui pelaksanaan hubungan kekonsuleran dengan Negara

Penerima, termasuk peningkatan hubungan ekonomi, sosial dan budaya sesuai

dengan kebijakan Politik dan Hubungan Luar Negeri Pemerintah Republik

Indonesia, peraturan perundang-undangan nasional, hukum internasional dan

kebiasaan internasional.

(39)

31

BAB III

PERLINDUNGAN WARGA NEGARA INDONESIA MENURUT UNDANG- UNDANG

A. Pengertian Warga Negara Indonesia

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian warga negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa yang berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga negara dari negara itu. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia pasal 1 angka (1) pengertian warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Secara umum, pengertian warga negara adalah anggota suatu negara yang mempunyai keterikatan timbal balik dengan negaranya. Warga negara dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata citizens.

Seseorang dapat menjadi warga negara setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh suatu negara.26

Menurut Kamus Hukum, Warga Negara adalah penduduk sesuatu Negara , dan CITIZEN dalam bahasa inggris, dan (ingin) menjadi Warga Negara dari Negara asing melalui proses naturalisasi, dan Warga Negara Indonesia berasal dari Warga Negara Asing permohonannya diajukan kepada Dapertemen Kehakiman.27

Warga mengandung arti peserta, anggota, atau warga dari suatu organisasi perkumpulan. Warga Negara artinya warga atau anggota dari suatu Negara. Dalam hal tersebut juga sering terdengar kata-kata seperti Warga Desa, Warga Kota, Warga

26 http://www.markijar.com diakses pada tanggal 2 Oktober 2018 pukul 13.20 WIB

27 Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum Edisi Lengkap , CV.Aneka, Semarang, 1977, hal 898.

(40)

32

Masyarakat, warga Bangsa, dan Warga Dunia. Warga diartikan sebagai anggota atau peserta. Jadi, Warga Negara secra sederhana diartikan sebagai anggota dari suatu Negara.28

Istilah Warga Negara merupakan terjemahan kata CITIZEN (bahasa inggris) yang mempunyai arti sebagai berikut:

a. Warga Negara

b. Petunjuk dari sebuah kota;

c. Sesama Warga Negara, sesame penduduk, orang setanah air;

d. Bawahan atau kawula.

Menurut As Hikam dalam Ghazalli (2004), Warga Negara sebagai terjemahan dari CITIZEN artinya adalah anggota dari suatu komunitas yang membentuk Negara itu sendiri.

Pada masa lalu, dipakai istilah kawula atau kawula Negara (misalnya zaman Hindia Belanda) yang menunjukkan hubungan yang tidak sederajat dengan Negara.

Istilah kawula memberi kesan bahwa Warga hanya sebagai objek atau milik Negara.

Sekarang ini istilah Warga Negara lazim digunakan untuk menunjukkan hubungan yang sederajat antara warga dengan negaranya.

Dengan memiliki status sebagai Warga Negara, orang memiliki hubungan dengan Negara. Hubungan itu nantinya tercemin dalam hak dan kewajiban. Seperti halnya anggota sebuah organisasi, maka hubungan itu berwujud peranan, hak dan kewajiban secra timbal balik. Anggota memiliki hak dan kewajiban kepada organisasi, demikian juga organisasi memiliki hak dan kewajiban terhadap anggotanya.

28 Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hal 47.

(41)

33

Perlu dijelaskan istilah rakyat, penduduk dan waraga Negara. Rakyat lebih merupakan konsep politis. Rakyat menunjuk pada orang-orang yang berada di bawah satu pemerintahan dan tunduk pada pemerintahan itu. Istilah rakyat umunya dilawankan dengan penguasa. Penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal di suatau wilayah Negara dalam kurun waktu tertentu. Orang yang berada di dsuatu wilayah Negara dapat dibedakan menjadi penduduk dan nonpenduduk. Adapun penduduk Negara dapat dibedakan menjadi waraga Negara dan orang asing atau bukan warga Negara.29

Setelah mengetahui pengertian warga negara dan pengertian penduduk, maka selanjutnya akan membahas apa Perbedaan warga negara dengan penduduk. Perbedaan utama dari warga negara dan penduduk adalah:

a. Warga negara Merupakan anggota dari suatu Negara yang bersifat resmi/ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, dan warga Negara sudah pasti merupakan anggota Negara tersebut.

b. Sedangkan Penduduk Merupakan orang-orang yang berdomisili di wilayah Negara tertentu, namun penduduk tidak tentu merupakan anggota dari suatu Negara, karena ada sebagian penduduk yang merupakan warga negara asing/orang asing.

Menurut pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, pengertian kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara. Dalam bahasa Inggris, kewarganegaraan dikenal dengan kata citizenship, artinya keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara. Istilah kewarganegaraan dapat dibedakan dalam arti yuridis dan sosiologis.

29 Ibid

(42)

34

Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-orang dengan negara. Adanya ikatan hukum itu menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu, yaitu orang tersebut berada di bawah kekuasaan negara yang bersangkutan.

Tanda dari adanya ikatan hukum tersebut antara lain akta kelahiran, surat pernyataan, dan bukti kewarganegaraan.

Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan ikatan hukum.

Akan tetapi ditandai dengan ikatan emosional, seperti ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air. Dengan kata lain, ikatan ini lahir dari penghayatan warga negara yang bersangkutan. Orang yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau wewenang negara lain. Negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum kepada orang yang bukan warga negaranya.

Setelah mengetahui istilah yuridis dan sosiologis kewarganegaraan maka harus diketahuin cara Penentuan Kewarganegaraan

1. Unsur Darah Keturunan (ius sanguinis, law of the blood) Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkannya menentukan kewarganegaraan seseorang, betapapun ia dilahirkan di luar negaranya.

2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (ius soli, law of the soil) Kewarganegaraan seseorang ditentukan dimana ia dilahirkan. Misalnya seseorang yang berasal dari negara Indonesia melahirkan anaknya di negara yang menerapkan sistem ius soli, maka sekalipun ia anak dari kedua orang tua yang berkewarganegaraan Indonesia tetapi anak tersebut tetap diakui sebagai warga negara dari negara dimana ia dilahirkan.

(43)

35

3. Unsur Pewarganegaraan (naturalisasi) Seseorang berkewarganegaraan asing dapat mengajukan permohonan untuk menjadi warga negara dari suatu negara tertentu setelah dapat melengkapi beberapa syarat tertentu. Adapun aturan yang berhubungan dengan syarat-syarat dan prosedur yang harus dipenuhi oleh seseorang yang mengajukan naturalisasi antara satu negara dengan negara lainnya tidaklah sama.

Setelah hal-hal tersebut maka perlu adanya penjelasan terkait Hak dan kewajiban Warga Negara, Hak-hak warga Negara adalah:

Menurut Pasal 27 Ayat 1,2,3 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi:

1) Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

3) Setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara Menurut Pasal 28 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi:

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

1) Pasal 28A Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.

2) Pasal 28 B (1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. (2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

(44)

36

3) Pasal 28C (1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. (2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.

4) Pasal 28D (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. (2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. (3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. (1) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

5) Pasal 28E (1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. (2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. (3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.

6) Pasal 28F Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

7) Pasal 28G (1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta

(45)

37

berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. (2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.

8) Pasal 28H (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. (2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. (1) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. (4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.

9) Pasal 28I (1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (2) Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. (3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban. (4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah. (5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

(46)

38

10) Pasal 28J (1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis

Menurut Pasal 29 Ayat 2 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi:

1) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Menurut Pasal 30 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi:

1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara.

2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.

3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.

4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik kimia pupuk organik awal sebelum penambahan EM4 pada semua kelompok tani belum sesuai dengan standar Peraturan

sunrise yaitu paket yang menawarkan wisatawan untuk menikmati sunrise di Pantai Amal, dengan maksud agar wisatawan meninap di ressort and cottage yang telah

Sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan pemilihan model terbaik untuk faktor-faktor yang berpengaruh terhadap angka kematian bayi dan status gizi buruk di

Meski demikian masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru dan orang tua dalam melakukan kerjasama dalam pembelajaran baca Al-Quran di SDIT Nurul Ishlah Banda Aceh,

keuangan perusahaan yang dapat dinilai dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan tersebut dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan,

Penelitian ini bertempat di Madrasah Tsanawiyah Negeri Yogyakarta I Mlati Kabupaten Sleman. Penelitian dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2015/

Dengan metode ini peneliti menelusuri data-data yang berkaitan dengan penelitian ini melalui: internet, catatan sambutan kepala madrasah dalam wisuda purna siswa, buku-buku

Dengan melihatnya dari sudut pandang teori struktural- fungsionalisme, peneliti mampu membuktikan bahwa tidak semua kasus yang terjadi dalam film ini antara tokoh perempuan