• Tidak ada hasil yang ditemukan

Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Occupational Lung Disease:What You Need to Know 2018"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

PENCEGAHAN PENYAKIT PARU AKIBAT KERJA Ni Wayan Candrawati

Program Stud Spesialis Ilmu Penyakit Paru,

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana - RSUP Sanglah Denpasar

PENDAHULUAN

Pekerja memegang peranan penting dalam proses pembangunan ekonomi sehingga kemampuan, keselamatan dan kesehatannya perlu diperhatikan. Pekerjaan apapun bentuknya tentu saja memiliki risiko.

Risiko yang dihadapi oleh pekerja antara lain bahaya kecelakaan, penyakit akibat kerja bahkan kematian. Kesehatan kerja dan lingkungan kerja yang sehat merupakan aset individu, masyarakat dan negara yang paling berharga. Kesehatan kerja merupakan strategi penting untuk meningkatkan produktivitas, kualitas produk, motivasi kerja, kepuasan kerja dan kualitas individu serta masyarakat. Salah satu bentuk penyakit yang paling umum ditemukan di tempat kerja adalah penyakit paru akibat kerja (PPAK). PPAK diakibatkan oleh pajanan jangka panjang iritan tertentu yang terhirup ke dalam paru. Efek PPAK ini masih terus berlangsung walaupun pajanan telah dihentikan. PPAK sulit untuk didiagnosis dan diterapi namun penyakit ini dapat dicegah.

Pencegahan PPAK memerlukan strategi komprehensif, termasuk surveilens medis dan lingkungan, reduksi dan eliminasi pajanan, pengetahuan dan promosi kesehatan, penelitian, regulasi dan pelaksanaannya. Tujuan utama pencegahan PPAK adalah untuk mencegah pekerja terpajan material berbahaya pada level tidak aman.

(6)

Occupational Lung Disease:What You Need to Know

2018

Material yang terhirup di tempat kerja dapat menyebabkan penyakit paru kronik. PPAK disebabkan pajanan debu, uap dan gas organik dan anorganik yang terhirup pekerja di tempat kerja. Kelainan yang timbul tergantung dari jenis zat, debu, gas atau asap yang terhirup. Berhenti merokok merupakan salah satu cara untuk mencegah PPAK, sebab merokok dapat memperburuk PPAK. Identifikasi penyebab di tempat kerja dan pengawasan merupakan hal penting karena menjadi dasar pencegahan PPAK yang pada akhirnya menurunkan angka kesakitan.1,2

Pencegahan PPAK pada prinsipnya terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.

PENCEGAHAN PPAK

PPAK merupakan penyakit yang dapat dicegah. Pencegahan yang paling baik adalah menghindari inhalasi material yang dapat menyebabkan masalah paru. PPAK tergantung kerjasama antara pemerintah, manajemen industri dan pekerja. PPAK mudah dicegah sebab bahan penyebab penyakit dapat diidentifikasi, diukur dan dikontrol serta populasi yang berisiko mudah didatangi, dapat diawasi secata teratur dan diobati.3,4

Prinsip pencegahan PPAK terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer bertujuan untuk mengurangi insidens penyakit. Pencegahan sekunder bertujuan untuk menurunkan proresivitas dan keparahan. Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi komplikasi dan konsekuensi akibat penyakit yang terjadi.1-3

(7)

Gambar 1. Konsep pencegahan PPAK3

Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan pencegahan yang paling efektif.

Pencegahan primer PPAK terdiri dari hirarki kontrol, berdasarkan hirarki ini eliminasi bahan berbahaya merupakan metode yang dipilih. Langkah- langkah seperti memperketat kontrol terhadap pajanan sampai mencari alternatif yang lebih aman dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan pekerja.1

(8)

Occupational Lung Disease:What You Need to Know

2018

Gambar 2. Hirarki kontrol pencegahan primer; PP : perlindungan personal1

Prinsip dasar pencegahan primer adalah: 1 1. Eliminasi

Eliminasi adalah menghilangkan salah satu atau lebih bahan/zat yang dinilai berbahaya. Contoh dalam hal ini menghilangkan silika atau crystalline silica di industri terutama semen karena terbukti dapat menyebabkan silikosis. Bahkan ILO/WHO meluncurkan program eliminasi global total silika di dunia pada tahun 2030.1 Pemerintah dalam meregulasikan bahan berbahaya di tempat kerja menitik beratkan pada dua hal yaitu untuk mencegah kerusakan yang timbul dan menyediakan rancangan yang seragam.

Pencegahan dan kontrol kerusakan pada PPAK dicapai dengan

(9)

berbagai strategi, contohnya mengontrol penggunaan produk berbahaya (seperti asbes), memberikan patokan nilai ambang batas bahan berbahaya, pemeriksaan kesehatan berkala, program kompensasi, pelatihan dan edukasi pekerja.1,3

PPAK sangat erat kaitannya dengan kontak debu karena sifat inhalasinya. American Conference of Governmental Industrial Hygienist (ACGHIH) mengeluarkan pedoman yang dikenal sebagai Threshold Limit Values (TLVs) dan Biological Exposure Incides (BEIs) dalam membuat keputusan kadar pajanan yang aman terhadap berbagai macam zat kimia dan agen fisik di tempat kerja. Contoh untuk nilai ambang batas debu total adalah 10 mg/m3 time weight average (TWA) untuk partikulat tanpa mengandung asbestos dan kristalin silika < 1%, sementara untuk debu tambang batu bara nilai ambang batasnya adalah 2.0 mg/m3 TWA.3

2. Substitusi

Substitusi adalah mengganti material menjadi kurang berbahaya atau mengganti hasil akhir produk menjadi kurang berbahaya atau mengganti proses berbahaya menjadi kurang berbahaya. Contoh substitusi adalah pada deterjen bentuk serbuk lebih berbahaya daripada bentuk pelet. kemudian substitusi sarung tangan latex dengan protein rendah atau sarung tangan latex bebas tepung atau sarung tangan non-latex karena terbukti menginduksi asma kerja di beberapa negara. Contoh lain adalah substitusi proses berkesinambungan dari proses intermiten sehingga menurunkan pajanan misalnya pengoperasian incinerator limbah solid yang

(10)

Occupational Lung Disease:What You Need to Know

2018

melepaskan lebih banyak polutan pada saat memulai dan berhenti daripada operasi berkesinambungan.1,3

3. Kontrol teknis

Eliminasi atau substitusi seringkali sulit untuk dilakukan pada pekerjaan tambang dan konstruksi, sehingga dibuatlah berbagai kontrol teknik untuk mengurangi terbentuknya dan inhalasi agen seperti debu proyek, gas, uap dan serat.1

Kontrol teknis berdasarkan beberapa prinsip diantaranya:1,3,5

 Jika mungkin, desain fasilitas, peralatan atau proses sehingga bahan berbahaya dapat dihilangkan atau mengganti dengan bahan yang tidak berbahaya. Modifikasi seperti ini contohnya mengekstraksi bahan berbahaya jauh dari zone bernapas pekerja. Agen berbahaya juga dapat direformulasi sehingga tidak terlalu mudah diinhalasi seperti membungkus enzim deterjen yang digunakan pada perusahaan deterjen biologis. Formula enzim deterjen yang asli merupakan serbuk halus yang mudah diinhalasi, sehingga saat awal penggunaannya menyebabkan peningkatan angka kejadian asma kerja di perusahaan deterjen serta konsumennya.

 Jika menghilangkan bahan berbahaya tidak memungkinkan, tutup bahan berbahaya untuk mencegah proses normal terpajan. Modifikasi digunakan untuk zat-zat yang lebih berbahaya. Contohnya adalah membuat penutupan

(11)

ventilasi (enclosure) pada debu silika yang dihasilkan pada pabrik semen

 Jika penutupan tidak memungkinkan, buat penghalang atau ventilasi lokal untuk mengurangi pajanan bahan berbahaya pada proses normal Ventilasi yaitu memindahkan debu atau sisa pembakaran dengan ventilasi yang sesuai. Udara dialirkan satu arah dengan lubang jendela yang berbeda tingginya sehingga udara dapat mengalir dengan baik.

4. Kontrol administratif

Kontrol administratif lebih efektif dibandingkan perlindungan personal sebab berkaitan dengan perubahan perilaku untuk menghindari pajanan sedangkan perlindungan personal hanya melindungi pekerja dengan bahan berbahaya. Kontrol administratif contohnya pelatihan dan peningkatan pengetahuan pekerja tentang bekerja secara aman, prosedur, kebijakan, rancangan jadwal kerja sehingga menurunkan risiko, menandai bahan berbahaya serta penapisan calon pekerja.1 Penapisan calon pekerja dilakukan dengan mengidentifikasi faktor risiko dengan memeriksakan kesehatan sebelum bekerja untuk mengetahui riwayat kesehatan individu. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dilakukan sebelum seseorang dipekerjakan dan/atau ditempatkan pada tempat kerja dengan bahaya-bahaya kesehatan yang mungkin terjadi. Prinsip dasar paru kerja adalah menerapkan keamanan pada tempat kerja pada seluruh karyawan. Contoh dalam hal ini adalah individu yang telah diketahui mengidap asma, atopi dan merokok

(12)

Occupational Lung Disease:What You Need to Know

2018

merupakan faktor risiko penting untuk terjadi asma kerja sehingga tidak ditempatkan di tempat terpajan debu.3

5. Perlindungan personal

Semua kemungkinan dari tingkatan kontrol harus dieksplorasi terlebih dahulu sebelum menginstruksikan penggunaan

perlindungan personal sebab hal ini merupakan metode yang paling kurang akseptabel untuk mengontrol pajanan rutin. Perlindungan personal dianggap memiliki prioritas paling rendah sebab:1

 PP hanya memproteksi orang yang memakainya, dan kadang sumber debu dapat menimbulkan risiko terhadap orang lain yang bekerja di tempat yang sama atau tempat lain jika material airborne tersebar melalui tumpahan atau ventilasi

 PP tidak dapat mencegah kontaminasi terhadap lingkungan Perlindungan personal biasa disebut alat pelindung diri (APD). Alat pelindung diri (APD) digunakan untuk meminimalkan pajanan terhadap berbagai macam bahaya. Perlindungan personal mempunyai kekurangan karena menyebabkan ketidaknyamanan, kurang efisien, membutuhkan keahlian dan perawatan teratur, sehingga sangat tergantung pada kepatuhan dan pemahaman pekerja akan pentingnya APD. Selain itu diperlukan juga pemahaman tentang jenis-jenis APD, mengetahui cara menilai bahaya di tempat kerja, memilih APD yang sesuai dengan berbagai keadaan dan mengerti cara menggunakan APD dengan benar serta cara memelihara APD. 3

(13)

Alat pelindung diri pernapasan yang digunakan di tempat kerja adalah masker dan respirator. Semua masker dan respirator harus disetujui oleh US National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). Respirator dibagi menjadi 2 kategori yaitu pemurni udara dan pemasok udara. Respirator biasa digunakan bersama masker, contoh-contoh yang biasa digunakan adalah:3

- Masker debu (Half-Face Mask): jenis ini banyak digunakan dengan respirator pemurni udara dan beberapa dengan system pemasok udara

- Masker penuh (Full Face Mask); biasa digunakan dengan pemurni udara dan respirator pemasok udara, menutup seluruh wajah dan memberikan perlindungan lebih menyeluruh dibanding masker lain

- Respirator pemurni udara (Air-Purifying Respirators);

menggunakan filter, cartridges atau canister untuk memindahkan partikel, uap air dan/atau gas yang terkandung dalam udara. Jenis respirator ini dilengkapi dengan masker separuh atau penuh wajah atau helm atau kerudung.

- Respirator pemasok udara (Supplied Air Respirators) seperti namanya, memberikan udara bersih dari sumber bebas baik yang dibawa pengguna (self-containing breathing apparatus/SCUBA) atau dihantarkan ke pengguna melalui selang pemasok udara, biasanya juga ditambahkan daya dari baterei.

(14)

Occupational Lung Disease:What You Need to Know

2018

Berdasarkan Japan Industrial Safety and Health Association pemilihan masker debu harus dipastikan telah lulus uji model, harus sesuai dengan tugas atau pekerjaan dan harus pas di wajah. Masker debu tidak dapat digunakan di tempat dengan saturasi oksigen kurang dari 18%. Selalu melakukan inspeksi sebelum dan sesudah menggunakannya untuk memastikan tidak ada kebocoran. Pastikan tidak ada ruang antara wajah dan masker dan dilarang menyelipkan benda apapun karena dapat mengganggu fungsi masker. Bila dirasakan sulit bernapas saat menggunakan masker debu, maka harus diganti dengan filter.3

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dengan surveillens kesehatan diperlukan pada tempat yang tidak dapat mengeliminasi pajanan bahan berbahaya dibawah ambang batas yang diijinkan dan ada risiko terjadi penyakit akibat kerja. 1

Surveilens kesehatan dapat dilakukan oleh pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal. Surveilens kesehatan internal dilakukan bersamaan dengan elemen pencegahan primer yang lain namun makin jarang ditemukan saat ini. Sayangnya, seringkali surveilens kesehatan dilakukan hanya untuk memenuhi persyaratan regulasi dan hanya menjadi instrumen untuk mengidentifikasi dan mengganti pekerja yang menderita penyakit akibat kerja. Surveilens kesehatan dibutuhkan oleh otoritas regulasi sebagai komponen standar komprehensif. Surveilens kesehatan seharusnya merupakan bagian dari strategi kontrol dan bukan sebagai pengganti pencegahan primer.

(15)

Surveillens kesehatan berguna untuk mendeteksi masalah atau kegagalan sistem kontrol dan juga mengidentifikai pekerja yang sangat rentan. Jika hasil deteksi dini menunjukkan gangguan kesehatan akibat bahan berbahaya di tempat kerja maka diperlukan pencegahan untuk pajanan selanjutnya dan juga akan membantu mencegah kerusakan lebih besar serta berfungsi sebagai alat pencegahan sekunder.

Surveilens kesehatan pekerja termasuk pemeriksaan sebelum bekerja, periodik dan khusus, termasuk observasi klinis, investigasi keluhan spesifik, monitoring biologis dan deteksi dini gangguan kesehatan akibat pajanan kerja.1

Pencegahan sekunder ditujukan untuk menilai dampak dari pekerjaan dan menemukan penyakit sedini mungkin dengan mengidentifikasi perubahan preklinik dari suatu penyakit. Cara yang dilakukan pada pencegahan sekunder adalah dengan pemeriksaan secara berkala meliputi kuesioner, pemeriksaan fisis – terutama pemeriksaan paru, radiologis serta spirometri. Pemeriksaan berkala dilakukan dengan selang waktu tertentu yang teratur dengan cakupan keberkalaan dan pemeriksaan didasarkan pada sifat dan luasnya risiko yang terjadi. Fokus pemeriksaan lebih ditujukan pada organ dan sistim tubuh yang paling mungkin terpengaruh di tempat kerja. Berikut ini contoh tabel pemeriksaan berkala yang dilakukan di tempat kerja pada pneumokoniosis di Jepang.3

Tabel 1. Interval penapisan medis diantara pekerja saat ini dan dulu yang terpajan debu

pada pneumokoniosis

(16)

Occupational Lung Disease:What You Need to Know

2018

Riwayat pajanan Kriteria administrasi Interval penapisan medis

Terpajan debu secara konstan

Kelas 1 Setiap 3 tahun

Kelas 2, 3 Setahun sekali Dulu terpajan debu

tapi saat sekarang tidak lagi

Kelas 3 Setiap 3 tahun

Kelas 3 Setahun sekali

Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier berfokus pada orang yang telah menderita sakit akibat kerja. Pencegahan tersier ditujukan untuk meminimalkan gejala dan komplikasi akibat penyakit yang telah terjadi, menghindari kecacatan serta meningkatkan kualitas dan harapan hidup. Hal ini dilakukan agar dapat menjalani kehidupan secara normal dan dapat diterima oleh lingkungan.3 Walaupun penurunan fungsi paru jangka panjang tidak reversibel, tatalaksana efektif termasuk berhenti merokok, rehabilitasi paru, dan mengurangi pajanan partikel dan gas berbahaya dapat mengurangi gejala, memperbaiki kualitas hidup dan meningkatkan ketahanan fisik.6 Prinsip pencegahan tersier adalah:3

1. Membatasi gangguan fisis dan sosial yang diakibatkan pekerjaannya sehingga timbul gejala dan PPAK. Pada derajat ini yang dilakukan adalah tatalaksana dan terapi pada penyakit paru kerja yang telah terjadi. Pencegahan tersier disempurnakan dengan meminimalkan dampak klinis merugikan kesehatan.

Contohnya tatalaksana asma akibat kerjabertujuan membatasi

(17)

gejala dan penyakit atau ketidaknyamanan, meminimalkan cedera dan memaksimalkan fungsi kapasiti.

2. Mutasi, merupakan salah satu cara pencegahan tersier, pekerja yang telah diketahui terkena PPAK dipindahkan ke bagian lain yang terhindar dari pajanan sebelumnya.

3. Rehabilitasi, dimulai sejak awal pengobatan. Tujuan rehabilitasi adalah bila terjadi kecacatan baik sementara atau menetap, keadaan sosial dan pekerjaannya dapat diminimalisir.

4. Kompensasi kecacatan permanen seperti pada kasus asbestosis.

KESIMPULAN

1. PPAK sulit untuk didiagnosis dan diterapi namun penyakit ini dapat dicegah.

2. Pencegahan PPAK pada prinsipnya terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.

3. Pencegahan primer merupakan pencegahan yang paling efektif, terdiri dari hirarki kontrol (eliminasi, substitusi, kontrol teknis, kontrol administratif dan perlindungan personal) 4. Pencegahan sekunder ditujukan untuk menilai dampak dari

pekerjaan dan menemukan penyakit sedini mungkin dengan mengidentifikasi perubahan preklinik dari suatu penyakit.

5. Pencegahan tersier berfokus pada orang yang telah menderita sakit akibat kerja bertujuan untuk meminimalkan gejala dan komplikasi akibat penyakit yang telah terjadi, menghindari kecacatan serta meningkatkan kualitas dan harapan hidup.

(18)

Occupational Lung Disease:What You Need to Know

2018

DAFTAR PUSTAKA

1. Cullinan P, Muñoz X, Suojalehto H, Agius R, Jindal S, Sigsgaard T.

Occupational lung diseases: from old and novel exposures to effective preventive strategies. Lancet Respir Med. 2017. 5: 445–55 2. Bates DV, Gotsch AR, Brooks S, Landrigan PJ, Hankinson JL,

Merchant JA. Prevention of occupational lung disease. Chest. 1992.

102(3): 257S–276S

3. Kolegium Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi. Buku ajar pulmonologi dan kedokteran respirasi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

2017

4. Ikhsan M, Yunus F, Dwi Susanto A. Bunga rampai penyakit paru kerja dan lingkungan seri 1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2009 5. Occupational Safety and Health Administration. Recommended

practices for safety and health programs. 2016

6. WHO. WHO strategy for prevention and control of chronic respiratoty diseases. 2002

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Pasal 15 ayat (1) huruf a, yang dimaksud dengan “tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum lain“ dalam ketentuan ini, misalnya tidak memuat kuasa untuk

Hal ini berarti pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan dengan nilai rata-rata daya serap klasikal minimal 75% dan ketuntasan belajar

[r]

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan penggunaan dongeng dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas

Sehubungan dengan Pelelangan Sederhana Pekerjaan Pengadaan Genset pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun Anggaran 2014, untuk Paket Pekerjaan tersebut

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 78 orang siswa untuk 5 soal uraian yang diberikan dan hasil wawancara diperoleh rata-rata kesalahan konsep adalah 30,6 %,

*) Apabila kegiatan pengadaan pada Anggaran ini masuk dalam kriteria APBN-P TA 2015, maka masih dalam proses pembukaan tanda blokir (*) di Kementerian Keuangan

Kompetensi Khususs : Setelah mengikuti tutorial ini diharapkan Mahasiswa dapat menjelaskan tata letak atau lay- out.. Pokok Bahasan : Prinsip dan