• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Desain Komunikasi Visual

Meredith Davis & Jamer Hunt (2017) dalam bukunya yang berjudul Visual Communication Design: An Introduction to Design Concept in Everyday Experience, Desain Komunikasi Visual ditafsirkan sebagai suatu hal yang abstrak tetapi dapat memiliki arti dan kesan yang berbeda melalui suatu pengalaman perseptual kita. Beberapa pesan visual terkadang dapat tersampaikan dengan baik sesuai dengan ekspektasi, tetapi ada juga yang gagal. Ekspektasi tersebut dapat dipahami sesuai dengan konteks tertentu. (hlm. 7)

2.1.1. Garis

Robin Landa (2011) mengatakan, bahwa garis merupakan sebuah titik yang ditarik memanjang dan juga dianggap sebagai titik yang bergerak. Meskipun merupakan salah satu elemen desain yang paling sederhana, tetapi garis tetap termasuk ke dalam elemen formal desain karena memiliki banyak peran dalam komposisi dan berkomunikasi. Garis memiliki banyak bentuk yang tidak menentu, seperti garis lurus, bergelombang, ataupun bersudut. (hlm. 16)

Di dalam praktiknya, garis memiliki beberapa fungsi antara lain:

1. Garis memiliki fungsi utama untuk menyatakan sebuah bentuk, sudut, gambar, huruf, dan pola dengan jelas.

2. Untuk menyatakan sebuah batasan pada sebuah area tertentu.

3. Untuk menciptakan dan mengorganisir sebuah komposisi dengan baik.

(2)

6 4. Membantu seseorang melihat sebuah garis secara tidak nyata.

5. Melatih seseorang dalam mengekspresikan kreativitasnya melalui sebuah garis.

6. Memudahkan dalam memperlihatkan sebuah ekspresi linear yang terbentuk dari garis-garis tersebut.

Gambar 2.1 Garis (Landa, 2011)

2.1.2. Bentuk

Landa (2011), menjelaskan dalam bukunya bahwa bentuk merupakan sebuah area dua dimensi yang terbentuk karena adanya garis, warna, ataupun tekstur. Sebuah bentuk dapat diukur panjang dan lebarnya. Terdapat 3 bentuk dua dimensi paling sederhana yang dapat ditemukan sehari-hari, yaitu persegi, segitiga, dan lingkaran.

Sedangkan untuk bentuk dengan tiga dimensi merupakan kubus, limas, dan bola.

(3)

7 Gambar 2.2. Bentuk

(Landa, 2011)

Landa dalam bukunya juga mengategorikan jenis-jenis bentuk, antara lain:

1. Bentuk geometris, merupakan bentuk yang terbentuk dari beberapa garis lurus dengan sudut yang tepat dan spesifik.

2. Bentuk organis, merupakan bentuk natural yang terbentuk secara natural dan tidak sengaja.

3. Bentuk bujur sangkar, merupakan bentuk yang terbentuk dari garis dan sudut yang tegak.

4. Bentuk lengkung, merupakan bentuk yang terbentuk dari garis lengkung.

5. Bentuk tidak beraturan, merupakan bentuk tak beraturan yang terbentuk dari penggabungan beberapa garis lurus dan lengkung.

6. Bentuk tidak disengaja, merupakan bentuk yang terbentuk karena suatu peristiwa tak terduga. Misalnya, tinta yang tidak sengaja tumpah dan membentuk sebuah bentuk tertentu.

(4)

8 7. Bentuk non-objektif, merupakan bentuk yang diciptakan secara baru dan tidak berasal dari bentuk asli yang merepresentasikan manusia, tempat, ataupun benda tertentu.

8. Bentuk abstrak, merupakan bentuk yang terbentuk karena penggabungan beberapa objek yang bersifat simpel, kompleks ataupun natural.

9. Bentuk representasi, merupakan bentuk yang dibuat untuk merepresentasikan atau mengingatkan terhadap bentuk tertentu.

Gambar 2.3. Jenis Bentuk (Landa, 2011)

2.1.3. Warna

Menurut Sherin (2012), warna merupakan salah satu elemen desain yang memiliki peran dalam menciptakan suatu daya tarik kepada khalayak yang melihatnya.

Warna dianggap memiliki daya tarik utama untuk menciptakan persepsi seseorang ke depannya. Dengan kata lain, warna merupakan suatu alat untuk menerjemahkan arti dan kesan terhadap suatu desain. (hlm 10).

(5)

9 Gambar 2.4. Color Wheel

(Landa, 2011)

Dalam buku Design, Elements, and Color Fundamentals, terdapat model color wheel. Model Color Wheel merupakan sebuah diagram lingkaran yang di dalamnya berisikan warna-warna dasar dan relasinya dengan warna lain dalam suatu proyek desain (hlm. 18). Berikut terdapat beberapa istilah di dalam model Color Wheel, antara lain:

1. Primary Color, merupakan warna-warna dasar dan bersifat utama. Warna primer terdiri atas warna merah, kuning, dan biru. Jika ketiga warna tersebut dicampurkan, akan menciptakan warna baru. (hlm. 19)

Gambar 2.5. Primary Color (Landa, 2011)

(6)

10 2. Secondary Color, merupakan warna-warna yang dihasilkan atas percampuran antara ketiga warna primer. Warna sekunder terdiri atas warna hijau, violet, dan jingga. (hlm. 19)

Gambar 2.6. Secondary Color (Landa, 2011)

3. Tertiary Color, merupakan warna-warna yang dihasilkan dari percampuran warna primer dengan warna sekunder. Warna tersier terdiri atas warna kuning jingga, merah jingga, merah violet, biru violet, biru hijau, dan kuning hijau. (hlm. 19)

Gambar 2.7. Tertiary Color (Landa, 2011)

(7)

11 4. Complementary Hues, merupakan warna-warna yang letaknya saling berseberangan atau berlawanan satu sama lain. Dalam model color wheel, terdapat sebanyak enam pasang warna komplementer. (hlm. 19)

Gambar 2.8. Complementary Hues (Landa, 2011)

5. Split Complementary Hues, merupakan warna yang terdiri atas satu warna primer dan dua warna sekunder yang berseberangan dengan warna primer tersebut. (hlm. 19)

Gambar 2.9. Split Complementary Hues (Landa, 2011)

(8)

12 6. Analogous Combinations, merupakan warna yang terdiri atas satu warna primer yang diapit oleh dua warna sekunder dalam satu baris.

(hlm. 20)

Gambar 2.10. Analogous Combinations (Landa, 2011)

7. Triad Harmonies, merupakan warna-warna tersier yang letaknya saling berseberangan membentuk segitiga. (hlm. 20)

Gambar 2.11. Triad Hamonies (Landa, 2011)

8. Tetrad Combination, merupakan empat warna yang tergabung dari beberapa warna split complements. (hlm. 21)

(9)

13 Gambar 2.12. Tetrad Combination

(Landa, 2011)

2.1.4. Tipografi

Robin Landa (2011) menjelaskan bahwa tipografi atau yang dikenal sebagai teks yang merupakan suatu desain dalam bentuk huruf yang biasanya ditata di dua dimensi ruang, seperti media cetak dan media non cetak. Tulisan dalam tipografi biasanya digunakan sebagai teks yang dapat berfungsi sebagai judul, sub judul, headline, sub headine, dll. (hlm. 44 – 46)

Di dalam sejarahnya, tipografi memiliki beberapa gaya, antara lain:

1. Letterform, merupakan sebuah gaya tulisan tertentu yang memiliki bentuk khusus dari setiap hurufnya. Setiap karakter huruf alfabetnya memiliki karakteristik yang berbeda dan unik. Pada letterform perlu memperhatikan tingkat keterbacaan yang baik untuk merepresentasikan ucapan ketika membacanya.

2. Typeface, merupakan sebuah desain dari satu set desain huruf yang biasanya memuat bentuk huruf, angka, dan tanda baca tertentu yang dibuat oleh seorang desainer.

(10)

14 3. Typefont, merupakan sebuah bentuk lengkap yang terdiri atas huruf, angka, dan tanda baca yang dimuat dalam bentuk, ukuran, dan gaya tertentu yang disesuaikan untuk kemudahan saat membaca dan berkomunikasi.

4. Type family, merupakan gabungan dari beberapa desain huruf dengan variasi gaya dalam satu desain typeface. Pada umumnya kebanyakan type family akan memuat variasi gaya tulisan seperti model tipis, sedang, tebal, dan miring (italic).

5. Italics, merupakan sebuah gaya pada tipografi berupa bentuk huruf yang cenderung miring ke kanan. Italics juga merupakan salah satu dari variasi pada type family.

6. Type style, merupakan sebuah modifikasi pada huruf

7. Stroke, merupakan sebuah garis lurus atau melengkung yang dapat dibentuk menjadi sebuah huruf tertentu.

8. Serif, merupakan sebuah elemen tambahan yang biasanya ditambahkan pada setiap ujung atas atau ujung bawah sebuah huruf.

9. Weight, merupakan elemen tambahan berupa ketebalan pada sebuah huruf. Terdapat beberapa pilihan, yaitu light, medium, dan bold.

2.1.4.1. Klasifikasi Tipografi

Landa (2011), dalam bukunya juga mengategorikan huruf menjadi beberapa jenis sesuai dengan gaya dan sejarahnya, antara lain:

(11)

15 1. Old Style

Merupakan huruf dengan gaya Roman yang telah ada sejak abad ke-15.

Ciri khas dari jenis huruf ini selalu menggunakan siku pada ujung hurufnya. Jenis huruf Old Style yang paling sering ditemui adalah Times New Roman, Caslon, Garamond, dsb.

Gambar 2.13. Jenis Huruf Old Style (Landa, 2011)

2. Transitional

Merupakan gaya huruf peralihan dari Old Style ke Modern yang ditemukan pada abad ke-18. Jenis huruf dengan gaya Transitional adalah Baskerville, Century, dan ITC Zapf International.

Gambar 2.14. Jenis Huruf Transitional (Landa, 2011)

3. Modern

Merupakan gaya huruf yang ditemukan pada akhir abad ke-18 dan 19 dengan gaya yang sangat berbeda dengan Old Style. Bentuk huruf modern terkesan lebih geometris dan tipis. Contoh huruf dengan gaya Modern adalah Bodoni, Walbaum, Didot, dsb.

(12)

16 Gambar 2.15. Jenis Huruf Modern

(Landa, 2011)

4. San Serif

Merupakan gaya huruf dengan karakteristik bentuk huruf tanpa tangkai di ujung hurufnya. Contoh huruf dengan gaya San Serif adalah Futura, Helvetica, Grotesque, dsb.

Gambar 2.16. Jenis Huruf San Serif (Landa, 2011)

5. Script

Merupakan gaya huruf yang terkesan seperti sebuah tulisan tangan karena memiliki huruf yang miring dan saling menyambung. Contoh huruf dengan gaya Script adalah Brush Script, Shelley, dsb.

Gambar 2.17. Jenis Huruf Script (Landa, 2011)

2.1.5. Layout

Robin Landa (2011) mendefinisikan tata letak atau yang lebih dikenal dengan layout merupakan suatu elemen desain yang dapat menyatukan desain agar dapat bekerja secara bersamaan. Layout biasanya disebut juga sebagai pengaturan ruang

(13)

17 (spatial arrangement). Dengan pengaturan penataan letak yang yang baik, suatu desain dapat disebut memiliki komponen dan elemen grafis yang terorganisir..

Dengan kata lain, sebuah layout juga merupakan salah satu komponen dalam desain yang membantu komponen desain lainnya agar dapat bekerja dengan baik. (hlm.

132)

2.1.5.1. Grid

Menurut Robin Landa (2011), grid merupakan suatu panduan atau struktur yang dibuat secara horizontal maupun vertikal dan digunakan untuk membagi suatu elemen-elemen ke dalam kolom-kolom atau margin. Tujuan penggunaan grid adalah untuk memperkuat dan menjaga batasan-batasan konten agar tetap teratur. Penggunaan grid akan banyak ditemukan dalam desain-desain seperti koran, buku, museum, editorial, website karena dianggap dapat mempermudah pembaca untuk membaca dengan sangat mudah (hlm. 158).

Gambar 2.18. Grid (Landa, 2011)

(14)

18 1. Elemen Grid

a. Kolom

Merupakan sebuah ruang berbentuk vertical yang digunakan untuk menyusun sebuah teks ataupun gambar.

b. Flowlines

Merupakan garis horizontal yang menuntun audiens untuk membaca sesuai dengan alur yang diinginkan.

c. Grid Modules

Merupakan ruang yang digunakan untuk menempatkan sebuah teks ataupun gambar ke dalam grid.

d. Spatial Zones

Merupakan gabungan dari beberapa grid modules yang digunakan untuk menempatkan konten visual berupa gambar, teks, iklan, dan sebagainya.

2. Jenis Grid

Tondereu (2019) dalam bukunya yang berjudul Layout Essentials: 100 Design Priciples for Using Grid, menyatakan bahwa terdapat sebanyak 6 jenis grid yang dapat dijadikan sebagai sebuah panduan dalam mendesai. (hlm. 11)

1. Single Column Grid

Merupakan grid dengan kolom yang lebar dan paling sering ditemukan pada esai, laporan, ataupun sebuah buku.

(15)

19 Gambar 2.19. Single Column Grid

(Tondereu, 2019)

2. Two Column Grid

Merupakan grid dengan dua kolom untuk mengatur konten berupa teks menjadi lebih ideal dan proposional.

Gambar 2.20. Two Column Grid (Tondereu, 2019)

3. Multicolumn Grid

Merupakan grid dengan beberapa kolom untuk mengatur konten berupa teks menjadi lebih ideal dan proposional. Biasanya digunakan untuk pembuata n majalan dan website.

Gambar 2.21. Multicolumn Grid (Tondereu, 2019)

(16)

20 4. Modular Grid

Merupakan grid penggabungan antara beberapa kolom horizontal dan vertikal, sehingga terkesan kompleks dan lebih detail. Biasanya digunakan untuk mengatur konten berupa teks ataupun gambar pada koran, kalender, tabel, dan sebagainya.

Gambar 2.22. Modular Grid (Tondereu, 2019)

5. Hierarchical Grid

Merupakan jenis grid yang membagi kolom sesuai dengan hirarki sebuah visual, sehingga dapat menuntun arah baca audiens.

Gambar 2.23. Hierarchical Grid (Tondereu, 2019)

2.1.6. Fotografi

Freeman (2013) dalam bukunya yang berjudul The Photographer’s Eyes Graphic Guide Composition and Design for Better Digital Photos, berpendapat bahwa fotografi merupakan sebuah visual yang mengantarkan cerita tersendiri dengan

(17)

21 menggunakan tulisan yang minim. Bagi Freeman, di dalam ilmu fotografi mencakup 3 kemampuan utama, yaitu teknik, visual, dan konsep. Teknik, berbicara tentang cara seseorang memegang dan menggunakan kamera, pengaturan tingkat kecerahan dan kedalaman, serta cara memproses sebuah foto di dalam komputer.

Visual, berbicara tentang cara pandang, pemahaman, dan pengaturan komposisi yang dilakukan seseorang ketika hendak mengambil sebuah foto. Sedangkan, konsep berbicara tentang ide seseorang ketika hendak menangkap sebuah gambar, seperti beauty, drama, ataupun cerita lainnya yang ingin disampaikan melalui sebuah foto. Oleh sebab itu, seorang fotografer harus memiliki 3 kemampuan tersebut secara seimbang agar dapat menghasilkan foto yang baik. (Hlm. 10 – 11) 1. Komposisi Fotografi

Menurut Freeman (2013), komposisi merupakan hal terpenting dan paling mendasar yang mencakup keseluruhan dari sebuah visual. Komposisi sangat memperhatikan kesinambungan antara satu elemen dengan elemen lainnya, atau elemen apa yang harus ditambahkan atau disingkirkan dari sebuah foto agar dapat menghasilkan visual yang baik. Salah satu komposisi dalam fotografi yang paling sering digunakan adalah rules of third.

2. Teknik Fotografi

• Framing

Freeman (2013) dalam bukunya mengemukakan bahwa, framing merupakan langkah pertama dalam fotografi untuk menyusun dan menyesuaikan suatu objek dalam sebuah frame. Framing bertujuan untuk memfokuskan objek mana yang ingin ditonjolkan dalam sebuah foto.

(18)

22 Dalam proses perancangan media promosi ini, penulis berniat untuk menggunakan teknik framing jenis frame break yang memfokuskan ke peralatan memasak. (Hlm. 14)

Gambar 2.24. Contoh Teknik Framing (Freeman, 2013)

• Placing

Menurut Freeman (2013), placing merupakan salah satu teknik fotografi yang digunakan untuk menempatkan dua atau lebih objek yang berbeda dalam suatu foto. Teknik placing berbeda dengan framing, karena teknik placing merupakan penggabungan antara objek yang memiliki situasi berbeda. (Hlm. 37)

(19)

23 Gambar 2.25. Contoh Teknik Placing

(Freeman, 2013)

• Close

Freeman (2013) berpendapat bahwa close atau close up, merupakan teknik fotografi dengan cara pengambilan jarak pandang yang sempit atau sangat dekat dengan objek, tetapi masih meninggalkan sedikit ruang di sekitarnya.

Gambar 2.26. Contoh Teknik Close (Freeman, 2013)

(20)

24 2.2. Prinsip Desain

Menurut Landa (2011), terdapat beberapa prinsip desain yang dijadikan sebagai acuan untuk membuat sebuah desain, antara lain:

2.2.1. Kesatuan (Unity)

Landa (2011) dalam bukunya yang berjudul Graphic Design Solutions, mengidentifikasikan kesatuan (unity) sebagai suatu kesesuaian atau kesepakatan antara suatu elemen desain dengan elemen lainnya. Teori ini meyakini bahwa elemen-elemen tersebut secara sengaja bertemu untuk menciptakan suatu keharmonisan dan keindahan, sebaliknya jika mereka terpisah maka komposisi suatu desain tersebut akan menjadi berantakan dan tidak memiliki satu kesatuan (hlm. 27). Terdapat 6 jenis pendekatan dalam prinsip kesatuan, antara lain:

1. Similarity, yaitu gabungan antara beberapa elemen dengan karakteristik dan bentuk yang serupa.

2. Proximity, yaitu pendekatan antara satu elemen dengan elemen lainnya.

3. Continuity, yaitu penggabungan beberapa elemen yang terkesan seperti menyambung satu sama lain.

4. Closure, yaitu penggabungan beberapa elemen menjadi sebuah kesatuan karena pikiran yang mengarahkan.

5. Common Fate, yaitu penggabungan beberapa elemen dengan arah yang sama.

(21)

25 6. Continuing Line, merupakan penggabungan beberapa elemen untuk

membentuk sebuah garis.

Gambar 2.27. Kesatuan (Tondereu, 2019)

2.2.2. Keseimbangan (Balance)

Landa (2011), menjelaskan bahwa keseimbangan (balance) merupakan hal bawaan yang telah ditemui sejak kecil dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa atau kurangnya keseimbangan akan mengganggu kehidupan sehari-hari kita. Begitu pula dalam suatu desain, meski tidak menimbulkan efek yang berbahaya, tetapi tentunya kita akan lebih merasa nyaman jika melihat suatu desain dengan komposisi yang baik dan seimbang (hlm. 86).

1. Keseimbangan Simetris

Merupakan sebuah komposisi yang terbentuk akibat dua buah elemen dengan posisi dan jarak yang serupa, sehingga seolah-olah terlihat seperti sedang bercermin.

(22)

26 Gambar 2.28. Keseimbangan Simetris

(Tondereu, 2019)

2. Keseimbangan Asimetris

Merupakan sebuah komposisi yang terbentuk oleh dua buah elemen tanpa perlu memposisikan kedua eleme n tersebut dengan jarak dan posisi yang serupa.

Gambar 2.29. Keseimbangan Asimetris (Tondereu, 2019)

3. Keseimbangan Radial

Merupakan keseimbangan yang terbentuk akibat beberapa elemen dengan posisi horizontal dan vertikal yang membentuk orientasi secara simetris.

Gambar 2.30. Keseimbangan Radial (Tondereu, 2019)

(23)

27 2.2.3. Penekanan (Emphasis)

David A. Laurer & Stephen Pentak (2012) mengidentifikasikan penekanan (emphasis) merupakan suatu cara yang digunakan dalam prinsip desain untuk menarik perhatian khalayak untuk memberikan perhatian lebih atau mendorong khalayak untuk melihat lebih dekat. Tanpa adanya perhatian yang khusus dari khalayak, maka pesan dan nilai-nilai estetika akan sulit untuk tersampaikan dengan baik. Perhatian dapat disebut juga sebagai focal point, yang dapat berupa pola atau hal lain yang menonjol dari suatu karya desain. (hlm. 54)

2.2.4. Proporsi

David A. Laurer & Stephen Pentak (2012), menjelaskan bahwa skala dan proporsi merupakan dua istilah yang akan selalu mengacu pada ukuran relatif. Keduanya akan bersifat relatif karena tidak ada standar yang mewakili untuk menggambarkan ukuran tersebut. Namun meskipun relatif, suatu proporsi tetap dapat dinilai kebenarannya melalui rasio dengan elemen-elemen lainnya, karena proporsi akan selalu berkaitan dengan rasio. (hlm. 70)

2.2.5. Irama (Rhythm)

David A. Laurer & Stephen Pentak (2012) dalam bukunya menyatakan, irama atau ritme merupakan suatu prinsip desain yang berarti pengulangan dari elemen-elemen yang sama atau hanya sedikit modifikasi. Ritme tidak hanya digunakan dalam visual, tetapi juga dalam kata dan musik. Pengulangan elemen-elemen visual akan selalu ada dalam setiap karya seni dan akan selalu melibatkan pengulangan yang jelas dari suatu elemen-elemen yang sama (hlm. 114).

(24)

28 2.3. Promosi

Dikutip dari buku yang ditulis oleh Morissan, Michael Ray (2015) mendefinisikan promosi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang yang bertindak sebagai pihak penjual untuk menjual barang dan jasa atau gagasan melalui berbagai saluran informasi maupun persuasi. Promosi di dalam penerapannya untuk mencapai tujuan komunikasi antara perusahaan dengan konsumen, akan menggunakan instrumen dasar yang dikenal dengan istilah Bauran Campuran (Marketing Mix). (hlm. 16)

2.3.1. Fungsi Promosi

Kenneth E. Clow & Karen E. James (2013), dalam bukunya mengklasifikasikan fungsi promosi menjadi 4 fungsi utama (hlm. 5), yakni:

1. Exploratory function, yaitu fungsi yang digunakan sebagai alternatif eksplorasi untuk mengetahui permasalahan dan alasan dalam sebuah pemasaran. Dengan kata lain, fungsi ini mampu digunakan untuk menggali lebih dalam tentang pola pikir konsumen yang batal dalam melakukan suatu pembelian produk atau jasa tertentu.

2. Descriptive function, yaitu untuk mengumpulkan dan mendeskripsikan suatu informasi yang dibutuhkan di dalam proses pemasaran. Fungsi ini mempermudah dalam pengumpulan data dan mendeskripsikan target konsumennya melalui data-data.

3. Diagnostic function, yaitu fungsi yang digunakan untuk menghubungkan suatu fenomena tertentu dengan data yang ada untuk dijadikan sebagai strategi pemasaran.

(25)

29 4. Predictive function, yaitu fungsi yang digunakan untuk memprediksikan hasil dari keputusan pembelian pelanggan atau tindakan-tindakan yang akan dilakukan pelanggan sebelum terjadinya proses transaksi. Fungsi ini juga digunakan untuk memprediksi kebiasaan dan kesukaan pelanggan.

2.3.2. Tujuan Promosi

Dikutip dari buku yang ditulis oleh Freddy Rangkuti, Rossiter dan Percy (2013) mengungkapkan terpdata 4 tujuan promosi (hlm. 151), antara lain:

1. Brand awareness, yaitu cara yang digunakan untuk memperkenalkan atau memeberikan pemahaman tentang suatu produk atau jasa kepada target audiens.

2. Category need, yaitu cara yang digunakan untuk menimbulkan persepsi konsumen terhadap kebutuhan yang harus ia miliki.

3. Brand purchase intention, yaitu cara yang digunakan dalam promosi untuk mendorong konsumen dalam proses pembelian suatu barang atau jasa.

4. Purchase facilitation, yaitu upaya yang digunakan dalam promosi untuk mendukung atau memfasilitasi calon konsumen ketika hendak melakukan pembelian atau proses transaksi.

2.3.3. Jenis-Jenis Promosi

Menurut Morissan (2010), promosi atau pemasaran dibagi menjadi dua jenis (hlm.

23), antara lain:

(26)

30 1. Pemasaran langsung atau direct marketing, merupakan upaya atau cara promosi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk memasarkan produk atau jasanya secara langsung dengan cara berkomunikasi kepada calon konsumen. Pemasaran secara langsung tidak hanya memanfaatkan kegiatan mengirim surat dan katalog perusahaan, tetapi juga dapat dilakukan melalui internet, media penyiaran, dan media cetak. Salah satu instrumen paling penting dalam proses pemasaran langsung adalah dengan memanfaatkan iklan tanggapan langsung atau direct response advertising.

2. Pemasaran interaktif, merupakan upaya atau cara promosi dua arah yang memungkinkan terjadinya arus timbal balik, sehingga memungkinkan bagi konsumen untuk dapat berpartisipasi serta memodifikasi informasi yang didapatkan pada saat itu juga (real time).

2.3.4. Media Promosi

Ir. FI. Titik Wijayanti, MM (2014), menjelaskan bahwa media promosi atau yang disebut sebagai media placement merupakan upaya perancangan penempatan promosi yang membutuhkan konsep dan strategi yang matang, serta investasi dalam jumlah yang sangat besar. Media placement untuk mempromosikan suatu produk atau jasa dapat berupa media TV, cetak, non-cetak, dan radio. (hlm. 75)

2.3.4.1. Iklan

Andrews dan Shimp (2018), dalam bukunya yang berjudul “Advertising, Promotion, and Other Aspects of Integrated Marketing Communication”

menyatakan bahwa iklan merupakan teknik pemasaran yang digunakan

(27)

31 untuk mengkomunikasikan sebuah produk atau jasa yang ingin dipasarkan kepada target audiens. Iklan memiliki target audiens yang general dan luas, sehingga tidak terlalu spesifik mengacu pada satu target audiens (hlm. 8).

2.3.4.2. Jenis-Jenis Media Promosi

Kingsnorth (2016), dalam bukunya yang berjudul Digital Marketing Strategy menjelaskan bahwa terdapat 3 jenis media promosi yang dijadikan sebagai acuan untuk membedakan karakteristik target pemasaran (hlm. 10).

1. Above the Line (ATL)

Merupakan media yang ditempatkan secara besar-besaran dan bersifat massif untuk mempromosikan suatu produk atau brand tertentu ke target audiens yang dalam jumlah yang besar. Contoh media yang digunakan biasanya adalah iklan di televisi, radio, press, display advertising, dsb.

2. Below the Line (BTL)

Merupakan media promosi yang ditujukan hanya ke beberapa target audiens dengan segmentasi tertentu dan dalam jumlah yang kecil agar pesan mampu tersampaikan secara spesifik dan efektif. Contoh media yang digunakan biasanya adalah SEO, direct mail, paid search, e-mail, dsb.

3. Through the Line (TTL)

Merupakan media promosi dari penggabungan jenis Above the Line (ATL) dan Below the Line (BTL) untuk menjalankan sebuah promosi.

(28)

32 2.3.5. Segmentasi dalam Promosi

Geogre E. Belch & Michael E. Belch (2017), dalam bukunya menuliskan segmentasi promosi atau pemasaran merupakan metode pembagian atau pengelompokkan sebuah pasar menjadi grup-grup yang lebih kecil yang sesuai dengan kebutuhan dan perilaku yang sama dari konsumennya. (hlm. 51). Di dalam praktiknya, segmentasi promosi atau pemasaran tersebut terbagi menjadi:

1. Segmentasi secara geografis, merupakan suatu pembagian pemasaran yang berfokus pada lokasi tempat tinggal target konsumennya. Segmentasi geografis biasanya dapat berupa sebuah negara, provinsi, kota, dsb.

2. Segmentasi secara demografis, merupakan suatu pembagian pemasaran yang berbasis pada pengelompokkan secara jenis kelamin, usia, latar pendidikan, pekerjaan, pendapatan, kelas sosial, dsb.

3. Segmentasi secara psikografis, merupakan suatu pembagian pemasaran yang berfokus pada pengelompokkan secara kepribadian, gaya hidup, siklus hidup, dsb. Dari antara seluruh variabel tersebut, pengelompokkan berdasarkan kepribadian yang sama merupakan sebuah metode yang dianggap paling efektif dalam sebuah segmentasi pemasaran.

4. Behavioristic segmentation, merupakan suatu pengelompokkan pemasaran ke dalam grup-grup yang lebih kecil berdasarkan kebiasaan yang dilakukan oleh seorang konsumen. Pengelompokkan ini akan berfokus pada keputusan membeli seorang konsumen, tingkat loyalitas, dsb.

5. Benefit segmentation, merupakan suatu pengelompokkan pemasaran berdasarkan tingkat keuntungan yang diperoleh oleh seorang konsumen. Pada

(29)

33 segmentasi ini, suatu produk dikelompokkan menjadi produk dengan tingkat keuntungan tertinggi hingga tingkat keuntungan terendah bagi seorang konsumen.

2.3.6. Strategi Promosi (AISAS)

Menurut Kotaro Sugiyama (2010), strategi promosi AISAS merupakan suatu model promosi yang bersifat komprehensif untuk mengatasi berbagai perilaku konsumen modern. Setiap proses AISAS memiliki peranan penting untuk menarik perhatian konsumen. Metode promosi AISAS memiliki mekanisme (hlm. 79) sebagai berikut:

1. Attention, yaitu proses awal untuk menarik perhatian calon konsumen terhadap suatu produk atau jasa dan iklan.

2. Interest, yaitu proses lanjutan dari attention untuk membuat calon konsumen menggali informasi lebih lanjut karena adanya ketertarikan terhadap produk atau jasa dan iklan tersebut.

3. Search, yaitu proses pencarian informasi yang dilakukan oleh calon konsumen sebelum mengambil keputusan dalam proses pembelian suatu produk atau jasa.

4. Action, yaitu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh calon kosumen setelah melakukan pertimbangan.

5. Share, yaitu proses transmiter yang dilakukan oleh konsumen dengan cara menyampaikan informasi secara word of mouth kepada orang lain melalui berbagai media.

(30)

34 Gambar 2.31. Strategi Promosi (AISAS)

(Sugiyama, 2010)

2.4. Kuliner

Sa’diah Multi Karina & Endang Titi Amrihati (2017), mengidentifikasikan kata kuliner yang berasal dari unsur serapan bahasa Inggris, yaitu culinary sebagai sebuah seni yang memiliki hubungan dengan dapur, makanan, persiapan bahan- bahan masakan, memasak, serta menghidangkan suatu masakan (hlm. 2).

2.4.1. Memasak

Menurut Sa’diah Multi Karina & Endang Titi Amrihati (2017), memasak merupakan sebuah proses mengubah bahan makanan menjadi sebuah hidangan yang dapat dinikmati dengan cara pemanasan pada bahan makanan. Memasak pada prinsipnya memiliki korelasi dengan kuliner, karena memasak akan membutuhkan beberapa teknik keterampilan khusus untuk menciptakan sebuah hidangan. Ketika memasak, seseorang secara tidak langsung akan tertantang untuk terus mengasah kemampuannya dalam mengembangkan resep-resep baru (hlm. 3).

2.4.2. Tujuan dan Manfaat Memasak

Sa’diah Multi Karina & Endang Titi Amrihati (2017), menyatakan bahwa terdapat sebanyak 4 tujuan dan manfaat memasak, antara lain:

(31)

35 1. Mematangkan bahan makanan menjadi sebuah hidangan yang dapat dinikmati

dengan memberikan panas terhadap bahan makanan tersebut.

2. Pemberian panas terhadap bahan makanan dapat mematikan kuman dan mikroorganisme yang bebahaya bagi tubuh.

3. Pada beberapa bahan masakan, mampu meningkatkan nilai cerna sehingga bahan masakan akan lebih mudah dicerna oleh tubuh.

4. Meningkatkan nilai gizi pada sebuah hidangan.

2.5. Bumbu

Sa’diah Multi Karina & Endang Titi Amrihati (2017), dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Kuliner, menyatakan bahwa bumbu merupakan tambahan yang mampu menambahkan cita rasa pada makanan. Bumbu dianggap sebagai suatu hal yang penting karena mampu menghasilkan cita rasa yang enak, lezat, dan menarik.

Dengan keragamannya, masing-masing bumbu memiliki sensasi rasa dan aroma yang berbeda-beda sesuai dengan jenis dan karakteristiknya yang dapat dibedakan dengan menggunakan panca indra manusia (hlm. 94).

2.5.1. Manfaat dan Fungsi Bumbu

Sa’diah M. Karina & Endang T. Amrihati (2017), juga menyatakan bahwa bumbu memiliki manfaat untuk membantu meningkatkan cita rasa dan aroma pada makanan tanpa mengubah aroma bahan alami dari masakan itu sendiri. Selain itu bumbu juga memiliki beberapa tujuan dan fungsi (hlm. 94), antara lain:

1. Memberikan rasa dan aroma pada sebuah masakan 2. Memberikan warna terhadap sebuah makanan 3. Memperpanjang masa awet makanan

(32)

36 4. Mengentalkan makanan

5. Meningkatkan nafsu makan seseorang

2.5.2. Jenis-Jenis Bumbu

Menurut Sa’diah M. Karina & Endang T. Amrihati (2017), bumbu memiliki jenis- jenis yang sangat beragam pada saat ini di pasaran (hlm. 97). Oleh sebab itu, untuk mempermudah pengenalan pada setiap jenis bumbu tersebut, bumbu perlu dibagi menjadi beberapa kategori sebagai berikut:

2.5.2.1. Bumbu Basah Dari Daun

Menurut Sa’diah M. Karina & Endang T. Amrihati (2017), bumbu basah dari daun dibagi menjadi 7 jenis bumbu yang dapat menghasilkan resep- resep baru (hlm. 97), antara lain:

1. Daun salam, atau lebih dikenal dengan sebutan bay leaf Indonesia.

Kegunaan daum salam adalah untuk memberikan aroma yang khas dan rasa yang gurih pada makanan. Biasanya, daun salam digunakan untuk membuat hidangan berupa tumis, gulai, sayur asam, dsb.

Gambar 2.32. Daun Salam

(https://www.tokopedia.com/x-tralen/daun-salam-sayuran-segar-bandung)

(33)

37 2. Daun jeruk purut, banyak diaplikasikan ke dalam hidangan yang menggunakan ikan sebagai bahan dasarnya, karena dikenal dapat memberikan aroma yang kuat, harum, dan segar.

Gambar 2.33. Daun Jeruk Purut

(https://jybmedia.com/2020/05/02/ragam-manfaat-daun-jerut-purut-salah-satunya- tingkatkan-stamina/)

3. Daun Kemangi, berfungsi meredam rasa amis pada masakan yang mengandung ikan, serta memberikan aroma yang tajam, segar, dan khas pada sebuah masakan. Di beberapa daerah, biasanya daun kemangi juga dapat disebut sebagai daun selasih atau ruku-ruku. Daun kemangi juga dapat dimakan sebagai lalapan mentah.

Gambar 2.34. Daun Kemangi

(https://id.pngtree.com/free-png-vectors/daun-kemangi)

(34)

38 4. Daun kari, atau yang juga sering dikenal dengan sebutan daun temurui atau daun salam koja. Daun kari memiliki tekstur yang hamper mirip dengan daun salam tetapi daun kari memiliki ukuran yang lebih kecil.

Salah satu fungsi daun kari adalah membuat cita rasa masakan menjadi lebih gurih.

Gambar 2.35. Daun Kari

(https://resepkoki.id/daun-kari-sebagai-bumbu-masakan/)

5. Daun jintan, merupakan salah satu bumbu yang biasa banyak ditemui pada hidangan asal Sulawesi Utara. Daun jintan memiliki aroma yang mirip dengan adas dan jintan. Biasanya digunakan untuk memberikan aroma dan cita rasa yang khas pada beberapa hidangan bertekstur kental dan agak berlendir.

Gambar 2.36. Daun Jintan

(https://www.sehatq.com/artikel/sederet-manfaat-daun-jinten-yang-baik-bagi-kesehatan)

(35)

39 6. Daun kunyit, biasanya banyak digunakan pada hidangan berbumbu tajam karena dapat memberikan rasa yang gurih dan beraroma lembut.

Daun kunyit biasa banyak digunakan untuk masakan tradisional asal Sumatera, seperti gulai, kari, kalio ataupun rendang.

Gambar 2.37. Daun Kunyit

(https://resepkoki.id/mengenal-daun-kunyit-kegunaan-cara-memilih-mengolah-untuk- masakan/)

7. Daun bawang, berfungsi sebagai penambah aroma dan cita rasa masakan menjadi lezat, tetapi juga seringkali dianggap sebagai bumbu yang multi guna karena dapat diaplikasikan ke hampir seluruh masakan.

Gambar 2.38. Daun Bawang

(https://health.grid.id/read/351830047/bukan-sekadar-pelengkap-masakan-ini-8-manfaat- daun-bawang-bagi-kesehatan?page=all)

(36)

40 2.5.2.2. Bumbu Basah dari Kelompok Umbi

Sa’diah M. Karina & Endang T. Amrihati (2017) juga mengategorikan bumbu basah dari kelompok umbi yang memiliki tekstur berbuku-buku dan tidak berbau tajam (hlm. 98), antara lain:

1. Bawang merah, biasanya digunakan untuk menambahkan rasa guih dan aroma yang harum pada hidangan.

Gambar 2.39. Bawang Merah

(https://shopee.co.id/Bawang-Merah-i.312875377.6453717811)

2. Bawang putih, merupakan salah satu bumbu kelompok umbi yang paling memiliki banyak pengaruh pada suatu hidangan karena memberikan aroma dan rasa yang tajam pada sebuah hidangan.

Gambar 2.40. Bawang Putih

(https://www.car.co.id/id/ruang-publik/tips-trik/carehealth/manfaat-bawang-putih)

(37)

41 3. Bawang bombay, merupakan bumbu kelompok umbi yang memiliki rasa manis, tetapi dapat menghasilkan aroma yang segar dan rasa yang gurih pada sebuah hidangan.

Gambar 2.41. Bawang Bombay

(https://www.sehatq.com/artikel/7-manfaat-bawang-bombay-untuk-tubuh)

4. Bawang lokio, biasanya banyak diaplikasikan pada hidangan yang berasal dari olahan ikan dan hewan laut lainnya yang berbau amis karena mampu memberikan cita rasa yang lembut dan aroma yang lebih tajam dari bawang merah.

Gambar 2.42. Bawang Lokio

(https://artikel.triasse.com/tips-harian/manfaat-lengkio-lokio-untuk-kesehatan/)

(38)

42 2.5.2.3. Bumbu basah dari kelompok rimpang

Selain itu Sa’diah M. Karina & Endang T. Amrihati (2017) juga menyatakan bahwa terdapat sebanyak 5 jenis bumbu yang dapat dikategorikan dalam jenis bumbu basah dari kelompok rimpang (hlm. 99), antara lain:

1. Temu kunci, dikenal dengan aromanya yang harum dan rasa getir sehingga banyak diaplikasikan untuk membuat hidangan berupa sayur bening, seperti sop sayur bayam.

Gambar 2.43. Temu Kunci

(https://doktersehat.com/manfaat-temu-kunci/)

2. Jahe, merupakan salah satu bumbu basah dari kelompok rimpang yang memiliki rasa pedas dan biasanya digunakan untuk menghilangkan bau anyir pada masakan olahan ikan atau hewan laut lainnya. Selain itu, jahe juga dapat dimanfaatkan untuk menghangatkan tubuh dan dijadikan sebagai obat-obatan herbal.

(39)

43 Gambar 2.44. Jahe

(https://www.jpnn.com/news/7-manfaat-jahe-untuk-kecantikan-ada-tipsnya-juga-lho)

3. Lengkuas, dikenal dengan aromanya yang harum, cita rasa pedas, dan teksturnya yang berserat kasar sehingga sering diaplikasikan pada masakan berupa tumis hingga sayuran bersantan.

Gambar 2.45. Lengkuas

(https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190227145418-255-373138/mengulik- manfaat-lengkuas-untuk-kesehatan)

4. Kencur, merupakan salah satu bumbu basah dari kelompok rimpang yang memiliki manfaat anti inflamasi jika diaplikasikan pada wedang beras kencur.

Gambar 2.46. Kencur

(https://www.halodoc.com/artikel/tips-mengolah-kencur-untuk-atasi-penyakit)

(40)

44 5. Kunyit, berfungsi sebagai bumbu, pewarna alami pada makanan, dan mengurangi bau anyir pada masakan olahan ikan dan hewan laut lainnya.

Gambar 2.47. Kunyit

(https://kurio.id/app/articles/5f8d597b48a1d042ff2df9d3)

2.5.2.4. Kelompok Bumbu Aneka Cabai

Sa’diah M. Karina & Endang T. Amrihati (2017) dalam bukunya yang berjudul Pengembangan Kuliner, menuliskan bahwa masakan Indonesia menggunakan beberapa aneka cabai (hlm. 100), antara lain:

1. Cabai besar, biasanya disajikan dalam bentuk irisan dan bulat pada masakan berupa cincang daging yang tebal dan beberapa hidangan berkuah lainnya.

Gambar 2.48. Cabai Besar (https://idnmedis.com/cabai-merah)

(41)

45 2. Cabai keriting, memiliki rasa yang lebih pedas sehingga tidak banyak

digunakan pada sebuah hidangan.

Gambar 2.49. Cabai Keriting

(https://www.tokopedia.com/tokonusantara12/cabai-keriting-1kg)

3. Cabai rawit, dikenal dengan ukurannya yang kecil dan rasa yang sangat pedas.

Gambar 2.50. Cabai Rawit (https://fitco.id/product/cabai-rawit-500-gr/)

4. Paprika, memiliki rasa yang cenderung manis dan tekstur yang renyah jika dibandingkan dengan jenis cabai lainnya.

Gambar 2.51. Paprika

(https://drivethru.klikindomaret.com/tz0m/product/cabe-paprika-merah-pcs/)

(42)

46 2.5.2.5. Bumbu Kering

Menurut Sa’diah M. Karina & Endang T. Amrihati (2017), bumbu kering atau yang lebih dikenal dengan sebutan rempah-rempah, karena memiliki rasa yang tajam. Bumbu kering terbagi menjadi 6 jenis bumbu (hlm. 100), antara lain:

1. Lada hitam dan lada putih, merupakan bumbu yang berasal dari pohon lada yang memberikan aroma yang sangat tajam, rasa sedap, dan gurih pada sebuah hidangan.

Gambar 2.52. Lada Hitam dan Lada Putih (https://fitco.id/product/lada-putih-250-gr/)

2. Ketumbar, memiliki aroma yang agak pedas.

Gambar 2.53. Ketumbar

(https://mountainroseherbs.com/coriander-seed)

(43)

47 3. Pala, banyak diaplikasikan ke dalam hidangan berupa sup, gulai, dan hidangan lainnya untuk menghasilkan cita rasa yang pedas dan aroma yang harum.

Gambar 2.54. Pala

(https://headtopics.com/id/pala-sulut-kembali-diekspor-ke-italia-8150870)

4. Jintan, memiliki cita rasa yang cenderung manis dan beraroma harum, sehingga sering diaplikasikan pada hidangan seperti opor, gulai, kari, dan hidangan lainnya.

Gambar 2.55. Jintan

(https://resepkoki.id/mengenal-memilih-mengolah-menyimpan-dan-kegunaan- jinten/)

5. Cengkeh, merupakan salah satu bumbu kering yang dapat diaplikasikan pada hidangan, kue-kue, ataupun minuman karena memberikan aroma harum dan rasa mint.

Gambar 2.56. Cengkeh

(https://doktersehat.com/khasiat-jitu-cengkeh/)

(44)

48 6. Kemiri, bumbu kering yang biasanya digunakan untuk memberikan

rasa gurih dan mengentalkan tekstur masakan berkuah.

Gambar 2.57. Kemiri

(https://dashboard.tumbasin.id/product/kemiri-250-gram-17/)

2.5.2.6. Bumbu dari Hewan

Selain bumbu-bumbu dari tumbuhan, Sa’diah M. Karina & Endang T.

Amrihati (2017) juga mengategorikan bumbu yang bersumber dari protein hewani menjadi 2 jenis (hlm. 101), antara lain:

1. Terasi, dikenal dengan aromanya yang tajam dan mampu memberikan rasa gurih serta umami pada sebuah hidangan.

Gambar 2.58. Terasi

(https://sajiansedap.grid.id/penulis/7230/UC8SG5VUjjRMrZctC_mDutug?page=321)

(45)

49 2. Ebi, merupakan bumbu kering yang dibentuk dari udang kecil yang

dikeringkan dan biasanya diaplikasikan sebagai bumbu tumis.

Gambar 2.59. Ebi

(https://resepkoki.id/tips-memilih-dan-menyimpan-ebi/)

2.5.2.7. Bumbu Jadi (Komersial)

Sa’diah M. Karina & Endang T. Amrihati (2017), mendefinisikan bumbu jadi atau yang lebih dikenal dengan sebutan bumbu komersial sebagai bumbu hasil racikan yang dapat digunakan untuk memasak sebuah hidangan secara instan. Bumbu tersebut dapat berbentuk bubuk ataupun aneka saus yang siap dipakai untuk memasak sebuah hidangan. (hlm. 102)

Gambar 2.60. Bumbu Jadi (Komersial)

(https://www.tribunnews.com/lifestyle/2017/03/17/agar-bumbu-dapur-lebih-awet- lakukan-trik-ini?page=all)

(46)

50 2.5.2.8. Bumbu Pemberi Rasa Asam

Sa’diah M. Karina & Endang T. Amrihati (2017), menyatakan bahwa rasa asam memiliki karakteristik yang dapat memberikan rasa segar pada sebuah hidangan. Oleh sebab itu terdapat beberapa jenis bumbu rasa asam (hlm.

102), antara lain:

1. Asam jawa, biasanya digunakan untuk memberikan warna keruh pada sebuah hidangan.

Gambar 2.61. Asam Jawa

(https://www.alodokter.com/manfaat-asam-jawa-tidak-seasam-rasanya

2. Asam kandis, banyak diaplikasikan pada hidangan berkuah dan berbagai masakan asal Sumatera.

Gambar 2.62. Asam Kandis

(https://freshplus62.com/beli/rempah/asam-kandis/)

(47)

51 3. Asam gelugur, merupakan salah satu bumbu pemberi rasa asam yang cenderung tidak terlalu asam jika dibandingkan dengan bumbu pemberi rasa asam lainnya.

Gambar 2.63. Asam Gelugur

(https://www.sinarharian.com.my/article/34860/LIFESTYLE/Femina/Air-rebusan- asam-gelugur-mampu-turunkan-berat-badan)

4. Asam sunti, sering digunakan untuk memasak hidangan asal Aceh.

Gambar 2.64. Asam Sunti

(https://www.tokopedia.com/pusatpasarcentral/asam-sunti-belimbing-wuluh-asam- sunti-khas-aceh-super-asli-250-gr)

(48)

52 5. Jeruk nipis, jeruk limau, dan jeruk, merupakan salah satu bumbu pemberi rasa asam yang paling sering digunakan untuk memberikan rasa asam pada suatu hidangan, misalnya pada soto.

Gambar 2.65. Jeruk Nipis

(https://bidanku.com/manfaat-jeruk-nipis-untuk-kesehatan)

2.5.2.9. Bumbu Dasar

Sa’diah M. Karina & Endang T. Amrihati (2017), menjelaskan bahwa bumbu dasar merupakan racikan atau campuran beberapa bumbu yang dicampurkan khusus untuk membuat sebuah masakan. Tujuan utama dari bumbu dasar adalah untuk mempermudah proses memasak sehingga menjadi lebih singkat dan praktis. Bumbu tabur dapat disimpan dan digunakan pada waktu tertentu yang diinginkan. Masa pakai bumbu tabur juga dapat diperpanjang dengan cara menumisnya hanya dengan menggunakan minyak goreng. (hlm. 103)

(49)

53 Gambar 2.66. Bumbu Dasar

(www.google.com)

Menurut Nursaadah (2013) dalam bukunya yang berjudul 35 Masakan Olahan Bumbu Dasar, juga menyatakan bahwa terdapat sebanyak 4 jenis bumbu dasar yang sering ditemukan sebagai bumbu dasar masakan tradisional Indonesia (hlm. 3), antara lain:

1. Bumbu Dasar Merah

Merupakan bumbu berwarna merah yang biasanya diaplikasikan untuk pembuatan masakan seperti nasi goreng, sambal goreng, masakan balado, dan beberapa masakan lainnya yang biasanya berwarna merah

(50)

54 dan bercita rasa cenderung pedas. Biasanya, pada bumbu merah akan ada cabai merah sebagai komposisi utamanya.

Gambar 2.67. Bumbu Dasar Merah

(https://www.yummy.co.id/blog/resep/bumbu-dasar-merah)

2. Bumbu Dasar Kuning

Merupakan bumbu dasar yang berwarna kuning dan biasanya banyak diaplikasikan pada masakan bersantan seperti soto, terik, serundeng, kari, ataupun acar. Kunyit, jahe, dan lengkuas merupakan beberapa kompenen utama dalam komposisi pembuatan bumbu dasar kuning karena mampu menghasilkan warna kuning.

Gambar 2.68. Bumbu Dasar Kuning

(https://www.tokopedia.com/gorrymart/bumbu-dasar-kuning-1-pack-250- gram)

(51)

55 3. Bumbu Dasar Oranye

Merupakan bumbu dasar berwarna oranye yang cocok diaplikasikan untuk masakan berwarna oranye, seperti aneka gulai, pepes, dan berbagai masakan lainnya yang berwarna oranye. Pada bumbu dasar oranye, penggunaan kunyit, jahe, dan lengkuas juga dijadikan sebagai kompenen utama pembuatan bumbu dasar oranye.

Gambar 2.69. Bumbu Dasar Oranye

(http://vinascookingjourney.blogspot.com/2018/09/bumbu-dasar-masakan- nusantara.html)

4. Bumbu Dasar Putih

Merupakan bumbu dasar berwarna putih yang biasanya seringkali diaplikasikan pada hidangan seperti opor, perkedel, gadon, ataupun aneka tumisan lainnya. Sisca Soewitomo (2013), juga berpendapat bahwa bumbu dasar putih merupakan bumbu dasar yang paling populer di kalangan masakan tradisional Indonesia, karena dapat diaplikasikan ke hampir seluruh masakan tradisional Indonesia.

(52)

56 Gambar 2.70. Bumbu Dasar Putih

(https://cookpad.com/id/resep/259151-bumbu-dasar-putih)

2.5.2.10. Bumbu Masakan Kontinental

Sa’diah M. Karina & Endang T. Amrihati (2017), mengidentifikasikan bumbu masak kontimental sebagai bumbu masak instan berbentuk bumbu kering dan basah yang biasanya didistribusikan di supermarket besar yang menjual bahan makanan kontimental (hlm. 103).

Gambar 2.71. Bumbu Masakan Kontinental

(https://www.lazada.co.id/products/bumbu-racik-indofood-i1221044882.html)

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Gaya

Philiphus M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Sebuah Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya, Penanganannya oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan

Wanita yang menikah pada kelompok umur 15 – 19 tahun adalah yang terbanyak menderita kanker serviks stadium lanjut, yaitu sebanyak 18 kasus (40,9%) dari 44 kasus yang terdata

Dari 6 orang penderita kista ovarium ganas, proporsi status perkawinan tertinggi kawin yaitu sebanyak 6 orang (100%) dan tidak ditemukan penderita yang memiliki status

(2) Dokumen pertanggungjawaban biaya sebagaimana pada ayat (1) terdiri dari : SPPD, bukti tanda terima pembayaran lumpsum oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai

Berdasarkan pada penelitian sebelumnya, untuk meningkatkan kinerja dari mesin rapid prototyping dengan mengurangi dimensi output filament dilakukan pengembangan dengan cara

Asam amino non esensial adalah asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh dan tubuh dapat mensintesa sendiri melalui reaksi aminasi reduktif asam keton atau melalui

Berdasarkan Gambar 30., prinsip kerja dari Audio Bio Harmonik dengan menggunakan Arduino MP3 Shield WT5001 yang sudah dalam bentuk modul adalah komponen mikrokontroler